BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Harga Minyak Dunia 1. Fenomena Harga Minyak Dunia - Pengaruh Harga Minyak Dunia Dan Nilai Tukar Terhadap Pertumbuhan Ekonomi : Analisis Perbandingan Asean 4 Dan China

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Harga Minyak Dunia 1. Fenomena Harga Minyak Dunia Dunia saat ini mengalami krisis energi yang diakibatkan oleh keterbatasan

  sumber minyak mentah. Hal itu disebabkan karena berkurangnya pasokan sumber minyak, selain itu juga karena memanasnya suhu politik di Timur Tengah sebagai pusat sumber minyak dunia. Dua hal tersebut kemudian mempengaruhi harga minyak, sehingga harga minyak yang tinggi tersebut mempengaruhi perekonomian dinegara-negara pengimpor minyak (Murtazam, 2012).

  Kebutuhan minyak dunia terus meningkat secara langsung akan berpengaruh terhadap fluktuasi harga minyak dunia. Ada beberapa jenis harga minyak mentah yang dikelompokkan berdasarkan kualitas minyak mentah yang dihasilkan dari ladang minyak (The International Crude Oil Market Handbook

  

2004 ). Beberapa diantara harga minyak mentah dunia tersebut adalah West Texas

  atau lebih dikenal dengan minyak light sweet, Brent Blend, Russian

  Intermediate

Export Blend, OPEC Basket price . Diantara keempat harga minyak mentah

  tersebut, harga minyak jenis light sweet menjadi acuan harga minyak mentah dunia hingga saat ini. Jika dikaitkan dengan perekonomian suatu negara maka pergerakan harga-harga minyak tersebut tentu akan berpengaruh terhadap negara- negara yang selama ini menjadi pemasok dan konsumen minyak mentah dunia.

2. Fluktuasi Harga Minyak Dunia di Negara Eksportir Minyak

  Minyak merupakan factor penting dalam kebutuhan hidup manusia dan sebagai bahan baku indutri. Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi dunia yang tidak dapat diperbarui. Oleh karenanya harga minyak bumi merupakan salah satu faktor penentu kinerja ekonomi global. Minyak merupakan salah satu komponen penting dalam biaya produksi yang harus ditanggung perusahaan. Meningkatnya harga minyak akan berpengaruh pada kenaikan biaya produksi. Kenaikan produksi akan mendorong perusahaan untuk melakukan efisiensi dengan mengurangi jumlah tenaga kerja. Akibatnya terjadi penurunan penawaran.

  Penurunan penawaran akan berdampak pada kenaikan harga (Restyani, 2012).

  Berdasarkan data International Energy Agency 2005, konsumsi minyak bumi dunia mencapai 3767.1 juta ton barel atau setara 36.7% dari total konsumsi energi global. Setelah itu diikuti oleh batu bara dan gas alam yang menyumbang kebutuhan energi terbesar kedua dan ketiga. Minyak bumi sebagai komoditas yang sangat bernilai telah banyak menorehkan sejarah dalam perkembangan harganya. Berbagai peristiwa penting dunia terjadi sehubungan dengan stok, permintaan dan penawaran minyak bumi.

  Kenaikan harga minyak menrepresentasikan adanya transfer kesejahteraan dari importir minyak ke eksportir minyak. Pengaruh jangka menengah ke jangka panjang tergantung pada kebijakan yang dilakukan produsen minyak (pemerintah) terhadap tambahan penerimaan tersebut. Jika penerimaan tersebut digunakan untuk belanja barang dan jasa di negara bersangkutan, maka kenaikan harga minyak akan menyebabkan aktivitas ekonomi domestik yang lebih tinggi. Oleh permintaan yang meningkat. Potensi keuntungan dari sektor energi juga dapat menyediakan peluang investasi dan bisnis secara keseluruhan, dengan meningkatnya permintaan terhadap tenaga kerja dan modal. Bagaimanapun, aktivitas ekonomi yang tinggi dapat berakibat munculnya tekanan pada inflasi dan mata uang lokal, yang terapresiasi di negara pengekspor minyak (Haldane, 1997).

  Kedua, kenaikan harga minyak dapat mempengaruhi perekonomian melalui efek negatif dari perdagangan. Kenaikan harga minyak menyebabkan negara pengimpor minyak mengurangi permintaan barang dan jasa dari negara pengekspor minyak. Jika kenaikan harga minyak terus terjadi maka bisa berakibat sektor ekspor dari negara pengekspor minyak akan turun dan merupakan stimulus negatif bagi negara pengekspor minyak.

3. Fluktuasi Harga Minyak Dunia di Negara Importir Minyak

  Kenaikan harga minyak cenderung memiliki pengaruh terhadap banyak sektor, khususnya sektor industri yang dalam proses produksinya menggunakan energi minyak sebagai inputnya. Harga energi yang lebih tinggi mempengaruhi output yang dihasilkan melalui fungsi produksi agregat. Perusahaan harus mengurangi jumlah energi yang digunakan dalam proses produksi karena naiknya biaya produksi akibat kenaikan harga energi. Hal tersebut pada akhirnya membuat perusahaan menurunkan output yang dihasilkan serta profit yang diperoleh pun berkurang (Adebiyi, 2009). Dari sisi konsumen, pengurangan output dan pendapatan membuat konsumen di negara pengimpor minyak harus mengurangi konsumsi dan investasinya, sehingga pada akhirnya akan mengurangi permintaan aggregat (Bohi, 1989).

B. Nilai Tukar 1. Pengertian Nilai Tukar

  Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau nilai dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainnya (Salvatore, 1997).

  Pendapat yang sama juga mendefinisikan bahwa nilai tukar adalah harga satuan mata uang yang ditentukan oleh negara lain (Mishkin, 2001). Nilai tukar mata uang antara kedua negara adalah harga dari mata uang yang digunakan oleh penduduk negara-negara tersebut untuk saling melakukan pedagangan antara satu sama lain (Mankiw, 2007). Nilai tukar ini tentunya memengaruhi ekonomi suatu negara dan kehidupan masyarakat karena mata uang domestik atau mata uang dalam negeri dapat lebih bernilai secara relatif terhadap mata uang negara lain. Kenaikan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut apresiasi atas mata uang asing. Penurunan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut depresiasi atas mata uang asing.

2. Sistem-Sistem Nilai Tukar

  Berdasarkan kebijakan pengendalian nilai tukar mata uang yang diterapkan diberbagai negara, secara umum kebijakan nilai tukar mata uang digolongkan dalam empat jenis kebijakan (Madura, 2008), yaitu: a.

  Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchange Rate System) Dalam sistem nilai tukar ini, nilai tukar mata uang akan diatur oleh otoritas moneter untuk selalu konstan atau dapat berfluktuasi dengan sangat terbatas. Jika nilai tukar berubah terlalu besar, maka otoritas moneter akan melakukan intervensi untuk memliharanya dalam batas-batas yang dikehendaki. Otoritas pada nilai tertentu dengan cara membeli atau menjual mata uang asing untuk mata uang domestik pada harga yang tetap.

  Kelebihan sistem kurs tetap adalah adanya kepastian nilai tukar yang dapat meningkatkan ekspektasi. Namun, kelemahannya adalah kurs yang berlaku tidak selalu menggambarkan tingkat kelangkaan yang sebenarnya. Bisa terjadi nilai tukar yang ditetapkan otoritas moneter terlalu tinggi dibanding dengan kurs pasar (overvalued). Atau sebaliknya nilai tukar yang ditetapkan pemerintah terlalu rendah dibandingkan dengan kurs pasar (undervalued). Bila selisih kurs yang ditetapkan dianggap terlalu jauh, maka otoritas moneter melakukan koreksi. Koreksi atas nilai tukar yang dinilai terlalu tinggi disebut devaluasi. Sedangkan koreksi untuk nilai tukar yang terlalu rendah disebut revaluasi. Jadi revaluasi dan devaluasi pada prinsipnya juga merupakan koreksi atas nilai tukar, seperti halnya dengan apresiasi dan depresiasi. Perbedaannya revaluasi dan devaluasi berdasarkan keputusan pemerintah, sedangkan apresiasi dan depresiasi berdasarkan mekanisme pasar.

  b.

  Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas (Freely Floating Exchange Rate )

  System

  Dalam sistem nilai tukar mengambang bebas, nilai tukar mata unag ditentukan oleh mekanisme pasar tanpa adanya intervensi dari pemerintah. Dalam sistem nilai tukar mengambang bebas, nilai tukar mata uang dibiarkan berfluktuasi sehingga nilainya sangat fleksibel. c.

  Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Managed Floating

  Exchange Rate ) Sistem nilai tukar ini yang terletak diantara tetap dan mengambang bebas.

  Dalam sistem ini nilai tukar mata uang dibiarkan berflutuasi, tetapi pemerintah memberi batas minimal dan maksimal dari nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing.

  d.

  Sistem Nilai Tukar Terikat (Pegged Exchange Rate System) Dalam sistem nilai tukar terikat, nilai tukar mata uang domestik diikatkan pada satu atau beberapa mata uang asing, bisaanya pada mata uang yang nilainya cenderung stabil seperti dolar Amerika Serikat. Dengan demikain, nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing (selain dolar Amerika Serikat) akan berfluktuasi sesuai fluktuasi dolar Amerika Serikat. Jadi, jika nilai tukar dolar Amerika Serikat stabil, maka mata uang dimestik juga akan stabil.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar

  Ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing (Madura, 2008), yaitu : a.

  Laju Inflasi Relatif Dalam pasar valuta asing, perdagangan internasional baik dalam bentuk barang atau jasa menjadi dasar yang utama dalam pasar valuta asing, sehingga perubahan harga dalam negeri yang relatif terhadap harga luar negeri dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi pergerakan kurs valuta asing. Misalnya, jika amerika sebagai mitra dagang Indonesia mengalami tingkat inflasi yang cukup tinggi maka harga barang Amerika juga menjadi lebih tinggi, sehingga otomatis b.

  Tingkat Pendapatan Relatif Faktor lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam pasar mata uang asing adalah laju pertumbuhan riil terhadap harga-harga luar negeri.

  Laju pertumbuhan riil dalam negeri diperkirakan akan melemahkan kurs mata uang asing. Sedangkan pendapatan riil dalam negeri akan meningkatkan permintaan valuta asing relative dibandingkan.

  c.

  Suku Bunga Relatif Kenaikan suku bunga mengakibatkan aktifitas dalam negeri menjadi lebih menarik bagi para penanam modal dalam negeri maupun luar negeri. Terjadi penanaman modal cenderung mengakibatkan naiknya nilai mata uang yang semuanya tergantung pada besarnya perbedaan tingkat suku bunga di dalam dan luar negeri, maka perlu dilihat mana yang lebih murah, di dalam atau luar negeri. Dengan demikian sumber dari perbedaan itu akan menyebabkan terjadinya kenaikan kurs mata uang asing terhadap mata uang dalam negeri.

  d.

  Kontrol Pemerintah Menurut Madura (2008), bahwa kebijakan pemerintah bisa mempengaruhi keseimbangan nilai tukar dalam berbagai hal termasuk :

  1) Usaha untuk menghindari hambatan nilai tukar valuta asing

  2) Usaha untuk menghindari hambatan perdagangan luar negeri

  3) Melakukan intervensi di pasar uang yaitu dengan menjual dan membeli mata uang.

  Alasan pemerintah untuk melakukan intervensi di pasar uang adalah : 1)

  Untuk mempelancar perubahan dari nilai tukar uang domestik yang

  2) Untuk membuat kondisi nilai tukar domestik di dalam batas-batas yang ditentukan .

  3) Tanggapan atas gangguan yang bersifat sementara

  4) Berpengaruh terhadap variabel makro seperti inflasi, tingkat suku bunga dan pendapatan.

  e.

  Ekspektasi Faktor kelima yang mempengaruhi nilai tukar valuta asing adalah ekspektasi atau nilai tukar masa depan. Sama seperti pasar keuangan yang lain, pasar valas beraksi cepat terhadap setiap berita yang memiliki dampak ke depan.

4. Stabilitas Nilai Tukar

  Nilai tukar yang stabil merupakan syarat pokok untuk tercapainya stabilitas ekonomi makro. Karena dalam dunia nyata, selalu ada interaksi antara sektor riil dengan sektor moneter, sehingga ketidakstabilan nilai tukar mencerminkan ketidakstabilan sektor riil dan atau sektor moneter. Pengalaman memang menunjukan bahwa ketidakstabilan nilai tukar sering merupakan gejala awal adanya ketidakstbilan sektor moneter. Tetapi tidak ada masalah ekonomi yang mendadak mucul. Karena itu bisaanya gejala ketidakstabilan di sektor dapat bersumber pada ketidakeffisienan disektor riil.

C. Pertumbuhan Ekonomi 1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

  Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, dimana penekanannya pada tiga hal yaitu proses, output perkapita dan jangka panjang. Pertumbuhan eko nomi adalah suatu “proses” bukan suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Tekanannya pada perubahan atau perkembangan itu sendiri.

  Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan ”output perkapita”. Dalam pengertian ini teori tersebut harus mencakup teori mengenai pertumbuhan GDP dan teori mengenai pertumbuhan penduduk. Sebab hanya apabila kedua aspek tersebut dijelaskan, maka perkembangan output perkapita bisa dijelaskan.

  Kemudian aspek yang ketiga adalah pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangka panjang, yaitu apabila selama jangka waktu yang cukup panjang tersebut output perkapita menunjukkan kecenderungan yang meningkat (Boediono, 1992).

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi a.

  Faktor Sumber Daya Manusia, Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM.

  Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.

  b.

  Faktor Sumber Daya Alam, Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya.

  Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.

  c.

  Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.

  d.

  Faktor Budaya, Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.

  e.

  Sumber Daya Modal, Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.

  3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

  Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, ada 4 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan. Dalam teori pertumbuhan mereka, dimisalkan luas tanah dan kekayaan alam adalah tetap jumlahnya dan tingkat teknologi tidak mengalami perubahan.

  Berdasarkan kepada teori pertumbuhan ekonomi klasik yang baru diterangkan, dikemukakan suatu teori yang menjelaskan perkaitan di antara pendapatan per kapita dan jumlah penduduk. Teori tersebut dinamakan teori penduduk optimum. Teori pertumbuhan klasik dapat dilihat bahwa apabila terdapat kekurangan penduduk, produksi marjinal adalah lebih tinggi daripada pendapatan per kapita. Akan tetapi apabila penduduk semakin banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi, yaitu produksi marjinal akan mulai mengalami penurunan. Oleh karenanya pendapatan nasional dan pendapatan per kapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya.

  4. Teori pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith “An Inquiry into the nature and causes of the wealth of the nation”, teorinya

  yang dibuat dengan teori the invisible hands (teori tangan-tangan gaib). Teori pertumbuhan Ekonomi Adam Smith ditandai oleh dua faktor yang saling berkaitan : a.

  Pertumbuhan penduduk b.

  Pertumbuhan output total Pertumbuhan output yang akan dicapai dipengaruhi oleh 3 komponen, yaitu : a.

  Sumber-sumber alam b. Tenaga kerja (pertumbuhan penduduk) c. Jumlah persediaan 5.

   Teori pertumbuhan ekonomi David Ricardo dan T.R Malthus

  Menurut David Ricardo faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar hingga menjadi dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah. Pendapat Ricardo ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Thomas Robert Malthus, menyatakan bahwa makanan (hasil produksi) akan bertambah menurut deret hitung (satu, dua dan seterusnya). Sedangkan penduduk akan bertambah menurut deret ukur (satu, dua, empat, delapan, enam belas, dan seterusnya) sehingga pada saat perekonomian akan berada pada taraf subisten atau kemandegan.

6. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik

  Sebagai suatu perluasan dari Teori Keynes, teori Harrod-Domar melihat persoalan pertumbuhan itu dari segi permintaan. Pertumbuhan ekonomi hanya akan berlaku apabila pengeluaran agregat melalui kenaikan investasi bertambah secara terus

  • –menerus pada tingkat pertumbuhan yang ditentukan (tingkat pertumbuhan itu dinamakan tingkat pertumbuhan yang perlu dijamin atau

  

warranted rate of growth ). Teori pertumbuhan Neo Klasik melihat dari sudut

  pandangan yang berbeda, yaitu dari segi penawaran. Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh Abramovits dan Solow, seorang akademisi yang pernah mengajar di MIT dan juga seorang pemenang hadiah nobel, pertumbuhan ekonomi bergantung kepada perkembangan faktor-faktor produksi. Dalam persamaan, pandangan ini dapat dinyatakan dengan persamaan : Y = f (K, L, T)

  Dimana : Y adalah tingkat pertumbuhan ekonomi K adalah tingkat pertambahan barang modal L adalah tingkat pertumbuhan tenaga kerja T adalah tingkat pertambahan teknologi

  Sumbangan terpenting dari Teori Pertumbuhan Neo-Klasik bukanlah dalam menunjukkan faktor

  • – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, tetapi kemungkinan menggunakan teori tersebut untuk mengadakan penyelidikan empiris untuk menentukan peranan sebenarnya dari berbagai faktor dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Dalam penyelidikan mereka Abramovits dan Solow menunjukkan pertumbuhan ekonomi Amerika terutama disebabkan oleh perkembangan teknologi, diantara 80 hingga 90 persen dari pertumbuhan ekonomi Amerika diantara pertengahan Abad XIX dan XX disebabkan oleh perkembangan teknologi.

  Setelah itu beberapa ahli ekonomi lain melakukan penyelidikan yang sama sifatnya. Salah satu studi yang terkenal adalah yang dilakukan oleh Denison, yang menganalisis faktor yang mengakibatkan perkembangan di Negara maju diantara tahun 1950-1962. Kesimpulan studi tersebut adalah pertambahan barang-barang modal hanya menciptakan 25 persen dari pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, 18 persen dari pertumbuhan ekonomi di Eropa Barat dan 21 persen dari

7. Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrod-Domar

  Teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar merupakan teori pertumbuhan yang berdasarkan pada pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju, teori itu merupakan perkembangan langsung teori ekonomi makro Keynes yang merupakan teori jangka pendek yang kemudian menjadi teori jangka panjang.

  Pada model Harrod-Domar peranan investasi menjadi sangat penting. Dalam jangka panjang investasi mempunyai pengaruh ganda. Di satu sisi investasi mempengaruhi permintaan agregat dan di sisi lain investasi juga mempengaruhi kapasitas produksi nasional dengan menambahkan stok modal yang tersedia.

  Harrod menyimpulkan agar suatu ekonomi nasional selalu tumbuh dengan kapasitas produksi penuh yang disebutnya sebagai pertumbuhan ekonomi yang mantap (steady-state growth), efek permintaan yang ditimbulkan dari penambahan investasi harus selalu diimbangi oleh efek penawarannya. Namun, investasi dilakukan oleh pengusaha yang mempunyai pengharapan yang tidak selalu sama dari waktu ke waktu, karena itu keseimbangan ekonomi jangka panjang yang mantap hanya dapat dicapai secara mantap pula apabila pengharapan para pengusaha stabil dan kemungkinan terjadinya hal itu sangat kecil, seperti yang dikemukakan oleh Joan Robinson (golden age).

  Harrod juga mengemukakan bahwa sekali keseimbangan itu terganggu, maka gangguan itu akan mendorong ekonomi nasional menuju ke arah depresi atau inflasi sekular. Karena itu Harrod melambangkan keseimbangan ekonomi tersebut sebagai keseimbangan mata pisau, mudah sekali tergelincir dan sekali tergelincir semuanya akan menjadi hancur (jadi keseimbangan yang tidak stabil).

  Teori pertumbuhan ekonomi Domar hampir mirip dengan teori Harrod walaupun ada beberapa perbedaan yang mendasar pula antara kedua teori itu.

  Perbedaan itu khususnya menyangkut mengenai tidak adanya fungsi investasi pada model Domar, sehingga investasi yang sebenarnya tidak ditentukan di dalam teorinya. Karena itu kesulitan pencapaian keseimbangan ekonomi jangka panjang yang mantap bagi Harrod, disebabkan oleh sulitnya kesamaan laju pertumbuhan yang disyaratkan dengan laju pertumbuhan natural, sedang bagi Domar kesulitan itu timbul karena adanya kecenderungan masyarakat untuk melakukan investasi yang relatif terlalu rendah (underinvestment).

  Dalam konsep ICOR (Icremental Capital Outpot Ratio), investasi adalah total dari pembentukan modal tetap dan stok barang yang terdiri atas gedung, mesin dan perlengkapan, kendaraan, stok bahan baku dan sebagainya. Nilai dalam investasi terdiri dari : a.

  Pembelian barang modal baru.

  b.

  Pembuatan atau perbaikan besar barang yang sifatnya menambah usia atau meningkatkan kemampuan.

  c.

  Penjualan barang modal bekas.

  d.

  Perubahan stok.

8. Teori Pertumbuhan Ekonomi Joseph Schumpeter

  Menurut Joseph Schumpeter pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada inovasi dari para pengusaha (wiraswasta). Dalam hal ini, inovasi merupakan penerapan pengetahuan dan teknologi yang baru di dunia usaha. Inovasi memiliki pengaruh sebagai berikut: b.

  Memberikan keuntungan yang lebih tinggi.

  c.

  Menimbulkan imitasi inovasi, yaitu peniruan teknologi baru oleh pengusaha-pengusaha lain yang dapat meningkatkan hasil produksi.

  Pada dasarnya pelaku ekonomi dipandang sebagai makhluk yang terus melakukan inovasi-inovasi dalam memajukan siklus perekonomian itu sendiri.

  Meskipun inovasi itu sendiri sangat dengan sifat instabilitas.

  Dalam memahami pemikiran Schumpeter, maka satu poin penting yang harus dipahami adalah konsep creative destruction. Creative destruction pada dasarnya merujuk kepada usaha dalam memecahkan berbagai halangan guna mencapai inovasi dan kemajuan, dimana kemajuan ini kemudian dirujukkan oleh Schumpeter ke dalam pengembangan teknologi itu sendiri. Apabila menuangkan diagram pemikiran Schumpeter, maka baginya siklus ekonomi adalah siklus yang selalu berputar karena dorongan pembangunan dan tidak pernah sampai pada satu titik keseimbangan tertentu. Ekonomi akan bergerak melalui tahap resesi danbooming. Jika inovasi belum membuahkan hasil, ekonomi akan mengalami resesi, sebaliknya jika inovasi sudah berjalan dengan baik, akibat didorong oleh injeksi kapital dari sistem perbankan, ekonomi akan bergerak ke arah optimis. Begitu seterusnya, sehingga sistem ekonomi kapitalis pada dasarnya akan bergerak dari resesi (burst) ke optmisis (boom).

  Diagram pemikiran Schumpeter itu kemudian menunjukkan bagaimana uang dan perbankan memiliki peran yang sangat sentral dalam perekonomian.

  Namun Schumpeter tetap menekankan peran perbankan sebagai faktor pendukung dari kegiatan ekonomi utama yaitu yang bergerak di sektor riil. Schumpeter pada sektor finansial, hal ini disebabkan inovasi serta pembangunan pada sektor finansial hanya mengandalkan spekulasi-spekulasi yang dapat menjatuhkan serta menghancurkan perekonomian itu sendiri. Apabila sektor finansial mengalami kehancuran, maka dampaknya akan terasa secara langsung oleh sektor riil karena inovasi-inovasi yang membutuhkan suntikan dana dari perbankan akan terhambat, sehingga perekonomian pun akan merasakan dampaknya.

  Kemajuan teknologi (technological progress) bagi kebanyakan ekonom merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang paling penting. Dalam pengertiannya yang paling sederhana, kemajuan teknologi terjadi karena ditemukannya cara baru atau perbaikan atas cara-cara lama dalam menangani pekerjaan-pekerjaan tradisional seperti kegiatan menanam jagung, membuat pakaian, atau membangun rumah. Kita mengenal tiga klasifikasi kemajuan teknologi, yaitu: kemajuan teknologi yang bersifat netral (neutral technological

  

progress ), kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor-saving

technological progress ), dan kemajuan teknologi yang hemat modal (capital- saving technological progress ).

  Kemajuan teknologi yang netral (neutral technolohical progress) terjadi apabila teknologi tersebut memungkinkan kita mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi dengan menggunakan jumlah dan kombinasi faktor input yang sama. Inovasi yang sederhana, seperti pembagian tenaga kerja (spesialisasi) yang dapat mendorong peningkatan output dan kenaikan konsumsi masyarakat adalah contohnya. Sementara itu, kemajuan teknologi dapat berlangsung sedemikian rupa sehingga menghemat pemakaian modal atau tenaga kerja, artinya penggunaan jumlah input tenaga kerja atau modal yang sama. Penggunaan komputer, mesin tekstil otomatis, bor listrik berkecepatan tinggi, traktor dan mesin pembajak tanah, dan banyak lagi jenis mesin serta peralatan modern lainnya, dapat diklasifikasikan sebagai kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor-saving technological

  

progress ). Sedangkan kemajuan teknologi hemat modal (capital-saving

technological progress ) merupakan fenomena yang langka.

  Hal ini disebabkan karena hampir semua penelitian dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan di negara-negara maju dengan tujuan utama menghemat pekerja, dan bukan menghemat modal. Di negara-negara dunia ketiga yang berlimpah tenaga kerja tetapi langka modal, kemajuan teknologi hemat modal merupakan sesuatu yang paling diperlukan. Kemajuan teknologi juga dapat meningkatkan modal atau tenaga kerja. Kemajaun teknologi yang meningkatkan pekerja (labor-augmenting technological progress) terjadi apabila penerapan teknologi tersebut mampu meningkatkan mutu atau ketrampilan angkatan kerja secara umum. Misalnya, dengan menggunakan videotape, televise, dan media komunikasi elektronik lainnya di dalam kelas, proses belajar bisa lebih lancar sehingga tingkat penyerapan bahan pelajaran juga menjadi lebih baik. Demikian pula halnya dengan kemajuan teknologi yang meningkatkan modal (capital-

  

augmenting technological progress). Jenis kemajuan ini terjadi jika penggunaan

  teknologi tersebut memungkinkan kita memanfaatkan barang modal yang ada secara lebih produktif. Misalnya, penggunaan bajak kayu dengan bajak baja dalam produksi pertanian.

D. Penelitian Terdahulu

  Gunu Umar dan Kilishi, A. Abdulhakeem (2010) melakukan penelitian terhadap dampak guncangan harga minyak dunia pada kondisi perekonomian di Nigeria. Volatilitas harga minyak dunia sejak akhir Perang Dunia II menjadi lebih serius. Hal ini berdampak pada perekonomian di negara-negara pengekspor minyak, salah satunya seperti negara Nigeria. Pada penelitian ini bertujuan untuk meneliti dampak dari fluktuasi pada makroekonomi Nigeria. Dalam penelitian ini menggunakan model analisis Vektor Autoregression (VAR) dalam mengkaji dampak perubahan harga minyak mentah pada empat variabel makroekonomi utama yang diteliti. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa harga minyak memiliki dampak signifikan pada PDB riil, uang beredar dan pengangguran.

  Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa dampak harga minyak terhadap indeks harga konsumen tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa tiga variabel makroekonomi utama di Nigeria secara signifikan dijelaskan oleh eksogen dan variabel yang sangat volatil. Oleh karena itu, perekonomian rentan terhadap guncangan eksternal. Akibatnya, kinerja ekonomi makro akan bergejolak dan pengelolaan ekonomi makro akan menjadi sulit. Diversifikasi ekonomi diperlukan dalam rangka meminimalkan konsekuensi dari guncangan eksternal.

  Guo Jin (2008) melakukan penelitian terhadap pengaruh guncangan harga minyak dunia dan nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi di

   Russia Japan and

  China. Dalam penelitian tersebut, analisis empiris digunakan untuk membandingkan efek dari harga minyak dan real Nilai tukar berpengaruh pada aktivitas ekonomi riil di Rusia, Jepang dan China, masing-masing. Pertama, dan volatilitas nilai tukar memiliki kausalitas Granger terhadap pertumbuhan ekonomi di Rusia, Jepang dan China. Kedua, kami menerapkan model VAR dengan teknik kointegrasi untuk meneliti bagaimana GDP riil dari Rusia Jepang dan China dipengaruhi oleh perubahan dalam minyak harga dan nilai tukar dalam jangka panjang. Akhirnya, kesalahan correction model vector (VECM) diaplikasikan untuk menganalisis dinamika jangka pendek dari GDP riil untuk tiga negara. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kenaikan harga minyak memberikan dampak negatif pada pertumbuhan ekonomi di Jepang dan China dan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Rusia. Secara khusus, peningkatan permanen 10% pada harga minyak internasional dikaitkan dengan Pertumbuhan%

  5.16 PDB Rusia dan penurunan 1,07% dalam PDB Jepang. Di satu sisi, apresiasi nilai tukar riil menyebabkan pertumbuhan GDP yang positif di Rusia dan pertumbuhan PDB negatif di Jepang dan Cina.

  Alessandro Cologni and Matteo Manera (2005) melakukan penelitian terhadap harga minyak, inflasi dan tingkat bunga di negara G-7. Dalam makalah ini model VAR struktural terkointegrasi telah dipertimbangkan untuk negara G-7 dalam rangka untuk mempelajari efek langsung dari guncangan harga minyak pada output dan harga dan reaksi variabel moneter terhadap guncangan eksternal. Peningkatan tajam dalam harga minyak umumnya dipandang sebagai kontributor utama bisnis siklus asimetri. Selain itu, tertinggi sangat baru terdaftar di pasar minyak dunia yang menyebabkan kekhawatiran tentang kemungkinan menurunnya dalam kinerja ekonomi paling negara-negara maju. Sementara beberapa penulis telah mempertimbangkan saluran langsung transmisi kenaikan respon kebijakan moneter terhadap inflasi mungkin disebabkan oleh kenaikan harga minyak. Analisis empiris menunjukkan bahwa, untuk sebagian besar negara yang dianggap, tampaknya ada sebuah dampak tidak terduga guncangan harga minyak pada tingkat suku bunga, menunjukkan respons kebijakan moneter kontraktif diarahkan untuk melawan inflasi. Pada gilirannya, kenaikan tingkat suku bunga ditransmisikan ke ekonomi riil dengan mengurangi pertumbuhan output dan tingkat inflasi.

  Mukhriz Izraf Azman Aziz dan Nor’Aznin Abu Bakar (2011) melakukan penelitian dengan tujuan untuk memperkirakan efek jangka panjang terhadap kenaikan harga minyak dan selisih suku bunga riil pada nilai tukar riil untuk panel bulanan 8 negara dari tahun 1980 sampai 2008. Dari hasil penelitiannya mengemukakan bahwa dari hasil penelitiannya melalui analisis data panel dari semua negara dan negara pengimpor minyak menunjukkan bahwa setiap guncangan minyak di masa depan harga akan menyebabkan nyata depresiasi nilai tukar.

E. Kerangka Pemikiran

  Secara garis besar variabel-variabel yang diteliti dituangkan dalam kerangka pemikiran dengan bagan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Dari model diatas dapat dijelaskan bahwa variabel harga minyak dunia dan nilai tukar sebagai variabel independen yang mempengaruhi variabel pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitian ini tidak menjelaskan hubungan antar variabel objek penelitian.

F. Hipotesis

  Hipotesis merupakan dugaan sementara yang perlu dibuktikan benar atau tidak (Umar, 2004). Perumusan hipotesis dilakukan berdasarkan kajian pustaka, literature yang telah ada dan penelitian terdahulu. Dalam penelitian ini diuraikan pengaruh variabel harga minyak dunia dan nilai tukar terhadap variabel pertumbuhan ekonomi, inflasi dan pengangguran. Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu : Pengaruh harga minyak dunia terhadap pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh hubungan negatif di ASEAN 4 dan China. Sedangkan pengaruh nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh hubungan positif di ASEAN 4 dan China.