Perbandingan Surplus Konsumen dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Pada Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil, Kabupaten Pesawaran, Bandar Lampung

(1)

1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan suatu Negara yang memiliki pesona wisata yang menakjubkan. Membentang sepanjang 5.150 km yang terdiri dari 17.508 pulau besar dan kecil dengan lima pulau terbesarnya yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Nama Indonesia sendiri berasal dari bahasa Yunani, "Indos" yang berarti India dan "Nesos" yang berarti kepulauan. Secara geografis, Indonesia dilewati garis ekuator di beberapa kota yang menyebabkan Indonesia memiliki iklim tropis basah dengan hujan sepanjang tahun. Selain itu posisinya yang menjadi perantara Benua Asia dan Australia serta Samudra Hindia dan Pasifik menjadikan lokasi Indonesia sangat strategis.

Dalam hal pariwisata, Indonesia memiliki sejarah kebudayaan pariwisata sejak abad ke-14 kemudian setelah masuknya bangsa Belanda ke Indonesia pada awal abad ke-19, daerah Hindia Belanda mulai berkembang menjadi daya tarik bagi para pendatang yang berasal dari Belanda. Gubernur jenderal pada saat itu memutuskan pembentukan Biro Wisata yang disebut Vereeeging Toeristen Verkeer kemudian pada 1 Juli 1947, pemerintah Indonesia berusaha menghidupkan sektor pariwisata Indonesia dengan membentuk badan yang dinamakan HONET (Hotel National & Tourism)1. Upaya perkembangan wisata di Indonesia terus ditingkatkan tiap tahunnya dengan tema dan fokus yang berbeda-beda namun tetap satu tujuan untuk mengembangkan wisata di Indonesia.

1Dieny Ferbianty. "

Sejarah Pariwisata Indonesia" (PDF). Diakses pada 27 Juni 2011 dalam Wikipedia.org


(2)

2 Sesuai dengan TAP MPR No IV/MPR/1978 manfaat kegiatan pariwisata antara lain dapat menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan dan meratakan pendapatan masyarakat, memperkenalkan seni budaya daerah dan hasil kerajinan daerah untuk dapat dipasarkan kepada wisatawan dan dapat memberikan kontribusi bagi penerimaan devisa. Selain itu secara khusus kepariwisataan dapat dipergunakan sebagai suatu alat untuk memperkecil kesenjangan saling pengertian di antara negara yang sudah berkembang, yang biasanya adalah negara-negara sumber wisatawan atau negara “Pengirim Wisatawan” dengan negara -negara yang sedang berkembang yakni -negara--negara kunjungan wisatawan atau

negara “Penerima Wisatawan” (Wahab,1992).

Maju dan berkembangnya pariwisata dapat mengembangkan daerah-daerah miskin menjadi lokasi industri baru seperti disimpulkan oleh IOUTO dalam Roma Convention tahun 1963 yang mengatakan bahwa pariwisata sebagai suatu faktor perkembangan ekonomi, peran dan pentingnya pariwisata internasional, karena pariwisata tidak hanya sebagai sumber perolehan devisa, akan tetapi juga sebagai suatu faktor menentukan lokasi industri dan pengembangan wilayah yang miskin akan sumber-sumber alam. Pembangunan industri pariwisata yang mampu mengentaskan kemiskinan adalah industri pariwisata yang mempunyai trickle down effect bagi masyarakat setempat.

Lampung adalah salah satu Provinsi yang ada di Indonesia yang berada di ujung bagian selatan Pulau Sumatra. Letak Geografis Provinsi Lampung berada pada 6º 45' - 3º45' Lintang Selatan dan 103º 48' - 105º 45' Bujur Timur. Daerah ini di sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda dan di sebelah timur dengan Laut Jawa. Berbagai macam wisata yang terdapat di Provinsi Lampung antara lain


(3)

3 situs sejarah yang terdiri dari situs eksitu, situs insitu, kota tua dan desa tradisional, situs budaya berupa beragam tradisi yang masih berlangsung seperti Karnaval Tuping dan Prosesi Gajah, arsitektur tradisional, seni pertunjukan baik seni tari, teater musik dan sastra, kerajinan rakyat hingga wisata ziarah. Potensi wisata ini terbukti mampu mendatangkan banyak wisatawan ke Provinsi Lampung tiap tahunnya. Tabel 1 menunjukkan data kunjungan wisatawan ke Provinsi Lampung tahun 2006-2010.

Tabel 1 Data Kunjungan Wisatawan ke Provinsi Lampung Tahun 2006 - 2010

TAHUN

WISATAWAN

TOTAL

NUSANTARA MANCANEGARA

2006 843.768 6.893 850.661

2007 1.176.581 8.893 1.185.474

2008 1.448.059 10.028 1.458.087

2009 1.982.910 36.942 2.019.852

2010 2.136.103 37.503 2.173.606

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Lampung, 2011

Data pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa tingkat kunjungan wisatawan ke Provinsi Lampung dalam lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan yang signifikan baik wisatawan nusantara maupun mancanegara dan pada tahun 2010 mampu berkontribusi terhadap PDRB Provinsi Lampung sebesar 1,51% atau Rp 1.335.853.000.000 dari jumlah total PDRB sebesar Rp 88.322.488.000.0002. Hal ini menunjukkan bahwa dalam hal pariwisata pemerintah setempat menaruh perhatian yang khusus dalam upaya mengelola berbagai potensi wisata yang ada. Berbagai macam upaya pemasaran produk wisata di Provinsi Lampung juga gencar dilakukan. Perkembangan usaha pariwisata di Provinsi Lampung juga menunjukkan hal yang signifikkan tiap tahunnya selama kurun waktu 2006-2010. Tabel 2 menunjukkan perkembangan usaha pariwisata di Provinsi Lampung.

2


(4)

4 Tabel 2 Perkembangan Usaha Pariwisata di Provinsi Lampung Tahun 2006-2010

No. JENIS USAHA

2006 2007 2008 2009 2010

Jml (+/-)% Jml (+/-)% Jml (+/-)% Jml (+/-)% Jml (+/-)%

1 Hotel Bintang 8 14,29 8 0 8 0 10 20 10 0

2 Hotel Melati 135 3,05 146 8,15 139 -4,80 131 -5,75 148 12,97

3 Pondok wisata 9 -10 10 11,11 15 50 16 6,6 16 0

4 Restoran/RM.Makan 522 16,79 556 6,51 510 -8,28 647 26,9 652 0,77

5 Panti Pijat 22 37,5 22 0 18 -18,19 18 0 18 0

6 Diskotik 3 0 3 0 3 0 3 0 2 -33,3

7 Billiard 29 38,10 32 10,34 43 34,38 43 0 49 13,95

8 Objek Wisata 19 0 20 5,26 225 5,00 249 10,66 296 18,87

9 Kolam Renang 4 33,33 12 200 24 100 27 12,5 35 29,62

10 Padang Golf 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0

11 Karaoke 14 27,27 14 0 16 14,29 25 56,25 18 -28

Jumlah Usaha 766 824 1002 1170 1245

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Lampung, 2011

Dapat dilihat dari Tabel 2 bahwa berbagai macam jenis usaha pariwisata di Provinsi Lampung terus berkembang tiap tahunnya mulai dari penyediaan berbagai fasilitas penginapan, olahraga hingga berbagai jenis objek wisata, dengan usaha dalam bidang rumah makan memberikan kontribusi paling besar tiap tahunnya meskipun sempat mengalami penurunan di tahun 2008. Kemudian disusul dengan perkembangan usaha objek wisata yang menunjukkan perkembangan yang terus meningkat tiap tahun dan mengalami peningkatan yang signifikan di tahun 2008. Hal ini berarti Provinsi Lampung sudah mampu bersaing dan memiliki pangsa pasar yang terus meningkat tiap tahunnya.

Salah satu wilayah di Provinsi Lampung yang sedang fokus mengembangkan potensi wilayah adalah Kabupaten Pesawaran. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten yang baru mengalami pemekaran dan resmi berdiri pada tanggal 2 November 2007 dengan luas wilayah sebesar 117.377 hektar. Meskipun sektor pertanian merupakan sektor yang paling utama dan


(5)

5 menjadi basis dalam menopang kegiatan di Kabupaten Pesawaran, dalam hal pariwisata Kabupaten Pesawaran termasuk wilayah yang memiliki tingkat kunjungan wisatawan tertinggi ketiga pada tahun 2010. Tabel 3 menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun nusantara tahun 2010.

Tabel 3. Distribusi Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara di Kabupaten dan Kota Se-Provinsi Lampung Tahun 2010

No. NAMA KABUPATEN/KOTA

WISATAWAN JUMLAH

WISMAN WISNUS WISATAWAN

1 KOTA BANDAR LAMPUNG 13,169 1.041.114 1.054.283

2 KOTA METRO 36 16,843 16,879

3 KAB. LAMPUNG SELATAN 6,295 857,828 864,123

4 KAB. LAMPUNG TIMUR 1,401 51,577 52,978

5 KAB. TULANG BAWANG 269 21.070 21,339

6 KAB. LAMPUNG TENGAH 749 14,261 15.010

7 KAB. WAY KANAN 0 727 727

8 KAB. LAMPUNG UTARA 154 2,459 2,613

9 KAB. LAMPUNG BARAT 12,077 47,364 59,441

10 KAB. TANGGAMUS 3.250 9.500 12.750

11 KAB. PESAWARAN 103 73.360 73,463

12 KAB. PRNGSEWU - - 0

14 KABUPATEN MESUJI - - 0

13 KAB.TUBA BARAT - - 0

JUMLAH 37,503 2.136.103 2.173.606

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Lampung 2011

Dapat dilihat dari Tabel 3 bahwa Kabupaten Pesawaran merupakan wilayah yang memiliki tingkat kunjungan yang tinggi pada tahun 2010. Kabupaten Pesawaran merupakan wilayah yang sangat potensial dalam usaha pengembangan pariwisata di Provinsi Lampung. Hal ini bisa dilihat dari tingkat kunjungan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara yang menduduki peringkat ketiga setelah Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Selatan.


(6)

6 Meskipun Kabupaten Pesawaran merupakan wilayah yang baru mengalami pemekaran, dalam hal pariwisata ternyata mampu mendatangkan banyak wisatawan pada tahun 2010. Pada sektor pariwisata Kabupaten Pesawaran memiliki berbagai objek wisata yang potensial untuk dikembangkan. Objek wisata yang berada di Kabupaten Pesawaran digolongkan menjadi tiga objek wisata yakni objek wisata pantai, pulau dan alam (Dinas Pariwisata Kebudayaan dan Olahraga Kabupaten Pesawaran, 2011).

Objek wisata pantai terdiri dari Pantai Tembikil dan Pantai Mutun MS Town yang memiliki jumlah pengunjung tertinggi pada tahun 2011 yakni mencapai 10.000 orang per tahun, kemudian Pantai Sekar Wana sebanyak 5000 orang per tahun, Pantai Mutun Asri sebesar 3000 orang per tahun, Pantai Ringgung sebesar 2000 orang per tahun, Pantai Quin Arta dan Teluk Mutun Resort sebesar 1000 orang per tahun, serta Pantai Bensor yang belum bisa diketahui tingkat kunjungannya. Sementara untuk objek wisata pulau, berbagai jenis pulau yang terdapat di Kabupaten Pesawaran antara lain Pulau Tangkil, Pulau Maitem, Pulau Tegal, Pulau Siserot, Pulau Umang-Umang, Pulau Legundi, Pulau Legundi Tua, Pulau Siuncal, Pulau Tanjung Parus, Pulau Legian, Pulau Sibebi, Pulau Lunik, Pulau Lok, Pulau Balak, Pulau Hiu, Pulau Kubur, Pulau Pahawang Lunik, Pulau Pahawang Besar, Pulau Tulang Kabih, Pulau Lohor, Pulau Lalang Balak, Pulau Lalang Lunik, dan Pulau Pertapaan. Namun tidak semua pulau yang ada di Kabupaten Pesawaran termasuk objek wisata, beberapa pulau hanya menjadi potensi wisata dengan Pulau Legundi sebagai pulau dengan luas kawasan terbesar yakni mencapai 1.820 Ha. Selain itu, berbagai jenis objek wisata alam yang terdapat di Kabupaten Pesawaran antara lain jenis objek wisata


(7)

7 air terjun yaitu Air Terjun Ciupang, Air Terjun Gunung Minggu, dan Air Terjun Kembar. Kemudian jenis objek wisata alam dan air terjun yakni Abah Udan dan Wan Abdul Rahma, serta jenis objek wisata alam yakni Gunung Tanjung. Namun hanya Wan Abdul Rahma yang sudah digolongkan menjadi objek wisata, sementara yang lainnya masih dikategorikan sebagai potensi wisata di Kabupaten Pesawaran.

Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa Kabupaten Pesawaran memiliki berbagai jenis objek wisata namun belum begitu mendapat perhatian seperti terlihat dari belum adanya data yang akurat mengenai luas dan tingkat kunjungan dari beberapa objek wisata. Namun salah satu objek wisata yang potensial di Kabupaten Pesawaran adalah Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil. Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil merupakan dua jenis objek wisata yang berada dalam satu lokasi namun kedua objek wisata ini memiliki perbedaan yang signifikan.

Pantai Mutun MS Town merupakan objek wisata yang menawarkan keindahan alam dan pantai yang dilengkapi dengan berbagai sarana prasarana seperti toko souvenir, restoran, tempat ibadah serta jenis permainan yang sangat beragam baik untuk anak kecil hingga dewasa. Sementara Pulau Tangkil merupakan objek wisata yang juga menawarkan keindahan alam dan pantai namun dalam kondisi yang lebih tenang dan menurut beberapa pengunjung lebih indah daripada Pantai Mutun MS Town. Untuk mengunjungi Pulau Tangkil kita harus masuk melalui Pantai Mutun MS Town terlebih dahulu kemudian menaiki perahu yang berada di Pantai Mutun MS Town, menyebrangi laut selama kurang lebih dua puluh menit. Pulau Tangkil mengkhususkan lokasinya untuk keindahan


(8)

8 pulau dan pantai saja, sehingga lokasi ini tidak dilengkapi dengan berbagai jenis sarana dan permainan untuk segala umur seperti di Pantai Mutun MS Town.

Beragamnya wisata yang ditawarkan berbagai daerah tentu saja menimbulkan tingginya permintaan terhadap wisata tersebut. Unsur-unsur penting dalam permintaan wisata adalah wisatawan dan penduduk lokal yang menggunakan sumberdaya (produk dan jasa) wisata. Faktor yang merupakan komponen permintaan potensial wisata adalah waktu luang, uang, sarana dan prasarana (Janianton dan Helmut, 2006). Perlu adanya kajian tentang kegiatan wisata pada objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil. Kajian tersebut terkait tentang deskripsi kondisi lokasi wisata secara terpisah, perbandingan surplus konsumen yang diperoleh dari masing-masing lokasi wisata, estimasi harga tiket optimum sesuai kesediaan membayar pengunjung, serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan wisata terhadap kedua jenis objek wisata secara terpisah.

1.2 Rumusan Masalah

Kawasan wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil merupakan objek wisata yang potensial untuk dikembangkan dan dijadikan sektor unggulan. Pantai Mutun MS Town terletak di jalan Pematang Rinjing, Desa Sukajaya, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, sekitar 25 kilometer arah barat daya dari Kota Bandar Lampung sangat strategis dan mudah dijangkau pengunjung. Sebagai tempat kunjungan wisatawan, selama dua tahun terakhir Pantai Mutun MS Town mulai berbenah dan mempercantik diri dengan berbagai sarana dan fasilitas yang telah dibangun untuk melengkapi keindahan Pantai Mutun MS Town seperti berbagai macam permainan yakni flying fox,


(9)

9 banana boat, kano, seawage, atau naik kuda menyusuri pantai dan lain sebagainya. Namun berbagai permasalahan terkait dengan aksesibilitas dan sarana transportasi menuju objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil masih menjadi permasalahan yang sulit untuk diselesaikan. Upaya perbaikan yang dilakukan pengelola objek wisata setempat terlihat belum mampu mengatasi kondisi yang ada. Minimnya papan petunjuk informasi menuju lokasi serta buruknya kondisi jalan dan beragam permasalahan terkait dengan fasilitas inti maupun fasilitas penunjang di kedua objek wisata masih menjadi permasalahan yang sangat dikeluhkan oleh beberapa wisatawan. Sehingga meskipun lokasi objek wisata terletak tidak jauh dari pusat Kota Bandar Lampung, berbagai permasalahan pada kedua jenis objek wisata ini terkadang masih menjadi hambatan untuk dikunjungi wisatawan terlebih untuk wisatawan yang berasal dari dalam maupun luar Kota Bandar Lampung.

Selain memiliki pantai yang indah Pantai Mutun MS Town juga dilengkapi dengan pulau yang bernama Pulau Tangkil dengan pantai yang lebih bersih dan suasana yang tidak begitu ramai sehingga lebih nyaman jika ingin menikmati suasana pantai. Untuk mencapai Pulau Tangkil kita bisa menyebrang menggunakan perahu yang telah disediakan dengan membayar sebesar Rp 10.000,00 dan tiket masuk menuju Pulau Tangkil sebesar Rp 3.000,00 per pengunjung. Namun, selama ini analisis terhadap permintaan wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil dan faktor yang mempengaruhinya belum pernah dilakukan. Analisis ini perlu dilakukan sebagai bahan pertimbangan bagi pengelola dalam merencanakan berbagai kebijakan pengembangan kawasan wisata dan dalam mengatasi kekurangan kawasan wisata ini seperti dalam hal


(10)

10 akses menuju kawasan tersebut dan penyediaan papan informasi untuk memudahkan pengunjung, serta berbagai upaya untuk memperbaiki fasilitas di kedua objek wisata tersebut secara terpisah.

Selain itu penelitian terhadap objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil secara terpisah perlu dilakukan karena setiap objek wisata tersebut memiliki fungsi permintaan tersendiri yang tidak dapat disatukan antara fungsi permintaan yang satu dan yang lainnya. Sehingga hal ini tidak bisa diamati hanya dengan menggunakan satu fungsi permintaan dengan metode biaya perjalanan (travel cost method) karena dapat menyebabakan overestimate dan bias. Sehingga diharapkan dengan mengetahui fungsi permintaan dari masing masing objek wisata, pengelola dapat menghitung berapa perbandingan surplus konsumen dan harga tiket yang sesuai dengan kesediaan membayar pengunjung atas fasilitas yang dikembangkan. Berdasarkan pemaparan diatas maka rumusan masalah untuk penelitian ini meliputi:

1) Bagaimana deskripsi kondisi objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil?

2) Bagaimana perbandingan surplus konsumen yang diperoleh dari Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil?

3) Bagaimana penetuan tingkat retribusi optimum harga tiket di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil?

4) Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil?


(11)

11 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini yaitu:

1) Memberikan deskripsi kondisi objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil

2) Membandingkan besarnya surplus konsumen yang diperoleh dari objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil

3) Mengestimasi tingkat retribusi optimum harga tiket di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil

4) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata menuju Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1) Masyarakat mengenai berbagai informasi pada objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil

2) Sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya yang serupa

3) Sebagai bahan rekomendasi dan informasi bagi pengelola obyek wisata dalam menentukan kebijakan pengembangan objek wisata selanjutnya 1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kawasan Wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Penelitian ini memiliki beberapa batasan yaitu :


(12)

12 1) Biaya perjalanan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan wisatawan untuk melakukan kegiatan rekreasi, meliputi biaya transportasi, pembelian tiket, biaya konsumsi, biaya penyewaan alat atau jasa, biaya dokumentasi, biaya parkir dan biaya lainnya yang dikeluarkan selama melakukan rekreasi 2) Pendugaan faktor-faktor permintaan ekonomi wisata dengan regresi linier

berganda, perbandingan surplus konsumen dan estimasi harga tiket masuk optimum di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil menggunakan pendekatan biaya perjalanan

3) Pengunjung dibedakan antara pengunjung yang berwisata ke Pantai Mutun MS Town dan yang berwisata ke Pulau Tangkil


(13)

13 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata

Menurut Yoeti (2006) pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok dari satu tempat ke tempat lain yang sifatnya sementara dan bertujuan untuk mendapatkan kesenangan, dimana di tempat yang dikunjungi tersebut mereka tidak mendapatkan penghasilan dan justru sebagai konsumen. Sementara menurut Undang-Undang Kepariwisataan (2009), menjelaskan definisi dari berbagai komponen yang berhubungan dengan pariwisata yaitu:

 Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara

 Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata

 Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah

 Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha


(14)

14 2.2 Tujuan dan Manfaat Pariwisata

Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 menyebutkan bahwa tujuan pengembangan pariwisata itu adalah: - Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu

dan daya tarik wisata

- Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa - Memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja - Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

dan kemakmuran rakyat - Mendorong pendayagunaan produk nasional

Sementara menurut Wahab (1992) secara lebih spesifik, kegiatan pariwisata juga dapat memberikan manfaat dari segi ekonomi terhadap level nasional (makro) yang dapat ditinjau dari dua segi, yakni:

A. Akibat langsung yang ditimbulkan oleh pariwisata terhadap bidang ekonomi, meliputi:

 Akibatnya terhadap neraca pembayaran

 Akibatnya untuk kesempatan kerja

 Akibatnya dalam mendistribusikan pendapatan lagi

B. Akibat tidak langsung yang ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata, seperti:

 Hasil ganda (multiplier)

 Hasilnya dalam memasarkan produk-produk tertentu

 Hasilnya untuk sektor pemerintah (pajak)


(15)

15 2.3 Permintaan Wisata

Pengertian permintaan dalam ilmu ekonomi secara umum diartikan sebagai keinginan seseorang (konsumen) terhadap barang-barang tertentu yang diperlukan atau diinginkannya. Namun dalam pariwisata hubungan fungsional yang terjadi pada permintaan tidaklah sesederhana itu, banyak faktor yang mempengaruhi. Menurut Wahab (1992) permintaan wisata dapat dibagi menjadi permintaan yang potensial dan nyata. Permintaan yang potensial ialah sejumlah orang yang memenuhi anasir-anasir pokok suatu perjalanan dan karena itu mereka berada dalam kondisi siap untuk bepergian; sedangkan permintaan yang nyata (actual) adalah orang-orang yang secara nyata bepergian ke suatu daerah tujuan wisata.

Menurut Damanik dan Weber (2006) dari sisi ekonomi, pariwisata muncul dari empat unsur pokok yang saling terkait erat atau menjalin hubungan dalam suatu sistem, yakni a) permintaan atau kebutuhan; b) penawaran atau pemenuhan kebutuhan berwisata itu sendiri; c) pasar dan kelembagaan yang berperan untuk memfasilitasi keduanya; dan d) pelaku atau aktor yang menggerakkan ketiga elemen tadi. Unsur-unsur penting dalam permintaan wisata adalah wisatawan dan penduduk lokal yang menggunakan sumberdaya (produk dan jasa) wisata. Basis utamanya adalah ketersediaan waktu dan uang pada kelompok tersebut.

Kemudian faktor penentu permintaan industri pariwisata menurut Yoeti (2006) terdiri dari:

(1) Faktor umum permintaan yang terdiri dari:

 Daya beli


(16)

16

 Faktor sosial dan budaya

 Motivasi perjalanan dan perilaku

 Kesempatan untuk perjalanan dan intensitas pemasaran wisata (2) Faktor-faktor yang menentukan permintaan yang terdiri dari:

 harga

 daya tarik wisata

 kemudahan berkunjung

 informasi dan layanan sebelum kunjungan

 citra

Berbeda dengan permintaan terhadap barang dan jasa pada umumnya, permintaan dalam kriteria pariwisata memiliki karakter sendiri antara lain yakni sangat dipengaruhi oleh musim, terpusat pada tempat-tempat tertentu, tergantung pada besar/kecilnya pendapatan, bersaing dengan permintaan akan barang-barang mewah, tergantung tersedianya waktu senggang, tergantung teknologi transportasi, jumlah tanggungan keluargadan aksesibilitas.

2.4 Penawaran Wisata

Dalam ilmu ekonomi, yang dimaksud dengan penawaran adalah sejumlah barang atau produk di pasar yang dapat dibeli oleh konsumen dengan harga tertentu pada saat produk dibutuhkan. Hukum penawaran dalam ilmu ekonomi menyatakan bahwa terdapat suatu hubungan langsung antara harga suatu barang atau jasa dan kuantitas barang atau jasa yang ditawarkan produsen, jika hal lain-lainnya tetap sama atau tidak terjadi perubahan (ceteris paribus).

Menurut Yoeti (2008), dalam kriteria pariwisata penawaran meliputi semua produk yang dihasilkan oleh kelompok perusahaan termasuk dalam


(17)

17 kelompok kriteria pariwisata yang akan ditawarkan kepada wisatawan, baik kepada mereka yang datang secara langsung, atau melalui perantara seperti biro perjalanan, perkumpulan wisata, atau operator perjalanan lainnya. Hal yang ditawarkan dalam pariwisata kepada wisatawan adalah produk dan jasa, dimana produk wisata adalah semua produk yang diperuntukkan bagi atau dikonsumsi oleh seseorang selama melakukan kegiatan wisata (Freyer dalam Damanik dan Weber, 2006).

Menurut Prof. Salah Wahab (1992:77) penawaran dalam kriteria pariwisata mempunyai karakteristik sebagai berikut:

(1) Hanya menyediakan layanan

Karena produknya tidak bisa disimpan (to stock) dan harus dikonsumsi atau dinikmati dimana produk disediakan atau diproduksi (2) Bersifat kaku

Produk yang ditawarkan itu sifatnya kaku (rigid) , tidak bisa diubah untuk tujuan atau penggunaan yang lain di luar dunia perjalanan pada umumnya atau dunia pariwisata pada khususnya (3) Pariwisata bukanlah kebutuhan dasar manusia

Perjalanan wisata bukan kebutuhan pokok bagi manusia karena itu penawarannya akan bersaing dengan barang-barang kebutuhan manusia yang lebih penting. Dalam hal ini hukum substitusisangat kuat berlaku 2.5 Valuasi Ekonomi Wisata

Secara umum, menurut Fauzi (2004) teknik valuasi ekonomi sumber daya yang tidak dapat dipasarkan (non-market valuation) dapat digolongkan dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga


(18)

18 implisit dimana Willingness To Pay terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini sering disebut teknik yang mengandalkan revealed WTP (keinginan membayar terungkap). Beberapa teknik yang termasuk ke dalam kelompok pertama ini adalah Market Values, Hedonic Markets, Travel Cost Method, dan Avertive Behaviour.

Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada kriteria di mana keinginan membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung diungkapkannya secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang cukup popular dalam kelompok ini adalah yang disebut Contingent Valuation Method (CVM), dan Choice Experiments. Secara skematis, teknik valuasi non-market tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

Sumber: Guy Garrord and Kenneth G. Willis Gambar 1. Metode Valuasi Lingkungan

2.6 Metode Biaya Perjalanan (“Travel Cost Method”)

Travel Cost Method (TCM) merupakan metode tertua yang digunakan untuk pengukuran nilai ekonomi tidak langsung dan diturunkan dari pemikiran yang dikembangkan oleh Hotelling pada tahun 1931 yang kemudian secara formal diperkenalkan oleh Wood dan Trice (1958) serta Clawson dan Knetsch (1966).


(19)

19 Metode ini kebanyakan digunakan untuk menganalisis permintaan dengan mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), seperti memancing, berburu, mendaki, dan sebagainya. Menurut Fauzi (2004), metode biaya perjalanan ini dapat digunakan untuk mengukur manfaat dan biaya akibat:

 Perubahan biaya akses (tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi

 Penambahan tempat rekreasi baru

 Perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi

 Penutupan tempat rekreasi yang ada

Tujuan dasar TCM adalah ingin mengetahui nilai kegunaan (use value) dari sumber daya kriteria melalui pendekatan proxy, dengan kata lain biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa dari sumber daya alam digunakan sebagai proxy untuk menentukan harga dari sumber daya tersebut. Asumsi mendasar yang digunakan pada pendekatan TCM adalah bahwa utilitas dari setiap konsumen terhadap aktivitas, misalnya rekreasi, bersifat dapat dipisahkan (separable). Haab dan McConel (2002) menyatakan bahwa dalam melakukan valuasi dengan metode TCM, ada dua tahap kritis yang harus dilakukan: pertama, menentukan perilaku model itu sendiri, kedua, menentukan pilihan lokasi. Hipotesis yang dibangun adalah bahwa kunjungan ke tempat wisata akan sangat dipengaruhi oleh biaya perjalanan (travel cost) dan diasumsikan berkorelasi negatif, sehingga diperoleh kurva permintaan yang memiliki kemiringan negatif.

Tahapan dalam penelitian menurut Garrord dan Willis (1999) adalah: 1) Mengidentifikasi lokasi dan menggunakan survey kuesioner untuk


(20)

20 2) Menentukan perjalanan yang menghasilkan fungsi dan memperkirakan

model biaya perjalanan yang memperhitungkan pemotongan

3) Menentukan fungsi permintaan dan mendapatkan perkiraan surplus konsumen rumah tangga dengan mengintegrasikan dibawah kurva permintaan

4) Menghitung total surplus konsumen tehadap lokasi wisata

Agar penilaian terhadap sumber daya alam melalui TCM tersebut tidak bias, Haab dan McConnel (2002) menyatakan bahwa fungsi permintaan harus dibangun dengan asumsi dasar antara lain:

1. Biaya perjalanan dan biaya waktu digunakan sebagai proxy atas harga dari rekreasi

2. Waktu perjalanan bersifat netral, artinya tidak menghasilkan utilitas maupun disutilitas

3. Perjalanan merupakan perjalanan tunggal (bukan multitrips)

Meski dianggap sebagai suatu pendekatan yang praktis, menurut Fauzi (2004), TCM memiliki beberapa kelemahan, yakni:

1. Harus diingat bahwa TCM dibangun berdasarkan asumsi bahwa setiap individu hanya memiliki satu tujuan untuk mengunjungi tempat wisata yang dituju. Jadi dalam hal ini kita tidak menelaah aspek kunjungan ganda (multipurpose visit)

2. TCM tidak membedakan individu yang memang datang dari kalangan pelibur dan mereka yang dari wilayah setempat 3. Masalah pengukuran nilai dari waktu (value of time)


(21)

21 2.7 Surplus Konsumen

Salah satu hal krusial dalam penilaian ekonomi dari sumber daya alam adalah bagaimana surplus dari sumber daya alam dapat termanfaatkan secara optimal, untuk itu perlu pemahaman mengenai kurva permintaan dan kurva penawaran sehingga konsep surplus dapat diturunkan dengan lebih rinci. Menurut Fauzi (2004) dalam perspektif ekonomi neo-klasik, kurva permintaan dapat diturunkan dari dua sisi yang berbeda, pertama, kurva permintaan dapat diturunkan dari memaksimumkan kepuasan atau utilitas yang kemudian akan menghasilkan kurva permintaan biasa (ordinary demand curve) atau sering juga disebut sebagai kurva permintaan Marshall, kedua, kurva permintaan juga dapat diturunkan dari meminimisasikan pengeluaran yang akan menghasilkan kurva permintaan terkompensasi (compensated demand curve) atau sering juga disebut kurva permintaan Hicks.

Sementara kurva penawaran dari suatu barang dan jasa menggambarkan kuantitas dari barang (x) yang dapat ditawarkan produsen pada tingkat harga tertentu. Pada dasarnya konsep surplus menempatkan nilai moneter terhadap kesejahteraan masyarakat dari mengekstraksi dan mengkonsumsi sumber daya alam. Surplus juga merupakan manfaat ekonomi yang tidak lain adalah selisih antara manfaat kotor (gross benefit) dan biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk mengekstraksi sumber daya alam. Kurva permintaan dapat ditunjukkan dalam Gambar 2 berikut.


(22)

22 Sumber : Djijono (2002)

Gambar 2. Total Surplus Konsumen

2.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan serta nilai ekonomi dan surplus konsumen dari objek wisata pada umumnya sudah banyak dilakukan. Beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan besar surplus konsumen yang diperoleh menggunakan metode biaya perjalanan pernah dilakukan oleh Aprilian (2009), Firandari (2009) dan Devina (2011). Secara sederhana matriks mengenai peneitian terdahulu disajikan dalam Tabel 4 berikut.

P

Q Surplus Konsumen


(23)

23 Tabel 4. Matriks Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian Rani Aprilian Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi

Permintaan Wisata dan Surplus Konsumen di Taman Wisata Alam Situ Gunung

Analisa dengan menggunakan metode biaya perjalanan dengan alat pengolahan data Stata 9

Ada tiga kriteria yang memepengaruhi jumlah kunjungan TWA Situ Gintung serta nilai surplus konsumen per individu Rp 46.847,00

Devina Marcia Rumanthy Sihombing

Penilaian Ekonomi dan Prospek Pengembangan Wisata Taman Wisata Alam Gunung Pancar

Analisa dengan menggunakan metode biaya perjalanan dengan alat pengolah data minitab 15

nilai surplus konsumen per individu sebesar Rp 297.777,778 dan nilai manfaat ekonomi lokasi sebesar Rp 5.142.622.222,00.

Firandari Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung (PSG-3)

Analisa dengan menggunakan metode biaya perjalanan

Ada tiga faktor yang mempengaruhi kunjungan ke objek wisata PSG-3 yakni biaya perjalanan, lama mengetahui keberadaan PSG-3, dan jarak tempuh kemudian nilai ekonomi PSG-3 adalah sebesar Rp 3.373.130.755,00 .

Sumber : Penulis ( 2011 )

Aprilian (2009) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata dan surplus konsumen di Taman Wisata Alam Situ Gunung, dengan metode biaya perjalanan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan jumlah kunjungan wisatawan ke Taman Wisata Alam Situ Gunung adalah biaya perjalanan, waktu tempuh, dan daya tarik wisata. Nilai surplus konsumen total kunjungan per individu adalah sebesar Rp 277.477,00 sedangkan nilai surplus konsumen per kunjungan per individu adalah sebesar Rp 46.847,00. Nilai manfaat ekonomi yang diperoleh Taman Wisata Alam Situ Gunung adalah sebesar Rp 1.340.709.910,00.

Devina (2011) melakukan penelitian mengenai penilaian ekonomi dan prospek pengembangan Wisata Taman Wisata Alam Gunung Pancar dengan metode biaya perjalanan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa lima variabel yang


(24)

24 berpengaruh terhadap jumlah kunjungan secara signifikan adalah biaya perjalanan, tingkat pendidikan, jenis kelamin, waktu di lokasi dan lama mengetahui lokasi. Kemudian berdasar perhitungan diperoleh nilai surplus konsumen per individu sebesar Rp 297.777,778. Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan Willingness To Pay sehingga dapat diperoleh nilai manfaat ekonomi lokasi sebesar Rp 5.142.622.222,00.

Firandari (2009) dalam penelitian analisis permintaan dan nilai ekonomi wisata Pulau Situ Gintung (PSG-3). Karakteristik pengunjung yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah factor demografi, frekuensi kunjungan, motivasi kunjungan, cara kedatangan dan lama kunjungan. Persepsi pengunjung adalah keindahan alam, kemudahan mencapai lokasi, aspek tata ruang, kelengkapan fasilitas, kondisi keamanan, dan kondisi kebersihan. Faktor-faktor yag mempengaruhi permintaan PSG-3 secara signifikan adalah faktor biaya perjalanan, lama mengetahui keberadaan PSG-3, dan jarak tempuh. Kemudian, surplus konsumen pengunjung Pulau Situ Gintung-3 sebesar Rp 28.985,51 per kunjungan dan nilai manfaat atau nilai ekonomi Pulau Situ Gintung-3 sebagai tempat wisata adalah sebesar Rp 3.373.130.755,00.

Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan tersebut pada intinya memiliki kesamaan tujuan dengan penelitian yang dilakukan penulis yakni mengkaji mengenai faktor-faktor yang diduga mempengaruhi permintaan serta besar surplus konsumen dan estimesi harga tiket optimum yang diperoleh dengan menggunakan metode biaya perjalanan (Travel Cost Method). Hal yang membedakan adalah penelitian terdahulu belum pernah ada yang mencoba membandingkan dua objek wisata yang berada dalam satu lokasi wisata yang


(25)

25 sama yakni Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil. Hal ini perlu dilakukan karena masing-masing objek wisata memiliki keunikan dan fasilitas serta kekurangan tersendiri meskipun berada di satu lokasi wisata yang sama, sehingga analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tidak dapat dilakukan secara bersamaan, perlu pendugaan secara terpisah untuk menghindari bias yang mungkin akan terjadi. Selain itu sebagai objek wisata yang baru berkembang, penelitian ini diperlukan agar bisa menjadi masukkan bagi pihak pengelola objek wisata dalam mengembangkan objek wisata ke depannya.


(26)

26 III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada objek dan daya tarik wisata, teknik pengukuran manfaat wisata alam dan

surplus konsumen.

3.1.1 Objek dan Daya Tarik Wisata

Keindahan dan keunikan yang dimiliki setiap wilayah merupakan suatu hal yang apabila dapat dikelola dengan baik maka dapat menjadikan wilayah tersebut memiliki suatu objek wisata yang memiliki daya tarik wisata tertentu. Definisi mengenai daya tarik wisata menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Oleh karena itu, pengelolan terhadap suatu objek wisata dengan baik dapat mempertahankan daya tarik wisata yang dimiliki wilayah tersebut yang pada akhirnya dapat memberikan manfaat baik bagi pemerintah setempat maupun masyarakat sekitar.

Pengelolaan objek wisata terutama objek wisata alam merupakan suatu hal yang harus dilakukan secara hati-hati karena terkait dengan sifat objek wisata tersebut yang bersifat barang publik atau public goods yakni barang yang memiliki sifat non-rival dan non-exclusive. Hal ini berarti konsumsi atas barang tersebut oleh suatu individu tidak akan mengurangi jumlah barang yang tersedia untuk dikonsumsi oleh individu lainnya; dan non-exclusive berarti semua orang


(27)

27 berhak menikmati manfaat dari barang tersebut3. Terkait dengan sifat-sifat tersebut maka manfaat ekonomi menjadi sulit diukur, hal ini dikarenakan tidak terdapatnya harga pasar yang mampu mencerminkan nilai dari sumberdaya tersebut. Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan untuk mengukur berapa besar nilai ekonomi yang dihasilkan suatu sumberdaya alam. 3.1.2 Teknik Pengukuran Manfaat Wisata Alam

Berbagai akvitivas rekreasi yang berhubungan dengan wisata alam merupakan salah satu contoh dari jenis rekreasi di alam terbuka. Penilaian manfaat terhadap aktivitas wisata ini dapat menggunakan metode biaya perjalanan (Travel Cost Method). Pada dasarnya metode biaya perjalanan merupakan bagian dari teknik pengukuran tidak langsung, yang dapat digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation). Metode biaya perjalanan memiliki beberapa teknik pendekatan dalam hal pelaksanaannya (Turner et al, 1993) yaitu:

1. Metode biaya perjalanan zonal, yaitu dengan membagi lokasi asal pengunjung untuk melihat jumlah populasi per zona, yang digunakan untuk mengestimasi per seribu orang

2. Metode biaya perjalanan individu, yaitu dengan mengukur tingkat kunjungan individu ke tempat rekreasi dan biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu tersebut. Tujuannya adalah mengukur frekuensi kunjungan individu ke tempat rekreasi tersebut

3. Random Utility Approach atau pendekatan utilitas acak, yaitu pendekatan yang mengasumsikan bahwa individu akan berkunjung ke suatu tempat

3


(28)

28 berdasarkan preferensi mereka dan individu tersebut tidak menghubungkan atau mengaitkan antara kualitas tempat wisata dengan biaya perjalanan untuk mencari tempat tersebut. Oleh karena itu pendekatan ini memerlukan informasi tentang semua kemungkinan yang dapat mempengaruhi preferensi individu untuk memilih antara kualitas lingkungan atau biaya perjalanan untuk setiap lokasi rekreasi

Penelitian ini akan menggunakan teknik pendekatan metode biaya perjalanan individu atau Individual Travel Cost Method. Menurut Fauzi (2004) secara sederhana, fungsi permintaan dapat ditulis sebagai:

Vij = f ( Cij , Tij , Qij , Sij , Mi ) ………...(1) Dimana :

Vij = jumlah kunjungan oleh individu i ke tempat j

Cij = biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j

Tij = biaya waktu yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j

Qij = persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dari tempat yang dikunjungi

Sij = karakteristik substitusi yang mungkin ada di tempat lain

Mi = pendapatan (income) dari individu i

Persamaan (1) di atas menggambarkan fungsi generik yang sering digunakan untuk melakukan studi TCM. Agar lebih operasional, fungsi permintaan TCM sering dibuat dalam bentuk linier, yakni:

V = α1+ α2C + α3S+ α4M+ α5T+ α6Q………(2)

Setelah mengetahui fungsi permintaan, kita dapat mengukur surplus konsumen yang merupakan proxy dari nilai WTP terhadap lokasi rekreasi. Surplus konsumen diukur melalui formula:

WTP ≈ CS2 = N2………...………(3) 2α1

Dimana N adalah jumlah kunjungan yang dilakukan oleh individu I. Biaya perjalanan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk perjalanan menuju lokasi


(29)

29 wisata. Biaya tersebut meliputi biaya transportasi, biaya konsumsi, biaya dokumentasi, biaya penginapan dan biaya-biaya lainnya. Adapun fungsi dari biaya perjalanan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

C = Bt + Bk + Bp + Bd + Bl……….………(4) Keterangan:

C = Biaya perjalanan (Rp/orang)

Bt = Biaya transportasi (Rp/orang)

Bk = Biaya konsumsi (Rp/orang/hari)

Bp = Biaya dokumentasi (Rp/orang)

Bd = Biaya penginapan (Rp/orang/hari)

Bl = Biaya lain-lain (Rp)

3.1.3 Surplus Konsumen

Menurut Samuelson dan Nordhaus (2003) surplus konsumen adalah kesenjangan antara utilitas total suatu barang dengan nilai total pasarnya. Sementara menurut Kardono-nuhfil (2004) suplus konsumen adalah kelebihan atau perbedaan kepuasan total (total utility) yang dinikmati konsumen dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu dengan pengorbanan totalnya untuk memperoleh sejumlah barang tersebut. Konsep ini dapat dijelaskan dengan Gambar 3 berikut.

Rp

. D

Px B

0 A X

Sumber: Kardono-nuhfil, 2004 Gambar 3. Surplus Konsumen


(30)

30 Menurut pendekatan Marginal Utility, kurva permintaan adalah kurva marginal utility yang dinilai dengan uang. Jadi luas 0ABD adalah total utilitas yang diperoleh konsumen dari konsumsi barang X sebanyak 0A. Pengorbanan totalnya adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk memperoleh barang X sebanyak OA, yaitu OA kali harga OPx atau luas OPxBA. Surplus konsumen adalah selisih antara AOBD dengan OPxBA, yaitu PxDB. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Bandar Lampung merupakan salah satu bagian dari Pulau Sumatera yang sedang gencar mengembangkan dan menggalakkan industri pariwisata. Hal ini dikarenakan potensi Bandar Lampung untuk menjadi tujuan wisata utama bagi wisatawan ketika pertama memasuki Pulau Sumatera sangat didukung dengan melimpahnya berbagai jenis atraksi wisata baik wisata alam maupun keindahan seni tradisional lainnya. Potensi pariwisata di Bandar Lampung juga menunjukkan kontribusi yang cenderung meningkat terhadap PAD (Pendapatan Asli Daerah) tiap tahunnya, sehingga prospek pengelolaan dan pengembangan wisata di Bandar Lampung sangat potensial untuk dilakukan. Wisata alam termasuk di dalamnya wisata pantai merupakan salah satu pilihan wisata yang banyak diminati oleh wisatawan. Salah satu wisata yang berpotensi untuk terus dikembangkan adalah objek wisata Pantai Mutun MS Town. Objek wisata ini dianggap potensial karena tidak hanya terdiri dari pantai semata, objek wisata ini juga dilengkapi wisata Pulau Tangkil yang memiliki pulau dan pantai yang indah dan belum banyak dikunjungi oleh wisatawan serta berlokasi bersebrangan dengan Pantai Mutun MS Town, sehingga mampu memberikan pilihan baru dan menarik bagi pengunjung yang datang.


(31)

31 Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil merupakan bagian dari wisata alam yang memiliki daya tarik dan keunikan tersendiri. Terkait dengan sifat kepemilikan dari pantai maupun pulau yang merupakan barang publik, maka pengelolaan dan pemanfaatan Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil ini harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan mempertimbangkan aspek sosial serta lingkungan dengan tujuan keberlanjutan pengelolaan. Potensi Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil untuk dijadikan sebagai salah satu alternatif rekreasi wisata sangat didukung oleh berbagai sarana dan prasarana di masing-masing objek wisata, sehingga setiap objek memiliki ciri khas dan perbedaan masing-masing. Namun permasalahan dalam hal prasarana muncul manakala perhatian serta perawatan terhadap berbagai fasilitas mulai menurun. Permasalahan dalam hal fasilitas dapat dibagi dalam fasilitas inti dan fasilitas penunjang. Permasalahan dalam fasilitas inti merupakan sesuatu yang sangat penting manakala tanpa adanya keberadaan fasilitas inti, kegiatan wisata tidak dapat berlangsung dengan maksimal serta mengakibatkan penurunan pengunjung, seperti minimnya tempat mandi dan WC umum, perahu atau alat penyebrangan menuju Pulau Tangkil dan sarana permainan yang tidak dirawat dengan baik, lokasi penginapan yang buruk serta minimnya restoran maupun tempat makan dan lain sebagainya. Sementara permasalahan dalam fasilitas penunjang merupakan permasalahan yang dimiliki objek wisata yang dapat mengakibatkan menurunnya kepuasan pengunjung terhadap objek wisata tersebut seperti minimnya lahan parkir, tempat ibadah, pos penjagaan, klinik kesehatan, serta toko souvenir dan tempat pembuangan sampah. Berbagai permasalahan tersebut jelas akan mempengaruhi tingkat kunjungan ke masing objek wisata, sehingga estimasi terhadap


(32)

masing-32 masing objek wisata ini perlu dilakukan secara terpisah yang meliputi bagaimana deskripisi kondisi lokasi Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil melalui analisis deskriptif, perbandingan surplus konsumen dan estimasi terhadap masing-masing objek wisata secara terpisah dengan menggunakan metode biaya perjalanan (Travel Cost Method), serta fungsi permintaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke objek wisata tersebut dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana perbandingan karakteristik dari dua objek wisata yakni Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil sekaligus berguna untuk memberi masukkan kepada pihak pengelola mengenai objek wisata yang tersedia, sehingga kebijakan yang diambil kedepannya akan lebih tepat sasaran dan mampu berkontribusi positif terhadap pengembangan objek wisata tersebut. Alur kerangka berfikir disajikan pada Gambar 4 berikut.


(33)

33 Pengelola Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil

Tingkat Kunjungan ke Masing-Masing Objek Wisata Permasalahan Fasilitas Rekreasi :

Rekreasi Wisata

Perlu Estimasi dan Perbandingan Terhadap Masing-Masing Objek Wisata Secara Terpisah

Fungsi Permintaan dan Faktor yang Mempengaruhinya Deskripsi kondisi lokasi wisata Analisis Deskriptif Regresi Berganda WTP Pengunjung terhadap Lokasi Rekreasi Surplus Konsumen

Estimasi tingkat retribusi optimum harga tiket di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Fasilitas Penunjang :

Lahan parkir kurang memadai, sarana permainan tidak terawat, jalan menuju lokasi wisata rusak serta minim papan informasi Fasilitas Inti :

Tempat mandi (bilas), WC umum, sarana penyebrangan (perahu), lokasi penginapan, restoran atau

tempat makan

Pantai Mutun MS Town Pulau Tangkil

Fungsi Permintaan dan Faktor yang Mempengaruhinya Deskripsi kondisi lokasi wisata Analisis Deskriptif WTP Pengunjung terhadap Lokasi Rekreasi Surplus Konsumen Regresi Berganda Travel Cost Method

Rekomendasi pengelolaan dan pengembangan Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil

Sumber : Penulis 2012


(34)

34 IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil yang terletak di Desa Mutun, Kecamatan Padang Cermin, Kelurahan Lempasing, Kabupaten Pesawaran. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil merupakan objek wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi objek wisata baru bagi wisatawan di Provinsi Lampung dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan pemanfaatan masih sangat menjanjikan. Pengambilan data di lapangan dilakukan mulai bulan Februari hingga Maret 2012. Data diperoleh melalui survey lapangan dan wawancara terhadap pengunjung dan pengelola objek wisata Pantai Mutun

MS Town dan Pulau Tangkil.

4.2 Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah pengunjung objek wisata yang berakal sehat, mampu berkomunikasi dengan baik, pernah mengunjungi objek wisata minimal satu kali serta berumur di atas 17 tahun (batas minimum potensial) karena pada usia tersebut seseorang dianggap sudah mampu dalam membuat keputusan mengenai rekreasi, memiliki kemampuan membayar dan dibedakan antara pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil. Sampel adalah himpunan bagian dari populasi (Gujarati, 1998). Pengambilan sampel dilakukan secara non random sampling dengan menggunakan teknik accidental sampling, yaitu pengambilan responden yang kebetulan ditemui, memenuhi kriteria dan


(35)

35 bersedia diwawancara (Nasution,2003). Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 50 pengunjung untuk masing masing objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil. 4.3 Metode dan Prosedur Analisis

Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan maka dilakukan proses pengumpulan data dan informasi melalui pendekatan sebagai berikut:

a. observasi langsung ke lapangan (direct observation) yang dimaksudkan untuk melihat secara langsung bagaimana kondisi objek penelitian dan melihat karakteristik pengunjung

b. wawancara (interview) dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai kualitas dan kuantitas pengunjung terkait dengan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan pengunjung

c. wawancara mendalam (in depth interview) dilakukan untuk mengetahui informasi lainnya secara lebih mendalam dengan mewawancarai informan yang memiliki pengetahuan terhadap objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh dengan wawancara terhadap pengunjung dengan bantuan kuesioner serta wawancara mendalam dengan pihak pengelola objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil. Sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak pengelola dan dari studi literatur yang terkait dengan objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil. Data yang diperoleh akan diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis data yang dilakukan untuk penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.


(36)

36 Tabel 5. Matriks Metode Analisis Data

No Tujuan Penelitian Jenis Data Metode

Pengambilan Data

Metode Analisis Data

1 Memberikan deskripsi kondisi objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil

Persepsi pengunjung terhadap kondisi fasilitas inti maupun fasilitas penunjang

Data primer melalui wawancara langsung dengan wisatawan dengan bantuan kuesioner Analisis deskriptif kualitatif 2 3

Membandingkan surplus konsumen dari masing-masing objek wisata yakni Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil

Mengestimasi tingkat retribusi optimum harga tiket di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil

Biaya perjalanan pengunjung menuju masing-masing objek wisata yakni Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Willingness to Pay atau kesediaan membayar pengunjung terhadap tiket masuk di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil

Data primer melalui wawancara langsung dengan wisatawan dengan bantuan kuesioner Data primer melalui wawancara langsung dengan wisatawan dengan bantuan kuesioner Analisis menggunakan Travel Cost Method Analisis menggunakan Travel Cost Method

4 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata menuju Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil

Biaya perjalanan, penghasilan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, waktu luang, jarak tempuh, waktu di lokasi, lama

mengetahui keberadaan Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil, umur,

pekerjaan, status pernikahan

Data primer melalui wawancara langsung dengan wisatawan dengan bantuan kuesioner Analisis Regresi Linier Berganda dengan SPSS 16


(37)

37 Pendugaan jumlah kunjungan ke Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil per individu per kunjungan diperoleh dengan menggunakan Individual Travel Cost Method (ITCM) yang dilakukan secara terpisah terhadap masing-masing objek wisata. Adapun fungsi permintaan untuk mengidentifikasi jumlah kunjungan ke Pantai Mutun MS Town dibentuk dengan model regresi linier berganda berikut:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5 +b6X6 +b7X7 +b8X8 +b9X9 +b10X10+

b11X11+ b12X12 + b13X13 + b14X14 + b15X15 + b16X16 + b17X17 + ε…………...(5)

Keterangan:

Y = Jumlah kunjungan ke objek wisata Pantai Mutun MS Town dalam satu tahun terakhir atau pada tahun diadakan penelitian ini yaitu

tahun 2012 (frekuensi kunjungan pertahun) X1 = Biaya Perjalanan individu ke objek wisata Pantai Mutun MS Town

(Rp/orang)

X2 = Umur responden (umur)

X3 = Dummy jenis kelamin (1 = laki-laki, 2 = perempuan)

X4 = Dummy status perkawinan (1 = menikah, 2= belum menikah)

X5 = Jumlah tanggungan (orang)

X6 = Tingkat pendidikan responden, dihitung berdasarkan tahun

mengenyam pendidikan (tahun)

X7 = Asal Kedatangan

X8 = Dummy jenis pekerjaan BUMN (1= BUMN, 0= bukan BUMN)

X9 = Dummy jenis pekerjaan Ibu Rumah Tangga (1= Ibu Rumah

Tangga, 0= bukan Ibu Rumah Tangga) X10 = Dummy jenis pekerjaan wiraswasta/pengusaha (1= wiraswasta/

pengusaha, 0= bukan wiraswasta/pengusaha) X11 = Dummy jenis pekerjaan pegawai negeri sipil (1=PNS, 0=bukan

PNS)

X12 = Dummy jenis pekerjaan pegawai swasta (1= pegawai swasta, 0=

bukan pegawai swasta)

X13 = Total Penghasilan (Rp/bulan)

X14 = Jarak tempuh dari tempat tinggal ke objek wisata Pantai Mutun MS

Town (km)

X15 = Lama mengetahui objek wisata Pantai Mutun MS Town (tahun)

X16 = Waktu yang dihabiskan untuk satu kali kunjungan (jam)

X17 = Waktu tempuh dari tempat tinggal ke objek wisata Pantai Mutun

MS Town (km)

b0 = Konstanta

b1-b17 = Koefisien regresi


(38)

38 Persamaan regresi linier berganda (5) tidak menghasilkan nilai R2 dan R2 adjusted yang baik, sehingga perlu digunakan teknik Stepwise Regression dengan mereduksi beberapa variabel dalam persamaan yang dianggap memperkecil nilai R2 dan R2 adjusted. Sehingga dihasilkan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5 +b6X6 +b7X7 +b8X8 +b9X9 +b10X10+

b11X11+ b12X12 + ε………..………..(6)

Keterangan:

Y = Jumlah kunjungan ke objek wisata Pantai Mutun MS Town dalam satu tahun terakhir atau pada tahun diadakan penelitian ini yaitu tahun 2012 (frekuensi kunjungan pertahun)

X1 = Biaya Perjalanan individu ke objek wisata Pantai Mutun MS Town

(Rp/orang)

X2 = Umur responden (umur)

X3 = Dummy jenis kelamin (1 = laki-laki, 2 = perempuan)

X4 = Dummy status perkawinan (1 = menikah, 2= belum menikah)

X5 = Jumlah tanggungan (orang)

X6 = Tingkat pendidikan responden, dihitung berdasarkan tahun

mengenyam pendidikan (tahun) X7 = Asal Kedatangan

X8 = Total Penghasilan (Rp/bulan)

X9 = Jarak tempuh dari tempat tinggal ke objek wisata Pantai Mutun

MS Town (km)

X10 = Lama mengetahui objek wisata Pantai Mutun MS Town (tahun)

X11 = Waktu yang dihabiskan untuk satu kali kunjungan (jam)

X12 = Waktu tempuh dari tempat tinggal ke objek wisata Pantai Mutun

MS Town (km) b0 = Konstanta

b1-b12 = Koefisien regresi

ε = Error

Beberapa variabel dalam persamaan regresi linier berganda (6) di reduksi lagi dengan menggunakan teknik Stepwise Regression, sehingga diperoleh model terbaik dari persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:


(39)

39 Keterangan:

Y = Jumlah kunjungan ke objek wisata Pantai Mutun MS Town dalam satu tahun terakhir atau pada tahun diadakan penelitian ini yaitu tahun 2012 (frekuensi kunjungan pertahun)

X1 = Biaya Perjalanan individu ke objek wisata Pantai Mutun MS Town

(Rp/orang)

X2 = Umur responden (umur)

X3 = Dummy status perkawinan (1 = menikah, 2= belum menikah)

X4 = Tingkat pendidikan responden, dihitung berdasarkan tahun

mengenyam pendidikan (tahun) X5 = Total Penghasilan (Rp/bulan)

X6 = Jarak tempuh dari tempat tinggal ke objek wisata Pantai Mutun

MS Town (km)

X7 = Lama mengetahui objek wisata Pantai Mutun MS Town (tahun)

X8 = Waktu yang dihabiskan untuk satu kali kunjungan (jam)

b0 = Konstanta

b1-b8 = Koefisien regresi

ε = Error

Adapun fungsi permintaan untuk mengidentifikasi jumlah kunjungan ke Pulau Tangkil dibentuk dengan model regresi linier berganda berikut:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5 +b6X6 +b7X7 +b8X8 +b9X9 +b10X10+

b11X11+ b12X12 + b13X13 + b14X14 + b15X15 + b16X16 + b17X17 + ε………(8)

Keterangan:

Y = Jumlah kunjungan ke objek wisata Pulau Tangkil dalam satu tahun terakhir atau pada tahun diadakan penelitian ini yaitu tahun 2012 (frekuensi kunjungan pertahun)

X1 = Biaya Perjalanan individu ke objek wisata Pulau Tangkil

(Rp/orang)

X2 = Umur responden (umur)

X3 = Dummy jenis kelamin (1 = laki-laki, 2 = perempuan)

X4 = Dummy status perkawinan (1 = menikah, 2= belum menikah)

X5 = Jumlah tanggungan (orang)

X6 = Tingkat pendidikan responden, dihitung berdasarkan tahun

mengenyam pendidikan (tahun) X7 = Asal Kedatangan

X8 = Dummy jenis pekerjaan BUMN (1= BUMN, 0= bukan BUMN)

X9 = Dummy jenis pekerjaan Ibu Rumah Tangga (1= Ibu Rumah

Tangga, 0= bukan Ibu Rumah Tangga)

X10 = Dummy jenis pekerjaan wiraswasta/pengusaha (1= wiraswasta/

pengusaha, 0= bukan wiraswasta/pengusaha)

X11 = Dummy jenis pekerjaan pegawai negeri sipil (1=PNS, 0=bukan

PNS)


(40)

40 bukan pegawai swasta)

X13 = Total Penghasilan (Rp/bulan)

X14 = Jarak tempuh dari tempat tinggal ke objek wisata Pulau Tangkil

(km)

X15 = Lama mengetahui objek wisata Pulau Tangkil (tahun)

X16 = Waktu yang dihabiskan untuk satu kali kunjungan (jam)

X17 = Waktu tempuh dari tempat tinggal ke objek wisata Pulau Tangkil

(km) b0 = Konstanta

b1-b17 = Koefisien regresi

ε = Error

Persamaan regresi linier berganda (8) tidak menghasilkan nilai R2 dan R2 adjusted yang baik, sehingga perlu digunakan teknik Stepwise Regression dengan mereduksi beberapa variabel dalam persamaan yang dianggap memperkecil nilai R2 dan R2 adjusted. Sehingga dihasilkan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5 +b6X6 +b7X7 +b8X8 +b9X9 +b10X10+

b11X11+ ε……….(9)

Keterangan:

Y = Jumlah kunjungan ke objek wisata Pulau Tangkil dalam satu tahun terakhir atau pada tahun diadakan penelitian ini yaitu tahun 2012 (frekuensi kunjungan pertahun)

X1 = Biaya Perjalanan individu ke objek wisata Pulau Tangkil

(Rp/orang)

X2 = Umur responden (umur)

X3 = Dummy jenis kelamin (1 = laki-laki, 2 = perempuan)

X4 = Jumlah tanggungan (orang)

X5 = Tingkat pendidikan responden, dihitung berdasarkan tahun

mengenyam pendidikan (tahun) X6 = Asal Kedatangan

X7 = Total Penghasilan (Rp/bulan)

X8 = Jarak tempuh dari tempat tinggal ke objek wisata Pulau Tangkil

(km)

X9 = Lama mengetahui objek wisata Pulau Tangkil (tahun)

X10 = Waktu yang dihabiskan untuk satu kali kunjungan (jam)

X11 = Waktu tempuh dari tempat tinggal ke objek wisata Pulau Tangkil

(km) b0 = Konstanta

b1-b11 = Koefisien regresi


(41)

41 Beberapa variabel dalam persamaan regresi linier berganda (9) di reduksi lagi dengan menggunakan teknik Stepwise Regression, sehingga diperoleh model terbaik dari persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5 +b6X6 +b7X7 +b8X8 +ε…………..(10)

Keterangan:

Y = Jumlah kunjungan ke objek wisata Pulau Tangkil dalam satu tahun terakhir atau pada tahun diadakan penelitian ini yaitu tahun 2012 (frekuensi kunjungan pertahun)

X1 = Biaya Perjalanan individu ke objek wisata Pulau Tangkil

(Rp/orang)

X2 = Umur responden (umur)

X3 = Dummy jenis kelamin (1 = laki-laki, 2 = perempuan)

X4 = Dummy status perkawinan (1 = menikah, 2= belum menikah)

X5 = Jumlah tanggungan (orang)

X6 = Tingkat pendidikan responden, dihitung berdasarkan tahun

mengenyam pendidikan (tahun) X7 = Asal Kedatangan

X8 = Total Penghasilan (Rp/bulan)

X9 = Jarak tempuh dari tempat tinggal ke objek wisata Pulau Tangkil

(km)

X10 = Lama mengetahui objek wisata Pulau Tangkil (tahun)

X11 = Waktu yang dihabiskan untuk satu kali kunjungan (jam)

X12 = Waktu tempuh dari tempat tinggal ke objek wisata Pulau Tangkil

(km) b0 = Konstanta

b1-b12 = Koefisien regresi

ε = Error

Berdasarkan hal diatas maka kunjungan ke masing masing objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil akan sangat dipengaruhi oleh biaya perjalanan (diasumsikan berkorelasi negatif) sehingga akan diperoleh kurva permintaan dengan kemiringan negatif. Karakteristik pengunjung dan penilaian pengunjung terhadap objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil akan diidentifikasi menggunakan analisis deskriptif yaitu menjelaskan hubungan antara fenomena yang diamati secara sistematis, akurat dan faktual.


(42)

42 4.4 Asumsi – Asumsi Model Regresi Linier Berganda

Asumsi asumsi yang digunakan dalam regresi linier berganda tetap menggunakan asumsi-asumsi yang digunakan dalam kerangka model regresi linier klasik (Juanda, 2009) yakni:

1. Nilai rata-rata pengganggu sama dengan nol, yaitu E ( εi ) = 0, untuk setiap

i, dimana i = 1,2,3…….,n, artinya nilai yang diharapkan bersyarat dari εi

bergantung pada Xi tertentu adalah 0

2. Varian (εi) = E (εi2) = σ2, sama untuk semua kesalahan pengganggu

(asumsi Homoskedastisitas) artinya varian εi untuk setiap i yaitu varian

bersyarat untuk adalah suatu angka konstan positif yang sama dengan σ²

3. Tidak ada autokorelasi antara kesalahan pengganggu, berarti Cov (εi, εj) =

0, untuk i ≠ j

4. Variabel bebas X1, X2, …….. Xn konstan dalam sampling yang terulang

dan bebas dari kesalahan penggangggu εi , E (Xiεi) = 0

5. Tidak ada multikolinearitas, yang berarti tidak ada hubungan linier yang nyata antara variabel-variabel bebas


(43)

43 V. GAMBARAN UMUM

5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Objek Wisata

Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil merupakan salah satu objek wisata yang berada di Kabupaten Pesawaran. Kabupaten Pesawaran sendiri merupakan kabupaten yang baru terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus 2007 dan diresmikan menjadi kabupaten pada tanggal 2 Nopember 2007, yang sebelumnya masuk dalam Kabupaten Lampung Selatan (Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesawaran, 2010). Secara Geografis wilayah Kabupaten Pesawaran terletak pada posisi 5˚10’ - 5˚50’ Bujur Timur dan antara 105˚ - 105˚20’ Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten Pesawaran adalah berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah di Sebelah Utara, berbatasan dengan Teluk Lampung Kabupaten Tanggamus di Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Tanggamus di Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan dan Kota Bandar Lampung di sebelah Timur. Kabupaten Pesawaran dengan luas wilayah 117.377 hektar memiliki 7 kecamatan dan 133 desa. Topografi wilayah bervariasi antara dataran rendah dan dataran tinggi, yang sebagian merupakan daerah berbukit sampai bergunung dengan ketinggian dari permukaan laut antara 19 sampai dengan 162 meter.

Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil merupakan objek wisata yang terletak di Jalan Pematang Rinjing, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Kecamatan Padang Cermin dengan ibu kota Wates Way Rantai memiliki luas sebesar 317,63 Km2 atau 31.763 Ha, memiliki


(44)

44 ketinggian dari permukaan laut atau Tinggi Titik Atas Umbul Lawi sebesar 271,5m. Jumlah Desa atau Kelurahan yang terdapat di Kabupaten Padang Cermin ada 22 desa definitif dan 151 dusun lingkungan. Jumlah penduduk yang terdapat di Kecamatan Padang Cermin pada tahun 2010 berjumlah 21.416 Rumah Tangga dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,82 %. 5.1.1 Letak dan Kondisi Geografis Pantai Mutun MS Town

Pantai Mutun MS Town merupakan objek wisata alam yang berdiri pada tahun 2001 dan memiliki luas sebesar 100 Ha, dengan tingkat kunjungan per tahun sebesar 10.000 orang. Pantai Mutun MS Town terletak di desa Sukajaya Lempasing dan memiliki koordinat astronomis pada -5.511776˚ LS dan

105.256446˚ BT. Pantai Mutun MS Town juga berbatasan dengan beberapa pantai lainnya seperti Pantai Puri Gading, Pantai Duta Wisata, Pantai Tirtayasa, Pantai Queen Artha, Pantai Kelapa Rapet dan Pantai Ringgung. Pantai Mutun MS Town merupakan pantai yang dikelola selama 24 jam dan setiap hari, sehingga pantai ini tidak pernah tutup dan tidak pernah sepi pengunjung.

Cara untuk mencapai Pantai Mutun MS Town dapat ditempuh dengan dua cara yaitu:

 Dari Bandar Lampung mengambil arah barat daya menuju Teluk Betung Barat, mengikuti jalan R.E Martadinata sejauh 9,9 km selama 17 menit

 Dari Padang Cermin ke arah tenggara mengikuti Jalan Padang Cermin-Gedong Tataan lalu menuju Jalan R.E Martadinata sejauh 31,6 km selama 34 menit


(45)

45 5.1.2 Letak dan Kondisi Geografis Pulau Tangkil

Pulau Tangkil merupakan salah satu objek wisata alam dan merupakan bagian dari Pulau Mutun MS Town. Pulau Tangkil memiliki letak astronomis pada -5.513923˚ LS dan 105.269482˚ BT. Luas wilayah Pulau Tangkil sendiri sebesar 11 Ha dan merupakan satu satunya pulau yang sudah dikategorikan menjadi objek wisata, sementara beberapa pulau lainnya yang terletak di Kabupaten Pesawaran hanya dikategorikan sebagai potensi wisata. Pulau Tangkil merupakan tempat yang tepat bagi pengunjung untuk menikmati aktivitas berenang di laut dikarenakan air yang dangkal yakni 30 cm dari bibir pantai. Menuju lokasi Pulau Tangkil dapat ditempuh dengan menyebrang menggunakan perahu yang tersedia dari Pantai Mutun MS Town. Jarak yang harus ditempuh antara Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil adalah ± 6 Km yang dapat

dicapai dalam waktu ± 15 menit.

5.2 Perbandingan Karakteristik Responden Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil

Karakteristik umum responden Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil didasarkan kepada hasil survei yang telah dilakukan terhadap 50 responden di tiap lokasi. Variabel yang menjadi perhatian dalam penelitian ini meliputi umur responden, daerah asal, tingkat pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, tingkat penghasilan per bulan, status pernikahan, cara kedatangan menuju lokasi wisata, jumlah rombongan, sumber informasi lokasi, tujuan wisata, lama kunjungan responden, jarak tempuh dan waktu tempuh menuju lokasi wisata dan lama mengetahui keberadaan lokasi wisata.


(46)

46 5.2.1 Umur

Berdasarkan hasil observasi lapang, diperoleh bahwa pengunjung Pantai Mutun MS Town didominasi oleh pengunjung yang berusia 18-25 tahun sebanyak 50%, pengunjung berusia 26-33 tahun sebanyak 32% dan sisanya yang berusia diatas 34-41 tahun sebanyak 12% dan berusia lebih dari 41 tahun sebanyak 6%. Sementara pengunjung Pulau Tangkil didominasi oleh kaum muda yang berusia 18-25 tahun sebanyak 72%. Pengunjung yang usianya berkisar 26-33 tahun sebanyak 20%. Selain itu, pengunjung yang berusia di atas 34-41 tahun sebanyak 2% dan sisanya merupakan pengunjung yang berusia dibawah 18 tahun sebanyak 4% dan berusia lebih dari 41 tahun sebanyak 2%. Hal ini merepresentasikan keadaan di lapangan bahwa banyak ditemui kaum muda dikedua tempat wisata tersebut. Proporsi jumlah responden Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil

dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Sebaran Umur Responden Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012

Pengunjung Objek Wisata

Pantai Mutun MS Town Pulau Tangkil

Umur (tahun) Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)

<18 0 0 2 4

18-25 25 50 36 72

26-33 16 32 10 20

34-41 6 12 1 2

>41 3 6 1 2

Jumlah 50 100 50 100

Sumber : Data Primer,2012

5.2.2 Daerah Asal

Berdasarkan karakteristik daerah asal, pengunjung Pantai Mutun MS Town didominasi oleh pengunjung yang berasal dari daerah Lampung sebanyak 92%, pengunjung yang berasal dari Jakarta sebanyak 4%, dan sisanya sebesar 2% masing-masing berasal dari Bali dan Surabaya. Sementara pengunjung Pulau


(47)

47 Tangkil didominasi oleh mereka yang berasal dari daerah Lampung sebesar 68%. Pengunjung yang berasal dari Jakarta sebesar 12%. Pengunjung yang berasal dari Makassar sebesar 10%. Sementara sisanya merupakan pengunjung yang berasal dari Bandung sebesar 8% dan dari Palembang sebesar 2%.

Hal ini menunjukkan bahwa wisatawan lokal yang berasal dari Lampung merupakan konsumen potensial bagi Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil. Hal tersebut dikarenakan lokasi objek wisata yang berada di Lampung sehingga pengunjung yang datang sangat didominasi dari daerah Lampung serta masih minimnya lokasi wisata yang memiliki pulau yang masih sangat asri seperti Pulau Tangkil. Namun dari data tersebut dapat diketahui bahwa Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil sangat memerlukan upaya promosi agar keberadaannya dapat diketahui khalayak ramai sehingga tingkat kunjungan pengunjung dapat semakin meningkat. Data tersebut disajikan dalam Tabel 7 berikut.

Tabel 7. Sebaran Daerah Asal Responden Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012

Pengunjung Objek Wisata

Pantai Mutun MS Town Pulau Tangkil

Daerah Asal Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)

Bandung 0 0 4 8

Jakarta 2 4 6 12

Lampung 46 92 34 68

Makasar 0 0 5 10

Palembang 0 0 1 2

Bali 1 2 0 0

Surabaya 1 2 0 0

Jumlah 50 100 50 100

Sumber : Data Primer,2012 5.2.3 Tingkat Pendidikan

Berdasarkan faktor tingkat pendidikan, sebagian besar pengunjung Pantai Mutun MS Town mengenyam pendidikan terakhir Perguruan Tinggi sebanyak


(48)

48 50%, kemudian berpendidikan SMA sebesar 48% dan sisanya SMP sebesar 2%. Sementara sebagian besar pengujung Pulau Tangkil merupakan lulusan Perguruan Tinggi sebesar 54%. Pengunjung yang berpendidikan SMA sebesar 38% dan SMP sebesar 8%. Sedangkan dari data dapat diketahui pula bahwa tidak ada pengunjung Pulau Tangkil yang berpendidikan akhir SD. Hipotesis yang dapat diperoleh adalah bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh wisatawan maka diharapkan akan semakin tinggi pula pemahaman mereka akan pentingnya menjaga suatu keberadaan tempat wisata, terlebih Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil merupakan objek wisata yang baru berkembang, sehingga memerlukan perhatian lebih dari pengelola agar keberlanjutan tempat wisata ini dapat terjaga. Proporsi mengenai tingkat pendidikan responden ditunjukkan pada Tabel 8 berikut ini.

Tabel 8. Sebaran Tingkat Pendidikan Responden Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012

Pengunjung Objek Wisata

Pantai Mutun MS Town Pulau Tangkil

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)

SD 0 0 0 0

SMP 1 2 4 8

SMA 24 48 19 38

Perguruan Tinggi 25 50 27 54

Jumlah 50 100 50 100

Sumber : Data Primer,2012 5.2.4 Pekerjaan

Jenis pekerjaan dari pengunjung Pantai Mutun MS Town sebagian besar didominasi oleh pelajar atau mahasiswa sebesar 30%, kemudian pegawai swasta sebesar 24%, sebagai pengusaha atau wiraswasta sebagai 18%, PNS 16%, ibu rumah tangga 10% sedangkan sisanya 2% merupakan pegawai BUMN. Sementara pengunjung Pulau Tangkil sangat beragam, namun sebagian besar didominasi


(49)

49 oleh pelajar atau mahasiswa yakni 32%, pegawai swasta 26%, PNS 14%, pengusaha atau wiraswasta sebesar 8%, ibu rumah tangga sebesar 2% dan sisanya sebesar 18% merupakan pegawai BUMN yang didominasi oleh pegawai PLN. Dapat ditarik kesimpulan bahwa di kedua lokasi wisata didominasi oleh pelajar atau mahasiswa. Hal ini dapat menjadi penyebab Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil lebih ramai didatangi pada hari libur, dimana para pengunjung memiliki kesempatan untuk memanfaatkan waktu luang mereka. Oleh karena itu, sebaiknya pengelola dapat lebih menambah berbagai fasilitas yang ada sehingga dapat menarik lebih banyak pengunjung dengan berbagai atraksi wisata. Proporsi mengenai pekerjaan responden ditunjukkan pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9. Sebaran Pekerjaan Responden Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012

Pengunjung Objek Wisata

Pantai Mutun MS Town Pulau Tangkil

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)

PNS 8 16 7 14

Pengusaha/Wiraswasta 9 18 4 8

Pelajar/Mahasiswa 15 30 16 32

Ibu Rumah Tangga 5 10 1 2

Pegawai Swasta 12 24 13 26

Lainnya 1 2 9 18

Jumlah 50 100 50 100

Sumber : Data Primer,2012 5.2.5 Tingkat Penghasilan

Berdasarkan tingkat penghasilan, sebagian besar pengunjung Pantai Mutun MS Town berpenghasilan Rp 1.000.000,00 – Rp 3.000.000,00 sebesar 54%, berpenghasilan kurang dari Rp 1.000.000,00 sebesar 30% sedangkan sisanya berpenghasilan antara Rp 3.000.001,00 – Rp 5.000.000,00 sebesar 12% dan sisanya berpenghasilan antara Rp 5.000.001,00 – Rp 7.000.000,00 sebesar 4%.


(1)

106 Lampiran 6. Perhitungan Surplus Konsumen Pulau Tangkil

Individu Y (Jumlah Surplus Surplus Konsumen Kunjungan Konsumen (SK)/Individu/Kunjungan

atau N) (SK)/Individu

CS = N2 SK/Individu/Kunjungan 2b1 SK per individu/N

individu

1 6 18.556.701 3.092.784 2 1 515.464 515.464 3 2 2.061.856 1.030.928 4 1 515.464 515.464 5 1 515.464 515.464 6 3 4.639.175 1.546.392 7 7 25.257.732 3.608.247 8 3 4.639.175 1.546.392 9 3 4.639.175 1.546.392 10 2 2.061.856 1.030.928 11 1 515.464 515.464 12 3 4.639.175 1.546.392 13 1 515.464 515.464 14 1 515.464 515.464 15 1 515.464 515.464 16 2 2.061.856 1.030.928 17 3 4.639.175 1.546.392 18 5 12.886.598 2.577.320 19 5 12.886.598 2.577.320 20 2 2.061.856 1.030.928 21 1 515.464 515.464 22 1 515.464 515.464 23 1 515.464 515.464 24 9 41.752.577 4.639.175 25 1 515.464 515.464 26 5 12.886.598 2.577.320 27 1 515.464 515.464 28 3 4.639.175 1.546.392 29 7 25.257.732 3.608.247 30 3 4.639.175 1.546.392 31 6 18.556.701 3.092.784 32 1 515.464 515.464 33 3 4.639.175 1.546.392 34 5 12.886.598 2.577.320 35 4 8.247.423 2.061.856 36 6 18.556.701 3.092.784


(2)

107 37 1 515.464 515.464 38 5 12.886.598 2.577.320 39 5 12.886.598 2.577.320 40 2 2.061.856 1.030.928 41 1 515.464 515.464 42 10 51.546.392 5.154.639 43 1 515.464 515.464 44 3 4.639.175 1.546.392 45 1 515.464 515.464 46 1 515.464 515.464 47 1 515.464 515.464 48 1 515.464 515.464 49 1 515.464 515.464 50 10 51.546.392 5.154.639 total 399.484.536 78.865.979 mean 7.989.691 1.577.320


(3)

108 Lampiran 7. Dokumentasi


(4)

109 RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 20 Juni 1990. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Hi.Djoni Payakun, SH (Alm) dan Hj. Nurlaila.

Penulis memulai pendidikan di TK Pertiwi Kota Bandar Lampung pada tahun 1996, kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 2 Bandar Lampung. pada tahun 2002, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Kota Bandar Lampung. Pendidikan selanjutnya yang ditempuh penulis adalah di Sekolah Menengah Umum Negeri 10 Kota Bandar Lampung pada tahun 2005. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) yang selanjutnya diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di kegiatan kemahasiswaan yaitu sebagai Staf Departemen Enterpreneurship HIMPRO REESA tahun 2008/ 2009, Anggota Kelompok Tari Saman Bungong Puteh dan sebagai Anggota Keluarga Mahasiswa Lampung (KEMALA).


(5)

RINGKASAN

EVA LIANA SARI. Perbandingan Surplus Konsumen dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Pada Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil, Kabupaten Pesawaran, Bandar Lampung. Dibimbing oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI

Keindahan alam yang membentang yang dimiliki Indonesia memberikan manfaat tersendiri bagi sektor pariwisata. Tingginya tingkat pertumbuhan pariwisata di Indonesia membuat beberapa daerah mengunggulkan sektor ini sebagai alat pertumbuhan daerah. Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil merupakan obyek wisata yang baru berkembang dan menjadi sektor unggulan di Kabupaten Pesawaran, Bandar Lampung. Meskipun berada pada lokasi yang sama, namun penilaian terhadap kedua obyek wisata ini harus dilakukan secara terpisah. Oleh sebab itu, tujuan penelitian ini secara khusus yaitu: (1) memberikan deskripsi kondisi obyek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil; (2) membandingkan surplus konsumen di kedua obyek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil; (3) mengestimasi tingkat retribusi optimum harga tiket di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil; (4) mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata menuju Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil.

Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil, Kabupaten Pesawaran, Bandar Lampung. Pengambilan data dilakukan selama bulan Februari sampai April 2012. Deskripsi kondisi obyek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil diidentifikasi dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Perbandingan surplus konsumen dan estimasi tingkat retribusi optimum harga tiket di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil dianalisis dengan menggunakan metode biaya perjalanan. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata menuju lokasi wisata diketahui dengan menggunakan model regresi linier berganda.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan Pantai Mutun MS Town lebih mengedepankan konsep pantai dengan berbagai sarana dan prasarana yang lengkap, sementara Pulau Tangkil menawarkan keindahan alam berupa pantai dan pulau yang masih alami dan tidak terlalu dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana, sehingga keindahan dan keasrian nya masih sangat terjaga. Surplus konsumen di Pantai Mutun MS Town berdasarkan metode biaya perjalanan individual sebesar Rp 2.764.045,00 per individu per kunjungan. Surplus konsumen di Pulau Tangkil yang diperoleh dengan menggunakan metode biaya perjalanan adalah sebesar Rp 1.577.320,00. Pengelola objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil masih bisa menaikkan harga tiket masuk menuju masing-masing lokasi wisata jika pemilik objek wisata mampu melakukan perbaikan terhadap berbagai fasilitas yang ada, baik fasilitas inti maupun fasilitas penunjang yang sesuai dengan harapan pengunjung. Terdapat empat faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap fungsi permintaan Pantai Mutun MS Town yakni umur, dummy status pernikahan, lama pendidikan dan waktu yang dihabiskan di lokasi, sedangkan terdapat tiga faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap fungsi permintaan Pulau Tangkil yakni jarak tempuh, lama mengetahui lokasi dan biaya perjalanan.


(6)

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan beberapa saran untuk berbagai pihak, antara lain : (1) Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil merupakan objek wisata yang sangat potensial untuk terus dikembangkan dan dipromosikan guna menjaring lebih banyak lagi wisatawan yang berkunjung, baik dari Provinsi Lampung maupun yang berasal dari luar Lampung, oleh karena itu kegiatan promosi secara gencar merupakan sesuatu yang perlu dilakukan, (2) Perlu adanya penigkatan kualitas Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil dengan perawatan maupun penambahan berbagai fasilitas yang ada baik fasilitas inti maupun fasilitas penunjang sehingga pengunjung bisa merasa lebih nyaman dalam melakukan kegiatan rekreasi, (3) Harga tiket masuk Pantai Mutun MS Town masih dapat dinaikkan sesuai dengan keinginan membayar pengunjung, dari harga tiket awal sebesar Rp 5.000,00 menjadi Rp 6.000,00. Sementara harga tiket masuk Pulau Tangkil juga masih dapat dinaikkan sesuai dengan keinginan membayar pengunjung dari Rp 3.000,00 menjadi Rp 9.000,00 (diasumsikan terdapat biaya tetap yakni tiket masuk menuju Pantai Mutun MS Town terlebih dahulu sebesar Rp 5.000,00). Namun kebijakan menaikkan harga tiket ini juga harus diimbangi dengan pengembangan dan perbaikan tempat wisata sesuai harapan pengunjung, (4) Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan perhitungan manfaat tangible maupun intangible guna mendapat nilai total ekonomi dari keberadaan masing-masing lokasi wisata.