Optimisasi Adsorpsi Biru Metilena oleh Alofan dan Nanokomposit Alofan-TiO2 serta Uji Fotokatalisisnya

OPTIMISASI ADSORPSI BIRU METILENA OLEH ALOFAN
DAN NANOKOMPOSIT ALOFAN-TiO2 SERTA UJI
FOTOKATALISISNYA

ENDY JERI SUSWONO

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

ABSTRAK
ENDY JERI SUSWONO. Optimisasi Adsorpsi Biru Metilena oleh Alofan dan Nanokomposit
Alofan-TiO2 serta Uji Fotokatalisisnya. Dibimbing oleh SRI SUGIARTI dan AHMAD
SJAHRIZA.
Alofan merupakan mineral alam yang memiliki daya jerap tinggi. Mineral ini banyak di
temukan dalam tanah vulkanik. Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak gunung berapi
sehingga besar kemungkinan banyak ditemukan mineral ini. Untuk meningkatkan karakternya,
mineral alofan dibuat nanokomposit alofan-TiO2 sehingga bisa menghasilkan material baru yang
memiliki sifat adsorpsi-fotokatalisis. Pada penelitian ini dilakukan optimisasi adsorpsi biru
metilena oleh alofan dan nanokomposit dengan parameter waktu agitasi dan bobot adsorben.

Waktu agitasi optimum adsorpsi biru metilena oleh alofan dan nanokomposit adalah 1.5 jam.
Sampel alofan dan nanokomposit menunjukkan adsorpsi optimum dengan bobot masing-masing
adalah 80 mg dan 60 mg. Nanokomposit yang telah disintesis memiliki kemampuan adsorpsifotokatalisis karena mampu mendegradasi biru metilena di bawah sinar ultraviolet.

ABSTRACT
ENDY JERI SUSWONO. Optimization of Methylene Blue Adsorption by Allophane and
Nanocomposite Allophane-TiO2 and Their Photocatalytic Activity. Supervised by SRI SUGIARTI
dan AHMAD SJAHRIZA.
Allophane is a natural clay mineral with high adsorption capacity. This mineral often found
in volcanic soil. Indonesia is one of the countries with many active volcanoes, so the probability to
find the type of mineral is quite high. To improve their characteristics, allophane was made into
nanocomposite with TiO2, the resulting a substance with adsoptive-photocatalyst characteristics. In
this research, the adsorption of methylene blue was optimized based on two parameters, agitation
time and mass of the adsorbent. The optimazed agitation time for the adsorption of methylene blue
by allophane and nanocomposite allophane-TiO2 were obtained at 1.5 hours. The optimized mass
of allophane and nanocomposite were 80 mg and 60 mg respectively. The synthesizednanocomposite was shown to have the adsorptive-photocatalytic properties because it can
degraded methylene blue after irradiated with ultraviolet light.

OPTIMISASI ADSORPSI BIRU METILENA OLEH ALOFAN
DAN NANOKOMPOSIT ALOFAN-TiO2 SERTA UJI

FOTOKATALISISNYA

ENDY JERI SUSWONO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

Judul Skripsi : Optimisasi Adsorpsi Biru Metilena oleh Alofan dan
Nanokomposit Alofan-TiO2 serta Uji Fotokatalisisnya
Nama
: Endy Jeri Suswono
NIM
: G44070002


Disetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Sri Sugiarti, PhD
NIP 19701225 199512 2 001

Drs Ahmad Sjahriza
NIP 19620406 198903 1 002

Diketahui,
Ketua Departemen Kimia

Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS
NIP 19501227 1976032 002

Tanggal lulus :


PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT sehingga
penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian ini dimulai dari bulan Mei
2011 sampai Januari 2012 bertempat di Laboratorium Kimia Anorganik,
Laboratorium Kimia Fisik, dan Laboratorium Bersama, Departemen Kimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sri Sugiarti, Ph.D selaku
pembimbing satu dan Bapak Drs. Ahmad Sjahriza selaku pembimbing dua atas
dukungan dan masukan yang senantiasa diberikan kepada penulis selama
penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih kepada Bapak
Dr. Ir. Untung Sudadi, M.Sc yang telah membantu dalam penyediaan sampel
tanah vulkanik. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Pak Syawal, Nurul,
Pak Wawan, Pak Arya dan Pak Mail selaku laboran yang telah banyak membantu
penulis dalam pengerjaan penelitian.
Ucapan terima kasih kepada Zona Gozali, Fachrurrazie, dan Tobing Des
Marlianto yang telah meluangkan waktunya untuk menemani penulis ketika harus
mengerjakan penelitian di malam hari. Ucapan terima kasih kepada Putri M
Sinuhaji, Gina Pragustiana, dan Doni Rahmad Pranoto atas kerja samanya untuk
analisis microskop elektron payar (SEM) di LIPI, Serpong. Ucapan terima kasih

kepada Amran Adri yang telah memberikan masukan mengenai teknik penulisan
dalam penulisan karya tulis ini.
Bogor, Febuari 2012

Endy Jeri Suswono

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 6 Januari 1990 dari
pasangan Bapak Amron dan Ibu Eni. Penulis merupakan anak pertama dari dua
bersaudara. Pada tahun 2007, penulis lulus dari SMA Negeri 3 Kayuagung dan
diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
Selama masa perkuliahan, penulis aktif di berbagai organisasi kampus, di
antaranya: Badan Eksekutif Mahasiswa FMIPA tahun 2009/2010, rohis kimia 44
tahun 2008/2010, anggota Pramuka IPB tahun 2008/2010, dan Ikatan Mahasiswa
Bumi Sriwijaya (Ikamusi) tahun 2008/2009. Penulis juga pernah menjadi asisten
praktikum Kimia Anorganik 2 tahun ajaran 2010/2011 dan asisten praktikum
Sintesis Kimia Anorganik tahun ajaran 2011/2012. Pada tahun 2010, penulis
berkesempatan melaksanakan praktik lapang di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang

selama bulan Juli sampai Agustus 2010.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
METODE .................................................................................................................1
Bahan dan alat ......................................................................................................1
Lingkup kerja .......................................................................................................1
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................3
Ekstraksi alofan ....................................................................................................3
Karakterisasi .........................................................................................................3
optimisasi adsorpsi ...............................................................................................4
Isoterm adsorpsi ...................................................................................................5
Uji fotodegradasi ..................................................................................................5
SIMPULAN DAN SARAN .....................................................................................6
Simpulan ...............................................................................................................6
Saran .....................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................6

LAMPIRAN .............................................................................................................8

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Morfologi alofan dan nanokomposit. ....................................................................3
2 Difraktogram XRD alofan dan nanokomposit .. ...................................................4
3 Optimisasi waktu agitasi adsorpsi pada alofan dan nanokomposit.. .....................4
4 Optimisasi bobot adsorben untuk adsorpsi oleh alofan dan nanokomposit.. ........5
5 Spektrum UV filtrat nanokomposit dengan dan tanpa penyinaran UV.. ..............6

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Diagram alir penelitian.. ........................................................................................9
2 Optimisasi waktu agitasi .. .................................................................................10
3 Optimisasi bobot adsorben .. ...............................................................................11
4 Isoterm adsorpsi biru metilena oleh alofan dan nanokomposit ..........................12
5 Uji fotokatalisis . .................................................................................................17
6 Spektrum UV filtrat sampel. ...............................................................................18

PENDAHULUAN

Pencemaran lingkungan menjadi perhatian
pemerintah dan masyarakat. Salah satu yang
menjadi perhatian adalah pencemaran air.
Aktivitas industri yang tidak bertanggung
jawab merupakan salah satu penyebab utama
pencemaran ini. Limbah industri, khususnya
limbah cair memberikan kontribusi yang
cukup besar terhadap pencemaran lingkungan.
Seperti halnya industri teksil, beberapa
industri yang tidak bertanggung jawab
memilih membuang limah zat warnanya ke
perairan
karena
rumitnya
proses
penanganannya.
Limbah zat warna dari industri tekstil,
selain sulit terurai hayati juga bersifat toksik
(Miguel et al. 2002). Oksidasi secara biologi
dan koagulasi menggunakan garam besi (Fe)

dan garam aluminium (Al) belum cukup untuk
mengatasinya. Oksidasi menggunakan ozon
dan hipoklorit merupakan metode yang efisien
untuk menghilangkan zat warna. Namun,
diperlukan biaya yang cukup mahal untuk
aplikasinya (Alfano et al. 2000; Hoffmann et
al. 1995; Lisebigier et al. 1995).
Metode adsorpsi juga dapat digunakan
dalam proses pengolahan limbah zat warna.
Namun, metode ini masih memiliki
kelemahan, yaitu selektivitasnya yang rendah
dan proses regenerasinya yang sulit. Dalam
prakteknya, adsorben yang digunakan hanya
dapat menjerap zat warna, tetapi tidak dapat
menguraikannya sehingga masih memerlukan
langkah-langkah lanjut sampai limbah benarbenar aman untuk dilepas ke lingkungan.
Kelemahan tersebut dapat diatasi dengan
mengubah karekter adsorbennya, yaitu selain
mampu
menjerap

juga
mampu
mendegradsinya. Salah satu adsorben yang
dapat digunakan adalah alofan.
Alofan merupakan mineral alam yang
memiliki daya jerap tinggi. Mineral ini
merupakan hasil pelapukan bahan induk abu
vulkanik dan banyak ditemukan di tanah
pegunungan. Morfologi alofan berbentuk
hallow spherical dengan ukuran 3.5–5.0 nm
dan pori 0.3–0.5 nm. Dinding hallow
spherical alofan terdiri dari gugus silanol (SiOH) dan gugus aluminol (Al-OH). Alofan
memiliki luas permukaan berkisar 1000–1200
m2 setiap gramnya. Nilai ini tiga kali lebih
besar jika dibandingkan dengan mineral
lainnya seperti montmorillonit (Abidin et al.
2008; Nishiokori et al. 2009; Tamad &
Hanudin 2008).
Namun, alofan tidak memiliki ketahanan
termal. Pada suhu tinggi, alofan akan


membentuk
agregrat
sehingga
luas
permukaannya akan menurun (Abidin et al.
2008). Sifat ketidaktahanan termal alofan ini
dapat dimanfaatkan untuk mengubahnya
menjadi nanokomposit dengan menyisipkan
(menginterkalasi) senyawa titanium dioksida
(TiO2) di antara struktur agrerat alofan
(Sugiarti et al. 2010). Nanokomposit yang
terbentuk akan memiliki sifat fisikokimia
yang lebih baik dibandingkan mineral alofan
sebelum dimodifikasi.
Titanium dioksida diketahui dapat
mendegradasi limbah organik menjadi
senyawa-senyawa
yang
lebih
ramah
lingkungan, seperti H2O dan O2 (Hagfeld &
Gratzel 1995). Senyawa organik didegradasi
melalui oksidasi fotokatalisis dengan bantuan
sinar ultraviolet (UV). Dengan demikian,
nanokomposit alofan-TiO2 yang disintesis
diharapkan akan memiliki kemampuan
adsorpsi dan fotodegradasi.
Penelitian sebelumnya, Widiyanti (2011)
berhasil mensintesis nanokomposit alofanTiO2 dan terbukti memiliki kemampuan
adsorpsi dan fotodegradasi terhadap zat warna
biru metilena. Selain itu, nanokomposit yang
dihasilkan tersebut memiliki daya jerap yang
lebih besar daripada mineral alofan aslinya.
Pada penelitian ini dilakukan optimisasi
adsorpsi dan karakterisasi baik alofan maupun
optimisasi
nanokomposit
alofan-TiO2.
adsorpsi dilakukan terhadap parameter waktu
agitasi dan bobot adsorben. Selain itu,
penelitian ini juga mempelajari proses
adsorpsi yang terjadi. Adanya aktivitas
fotokatalisis pada sampel nanokomposit
diketahui melalui uji fotodegradasi.

METODE
Bahan dan Alat
Alat
yang
digunakan
adalah
spektrofotometer
UV-tampak,
SEM,
Difraktometer sinar-X, shaker, sentrifuga,
lampu UV, neraca analitik, oven, dan
peralatan kaca.
Bahan-bahan yang digunakan ialah tanah
vulkanik dari Gunung Lawu (Tawangmangu),
akuades, serbuk titanium oksida anatase P 25,
AgNO3, NaOH, kertas pH, membran dialisis,
dan biru metilena.
Lingkup Kerja
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap
(Lampiran 1). Tahap pertama ialah ekstraksi
alofan dari tanah vulkanik. Tahap kedua,

2

optimisasi adsorpsi dan karakterisasi alofan.
Tahap ketiga, sintesis nanokomposit alofanTiO2. Tahap keempat, optimisasi adsorpsi dan
karakterisasi nanokomposit alofan-TiO2. Dan
tahap kelima adalah uji fotodegradasi alofan
dan nanokompositnya.
Ekstraksi Alofan dari Tanah Vulkanik
(Henmi & Wada 1976)
Sampel tanah vulkanik dikeringudarakan
terlebih dahulu sampai kering. Setelah itu,
sampel dihaluskan sehingga diperoleh ukuran
200 mesh. Setelah itu, sampel sebanyak 10
gram ditambahkan dengan akuades dan
dikondisikan pH-nya untuk mendapatkan
larutan yang terdispersi, dengan kisaran pH 4
sampai 10. Untuk pH 4 ditambahkan dengan
HCl dan pH 10 dengan NaOH.
Sampel kemudian ditempatkan pada
tabung silinder 1 L dan dienaptuangkan
selama 10-20 jam sesuai dengan keadaan suhu
ruangan. Fraksi lempung atas (< 2 µm)
dipersiapkan dengan mengambil larutan
koloid tersebut dengan jarak 10 cm dari
permukaan larutan. Fraksi ini ditampung dan
diflokulasikan dengan penambahan NaCl.
Setelah fraksi terflokulasi, larutan bagian
atas dibuang dan endapan dikumpulkan.
Endapan kemudian dimasukkan ke dalam
membran dialisis. Membran kemudian
direndam dengan akuades sampai endapan
bebas NaCl. Endapan yang bebas NaCl
diketahui dengan menggunakan AgNO3
sampai tidak ada endapan putih. Setelah itu,
larutan disentrifugasi 3500 rpm selama 20
menit dan diambil endapannya (alofan).
Endapan
yang
diperoleh
kemudian
dikeringudarakan.
Analisis
(SEM)

Mikroskop

Elektron

Payaran

Sebelum dilakukan pemayaran, sampel
terlebih dahulu dilapisi dengan emas (Au).
Setelah
itu,
dilakukan
pemayaran
menggunakan sinar-X. Pemayaran objek
sampel diamati dengan perbesaran tertentu
untuk melihat morfologi permukaan sampel.
Analisis Difraktometer Sinar-X (XRD)
Sampel diletakkan dan dimampatkan pada
lempeng aluminium. Selanjutnya, lempeng
yang telah ditempatkan sampel dilakukkan
pemayaran
dengan
sinar-X.
Derajat
kristalinitas sampel ditentukan dengan metode
Gaussian berdasarkan luas area di bawah
spektrum sampel.

Sintesis
Nanokomposit
(Widiyanti 2010)

Alofan-TiO2

Sintesis nanokomposit dilakukan dengan
membuat sistem koloid yang stabil antara
alofan dan TiO2. Alofan dan titanium dioksida
dengan komposisi 9:1 dicampurkan dengan
penambahan air suling. Setelah itu
ditambahkan NaOH sampai pH 8 agar sistem
koloid tetap stabil. Campuran kemudian
didiamkan selama 24 jam kemudian
dipanaskan pada suhu 100 oC. Nanokomposit
yang diperoleh dicirikan dengan XRD dan
SEM.
Penentuan Waktu Agitasi Optimum untuk
Adsorpsi
Sebanyak 50 mg sampel alofan
ditambahkan larutan biru metilena 200 ppm
sebanyak 10 mL. Setelah itu, larutan diagitasi
dengan variasi waktu 0.5, 1.0, 1.5, 2.0, 2.5,
3.0, 4.0, dan 6 jam. Setelah itu, larutan
disentrifugasi selama 20 menit dengan
kecepatan 3500 rpm untuk memisahkan
endapan. Campuran kemudian diukur
absorbannya menggunakan spektrofotometer
UV-Vis pada panjang gelombang 664 nm.
Kapasitas
adsorpsi
dihitung
dengan
menggunakan persamaan berikut:

Q=
Keterangan:
Q = Kapasitas adsorpsi
V = Volume larutan (mL)
Co = Konsentrasi awal (ppm)
Ca = Konsentrasi akhir (ppm)
M = Massa adsorben (g)
Penentuan waktu optimum juga dilakukan
pada sampel nanokomposit alofan-TiO2
dengan perlakuan yang sama seperti alofan.
Penentuan Bobot Adsorben Optimum
untuk Adsorpsi
Sampel alofan atau nanokompositnya
dengan variasi bobot 30, 40, 50, 60, 80, dan
90 mg ditambahkan larutan biru metilena 100
ppm sebanyak 10 mL. Setelah itu, larutan
diagitasi berdasarkan waktu optimum yang
diperoleh. Larutan disentrifugasi selama 20
menit dengan kecepatan 3500 rpm untuk
memisahkan endapan. Campuran kemudian
diukur
absorbannya
menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 664 nm.

3

Uji Fotodegradasi Senyawa Biru Metilena
Sebanyak 70 mg nanokomposit alofanTiO2 ditambahkan 15 mL larutan biru
metilena dengan konsentrasi 12.5 ppm.
Larutan kemudian disinari dengan sinar UV
pada panjang gelombang 365 nm selam 6 jam.
Setelah itu, diambil filtratnya dan dilakukan
analisis menggunakan spektrofotometer UVVis pada panjang gelombang 200–700 nm.
Uji fotodegradasi juga dilakukan pada
sampel alofan, TiO2, dan biru metilena
sebagai pembanding. Setelah itu, hasilnya
dibandingkan dengan perlakuan tanpa sinar
UV.

Karakterisasi
A

B

HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstraksi Alofan
Mineral alofan memiliki sifat permukaan
yang khas yaitu muatan yang bervariasi
berdasarkan nilai pH kondisinya (Elsheikh et
al. 2008). Alofan yang bermuatan positif akan
terdispersi pada pH asam sedangkan yang
bermuatan negatif pada pH basa. Alofan yang
diekstraksi dari tanah vulkanik Gunung Lawu
terdispersi stabil pada pH 10. Hal ini
menunjukkan mineral alofan yang terkandung
dalam tanah vulkanik cenderung bermuatan
negatif. Terbentuknya muatan negatif dapat
disebakan melalui mekanisme deprotonisasi
pada gugus silanol dan aluminol sehingga
kation dan logam berat mudah terikat (Abidin
et al. 2005).
Mineral alofan diketahui memiliki
beragam nisbah mol Si/Al dengan kisaran
antara 0.6 sampai 1.2. Keragaman ini dapat
disebabkan oleh faktor curah hujan dan suhu
lingkungan yang mempengaruhi laju pelarutan
silikon dari suatu proses pelapukan batuan
dasar pada lingkungan tersebut. Perbedaan
nisbah Si/Al juga berpengaruh terhadap
muatan alofan. Alofan yang memiliki nisbah
Si yang lebih besar cenderung bermuatan
negatif dan akan cenderung bermuatan positif
jika nisbah Al yang lebih besar. Namun, pada
dasarnya alofan memiliki struktur dasar yang
sama dan yang membedakan adalah gugus
silika yang terikat pada bagian pori alofan
(Abidin et al. 2008). Dengan demikian, alofan
yang diekstraksi dari sumber tanah vulkanik
yang berbeda kemungkinan akan memiliki
karakter yang juga berbeda.

Gambar 1

Morfologi A) alofan, dan B)
nonokomposit.

Hasil penampakan melalui SEM hanya
mampu menunjukkan ukuran granula sampel,
yaitu dengan perbesaran maksimal 20 000
kali. Granula alofan memiliki morfologi bulat
tidak beraturan dengan berbagai macam
variasi ukuran, berwarna agak gelap, dan
penyebarannya merata. Nanokompositnya
memiliki morfologi bulat tidak beraturan
dengan ukuran yang relatif lebih besar,
memiliki warna yang lebih terang, dan
penyebarannya merata (Gambar 1). Ukuran
granula keduanya sekitar 250-300 nm.
Nishikiori (2011) berhasil menunjukkan
bahwa ukuran satu partikel alofan berkisar
antara 5-10 nm.
Ukuran granula yang lebih besar pada
sampel nanokomposit dapat disebabkan
karena adanya pembentukan agregrat molekul
alofan saat pemanasan pada proses
sintesisnya. Sedangkan, warna yang lebih
terang kemungkinan disebabkan karena
keberadaan molekul TiO2 yang berwarna
putih dengan ukuran yang lebih kecil, yaitu
sekitar 7 nm.

4

= alofan

= nanokomposit alofan-TiO2

Gambar 2 Difraktogram XRD alofan dan nanokomposit

Optimisasi Adsorpsi
Pada penelitian ini dilakukan optimisasi
terhadap dua parameter adsorpsi, yaitu waktu
agitasi dan bobot adsorben. Sebelumnya, telah
dilakukan optimisasi terhadap konsentrasi biru
metilena sebagai adsorbat yang diketahui

memiliki konsentrasi optimum adsorpsi
sebesar 200 ppm (Widiyanti 2011).
Hasil pengujian menunjukkan adsorpsi
biru metilena oleh alofan dan nanokomposit
mencapai kondisi optimum dengan waktu
agitasi selama 1.5 jam (Gambar 3, Lampiran
2). Ini disebabkan pada waktu agitasi yang
lebih lama dari 1.5 jam, nilai kapasitas
adsorpsinya cenderung datar.
kapasitas adsorpsi (mg/g)

Pola difraksi sinar-X dari alofan dan
nanokomposit alofan-TiO2 ditampilkan pada
difraktogram Gambar 2. Refleksi spesifik baik
mineral alofan maupun nanokomposit
menunjukkan intensitas tertinggi pada 2 =
20.24o. Pergeseran sudut 2 ke kiri dan
munculnya puncak 2
= 25.24o pada
difraktogram nanokomposit adalah akibat
adanya titanium dioksida yang terperangkap
dalam agragat alofan. Hal ini menunjukkan
proses interkalasi titanium dioksida ke dalam
struktur agregat alofan telah berhasil
dilakukan.
Menurut West (1984), refleksi intensitas
difraksi
sinar-X
mengindikasikan
kesempurnaan kristal dan kerapatan atom
dalam kristal. Semakin ramping refleksi
intensitas suatu material maka kristalinitasnya
semakin baik dengan susunan atom semakin
rapat.
Abidin (2008) menunjukkan bahwa
difraktogram mineral alofan hampir tidak ada
puncak atau bersifat amorf (kristalinitas <
50%). Namun, hasil pengukuran menunjukkan
difraktogram alofan dan nanokomposit masih
memiliki beberapa puncak dengan intensitas
cukup kuat dan memiliki nilai kristalinitas
yang cukup tinggi, yaitu masing-masing
76.55% dan 67.87%. Tingginya nilai
kristalinitas ini dapat disebabkan karena masih
adanya pengotor pada sampel. Pengotornya
dapat berupa gibsit, feldspar, kaolin, dan
monmorilonit (Heraldy et al.2004).

31
29
27
25
23
21
19
17
0

1

2

3

4

5

6

7

waktu agitasi (jam)
♦ = alofan

■ = nanokomposit alofan-TiO2

Gambar 3 Optimisasi waktu agitasi adsorpsi
oleh alofan dan nanokomposit
Waktu agitasi yang lebih lama tidak selalu
diikuti dengan kenaikan kapasitas adsorpsi.
Hal ini disebabkan agitasi yang berlebih dapat
menyebabkan molekul adsorbat yang terikat
pada adsorben terlepas kembali sehingga bisa
menurunkan efektivitas adsorpsi. Fenomena
ini biasa terjadi pada jenis adsorpsi fisik
(fisisorpsi).
Waktu agitasi optimum yang diperoleh
digunakan sebagai waktu agitasi dalam
penentuan bobot optimum absorben dalam
menjerap biru metilena. Hasil pengukuran
sampel
alofan
dan
nanokomposit
menunjukkan adsorpsi mencapai optimum
dengan bobot masing-masing sebesar 80 dan
60 mg (Gambar 4, Lampiran 3). Kenaikan
bobot setelah 80 mg untuk alofan dan 60 mg

5

untuk nanokomposit sudah tidak diikuti
dengan kenaikan persentase adsorpsi.
102
% Adsorpsi

100
98
96
94
92
90
0,020
♦ = alofan

0,040

0,060
0,080
0,100
Bobot (g)
■ = nanokomposit alofan-TiO2

Gambar 4 Optimisasi bobot adsorben untuk
adsorpsi
pada
alofan
dan
nanokomposit.
Nanokomposit memiliki daya jerap yang
lebih besar daripada alofan. Hal ini dapat
disebabkan karena molekul titanium dioksida
dapat menyelinap di antara struktur agregrat
alofan membentuk rongga baru sehingga
permukaan sisi aktifnya lebih besar.
Isoterm Adsorpsi
Isoterm adsorpsi adalah hubungan yang
menunjukkan distribusi adsorben antara fase
teradsorpsi pada permukaan adsorben dengan
fase ruah saat kesetimbangan pada temperatur
tertentu. Pada penelitian ini, adsorpsi biru
metilena oleh alofan dan nanokomposit diuji
dengan tiga persamaan, yaitu persamaan
Freundlich,
Langmuir,
dan
DubininRaduskevich. Berdasarkan nilai linearitas
tertinggi, adsorpsi biru metilena oleh alofan
dan nanokomposit mengikuti persamaan
Langmuir (Tabel 1). Dengan demikian, dapat
diasumsikan bahwa adsorben memiliki
permukaan yang homogen sehingga proses
adsorbsi terjadi melalui mekanisme yang sama
dan membentuk satu lapisan tunggal saat
adsorpsi maksimum.
Tabel 1 Nilai linearitas isoterm adsorpsi biru
metilena
oleh
alofan
dan
nanokomposit.
Sampel

Isoterm

Alofan

Freundlich

Nanokomposit

% linearitas
94.0

Langmuir

97.7

Dubinin-Radushkevich

71.2

Freundlich

94.3

Langmuir

98.8

Dubinin-Radushkevich

72.8

Mekanisme adsorpsi biru metilena oleh
alofan dan nanokomposit dapat diketahui
menggunakan
persamaan
DubininRaduskevich dengan menentukkan Energi
bebas rata-rata adsorpsi (Ea). Berdasarkan
nilai Ea yang didapat, ada dua asumsi terhadap
jenis adsorpsi. Jika Ea kurang dari 8 kJ/mol
maka proses adsorpsi yang terjadi merupakan
adsorpsi fisika (fisisorpsi). Jika nilai Ea yang
didapat lebih dari 8 kJ/mol maka proses
adasorpsi yang terjadi merupakan adsorpsi
kimia (kimisorpsi). Selain itu, jika nilai E a
berkisar 8–16 kJ/mol, maka adsorpsi kimia
tersebut terjadi melalui pertukaran ion (Chen
et al. 2011; Guney et al. 2007).
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
energi bebas rata-rata adsorbsi biru metilena
oleh alofan dan nanokomposit secara berturutturut adalah 2.96 kJ/mol dan 4.30 kJ/mol
(Lampiran 4). Hal ini menunjukkan adsorpsi
biru metilena oleh kedua sampel terjadi secara
fisisorpsi. Jenis adsorpsi ini cocok untuk
proses adsorpsi yang membutuhkan proses
regenerasi karena zat yang terjerap hanya
terikat lemah pada permukaan adsorben.
Uji Fotodegradasi
Fotodegradasi
merupakan
proses
penguraian senyawa organik dengan bantuan
energi cahaya (foton) melalui reaksi
fotokatalisis. Oksida logam TiO2 dapat
dijadikan katalis dalam reaksi fotokatalisis.
TiO2 dapat digunakan sebagai fotokatalis
karena merupakan semikonduktor yang
mampu mengadsorpsi radiasi elektromagnetik
pada daerah ultraviolet.
Mekanisme fotodegradasi diawali dengan
adanya loncatan elektron dari pita valensi ke
vita konduksi pada logam semikonduktor, jika
dikenai energi foton. Loncatan elektron ini
menyebabkan timbulnya hole (lubang
elektron) yang dapat berinteraksi dengan air
membentuk radikal hidroksida (•OH) yang
merupakan oksidator kuat. Elektron pada pita
konduksi akan bereaksi dengan oksigen di
lingkungan menghasilkan radikal superoksida
(•O2-) yang bersifat sebagai reduktor. Radikal
bersifat aktif dan dapat terus terbentuk
sehingga bereaksi dan menguraikan senyawa
organik target (Fatimah & Wijaya 2005).
Nanokomposit alofan-TiO2 dapat berperan
sebagai fotokatalis dalam reaksi fotokatalisis
dengan bantuan sinar UV. Hal ini dapat
dibuktikan dengan membandingkan perlakuan
dengan
dan
tanpa
penyinaran
UV.
Nanokomposit yang telah disinari UV selama
6 jam terbukti mampu mendegradasi zat

6

warna biru metilena. Ini ditunjukkan dengan
hilangnya
warna
biru
pada
sampel
nanokomposit (Lampiran 5). Pada sampel
yang tidak disinari UV, tidak terjadi proses
fotodegradasi melainkan hanya proses
adsorpsi.
Adanya aktivitas fotokatalisis juga dapat
dilihat dengan membandingkan spektrum
sinar UV filtrat nanokomposit yang diberi
perlakuan dengan dan tanpa penyinaran sinar
UV (Gambar 5, Lampiran 6). Spektrum filtrat
nanokomposit tanpa perlakuan penyinaran
masih menunjukkan adanya spektrum
adsorpsi biru metilena dengan persentase
adsorpsi
sebesar
85.19%.
Sedangkan
spektrum filtrat nanokomposit dengan
penyinaran UV sudah tidak menunjukkan
adanya spektrum adsorpsi biru metilena
dengan persentase adsorpsi sebesar 99.05%.
Terlihat bahwa telah terjadi penurunan
konsentrasi biru metilena setelah disinari UV
selama 6 jam. Hal ini menunjukkan bahwa
nanokomposit alofan-TiO2 yang disintesi
terbukti
mampu
menjerap
dan
memfotodegradasi senyawa biru metilena
dengan bantuan sinar UV.

Saran
Perlu dilakukan optimisasi komposisi
dalam pembuatan nanokomposit alofan-TiO2
sehingga diperoleh material dengan daya jerap
dan aktivitas fotokatalisis yang lebih baik.
Selain itu, perlu juga dilakukan uji
kemampuan regenerasinya sebagai adsorben.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin Z, Matsue N, Henmi T. 2008.
Structure of nano-ball allophone and its
surface properties. Clay and clay minerals
28: 285-294.
Alfano OM, Bahnemann D, Cassano AE,
Dillert R, Goslich R. 2000. Photocatalysis
in water environments using artificial and
solar light. Catal. Today 58:199–230.
Chen CY, Yang CY, Chen AH. 2011.
Biosorption of Cu(II), Zn(II), Ni(II) and
Pb(II) ions by cross-linked mentalimprinted chitosans with epichlorohydrin.
J. Env. Man. 92:796-802.
Elsheikh MA, Matsue N, Henmi T. 2008.
Competitive adsorption of oxalate and
phosphate
on
allophane
at
low
concentration. Clay Science 13:213-222.
Fatimah I & Wijaya K. 2005. Sintesis TiO2zeolit sebagai fotokatalis pada pengolahan
limbah cair industri tapioka secara
adsorpsi-fotodegradasi. TEKNOIN 10:4.

= dengan penyinaran UV
= tanpa penyinaran UV

Gambar 5 Spektrum UV filtrat nanokomposit
dengan dan tanpa penyinaran UV.

SIMPULAN DAN SARAN

Güney A, Arslankaya E, Tosun İ. 2007. Lead
removal from aqueous solution by natural
and pretreated clinoptilolite: Adsorption
equilibrium and kinetics. J. Haz. Mat.
146:362-371.
Hagfeldt A, Gratzel M. 1995. Light induced
redox reactions in nanocrystalline systems.
Chem. Rev. 95:49–68.

Simpulan
Nanokomposit alofan-TiO2 telah berhasil
disintesis dan terbukti selain mampu menjerap
juga mampu menfotodegradasi zat warna biru
metilena. optimisasi Adsorpsi biru metilena
oleh alofan dan nanokomposit diperoleh
waktu agitasi optimum selama 1.5 jam untuk
kedua sampel. Sedangkan bobot optimumnya
masing-masing adalah 80 dan 60 mg.
Adsorpsi oleh kedua sampel mengikuti
isoterm Langmuir dan terjadi secara fisisorpsi.

Hanudin E, Matsue N, Henmi T. 2002.
Reactions of some short-range ordered
aluminosilicate with selected organic
ligands. Clays and clays minerals 28: 319332.
Henmi T, Wada K. 1976. Morphology and
composition of Allophane. American
Mineralogist 61: 379-390.

7

Heraldy E, Pranoto, Dini P. 2004. Studi
Karakterisasi dan Aktivasi Alofan Alam
serta Aplikasinya sebagai Adsorben
Logam Zn menggunakan Metode Kolom.
Alchemy 3: 32-42.
Hoffmann MR, Martin ST, Choi W,
Bahnemann DW. 1995. Environmental
applications
of
semiconductor
photocatalysis. Chem. Rev. 95:69–96.
Lisebigier AL, Lu GQ, Yates JT. 1995.
Photocatalysis on TiO2 surface: principles,
mechanisms, and selected results. Chem.
Rev 95: 735-758.
Miguel R, Victor S, Santiago E, Cesar P.
2002. Photo-Fenton treatment of a
biorecalcitrant wastewater generated in
textile activities: biodegradability of the
photo-treated solution. J. Photochem.
Photobiol. A: Chem. 151:129–135.
Nishikiori H, Furukawa M, Fujii S, Tanaka.
2011. Degradation of Trichloroethilene
Using Highly Adsorptive Allophane-TiO2
nanocomposite. Applied Catalysis B:
Environmental 102:470-474.

Nishikiori H,Kobayashi K, Kubota S, Tanaka
N, Fujii T. 2009. Removal of detergen and
Fats from waste water using allophane.
Applied Clay Science 47:325-329.
Sugiarti S, Abidin Z, Sudadi U, Henmi T.
2010.
Formulasi
dan
Fabrikasi
Nanokomposit Nano-Ball Allophane/TiO2
sebagai Fotokatalis untuk Penguraian
Senyawa Organik Berbahaya. Laporan
Hibah Kompetitif Penelitian untuk
Publikasi Internasional. Kemdiknas.
Tamad dan Hanudin E. 2008. Kompetisi
Anion Organik dan Anorganik dalam
Membentuk Kompleks dengan Allofan
dalam Upaya Perbaikan Ketersediaan
Fosfat pada Andisol. Jurnal Ilmu Tanah
dan Lingkungan 8:126-137.
West AR. 1984. Solid State Chemistry and Its
Applications. New York: John Wiley &
Sons Ltd.
Widiyanti E. 2011. Sintesis Nanokomposit
Alofan/TiO2 dan Uji Fotodegradasi pada
Zat Pewarna Biru Metilena [Skripsi].
Bogor: Program Sarjana Institut Pertanian
Bogor.

LAMPIRAN

9

Lampiran 1 Diagram alir penelitian

Ekstraksi alofan dari
tanah vulkanik

optimisasi adsorpsi
biru metilena

Alofan

Karakterisasi XRD
dan SEM

Sintesis nanokomposit
Alofan-TiO2

optimisasi
adsorpsi
Biru metilena

Nanokomposit
Alofan-TiO2

Uji fotodegradasi

Karakterisasi XRD
dan SEM

10

Lampiran 2 optimisasi waktu agitasi adsorpsi biru metilena
a. Alofan
waktu
agitasi
(jam)
0.5
1
1.5
2
2.5
3
4
6

Massa
(g)

Absorban

Faktor
pengenceran

konsentrasi
awal (ppm)

konsentrasi
akhir (ppm)

kosentrasi
terjerap
(ppm)

Q
(mg/g)

0.0501

0.484

50

200

126.4645

73.5355

22.0166

0.0504

0.482

50

200

125.9511

74.0489

22.0384

0.0500

0.478

50

200

124.9243

75.0757

22.5227

0.0501

0.474

50

200

123.8974

76.1026

22.7852

0.0505

0.450

50

202

117.7363

84.2637

25.0288

0.0495

0.451

50

200

117.9930

82.0070

24.8506

0.0497

0.455

50

200

119.0199

80.9801

24.4407

0.0502

0.459

50

202

120.0467

81.9533

24.4880

0.0503

0.465

50

202

121.5870

80.4130

23.9800

0.0494

0.465

50

200

121.5870

78.4130

23.8096

0.0497

0.463

50

200

121.0736

78.9264

23.8209

0.0502

0.460

50

200

120.3034

79.6966

23.8137

0.0501

0.471

50

200

123.1273

76.8727

23.0158

0.0502

0.470

50

202

122.8706

79.1294

23.6443

0.0498

0.469

50

202

122.6139

79.3861

23.9115

0.0499

0.453

50

200

118.5064

81.4936

24.4971

Persamaan garis kurva standar biru metilena:
b.
waktu
agitasi
(jam)
0.5
1
1.5
2
2.5
3
4
6

y= 0.19477x - 0.00863

Q ratarata
(mg/g)
22.0275
22.6540
24.9397
24.4644
23.8948
23.8173
23.3300
24.2043

R2 = 0.99913

Nanokomposit

63.5386

kosentrasi
terjerap
(ppm)
136.4614

27.1295

62.4788

137.5212

27.1245

200

62.2139

137.7861

27.6125

50

200

61.6840

138.3160

27.6080

0.201

50

200

53.7357

146.2643

29.0207

0.201

50

200

53.7357

146.2643

29.0784

0.0505

0.215

50

200

57.4449

142.5551

28.2287

0.0504

0.212

50

200

56.6501

143.3499

28.4424

0.0507

0.208

50

200

55.5903

144.4097

28.4832

0.0505

0.209

50

200

55.8552

144.1448

28.5435

0.0501

0.204

50

200

54.5305

145.4695

29.0358

0.0502

0.203

50

200

54.2656

145.7344

29.0308

0.0502

0.198

50

200

52.9409

147.0591

29.2946

0.0501

0.201

50

200

53.7357

146.2643

29.1945

0.0500

0.208

50

200

55.5903

144.4097

28.8819

0.0501

0.203

50

200

54.2656

145.7344

29.0887

Massa
(g)

Absorban

Faktor
pengenceran

konsentrasi
awal (ppm)

konsentrasi
akhir (ppm)

0.0503

0.238

50

200

0.0507

0.234

50

200

0.0499

0.233

50

0.0501

0.231

0.0504
0.0503

Persamaan garis kurva standar biru metilena: y= 0.18872x - 0.00182

R2= 0.99895

Q
(mg/g)

Q ratarata
(mg/g)
27.1270
27.6102
29.0495
28.3356
28.5133
29.0333
29.2446
28.9853

11

Lanjutan Lampiran 2
Contoh perhitungan:
Kapasitas adsorpsi (Q)

Q=
Keterangan:
Q = Kapasitas adsorpsi
V = Volume larutan (ml)
Co = Konsentrasi awal (ppm)
Ca = Konsentrasi akhir (ppm)
M = Massa adsorben (g)
Lampiran 3 optimisasi bobot adsorben terhadap adsorpsi biru metilena
a.

Alofan

Massa
(g)

Absorban

konsentrasi
awal (ppm)

konsentrasi
akhir (ppm)

konsentrasi
terjerap (ppm)

%
Adsorpsi

Kapasitas
Adsorpsi (Q)
(mg/g)

0,0399

1.406

100

7.3997

92.6003

92.600

23.2081

0,0403

1.724

100

9.0734

90.9266

90.927

22.5624

0,0499

0.916

100

4.8208

95.1792

95.179

19.0740

0,0505

1.004

100

5.2839

94.7161

94.716

18.7557

0,0600

0.507

100

2.6682

97.3318

97.332

16.2220

0,0604

0.591

100

3.1103

96.8897

96.890

16.0413

0,0705

0.263

100

1.3839

98.6161

98.616

13.9881

0,0701

0.286

100

1.5050

98.4950

98.495

14.0506

0,0801

0.084

100

0.4418

99.5582

99.558

12.4292

0,0800

0.087

100

0.4576

99.5424

99.542

12.4428

0,0900

0.080

100

0.4208

99.5792

99.579

11.0644

0,0900
0.098
100
0.5155
99.4845
99.484
Persamaan garis kurva standar biru metilena: y=0.19000x + 0,00005 R2 = 0.99980

11.0538

102

% adsorpsi

100
98
96
94
92
90
0,03

0,04

0,05

0,06

0,07

Bobot (g)

0,08

0,09

0,10

12

Lanjutan Lampiran 3
b.

Nanokomposit alofan/TiO2

Massa
(g)

Absorban

konsentrasi
awal (ppm)

konsentrasi
akhir (ppm)

konsentrasi
terjerap
(ppm)

%
Adsorpsi

Kapasitas Adsorpsi
(Q) (mg/g)

0.0308

1.118

100

5.8839

94.1161

94.116

30.5572

0.0307

1.686

100

8.8734

91.1266

91.127

29.6829

0.0401

0.729

100

3.8366

96.1634

96.163

23.9809

0.0403

0.500

100

2.6313

97.3687

97.369

24.1610

0.0499

0.274

100

1.4418

98.5582

98.558

19.7511

0.0503

0.180

100

0.9471

99.0529

99.053

19.6924

0.0599

0.079

100

0.4155

99.5845

99.584

16.6251

0.0602

0.059

100

0.3103

99.6897

99.690

16.5598

0.0799

0.051

100

0.2682

99.7318

99.732

12.4821

% adsorpsi

0.0800
0.023
100
0.1208
99.8792
Persamaan garis kurva standar biru metilena: y=0.19000x + 0,00005

99.879
R2 = 0.99980

101
100
99
98
97
96
95
94
93
92
91
90
0,02

0,03

0,04

0,05

0,06

0,07

Bobot (g)

0,08

0,09

0,10

12.4849

13

Lampiran 4 Isoterm adsorpsi biru metilena oleh alofan dan nanokomposit
a.

alofan

C awal
(mg/L)

C akhir
(mg/L)

C teradsorpsi
(mg/L)

Massa
(g)

Isoterm Langmuir
x/m
c/(x/m)
X* (g)
(mg/g) (g/L)

Isoterm Freundlich
log c

log x/m

100

7.3997

92.6003

0.0399

0.0009

23.2081

0.3188

0.8692

100

9.0734

90.9266

0.0403

0.0009

22.5624

0.4021

0.9578

100

4.8208

95.1792

0.0499

0.0010

19.0740

0.2527

100

5.2839

94.7161

0.0505

0.0009

18.7557

100

2.6682

97.3318

0.0600

0.0010

100

3.1103

96.8897

0.0604

0.0010

100

1.3839

98.6161

0.0705

100

1.5050

98.4950

100

0.4418

100

0.4576

100

0.4208

ɛ2

1.3656

3.1445

0.0985

1.3534

3.1163

0.0670

0.6831

1.2804

2.9483

0.2179

0.2817

0.7230

1.2731

2.9315

0.1842

16.2220

0.1645

0.4262

1.2101

2.7864

0.6213

16.0413

0.1939

0.4928

1.2052

2.7752

0.4766

0.0010

13.9881

0.0989

0.1411

1.1458

2.6382

1.8136

0.0701

0.0010

14.0506

0.1071

0.1775

1.1477

2.6427

1.5919

99.5582

0.0801

0.0010

12.4292

0.0355

-0.3547

1.0944

2.5201

8.5784

99.5424

0.0800

0.0010

12.4428

0.0368

-0.3395

1.0949

2.5211

8.2307

99.5792

0.0900

0.0010

11.0644

0.0380

-0.3759

1.0439

2.4037

9.0804

0.5155
99.4845
0.0900 0.0010 11.0538
Nilai x = Cteradsorpsi (ppm) x Volume larutan (L) x

0.0466

-0.2877

1.0435

2.4028

7.1309

ɛ = RT ln (1 + 1/Ce)
keterangan:
ɛ = Potensial polanyi

R = Konstanta gas ideal (J/K.mol)
T = Suhu kontak (0K)

Isoterm Freunlich

log x/m

100

ln Q

-0,60

1,60
1,40
1,20
1,00
0,80
0,60
0,40
0,20
0,00
-0,10

y = 0.2154x + 1.1323
R² = 0.9405

0,40

log c

0,90

1,40

14

Lanjutan Lampiran 4
Isoterm Langmuir

c/(x/m) (g/L)

0,50
y = 0.0421x + 0.0347
R² = 0.9773

0,40
0,30
0,20
0,10
0,00
0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

C (mg/L)

Isoterm Dubinin-Radushkevich
3,50
3,00

Ln Q

2,50

y = -0.057x + 2.9169
R² = 0.7125

2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

ɛ2
Penentuan nilai Energi bebas rata-rata adsorpsi (Ea) (kJ/mol) pada suhu kontak (T) 29 oC.
lnQ = Kɛ2 + lnQDR
(persamaan Dubinin-Radushkevich)
Ea = (-2K)-0,5
Ea = (-2(-0.057))-0.5
= 2.96 kJ/mol
Keterangan:
Ea
Q
QDR
K

= Energi bebas rata-rata adsorpsi (kJ/mol)
= Kapasitas adsorpsi (mg/g)
= Kapasitas adsorpsi maksimum pada persamaan Dubinin-Radushkevich (mg/g)
= intersep dari persamaan Dubinin-Radushkevich

15

Lanjutan Lampiran 4
b.

Nanokomposit alofan TiO2

log c

log x/m

0.0308

Isoterm Langmuir
x/m
c/(x/m)
X* (g)
(mg/g)
(g/L)
0.0009
30.5572
0.1926

0.7697

91.1266

0.0307

0.0009

29.6829

0.2989

3.8366

96.1634

0.0401

0.0010

23.9809

100

2.6313

97.3687

0.0403

0.0010

100

1.4418

98.5582

0.0499

0.0010

100

0.9471

99.0529

0.0503

100

0.4155

99.5845

100

0.3103

100

0.2682

100

0.1208

C awal
(mg/L)

C akhir
(mg/L)

C
teradsorpsi
(mg/L)

massa
(g)

100

5.8839

94.1161

100

8.8734

100

Isoterm Freundlich
Ln Q

ɛ

1.4851

3.4196

0.1511

0.9481

1.4725

3.3906

0.0699

0.1600

0.5839

1.3799

3.1773

0.3290

24.1610

0.1089

0.4202

1.3831

3.1847

0.6363

19.7511

0.0730

0.1589

1.2956

2.9832

1.7021

0.0010

19.6924

0.0481

-0.0236

1.2943

2.9802

3.1852

0.0599

0.0010

16.6251

0.0250

-0.3814

1.2208

2.8109

9.2134

99.6897

0.0602

0.0010

16.5598

0.0187

-0.5083

1.2191

2.8070

12.7264

99.7318

0.0799

0.0010

12.4821

0.0215

-0.5716

1.0963

2.5243

14.8047

99.8792

0.0800

0.0010

12.4849

0.0097

-0.9180

1.0964

2.5245

30.4348

Nilai x = Cteradsorpsi (ppm) x Volume larutan (L) x

ɛ = RT ln (1 + 1/Ce)
keterangan:
ɛ = Potensial polanyi

R = Konstanta gas ideal (J/K.mol)
T = Suhu kontak (0K)
Isoterm Freunluich
2,00

log x/m

1,50
y = 0.2132x + 1.2841
R² = 0.9432

1,00
0,50
0,00
-1,50

-1,00

-0,50

0,00

log c

0,50

1,00

1,50

16

Lanjutan Lampiran 4
Isoterm Langmuir

c/(x/m) (g/L)

0,400
y = 0.0323x + 0.0157
R² = 0.9883

0,300
0,200
0,100
0,000
0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

C (mg/L)

Isoterm Dubinin-Radushkevich
4,00
3,50
3,00
Ln Q

2,50
2,00
y = -0.0277x + 3.1832
R² = 0.7285

1,50
1,00
0,50
0,00
0

5

10

15

20

25

30

35

ɛ2
Penentuan nilai Energi bebas rata-rata adsorpsi (Ea) (kJ/mol) pada suhu kontak (T) 29 oC.
lnQ = Kɛ2 + lnQDR
(persamaan Dubinin-Radushkevich)
Ea = (-2K)-0.5
Ea = (-2(-0.0277))-0.5
= 4.30 kJ/mol
Keterangan:
Ea
Q
QDR
K

= Energi bebas rata-rata adsorpsi (kJ/mol)
= Kapasitas adsorpsi (mg/g)
= Kapasitas adsorpsi maksimum pada persamaan Dubinin-Radushkevich (mg/g)
= intersep dari persamaan Dubinin-Radushkevich

17

Lampairan 5 Uji fotokatalisis
a.

Tanpa Penyinaran UV

Alofan
b.

TiO2

Nanokomposit

TiO2

Nanokomposi

Penyinaran UV selama 6 jam

Alofan

18

Lampiran 6 Spektrum UV filtrat sampel
A) Tanpa Penyinaran UV

Biru metilena, Fp 20 kali
TiO2, Fb 20 kali
Nanokomposit
Alofan

B) Penyinaran UV selama 6 jam

Biru metilena, Fp 20 kali
TiO2
Nanokomposit

Alofan