Efektivitas Pemberian Paclobutrazol Terhadap Keseimbangan Pertumbuhan Dua Varietas Kacang Tanah:

EFEKTIVITAS PEMBERIAN PACLOBUTRAZOL
TERHADAP KESEIMBANGAN PERTUMBUHAN
DUA VARIETAS KACANG TANAH

ARIES KUSUMAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010

PERNYATAAN MENGENAI TESIS
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Effektivitas
Pemberian Paclobutrazol Terhadap Keseimbangan Pertumbuhan Dua Varietas
Kacang Tanah adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir
tesis ini.


Bogor, Juli 2010

Aries Kusumawati
NIM A252070031

ABSTRACT
ARIES KUSUMAWATI. Study of application time and concentration of
paclobutrazol on growth balance of two groundnut varieties. Under supervision of
ISKANDAR LUBIS and MUNIF GHULAMAHDI.
Paclobutrazol application effectivity on growth balance of two groundnut
varieties were investigated at Cikabayan (IPB Research Station) from April to
July 2009. The field experiment was arranged in split-split-plot design. The main
factors were time of paclobutrazol applications (6 and 8 WAP), the sub factors
were varieties (sima and kelinci) and the sub-sub factors were paclobutrazol
concentrations (0, 100, and 200 ppm). The result showed that 200 ppm
concentration of paclobutrazol played significant role in increasing pod weight,
productivity and harvest index than other treatments. The 200 ppm treatment was
also increase non structural carbohydrate accumulated, and lower total nitrogen
of the stem at 10 WAP. Sima variety had higher total nitrogen in the stem than
kelinci variety.

Kata kunci : groundnut, paclobutrazol, non structural carbohydrate, source-sink.

RINGKASAN
ARIES KUSUMAWATI. Efektivitas Pemberian Paclobutrazol Terhadap
Keseimbangan Pertumbuhan Dua Varietas Kacang Tanah. Dibimbing oleh
ISKANDAR LUBIS (Ketua) dan MUNIF GHULAMAHDI (Anggota).
Kacang tanah di Indonesia merupakan tanaman pangan sekunder kedua
terpenting setelah kedelai yang juga merupakan sumber lemak (oleic dan linoleic
acids) dan protein nabati dengan harga relatif murah, mempunyai kualitas dan
kuantitas lemak dan protein yang cukup tinggi dalam bijinya. Produktivitas
kacang tanah selama 17 tahun terakhir (1986-2006) di Indonesia berkisar 0.7
ton/ha hingga 1.2 ton/ha biji kering. Permasalahan produktivitas erat kaitannya
dengan jumlah polong hampa dan tidak terisi penuh, ginofor yang berkembang
menjadi polong berisi hanya sekitar 26 – 68% (rata-rata 46%) dari ginofor yang
terbentuk.
Tujuan utama dari penelitian adalah mempelajari pengaruh aplikasi
paclobutrazol terhadap produksi dua varietas kacang tanah. Tujuan khusus dari
penelitian ini adalah untuk memperoleh info tentang pengaruh waktu aplikasi
paclobutrazol yang tepat terhadap pertumbuhan kacang tanah, menentukan
konsentrasi optimum paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan produksi kacang

tanah dan memperoleh info tentang perbedaan pola pertumbuhan dan produksi
antara varietas kacang tanah. Penelitian ini mempelajari pengaruh waktu aplikasi
dan konsentrasi paclobutrazol terhadap keseimbangan pertumbuhan pada dua
varietas kacang tanah (Sima dan Kelinci) yang memiliki pola kapasitas source
sink yang berbeda.
Percoban lapangan untuk mempelajari efektivitas waktu aplikasi dan
konsentrasi paclobutrazol terhadap keseimbangan pertumbuhan dua varietas
kacang tanah telah dilakukan di Kebun Percobaan Institut Pertanian Bogor (IPB),
Cikabayan, Darmaga, Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai
pada bulan April sampai dengan Juli 2009. Penelitian teridiri atas tiga faktor
yang disusun dengan rancangan split-split-plot (rancangan petak-petak terbagi).
Waktu aplikasi merupakan petak utama yang terdiri dari dua taraf perlakuan
aplikasi 6 MST dan 8 MST, anak petak merupakan varietas yang terdiri dua taraf
perlakuan yaitu varietas Sima dan Kelinci sedangkan anak-anak petak adalah
konsentrasi paclobutrazol teridiri dari tiga taraf perlakuan yaitu konsentrasi 0
ppm, 100 ppm dan 200 ppm.
Secara umum perlakuan yang diberikan pada kacang tanah menunjukkan
pengaruh tunggal untuk setiap peubah pengamatan. Waktu aplikasi paclobutrazol
tidak berpengaruh terhadap produksi kacang tanah tapi memberikan pengaruh
terhadap laju pertumbuhan tanaman (LPT) dan laju asimilasi bersih (LAB).

Varietas memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 10 dan 12 MST,
bobot kering brangkasan 8, 10, dan 12 MST, bobot kering batang 10 dan 12 MST,
bobot kering daun 8, 10, 12 MST, indeks luas daun 8 dan 12 MST, bobot
brangkasan panen, jumlah ginofor dan polong, bobot 100 biji, indeks panen dan
kandungan klorofil. Konsentrasi paclobutrazol memberikan pengaruh terhadap
tinggi tanaman 10 dan 12 MST peningkatan bobot kering batang 10 MST, jumlah
daun 10 MST, jumlah polong total pertanaman, bobot polong total per tanaman,
indeks panen dan produktivitas polong (ton/ha).

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh konsentrasi paclobutrazol 200
ppm memberikan hasil paling baik terhadap bobot polong, produktivitas dan
indeks panen. Aplikasi konsentrasi paclobutrazol 200 ppm pada kacang tanah
terlihat meningkatkan source (asimilat) berupa karbohidrat terlarut dan
menurunkan nitrogen total pada batang pada umur 10 MST. Jumlah asimilat pada
batang varietas Kelinci lebih tinggi dibandingkan varietas Sima, sebaliknya
jumlah total nitrogen pada batang varietas Sima lebih tinggi dibandingkan varietas
kelinci. Hal ini mengindikasikan bahwa pada varietas kelinci jumlah asimilat yang
ada dalam batang cenderung lebih berperan dalam pengisian biji, sedangkan pada
varietas Sima, fotosintesis cenderung lebih berperan dalam pengisian biji,
sehingga indeks panen varietas Kelinci lebih tinggi dibandingkan Sima. Oleh

karena itu dapat disimpulkan bahwa varietas Sima dan Kelinci mempunyai pola
source sink yang berbeda dan dapat dimanipulasi pertumbuhannya dengan zat
pengatur tumbuh melalui peningkatan sink, yaitu jumlah polong.
Ada korelasi yang positif terlihat pada hubungan indeks luas daun 6 MST
dengan bobot kering batang 8 MST dan 12 MST, indeks luas daun 8 MST dan
bobot kering batang 12 MST. Bobot kering batang 8 MST dan bobot kering
ginofor dan polong 8 MST, tinggi tanaman 10 MST dan 12 MST dengan bobot
kering batang 12 MST. Korelasi negatif terlihat pada tinggi tanaman 10 dan 12
MST dengan indeks panen.

© HAK Cipta miilik IPB, tahun 2010
Hak cipta dilindungi undang-undang
1. Dilarang mengutip sebahagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan lapporan, penulisan kritik
atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebahagian atau seluruh
karya tulis dalam bentuk apapun tanpa ijin IPB.


EFFEKTIVITAS PEMBERIAN PACLOBUTRAZOL
TERHADAP KESEIMBANGAN PERTUMBUHAN
DUA VARIETAS KACANG TANAH

ARIES KUSUMAWATI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:
Dr. Ir. Yudiwanti Wahyu Endro Kusumo, MS.


Judul Tesis

: Efektivitas Pemberian Paclobutrazol terhadap Keseimbangan
Pertumbuhan Dua Varietas Kacang Tanah

Nama

: Aries Kusumawati

NRP

: A252070031

Mayor

: Agronomi dan Hortikultura

Disetujui
Komisi Pembimbing


Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS.

Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS.

Ketua

Anggota

Diketahui

Ketua Mayor
Agronomi dan Hortikultura

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS.

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS.

Tanggal Ujian : 29 April 2010


Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat penulis selesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan dari bulan April sampai dengan
Agustus 2009 adalah Efektivitas Pemberian Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan
dua Varietas Kacang Tanah.
Terima kasih penulis ucapkan kepada :
 Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS. sebagai ketua komisi pembimbing, Dr. Ir. Munif
Ghulamahdi, MS. sebagai anggota komisi pembimbing dan Ketua Program
Mayor Agronomi dan Hortikultra, Ir. Heni Purnamawati, MSc. Agr. sebagai
pembimbing lapangan.
 Dr. Ir. Yudiwanti Wahyu Endro Kusumo, MS sebagai dosen penguji luar
komisi dan Dr. Ir Trikoesoemaningtyas MSc. sebagai wakil ketua Mayor
Agronomi dan Hortikultura dalam ujian sidang tesis.
 Pimpinan Program Mayor Agronomi dan Hortikultura, Departemen
Agronomi dan Hortikultura Sekolah Pascasarjana beserta staf pengajar,
karyawan dan teman-teman yang telah membantu dalam penelitian dan

penyelesaian studi di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
 Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi atas bantua beasiswa BPPS dan
Departemen Pertanian atas bantuan pembiayaan penelitian yang didanai
oleh KKP3T (Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian dengan Perguruan
Tinggi).
 Pimpinan Universitas Andalas beserta staf.
 Rekan-rekan AGH 07 ( Ola, Pien, Arrin, Leo, Puji, Enni, Odit, Syukur,
Dian, Tisna) dan Rekan-rekan PBT 07, terima kasih atas kebersamaan
selama studi. Wilna, Zora, Fitri, Via dan Akhyar yang telah menyediakan
waktunya menemani penulis dalam penelitian.
 Ibunda, adik beserta seluruh keluarga atas segala dorongan doa, kasih
sayang serta pengertiannya.
 Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor Juli 2010

Penulis

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bukittinggi, Propinsi Sumatra Barat pada tanggal 12

April 1980, merupakan putri pertama dari dua bersaudara, dari Ibunda Hayati dan
Ayahanda Yursal Candra. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun
1992 di SDN No. 1 Larak Kecamatan IV Angkat Candung. Pendidikan Sekolah
Menengah Pertama diselesaikan pada tahun 1995 di MIA (Madrasah Ibtidaiyah
Awaliyah) Sei. Baringin Kec. IV Angkat Candung Kab. Agam. Pendidikan
Sekolah Menengah atas diselesaikan pada tahun 1998 di SMUN 1 IV Angkat
Candung Kab. Agam Propinsi Sumatra Barat.
Tahun 1998, penulis diterima sebagai mahasiswa jurusan Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Andalas melalui jalur Ujian Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Selanjutnya pada tahun 2005 penulis
diterima sebagai staf pengajar di Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Pada
tahun 2007 penulis diberi kesempatan melanjutkan pendidikan Program Magister
pada Mayor Agronomi dan Hortikultura di Sekolah Pascasarjana IPB melalui
program beasiswa pendidikan pascasarjana yang diperoleh dari BPPS.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
Latar belakang ........................................................................................ 1
Tujuan Penelitian .................................................................................... 3
Hipotesis Penelitian ................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 4
Botani Kacang Tanah .............................................................................. 4
Pertumbuhan dan Perkembangan Kacang Tanah ...................................... 5
Syarat Tumbuh ........................................................................................ 6
Hubungan Source Sink Tanaman ............................................................. 6
Zat Penghambat Tumbuh Paclobutrazol .................................................. 7
BAHAN DAN METODE .................................................................................. 11
Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 11
Bahan dan Alat ..................................................................................... 11
Rancangan dan Perlakuan penelitian ..................................................... 11
Pelaksanaan Penelitian .......................................................................... 12
Pengamatan Penelitian............................................................................ 13
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 16
Keadaan Umum Penellitian ................................................................... 18
Korelasi Komponen Pertumbuhan dan Hasil .......................................... 50
Pembahasan Umum ............................................................................... 50
KESIMPULAN ................................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 56
LAMPIRAN ..................................................................................................... 62

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Tabel rekapitulasi hasil sidik ragam ........................................................... 19

2

Tabel rata-rata tinggi tanaman pada varietas .............................................. 21

3

Tabel rata-rata tinggi tanaman pada konsentrasi paclobutrazol ................... 21

4

Tabel rata-rata persentase polong isi per tanaman ...................................... 31

5

Tabel rata-rata jumlah biji per tanaman ...................................................... 33

6

Tabel rata-rata indeks biji .......................................................................... 33

7

Tabel rata-rata rendemen kacang tanah ...................................................... 42

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Pola pertumbuhan cabang kacang tanah ....................................................... 4

2

Rumus bangun paclobutrazol ........................................................................ 8

3

Bobot kering brangkasan pada perlakuan waktu aplikasi
paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ....................... 23

4

Bobot kering akar pada perlakuan waktu aplikasi
paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ...................... 24

5

Bobot kering batang pada perlakuan waktu aplikasi
paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ....................... 25

6

Bobot kering daun pada perlakuan waktu aplikasi
paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ...................... 26

7

Jumlah daun pada perlakuan waktu aplikasi
paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ....................... 28

8

Indeks luas daun pada perlakuan waktu aplikasi
paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ...................... 29

9

Jumlah ginofor dan polong pada perlakuan waktu aplikasi
paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ....................... 34

10 Jumlah total polong per tanaman pada perlakuan waktu aplikasi
paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ..................... 36
11 Bobot polong total per tanaman pada perlakuan waktu aplikasi
paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ...................... 37
12 Bobot biji per tanaman pada perlakuan waktu aplikasi
paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ....................... 38
13 Bobot 100 biji pada perlakuan waktu aplikasi
paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ....................... 39
14 Indeks panen pada perlakuan waktu aplikasi
paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ...................... 40
15 Produktivitas pada perlakuan waktu aplikasi
paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ...................... 41
16 Kandungan klorofil perlakuan waktu aplikasi
paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ....................... 43
17 Laju pertumbuhan tanaman perlakuan waktu aplikasi
paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ...................... 45
18 Laju asimilasi bersih pada perlakuan waktu aplikasi
paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ....................... 46
19 Kandungan karbohidrat terlarut pada varietas (a) dan
konsentrasi paclobutrazol (b) dalam batang 10 MST ................................ 48

20 Kandungan nitrogen total pada varietas dalam batang 10 MST (a),
kandungan nitrogen total pada konsentrasi paclobutrazol
dalam batang 10 MST (b) .......................................................................... 49

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Deskripsi varietas Kelinci .......................................................................... 62

2

Deskripsi varietas Sima .............................................................................. 63

3

Keadaan unsur iklim wilayah Darmaga bulan April – Juli 2009 .................. 64

4

Hasil analisis tanah sebelum penanaman .................................................... 65

5

Tahapan analisis kandungan klorofil .......................................................... 66

6

Denah percobaan ........................................................................................ 67

7

Matriks korelasi bobot kering brangkasan, ILD, bobot kering ginofor
dan polong dan bobot kering biji ................................................................ 68

8

Matriks korelasi komponen pertumbuhan dan produksi kacang tanah
pada waktu aplikasi dan konsentrasi paclobutrazol serta varietas ( a ) ......... 69

9

Matriks korelasi komponen pertumbuhan dan produksi
kacang tanah pada waktu aplikasi dan konsentrasi
paclobutrazol serta varietas ( b ) ................................................................. 70

10 Matriks korelasi komponen pertumbuhan dan produksi
kacang tanah pada waktu aplikasi dan
konsentrasi paclobutrazol serta varietas ( c ) ............................................... 71

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kacang tanah di Indonesia merupakan tanaman pangan sekunder kedua
terpenting setelah kedelai. Kacang tanah ditanam untuk memenuhi kebutuhan gizi
masyarakat, meningkatkan pendapatan petani serta memenuhi kebutuhan industri.
Kacang tanah juga merupakan sumber lemak (oleic dan linoleic acids) dan protein
nabati yang harganya relatif murah dibandingkan dengan sumber lemak dan
protein lainnya. Hal ini dikarenakan kualitas dan kuantitas lemak dan protein yang
terdapat dalam bijinya cukup tinggi yaitu kandungan protein sebesar 26 – 30%
dan lemak 48 – 50% (Saleh 2002; Arinong et al. 2006; Nigam et al. 2006;
Sardana 2007).
Secara nasional, luas tanam kacang tanah pada periode 2004 – 2008
berfluktuasi dengan rata-rata 689.5 ribu ha. Tahun 2008 luas tanam komoditas
pangan ini tercatat 636.2 ribu ha, produksi 773.8 ribu ton, dan produktivitas 1.2
t/ha, sedangkan kebutuhannya telah mencapai 856.1 ribu ton. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut maka impor kacang tanah masih dilakukan (Marwoto 2009).
Produksi kacang tanah di Indonesia mengalami penurunan yang cukup
besar pada tahun 2007 dibandingkan dengan tahun 2006. Jika tahun 2006
produksi kacang tanah sebesar 43.956 ton biji kering, maka pada tahun 2007
hanya 32.913 ton biji kering (BPS 2008).
Penurunan produksi ini disebabkan oleh turunnya luas panen seluas 47.09
ribu ha (6.66%), meskipun produktivitas meningkat sebesar 0.11 kuintal/ha
(0.93%). Perkiraan penurunan produksi kacang tanah tahun 2007 tersebut terjadi
di Jawa sebesar 29.67 ribu ton (5.16%) dan diluar Jawa sebesar 19.100 ribu ton
(7.25%). Di Jawa (Jawa Timur dan D.I Yogyakarta), penurunan produksi
disebabkan oleh turunnya luas panen sebesar 25.40 ribu ha (5.28%) (BPS, 2008)
Berbagai varietas baru berdaya hasil mencapai 2 – 2.5 ton/ha lebih telah
dilepas, tetapi produktivitas petani hanya mencapai 50 – 60 % saja dari hasil
penelitian (Kasno 2005). Produktivitas kacang tanah selama 17 tahun terakhir
(1986-2006) di Indonesia berkisar 0,7 ton/ha hingga 1,2 ton/ha biji kering
(Harsono et al. 2003; Kasno 2005) sedangkan produktivitas rata-rata kacang tanah
dunia sebesar 1.31 – 1.55 ton/ha dalam bentuk polong kering (Nigam & Lenne

2
1996; Nigam et al. 2008).
Polong hampa (polong tidak berisi) dan polong terisi tapi tidak penuh
(ukuran biji kurang maksimal) adalah salah satu penyebab turunnya produksi
kacang tanah. Fakta ini didukung oleh penelitian Bell & Wright (1998), mereka
menemukan bahwa walaupun populasi tanaman kacang tanah di Indonesia
tergolong tinggi ternyata polong yang dihasilkan banyak yang tidak berisi atau
tidak terisi maksimum, yang mengakibatkan produktivitasnya dibawah 2.5 ton/ha.
Berdasarkan penelitian terhadap beberapa kultivar unggul nasional kacang tanah
diperoleh informasi bahwa ginofor dan polong per tanaman yang dihasilkan
mencapai 20 – 45 buah (Lukitas 2005; Khasanah & Purnamawati 2007), namun
ginofor yang berkembang menjadi polong berisi hanya sekitar 26 – 68% (rata-rata
46%) dari ginofor yang terbentuk.
Menurut Utomo et al. (2005) ukuran biji kacang tanah yang lebih besar
dapat berkontribusi pada hasil yang tinggi. Karakter agronomis yang mendukung
daya hasil tinggi ini terkait dengan jenis pertumbuhan kacang tanah. Jenis kacang
tanah yang tergolong ke dalam subspesies (ssp) fastiagata yang dicirikan oleh
keberadaan bunga pada cabang utama, tumbuh tegak, dan membentuk bunga dan
polong terkonsentrasi seputar cabang utama, cenderung menghasilkan polong
yang

sedikit

dibandingkan

kacang

tanah

subspesies

hypogaea

yang

pertumbuhannya menjalar cenderung menghasilkan polong yang banyak karena
ginofor lebih dekat dan mudah menembus tanah.
Modifikasi pertumbuhan tanaman secara fisiologi adalah salah satu usaha
untuk mengatasi permasalahan di atas dengan mengontrol pertumbuhan vegetatif.
Penggunaan zat pengatur tumbuh retardan dapat dilakukan untuk mengatur pola
pertumbuhan

tanaman

dengan

tujuan

mempertahankan

keseimbangan

pertumbuhan vegetatif dan generatif, sehingga kompetisi pemanfaatan source oleh
pertumbuhan vegetatif dan generatif yang mengakibatkan rendahnya assimilat
yang didistribusikan ke dalam sink dapat ditekan ( Cruz-Aguado et al. 1999;
Arzani & Roosta 2004; Lakitan 2007; Dordas 2009; Bueno & Lafarge 2009).
Kacang tanah adalah tanaman semi determinate, dimana pertumbuhan
vegetatif terus berlangsung walaupun tanaman telah memasuki periode berbunga.
Untuk mengatasi kendala ini maka perlu dilakukan penelitian terhadap modifikasi

3
ukuran source guna mengetahui keseimbangan source sink kacang tanah. Oleh
karena itu penggunaan zat pengatur tumbuh golongan retardan dapat dilakukan
untuk pengaturan stadia pertumbuhan tanaman.
Menurut Banon et al. (2002), Rankle dan Heins (2002), Lakshmanan et al.
(2007) salah satu retardan yang pemakaiannya sering dan secara luas adalah
paclobutrazol. Seeno dan Isoda (2003a) melaporkan bahwa aplikasi paclobutrazol
pada tanaman kacang tanah secara foliar dengan konsentrasi 100 ppm dan
200 ppm meningkatkan hasil biji tanaman dengan waktu aplikasi pada fase awal
pembentukan polong, fase awal pengisian biji dan fase pertengahan pengisian biji.
Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian adalah mempelajari pengaruh aplikasi
paclobutrazol terhadap produksi beberapa varietas kacang tanah. Tujuan khusus
dari penelitian ini adalah untuk :
1. Memperoleh informasi tentang pengaruh waktu aplikasi paclobutrazol yang
tepat terhadap pertumbuhan kacang tanah.
2. Memperoleh informasi tentang konsentrasi optimum paclobutrazol terhadap
pertumbuhan dan produksi kacang tanah .
3. Memperoleh informasi tentang perbedaan pola pertumbuhan dan produksi
antara varietas kacang tanah.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Waktu aplikasi paclobutrazol berpengaruh terhadap pola pertumbuhan dan
produksi kacang tanah.
2. Konsentrasi paclobutrazol berpengaruh terhadap pola pertumbuhan dan
produksi kacang tanah.
3. Varietas kacang tanah yang berbeda mempunyai pola pertumbuhan dan
produksi yang berbeda.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kacang Tanah
Kacang tanah (Arachis hypogaea (L.) Merr.) merupakan tanaman yang
berasal dari benua Amerika Selatan, diperkirakan dari lereng pegunungan Andes,
yaitu di negara-negara Bolivia, Peru dan Brazilia sekarang. Budidaya tanaman ini
sudah dimulai sejak 1500 SM oleh Bangsa Inca dan Indian Maya (Hammons
1982 dalam Trustinah 1993).
Kacang tanah (Arachis hypogaea (L.) Merr.) merupakan anggota famili
Papilionidae, sub famili leguminosae, genus Arachis. Genus Arachis merupakan
tanaman herba, daunnya terdiri dari 3 – 4 helaian daun, memiliki daun penumpu,
bunganya berbentuk kupu-kupu dengan tabung hipantium, buah atau polongnya
tumbuh ditanah. Spesies Arachis hypogaea ini menjadi dua sub spesies yaitu sub
spesies hypogaea

dan sub spesies fastigata, dibedakan berdasar pola

pertumbuhan cabangnya. Sub spesies hypogaea memiliki percabangan menjalar
(procumbent), menjalar dengan ujung mengarah ke atas (decumbent), atau tegak
(erect) (Trustinah 1993; Singh & Oswalt 1995; Augstburger et al. 2000).

Gambar 1 Pola pertumbuhan cabang kacang tanah (Singh & Oswalt 1995)

5

Berdasarkan

posisi

cabang primer

terhadap

batang utama

tipe

pertumbuhan kacang tanah dibedakan menjadi 6 tipe : 1. Procumbent 1 (cabang
menjalar), 2. Procumbent 2 ( cabang dan batang utama menjalar), 3. Decumbent 1
(cabang menjalar dengan ujung sedikit ke atas), 4. Decumbent 2 (cabang menjalar
dengan pertengahan cabang menuju ke atas), 5. Decumbent 3 (cabang lateral
menuju ke atas) dan 6. Erect (cabang lateralnya tegak ) (Gambar 1).
Kacang tanah yang ditanam di Indonesia sebagian besar umumnya adalah
tipe tegak. Petani lebih menyukai kacang tanah tipe tegak karena memiliki sifat
memiliki umur yang pendek yaitu sekitar 100 – 120 hari selain itu sifat lainnya
adalah percabangan yang lurus atau sedikit miring ke atas, buahnya hanya pada
ruas-ruas yang dekat rumpun sehingga masaknya bersamaan (Trustinah 1993 ).
Pertumbuhan dan Perkembangan Kacang Tanah
Pertumbuhan merupakan hasil dari metabolism dari sel- sel hidup yang
dapat diukur sebagai penambahan berat basah atau berat kering, isi, panjang atau
tinggi. Pertumbuhan pada kacang tanah terdiri dari fase vegetatif dan generatif.
Pertumbuhan fase vegetatif kacang tanah dibagi menjadi tiga stadia :
perkecambahan, pembukaan kotiledon dan pengembangan daun bertangkai 4
(tetrafoliate). Laju pemunculan kotiledon ke permukaan tanah dipengaruhi oleh
kedalaman penanaman, suhu tanah dan keadaan air tanah (Trustinah 1993).
Perkembangan fase vegetatif ini berlangsung selama 20 – 35 hari,
kemudian akan disusul oleh munculnya bunga. Permulaan munculnya bunga ini
menandai awal dari fase reproduktif tetapi perkembangan vegetatif ini masih akan
tetap berlanjut dalam pembungaan dan pengisian polong. Proses pembungaan
akan sangat bergantung dengan ketersediaan air dalam tanaman, fotoperiode,
pencahayaan dan suhu (Shorter & Patanothai 1995).
Bunga yang menyerbuk akan menjadi ginofor, yang kemudian menembus
tanah untuk membentuk polong. Oleh karena itu pada stadia ini kelembaban dan
kegemburan tanah sangat diperlukan terutama untuk membantu masuknya ginofor
kedalam tanah. Umumnya diperlukan waktu sekitar 60 – 80 hari untuk
perkembangan polong tanaman dari saat bunga muncul sampai polong tua pada

6
tipe virginia dan 50 – 60 hari pada tipe spanish-valencia (Shorter & Patanothai
1995).
Syarat Tumbuh
Kacang tanah dapat tumbuh baik pada tanah yang gembur dan cukup unsur
N, P, K, Ca dan unsur mikro. Kacang tanah menghendaki jenis tanah lempung
berpasir, liat berpasir, atau lempung liat berpasir. Kemasaman yang optimal
adalah 6.5-7.0. jika pH tanah lebih besar dari 7.0 maka daun akan berwarna
kuning karena kekurangan unsur hara (N,S, Fe dan Mn) dan seringkali timbul
bercak hitam pada polong. (Adisarwanto 1993; Sutarto et al. 1998).
Pemenuhan kebutuhan unsur hara untuk pertumbuhan dan perkembangan
kacang tanah dapat dilakukan melalui pemupukan agar tanaman dapat berproduksi
maksimal. Untuk menghasilkan 3.5 ton/ha polong kering dan seluruh biomasa
tanaman kacang tanah, dihabiskan 230kg N + 39kg P2O5+ 116 kg K2O + 66 kg
Ca + 21 kg Mg dan 24 kg S setiap hektarnya. Melalui pertimbangan efisiensi dan
kelestarian lahan, dianjurkan memberikan pupuk dasar pada tanah yan tergolong
miskin NPKS, masing-masing adalah 75 – 100 kg Urea, 75 – 100 kg SP36 dan 75
– 100kg ZK per hektarnya (Suyamto 1995).
Selain media tanam, faktor iklim juga berpengaruh langsung terhadap
pertumbuhan tanaman kacang tanah. Suhu udara untuk pertumbuhan optimum
berkisar 27 oC – 30 oC. Keragaman dalam jumlah dan dsitribusi hujan sangat
berpengaruh (dapat menjadi kendala) terhadap pencapaian hasil kacan tanah.
Total curah hujan selama 3 – 3.5 bulan atau sepanjang periode pertumbuhan
sampai panen adalah 300 – 500 mm (Adisarwanto 1993).
Hubungan Source Sink Tanaman
Ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi partisi bahan kering seperti
hormon, nutrisi, keterbatasan jaringan pembuluh kapasitas penyangga organ
penyimpanan dan kapasitas sink. Penyediaan dalam batang jaringan vegetatif bisa
digunakan untuk pengisian biji dalam keadaan kondisi tercekam dimana kondisi
tercekam fotosintesis sumber selama pengisian biji. Translokasi asimilat yang
tersedia sebelum masa antesis bervariasi pada beberapa spesies, genotip (Dordas
2009). Pembagian hasil fotosintesis diantara bagian-bagian yang berlainan dalam

7
tanaman akan menentukan indeks panen.
Hubungan source-sink sangat penting dalam tanaman budidaya. Laju
pertumbuhan jaringan sink dan organ-organ tanaman dibatasi oleh hasil
fotosintesis dari daun (source limitation) (Biao et al. 2008). Pada tanaman berbiji
terdapat korelasi erat antara laju pertumbuhan biji dan aktifitas daun, dari mana
sebagian besar fotosintat diambil. Pada kedelai fotosintesis daun lebih tinggi
selama pengisian polong daripada pembungaan. Untuk mengendalikan aktifitas
source dan sink dapat dilakukan dengan pengujian hormonal (Goldworthy 1996).
Zat Penghambat Tumbuh Paclobutrazol
Produksi fotosintat, sistem translokasi fotosintat dan akumulasi fotosintat
pada suatu organ tertentu sangat ditentukan oleh kualitas pertumbuhan tanaman.
Fotosintat yang dihasilkan akan optimal jika tanaman dapat melakukan proses
fotosintesis secara optimal pula. Hal ini tentu sangat berhubungan dengan unsurunsur yang terlibat dalam proses fotosintesis. Translokasi fotosintat dari sumber
(source) ke pengguna (sink) diatur oleh senyawa pengendali pertumbuhan
tanaman yang disebut dengan plant growth substances, jika senyawa buatan yang
diberikan secara eksogen disebut plant growth regulator (Sumardi et al. 2007).
Ada berbagai macam kelompok bahan kimia yang memberikan pengaruh
fisiologi dalam

menghambat

pertumbuhan

batang

dengan menghambat

pembelahan sel meristem sub apikal, namun susunan buah, bunga dan buah tidak
terpengaruh, dimana tanaman yang mendapatkan pelakuan ini tetap tampak
normal namun mengalami pemendekan batang (Khrisnamoorthy 1981; Owens &
Stover 1999; Smith et al. 2005).
Cathey (1964) mendefinisikan zat penghambat tumbuh (retardant) adalah
suatu tipe senyawa organik yang mampu menghambat pemanjangan batang,
meningkatkan warna hijau daun dan secara tidak langsung mempengaruhi
pembungaan, menghambat pembelahan dan pemanjangan sel sub apikal tanpa
menyebabkan pertumbuhan menjadi abnormal. Paclobutrazol merupakan salah
satu penghambat tumbuh yang mempunyai rumus empirik C15H20Cl H3O
dengan rumus kimia (2RS, 3RS)-1-(4-Chlorophenil)-4,4-dimethyl-2-(1H-1,1,2,4triazol-1-yl) pentantriol dengan rumus bangun dapat dilihat pada gambar 2. Zat
penghambat tumbuh ini berbentuk kristal (butiran) dan berwarna putih dengan

8
merek dagang salah satunya cultar 250 SC (ICI 1986).

Gambar 2 Rumus bangun paclobutrazol (Arteca 1996)
Zat penghambat paclobutrazol ini dapat diserap tanaman melalui tanah,
jaringan, akar, batang, kemudian di angkut oleh xylem menuju titik tumbuh.
Senyawa ini aktif mencapai meristem sub apikal, menghambat produksi giberelin
yang menyebabkan penurunan laju pembelahan sel. Dengan terjadinya penurunan
pembelahan sel maka pertumbuhan vegetatif tanaman terhambat dan secara tidak
langsung akan menyebabkan pengalihan assimilat ke pertumbuhan reproduktif,
yang dibutuhkan untuk membentuk bunga, buah dan perkembangan buah.
Paclobutrazol bersifat menghambat produksi giberelin pada oksidasi ent-kareunic
menjadi asam ent-kaurenoic dalam biosintesis giberelin (ICI 1986; Khalil &
Rahman 1995; Rankle & Heins 2002; Seeno & Isoda 2003a; Suzuki et al. 2004;
Blaikie et al. 2004; Zhu et al. 2004 ).
Zat penghambat pertumbuhan paclobutrazol (PBZ) adalah triazole yang di
laporkan untuk melindungi dan mencegah tanaman
lingkungan

seperti

kekeringan,

temperatur

dari beberapa cekaman

rendah

dan

kering,

PBZ

mengintervensi biosintesis gibberelin dengan menghambat oksidasi ent kaurenic
menjadi ent kaurenic acid dengan cara menonaktifkan cytochrome P450dependent oxygenase. PBZ juga menstimulasi akumulasi ABA di daun (ZHU et
al. 2004).

9
Wattimena (1988) menyatakan bahwa ada beberapa pengaruh fisiologis
yang dapat ditimbulkan oleh paclobutrazol, diantaranya: menghambat elongasi sel
pada meristem apikal, memperpendek ruas tanaman, mempertebal batang,
menghambat

senescen,

mencegah

kerebahan,

menghambat

etiolasi,

memperbanyak perakaran stek, memperpanjang masa simpan buah dan
meningkatkan pembuahan. Sementara itu Hayashi (2001) mengemukakan bahwa
paclobutrazol mampu mengontrol tinggi tanaman dan pembungaan. Hal ini juga
diperkuat oleh laporan dari Jaleel et al. (2007) penelitiannya menunjukkan bahwa
paclobutrazol secara signifikan mempengaruhi karakteristik fotosintesis dan
anatomi tanaman Catharanthus roseus (L.) G. Don. meningkatkan kandungan
klorofil dan parameter yang berhubungan dengan fotosintesis seperti laju
fotosintesis bersih (net photosynthetic rate) dan konsentrasi CO2 internal tanaman
tetapi mengurangi transpirasi, paclobutrazol juga meningkatkan ketebalan daun,
epidermis dan kutikula, jaringan palisade dan jaringan sponge tetapi mengurangi
diameter pembuluh xylem

secara nyata dibandingkan kontrol. Paclobutrazol

cenderung meningkatkan fotosintesis daun (Gonzales et al. 2003; Gonzales &
Blaikie 2003)
Retardan memberikan beberapa keuntungan dan kerugian. Keuntungannya
adalah

dapat

meningkatkan

keseragaman

pembungaan,

meningkatkan

pemanjangan akar serta ketahanan terhadap cekaman pada kondisi ruangan.
Kerugiannya adalah respon yang berbeda-beda dalam spesies yang sama,
pembungaan akan terhambat jika pemberian terlambat dilakukan karena
paclobutrazol bekerja secara spesifik pada organ dan jenis tanaman (Larson 1992;
Watson 2006). Sementara itu hasil peneltian Sopher et al. (1999) menunjukkan
bahwa pengaruh paclobutrazol ditingkat sel tanaman

mampu meningkatkan

sistem pertahanan daun jagung yang diberikan perlakuan paclobutrazol, hal ini
disebabkan anatomi daun mempunyai tumpukan kloroplas dan grana, lamella
stroma yang lebih banyak, lapisan kutikula daun menjadi lebih tebal dan lebar dan
berakibat pada pembesaran jaringan pembuluh, epidermis, mesofil dan bundle
sheath cells sehingga daun tanaman jagung lebih tebal dan lebih effisien dalam
menjaga sistem pertahanannya pada suhu dingin. Penelitian lainnya tentang
paclobutrazol yang dilakukan oleh Blanco (1988) menunjukkan bahwa

10
paclobutrazol menurunkan perkembangan tajuk tapi meningkatkan ukuran buah
hal ini diperkuat penelitian Kuden et al. (1995) mengatakan bahwa paclobutrazol
250 ppm menurunkan pertumbuhan tajuk 34.1 – 42.2 % dan meningkatkan tunas
buah.
Selain itu manfaat paclobutrazol juga dilaporkan oleh Susilawati (1993)
bahwa paclobutrazol menghambat pertumbuhan vegetatif seperti munculnya tunas
pertama,

mengurangi panjang tunas

dan

panjang ruas

tangkai,

tidak

mempengaruhi saat muncul tunas kedua, jumlah tunas, diameter batang. Widayati
(1996) menyampaikan juga bahwa zat penghambat tumbuh paclobutrazol efektif
dalam mengurangi jumlah daun menghambat laju pertumbuhan tunas dan
pertambahan panjang ruas serta menekan pertambahan diameter batang.
Armadi (2000) menyatakan bahwa pemberian paclobutrazol dapat
menginduksi pembungaan lebih cepat dengan menunjukkan waktu pembungaan
10-18 hari dan waktu aplikasi berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif dan
komponen reproduktif. Waktu aplikasi tidak hanya memperhatikan keadaan cuaca
di lapangan saja tetapi juga harus memperhatikan fase pertumbuhan tanaman
terutama waktu pembungaan. Umumnya aplikasi paclobutrazol dilakukan melalui
daun dan tanah. Aplikasi paclobutrazol melalui daun dilakukan dengan cara
menyemprot daun tanaman, paclobutrazol akan diserap oleh daun yang dewasa,
penyerapan melalui daun ini terbatas, dan ditranslokasikan didalam batang
sedangkan aplikasi melalui tanah translokasi paclobutrazol dalam batang akan
diserap oleh akar dan dibawa kedalam batang secara akropetal melalui xylem
(Barret & Bartuska 1988; Arzani & Roosta 2004 ).
Penelitian aplikasi paclobutrazol pada kacang tanah telah dilakukan oleh
Seeno & Isoda (2003a). Aplikasi paclobutrazol dilakukan secara foliar dengan
waktu aplikasi pada fase awal pembentukan polong, fase awal pengisian biji dan
fase pertengahan pengisian biji dan didapatkan konsentrasi 100 dan 200 ppm
paclobutrazol meningkatkan hasil biji tanaman.

11

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan IPB yang berlokasi di
Cikabayan Bogor selama empat bulan dari bulan April sampai Juli 2009. Analisis
laboratorium dilakukan di laboratorium RGCI (Research Group of Crop
Improvement) dan Laboratorium Analisis Pangan IPB.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih kacang tanah varietas Kelinci dan
Sima. Pupuk yang digunakan yaitu Urea, SP18, dan KCL, sedangkan pestisida
yang digunakan karbofuran. Zat pengatur tumbuh yang dipakai berupa retardan
yaitu paclobutrazol. Alat yang digunakan sprayer, timbangan, gelas ukur ember
plastik, meteran, peralatan tulis dan alat-alat lainnya.
Rancangan dan Perlakuan Penelitian
Penelitian ini mempelajari tiga faktor yang dilaksanakan menggunakan
rancangan percobaan faktorial yang ditempatkan secara split-split-plot, sehingga
petak utama adalah waktu aplikasi ( A6 = aplikasi 6 MST dan A8 = Aplikasi 8
MST), anak petak adalah varietas ( V1 = Varietas Sima dan V2 = Varietas
Kelinci) dan anak-anak petak adalah konsentrasi paclobutrazol (P0 = 0 ppm, P1 =
100 ppm dan P2 = 200 ppm). Perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga
terdapat 18 unit percobaan (Lampiran 6). Tiap unit percobaan berupa plot
berukuran 3 x 5 m2 dengan jarak tanam 40 x 10 cm sehingga satuan percobaan
berjumlah 280 tanaman / petak percobaan.
Model liniear aditif rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Yijkl = µ + Kk + αi +

ik

+ Vj+(αV)ij+ ηijk + ρl+ (αρ)il + (Vρ)jl + (αVρ)ijl +

ijkl

Dimana :
i = (1;2) ; j = (1;2) ; l = (1;2;3); k = (1;2;3)
Yijkl

= Nilai pengamatan pada perlakuan paclobutrazol taraf ke-i dan
varietas taraf ke-j, kelompok ke-k waktu semprot ke-l

µ

= Rataan umum

12

Kk

= Pengaruh kelompok ke-k

αi

= Pengaruh waktu aplikasi paclobutrazol taraf ke-i
= Pengaruh galat petak utama (waktu aplikasi paclobutrazol)

ik

taraf ke-i dan kelompok ke-k
Vj

= Pengaruh varietas taraf ke-j

(αV)ij

= Pengaruh interaksi faktor waktu aplikasi palobutrazol taraf ke-I
dan varietas taraf ke-j

ηijk

= Pengaruh galat anak petak (varietas) pada waktu aplikasi
paclobutrazol ke-i, varietas ke-j kelompok ke-k

ρl

= Pengaruh paclobutrazol taraf ke-l

(αρ)il

= Pengaruh interaksi waktu aplikasi taraf ke-I dan konsentrasi
paclobutrazol taraf ke-l

(Vρ)jl

= Pengaruh interaksi varietas taraf ke-j dan konsentrasi
paclobutrazol taraf ke-l

(αVρ)ijl

= Pengaruh interaksi antara Waktu aplikasi taraf ke-I, varietas
taraf ke-j dan konsetrasi taraf ke-l
= Pengaruh galat anak-anak petak (konsentrasi paclobutrazol)

ijkl

pada waktu aplikasi paclobutrazol taraf ke-I, varietas ke-j,
konsetrasi paclobutrazol taraf ke-l dan kelompok ke-k
Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam melalui uji F pada
taraf 5%, parameter yang menunjukkan hasil berbeda nyata akan diuji lanjut
menggunakan DMRT pada taraf 5%. Analisis data dilakukan dengan software
S.A.S 0.9.
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan lahan. Sebelum dilakukan penanaman dilakukan pengolahan
tanah, tanah dianalisis terlebih dahulu, hasil analisis tanah dapat dibaca pada
Lampiran 4. Pengolahan tanah bertujuan agar tanah menjadi gembur dan
memudahkan ginofor menembus tanah serta membersihkan gulma yang ada.
Petak-petak percobaan dibuat dengan ukuran 3 x 5 m2 sebanyak 36 petak
percobaan dan ditambahkan kapur serta pupuk kandang ayam yang matang. Petak
percobaan diinkubasi selama dua minggu sebelum tanam. Lubang tanam dibuat

13

pada petak percobaan dengan cara ditugal.
Penanaman dan pemberian pupuk. Benih kacang tanah diberi insektisida
karbofuran dengan dosis 20-30kg/ha sebelum dilakukan penanaman dan pada saat
penanaman. Setiap lubang ditanam dua benih kacang tanah, dengan jarak tanam
40 cm x 10 cm. Penanaman dilakukan seminggu setelah pengolahan tanah.
Pemberian pupuk dilakukan pada saat tanam dengan dosis 75 kg urea/ha, 200
kg/ha SP18 dan 100 kg/ha KCl.
Aplikasi paclobutrazol. Masing-masing varietas mendapatkan perlakuan
paclobutrazol dengan konsentrasi 0 ppm, 100 ppm dan 200 ppm. Aplikasi
penyemprotan paclobutrazol dilakukan dengan cara disemprotkan pada tajuk
tanaman pada awal fase ginofor mulai memasuki tanah (6 MST) dan awal
pengisian biji (8 MST). Waktu penyemprotan dilakukan pada pagi hari pukul
08.00 ketika stomata daun dalam keadaan membuka.
Pemeliharaan. Pemeliharaan yang dilakukan berupa pengendalian gulma
dengan penyiangan gulma sebanyak 2 kali yaitu pada 3 MST dan 7 MST.
Pengendalian hama penyakit dilakukan secara kimia dengan perendaman benih
pada larutan fungisida menjelang tanam, pemberian insektisida butiran pada saat
tanam. Campuran insektisida dan fungisida diberikan tergantung pada kondisi
tanaman di lapangan. Penyiraman terhadap tanaman dilakukan setiap hari apabila
tidak turun hujan, dimulai sejak awal tanam hingga pengisian polong maksimal
kecuali saat aplikasi perlakuan paclobutrazol.
Panen. Panen pada kacang tanah dilakukan pada saat tanaman berumur 14
MST (100 hari setelah tanam). Panen dilakukan lebih awal dibandingkan
deskripsi varietas karena kondisi tanaman sudah mulai berkecambah.
Pengamatan Penelitian
Pengamatan terhadap tanaman dilakukan pada saat tanaman dalam periode
T1 (saat ginofor mulai memasuki tanah/ 6 MST), T2 (saat awal pengisian biji/ 8
MST) dan T3 (saat pengisian biji mulai berakhir), T4 (panen, umur 100 hari
setelah tanam). Pada setiap periode pengamatan, diambil tanaman contoh yang
didestruksi sebanyak 3 tanaman per unit percobaan yang dilakukan pada pagi hari
pukul 08.00 – 09.00 WIB. Tanaman dibersihkan dahulu, kemudian dipisahkan
daun, batang, akar ginofor dan polong. Sebelumnya jumlah cabang dan daun

14

dihitung terlebih dahulu, kemudian diukur luas daunnya. Setiap bagian tanaman
kemudian dikeringkan dalam oven selama 3 hari pada suhu 60oC, kemudian
ditimbang bobot keringnya.
Semua bagian tanaman yang telah dikeringkan kemudian masing-masing
dihancurkan untuk analisis kandungan karbohidrat

yang akan dilaksanakan

setelah panen. Pengamatan terhadap kandungan karbohidrat total, pati dan
karbohidrat terlarut (Total karbohidrat non-struktur atau Total Non-structural
Carbohydrate = TNC) dilakukan menggunakan metode by difference.
Komponen Pertumbuhan
Tinggi tanaman. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan

saat tanaman

berumur 10 dan 12 MST, yaitu setelah tanaman diberi perlakuan paclobutrazol
dengan cara mengukur dari pangkal batang sampai ujung cabang utama.
Bobot kering berangkasan. Bobot kering berangkasan yang diamati adalah
pada 6, 8, 10, 12 dan 14 MST dengan cara menghitung bobot kering seluruh
berangkasan dikurangi bobot polong dan ginofor.
Bobot kering batang. Bobot kering batang yang diamati adalah pada 6, 8,
10 dan 12 MST dengan cara menimbang bobot kering batang.
Bobot kering daun. Bobot kering daun yang diamati adalah pada 6, 8, 10
dan 12 MST dengan cara menimbang bobot kering daun.
Bobot kering akar. Bobot kering yang diamati adalah pada 6, 8, 10 dan 12
MST dengan cara menimbang bobot kering akar.
Indeks luas daun. Indeks luas daun diukur pada tiap destruksi yaitu pada 6,
8, 10 dan 12 MST dengan cara metoda gravimetri. Jumlah 10 daun ditimbang
kemudian difotocopy untuk mendapatkan nilai konversi dari luas daun terhadap
luas tanam. Luas daun adalah nilai rata-rata dari tiga tanaman sampel dan luas
lahan yang ternaungi adalah jarak tanam dari kacang tanah yaitu 40 cm x 10 cm,
dengan rumus sebagi berikut :

ILD =

Luas daun
Luas lahan yang ternaungi

Jumlah daun. Jumlah daun dihitung pada 6, 8, 10 dan 12 MST dengan
menghitung seluruh daun tetrafoliate pada tanaman.

15

Bobot kering ginofor dan polong. Bobot kering ginofor dan polong yang
diamati adalah pada 6, 8, 10 dan 12 MST dengan cara menimbang bobot kering
ginofor dan polong.
Komponen Hasil
Jumlah ginofor dan polong. Jumlah ginofor dan polong yang diamati pada
6, 8, 10 dan 12 MST dengan cara menghitung seluruh ginfor dan polong per
tanaman.
Jumlah polong per tanaman. Jumlah polong diamati dengan menghitung
jumlah polong isi per tanaman.
Persentase polong isi. Jumlah polong isi dihitung setelah polong di oven
pada suhu 60 oC selama 3 hari. Polong isi adalah polong yang terisi penuh.
Bobot kering polong total. Bobot kering polong total dihitung setelah .total
yang ditimbang adalah bobot polong hampa dan polong isi.
Bobot kering biji per tanaman. Bobot kering biji ditimbang setelah biji
dioven dengan suhu 60 oC selama 3 hari.
Jumlah biji per tanaman. Jumlah biji pertanaman dihitung pada seluruh
polong isi yang ada per tanaman.
Bobot 100 biji. Bobot biji yang diamati adalah dengan menimbang 100 biji
bernas per tanaman.
Indeks biji (IB). Indeks biji dihitung dengan membagi bobot kering biji
dengan bobot kering brangkasan dengan bobot kering polong dikalikan 100%,
dengan rumus sebagai berikut :
BK biji
IB =

x 100%
(BK brangkasan + BK polong)

Indeks panen (IP). Indeks panen dihitung dengan membagi bobot kering
tanaman ekonomis (bobot kering polong total) dengan bobot kering massa
tanaman (bobot kering brangkasan dan bobot kering polong total) dikalikan
100%, dengan rumus sebagai berikut :

BK polong total
IP =

x 100%
(BK brangkasan + BK polong total)

16

Rendemen. Rendemen dihitung melalui pembagian berat kering biji total
dengan berat kering polong total dikalikan 100%, dengan rumus sebagai berikut :
BK biji
Rendemen =

x 100%
BK polong

Produktivitas. Produktivitas tanaman (t/ha) dihitung dengan menghitung
berat kering polong total tiap luas ubinan berukuran 1 x 1 m2, kemudian
dikonversi kedalam satuan ton/ha.
Komponen Fisiologis
Laju pertumbuhan tanaman (LPT). Perhitungan Laju pertumbuhan
tanaman dilakukan dengan cara menghitung selisih bobot kering brangkasan
seluruh tanaman pada waktu pengamatan awal dikurang dengan bobot kering
brangkasan tanaman pada pengamatan terakhir (Craufurd et al. 2003; Heddy
2001; Goldworthy 1996; Schulze & Caldwell 1995; Fitter & Hay 1991), dengan
rumus sebagai berikut :
W2 – W1
LPT =

1
(g/m2/hari)

X
T2 – T1

GA

Laju assimilasi bersih (LAB). Laju asimilasi bersih atau laju satuan daun,
adalah hasil bersih dari hasil asimilasi (Gardner et al. 1991). Diperoleh melalui
rumus sebagai berikut :
W2 – W1
LAB =

ln L2 – ln L1
X

L2 – L1

T2 – T1

Keterangan :
LPT = Laju pertumbuhan tanaman
LAB = Laju asimilasi bersih
GA

= luas tanah (cm2)

L1

= Luas daun pada pengamatan awal (cm2)

L2

= Luas daun pada pengamatan akhir (cm2)

17

T1

= Waktu awal pengamatan (hari)

T2

= Waktu akhir pengamatan (hari )

W1

= Bobot kering tanaman pada pengamatan awal (g)

W2

= Bobot kering tanaman pada pengamatan akhir (g)
Pengamatan terhadap pengaruh fotosintesis berupa kandungan klorofil

daun. Pengamatan klorofil daun dilakukan sebelum penyemprotan paclobutrazol
pada 6 MST dan 8 MST dan setelah penyemprotan pacobutrazol 6 MST dan 8
MST masing-masing jumlah tanaman adalah satu tanaman per unit percobaan.
Analisis kandungan dilakukan di laboratorium RGCI.
Kandungan klorofil ditetapkan dengan menggerus daun contoh dalam
mortar. Klorofil dipisahkan dari jaringan dengan menuangkan aceton 80% sedikitsedikit. Suspensi dituang ke dalam labu ukur melalui corong yang dilapisi kertas
Whattman-40. Suspensi dipindahkan dalam tabung sentrifuse dan diputar 10
menit dengan kecepatan 14000 rpm. Supernatan dituang ke dalam tabung
sentrifuse yang lain dan dicukupkan volumenya hingga 25 ml. larutan dikocok
dan dipindahkan ke kuvet. Absorban diukur dengan spectrophotometer pada
panjang gelombang 645 dan 663 nm. Sebagai control digunakan aceton 60%.
Tahapan analisis dapat dilihat pada Lampiran 5.

18

18

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Juli 2009 di
Cikabayan dengan jenis tanah Latosol. Hasil analisis tanah disajikan pada
Lampiran 4. Tanah ini memiliki tekstur liat dan agak masam (pH 5.6), C organik
sebesar 1.68% (kategori rendah) sedangkan kandungan haranya termasuk dalam
penilaian kesuburan kimia yang rendah. Keadaan iklim selama penelitian
ditampilkan dalam

Lampiran 2. Curah hujan rata-rata pada daerah Darmaga

selama bulan penelitian adalah 325 mm dan suhu rata-rata per bulan 26.1 oC.
Kondisi pertumbuhan kacang tanah pada fase awal pertumbuhan memiliki
daya tumbuh yang cukup baik, untuk varietas Sima mencapai 95%. Daya tumbuh
Varietas Kelinci lebih rendah dibandingkan dengan varietas Sima yaitu sekitar
85%, penyulaman dilakukan pada Varietas Kelinci umur 10 HST.
Selama pertumbuhan tanaman kacang tanah pemeliharaan dilakukan
dengan penyiangan gu