21
2.7 Surplus Konsumen
Salah satu hal krusial dalam penilaian ekonomi dari sumber daya alam adalah bagaimana surplus dari sumber daya alam dapat termanfaatkan secara
optimal, untuk itu perlu pemahaman mengenai kurva permintaan dan kurva penawaran sehingga konsep surplus dapat diturunkan dengan lebih rinci. Menurut
Fauzi 2004 dalam perspektif ekonomi neo-klasik, kurva permintaan dapat diturunkan dari dua sisi yang berbeda, pertama, kurva permintaan dapat
diturunkan dari memaksimumkan kepuasan atau utilitas yang kemudian akan menghasilkan kurva permintaan biasa ordinary demand curve atau sering juga
disebut sebagai kurva permintaan Marshall, kedua, kurva permintaan juga dapat diturunkan dari meminimisasikan pengeluaran yang akan menghasilkan kurva
permintaan terkompensasi compensated demand curve atau sering juga disebut
kurva permintaan Hicks.
Sementara kurva penawaran dari suatu barang dan jasa menggambarkan kuantitas dari barang x yang dapat ditawarkan produsen pada tingkat harga
tertentu. Pada dasarnya konsep surplus menempatkan nilai moneter terhadap kesejahteraan masyarakat dari mengekstraksi dan mengkonsumsi sumber daya
alam. Surplus juga merupakan manfaat ekonomi yang tidak lain adalah selisih antara manfaat kotor gross benefit dan biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk
mengekstraksi sumber daya alam. Kurva permintaan dapat ditunjukkan dalam Gambar 2 berikut.
22
Sumber : Djijono 2002
Gambar 2. Total Surplus Konsumen
2.8
Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan serta nilai ekonomi dan surplus konsumen dari objek wisata pada umumnya sudah
banyak dilakukan.
Beberapa penelitian
mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi permintaan dan besar surplus konsumen yang diperoleh
menggunakan metode biaya perjalanan pernah dilakukan oleh Aprilian 2009, Firandari 2009 dan Devina 2011. Secara sederhana matriks mengenai peneitian
terdahulu disajikan dalam Tabel 4 berikut.
P
Q Surplus Konsumen
Garis Harga
23
Tabel 4. Matriks Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian
Alat Analisis Hasil Penelitian
Rani Aprilian Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
Permintaan Wisata dan Surplus Konsumen di
Taman Wisata Alam Situ Gunung
Analisa dengan
menggunakan metode
biaya perjalanan
dengan alat pengolahan data
Stata 9 Ada
tiga kriteria
yang memepengaruhi
jumlah kunjungan
TWA Situ
Gintung serta nilai surplus konsumen per individu Rp
46.847,00 Devina
Marcia Rumanthy
Sihombing Penilaian Ekonomi dan
Prospek Pengembangan Wisata Taman Wisata
Alam Gunung Pancar Analisa
dengan menggunakan
metode biaya
perjalanan dengan
alat pengolah data minitab 15
nilai surplus konsumen per individu
sebesar Rp
297.777,778 dan
nilai manfaat
ekonomi lokasi
sebesar Rp 5.142.622.222,00. Firandari
Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata
Pulau Situ
Gintung PSG-3
Analisa dengan
menggunakan metode
biaya perjalanan
Ada tiga
faktor yang
mempengaruhi kunjungan ke objek wisata PSG-3 yakni
biaya perjalanan,
lama mengetahui
keberadaan PSG-3, dan jarak tempuh
kemudian nilai
ekonomi PSG-3 adalah sebesar Rp
3.373.130.755,00 . Sumber : Penulis 2011
Aprilian 2009 melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata dan surplus konsumen di Taman Wisata Alam
Situ Gunung, dengan metode biaya perjalanan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan jumlah kunjungan
wisatawan ke Taman Wisata Alam Situ Gunung adalah biaya perjalanan, waktu tempuh, dan daya tarik wisata. Nilai surplus konsumen total kunjungan per
individu adalah sebesar Rp 277.477,00 sedangkan nilai surplus konsumen per kunjungan per individu adalah sebesar Rp 46.847,00. Nilai manfaat ekonomi yang
diperoleh Taman Wisata Alam Situ Gunung adalah sebesar Rp 1.340.709.910,00. Devina 2011 melakukan penelitian mengenai penilaian ekonomi dan
prospek pengembangan Wisata Taman Wisata Alam Gunung Pancar dengan metode biaya perjalanan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa lima variabel yang
24 berpengaruh terhadap jumlah kunjungan secara signifikan adalah biaya
perjalanan, tingkat pendidikan, jenis kelamin, waktu di lokasi dan lama mengetahui lokasi. Kemudian berdasar perhitungan diperoleh nilai surplus
konsumen per individu sebesar Rp 297.777,778. Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan Willingness To Pay sehingga dapat
diperoleh nilai manfaat ekonomi lokasi sebesar Rp 5.142.622.222,00. Firandari 2009 dalam penelitian analisis permintaan dan nilai ekonomi
wisata Pulau Situ Gintung PSG-3. Karakteristik pengunjung yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah factor demografi, frekuensi kunjungan, motivasi
kunjungan, cara kedatangan dan lama kunjungan. Persepsi pengunjung adalah keindahan alam, kemudahan mencapai lokasi, aspek tata ruang, kelengkapan
fasilitas, kondisi keamanan, dan kondisi kebersihan. Faktor-faktor yag mempengaruhi permintaan PSG-3 secara signifikan adalah faktor biaya
perjalanan, lama mengetahui keberadaan PSG-3, dan jarak tempuh. Kemudian, surplus konsumen pengunjung Pulau Situ Gintung-3 sebesar Rp 28.985,51 per
kunjungan dan nilai manfaat atau nilai ekonomi Pulau Situ Gintung-3 sebagai tempat wisata adalah sebesar Rp 3.373.130.755,00.
Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan tersebut pada intinya memiliki kesamaan tujuan dengan penelitian yang dilakukan penulis yakni
mengkaji mengenai faktor-faktor yang diduga mempengaruhi permintaan serta besar surplus konsumen dan estimesi harga tiket optimum yang diperoleh dengan
menggunakan metode biaya perjalanan Travel Cost Method. Hal yang membedakan adalah penelitian terdahulu belum pernah ada yang mencoba
membandingkan dua objek wisata yang berada dalam satu lokasi wisata yang
25 sama yakni Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil. Hal ini perlu dilakukan
karena masing-masing objek wisata memiliki keunikan dan fasilitas serta kekurangan tersendiri meskipun berada di satu lokasi wisata yang sama, sehingga
analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tidak dapat dilakukan secara bersamaan, perlu pendugaan secara terpisah untuk menghindari
bias yang mungkin akan terjadi. Selain itu sebagai objek wisata yang baru berkembang, penelitian ini diperlukan agar bisa menjadi masukkan bagi pihak
pengelola objek wisata dalam mengembangkan objek wisata ke depannya.
26
III. KERANGKA PEMIKIRAN