Efektivitas vaksin DNA anti-KHV pada benih ikan mas Cyprinus carpio melalui metode perendaman dan perlakuan hiperosmotik

EFEKTIVITAS VAKSIN DNA ANTI-KHV PADA BENIH
IKAN MAS Cyprinus carpio MELALUI METODE
PERENDAMAN DAN PERLAKUAN HIPEROSMOTIK

SITI SORAYA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Efektivitas Vaksin
DNA Anti-KHV pada Benih Ikan Mas Cyprinus Carpio melalui Metode
Perendaman dan Perlakuan Hiperosmotik” adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Siti Soraya
NIM C14090071

ABSTRAK
SITI SORAYA. Efektivitas vaksin DNA anti-KHV pada benih ikan mas Cyprinus
carpio melalui metode perendaman dan perlakuan hiperosmotik. Dibimbing oleh
SRI NURYATI dan ALIMUDDIN.
Produksi ikan mas menurun semenjak kasus kematian massal akibat
serangan penyakit koi herpesvirus (KHV). Oleh karena itu, dibutuhkan
pencegahan yang bersifat aman, dapat diterapkan secara massal, dan biaya relatif
murah. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh pemberian vaksin DNA antiKHV dengan dosis 1,3 x 108 cfu/mL melalui perendaman dengan lama waktu
berbeda setelah dilakukan perlakuan hiperosmotik selama 2 menit, guna
menghasilkan benih ikan mas tahan infeksi KHV. Terdapat enam perlakuan
dengan tiga ulangan, A) vaksinasi dengan lama perendaman 60 menit, B) 90
menit, C) 120 menit, kontrol positif: ikan tidak divaksin dan diinfeksi KHV,
kontrol negatif: ikan tidak divaksin dan tidak diinfeksi KHV, kontrol bakteri: ikan
direndam dengan bakteri tidak berkonstruksi vaksin. Hasil penelitian
menunjukkan perlakuan A memberikan kelangsungan hidup relatif tertinggi

(93,55%). Dengan demikian, vaksinasi melalui perendaman dan perlakuan
hiperosmotik efektif meningkatkan kelangsungan hidup ikan dan dapat menjadi
alternatif dalam mengendalikan infeksi KHV pada ikan mas dan ikan koi.
Kata kunci: vaksin DNA, perendaman, KHV, hiperosmotik, kelangsungan hidup,
ikan mas
ABSTRACT
SITI SORAYA. The effectiveness of DNA vaccine anti-KHV in the juvenile of
common carp Cyprinus carpio by using immersion and hyperosmotic treatment.
Supervised by SRI NURYATI and ALIMUDDIN.
Common carp production has decreased since the mass deaths caused by
disease of koi herpesvirus (KHV). Therefore, safe technique is needed and can be
applied in bulk with cost efficient. The purpose of this research was verified
influence of DNA vaccine anti-KHV with dose of 1,3 x 108 cfu / mL was
performed through immersion in different duration after hyperosmotic treatment
for 2 minutes treatment to produced the resistence common carp. There were six
treatments with three replications, A: vaccination for 60 minutes immersion, B: 90
minutes, C: 120 minutes, positive control: fish were not vaccinated and infected
with KHV, negative control: fish not vaccinated and were not infected with KHV,
control bacteria: fishes that soaked with bacteria did not containing vaccine. The
results showed that vaccination for 60 minutes giving highest relative survival

(93.55%). Thus, vaccination by immersion and hyperosmotic treatment effectively
improve the survival and relative percent survival of fish, and this method can be
an alternative in the early control of KHV infection in common carp and koi.
Keywords: DNA vaccine, immersion, KHV, hyperosmotic, survival, common
carp

EFEKTIVITAS VAKSIN DNA ANTI-KHV PADA BENIH IKAN
MAS Cyprinus carpio MELALUI METODE
PERENDAMAN DAN PERLAKUAN HIPEROSMOTIK

SITI SORAYA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

Judul Skripsi : Efektivitas vaksin DNA anti-KHV pada benih ikan mas
Cyprinus carpio melalui metode perendaman dan perlakuan
hiperosmotik
Nama
: Siti Soraya
NIM
: C14090071
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Disetujui oleh

Dr Sri Nuryati SPi MSi
Pembimbing I

Dr Alimuddin SPi MSc
Pembimbing II


Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT yang telah senantiasa memberikan
pertolongan, kekuatan, serta ketabahan untuk menyelesaikan skripsi ini. Skripsi
ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini
berjudul “Efektivitas Vaksin DNA Anti-KHV pada Benih Ikan Mas Cyprinus
Carpio melalui Metode Perendaman dan Perlakuan Hiperosmotik”.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2013 di
Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik, Laboratorium
Kesehatan Ikan dan Laboratorium Uji Tantang KHV, Kolam Percobaan Babakan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini, di antaranya:

1. Ibu Dr. Sri Nuryati sebagai Pembimbing I dan Bapak Dr. Alimuddin
sebagai Pembimbing II, atas bimbingannya dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Seluruh dosen, staf karyawan/karyawati dan para laboran Departemen
Budidaya Perairan, Bapak Ranta dan Kang Abe, serta Mba Anna Octavera,
M.Si, Pak Rahman, M.Si atas ilmu yang telah diberikan.
3. Bapak Hermayadi dan Ibu Dewi Purnama selaku orang tua tercinta, kakak
dan adik (Muhammad Nur Ikhsan Firdaus, Muhammad Nur Ikhlas
Attaqwa, Salsabila dan Qonita) dan Ibnu Al Farobi atas kasih sayang
kalian, semangat, doa, pengorbanan baik moril maupun materil yang telah
diberikan.
4. Tim PKM P Vaksin yaitu Abdul Hasyim Ning, Sulistia Wardani, Siti
Kamila, dan Akhmad Mukhlis Hidayat atas bantuan baik tenaga maupun
pikiran selama penelitian berlangsung.
5. Teman-teman terbaikku di BDP 46 ( Aya, Yeyen, Arli, Chandra, Ikhsan,
Wiwik, Iin, Zubaidah, Rangga, Ferdianto, Fahrul, Rizki, Seto, Fierco,
Hilmi, Yadin, Deki, Dayat, dan semuanya yang tidak bisa saya sebut satu
persatu) yang telah banyak memberikan motivasi, semangat dan kisahkisah dan pengalaman yang sangat berharga.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, September 2013

Siti Soraya

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
Latar Belakang .............................................................................................. 2
Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
METODE ........................................................................................................... 2
Rancangan Percobaan .................................................................................... 2
Materi Uji ...................................................................................................... 3
Perlakuan Vaksinasi ...................................................................................... 3
Analisis Data ................................................................................................. 3
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 4
Hasil ............................................................................................................... 4
Pembahasan ................................................................................................... 10
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 13
Kesimpulan .................................................................................................... 13
Saran .............................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 13
LAMPIRAN ........................................................................................................ 15
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 20

DAFTAR TABEL
1
2
3

Alat dan metode pengukuran kualitas air .................................................... 3
Kelangsungan hidup relatif (RPS) ikan mas yang diberi vaksin DNA ........ 5
Kisaran parameter kualitas air pemeliharaan ikan mas .............................. 10

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5


Kelangsungan hidup ikan yang diberi vaksin DNA ....................................
Kondisi fisik ikan mas pascauji tantang dengan filtrat KHV.......................
Gejala klinis ikan yang terinfeksi KHV ......................................................
Histopatologi insang ikan pascauji tantang .................................................
Histopatologi ginjal ikan pascauji tantang ..................................................

4
6
7
8
9

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

7

Prosedur kultur bakteri pembawa vaksin DNA ..........................................
Prosedur pemanenan bakteri pembawa vaksin DNA ..................................
Prosedur preparasi filtrat KHV ...................................................................
Prosedur histopatologi ................................................................................
Denah ruangan penelitian dan letak akuarium ............................................
Hasil analisis statistik ANOVA dan uji lanjut Duncan parameter SR ........
Hasil analisis statistik ANOVA dan uji lanjut Duncan parameter RPS .......

15
16
16
17
17
18
19

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Produksi ikan mas Cyprinus carpio mengalami cekaman semenjak adanya
kasus kematian massal akibat infeksi koi herpesvirus (KHV). Penyakit ini
ditemukan pertama kali menyerang ikan mas dan ikan koi di Israel pada tahun
1998, selanjutnya infeksi menyebar hingga Amerika Serikat dan beberapa negara
Eropa. Sedangkan di Asia, infeksi KHV menyerang ikan mas dan ikan koi pada
awal tahun 2003.
KHV di Indonesia mulai dikenal pada tahun 2002 pada saat kontes ikan
hias di Blitar. Setelah itu wabah mulai menyebar secara cepat ke berbagai daerah
seperti pulau Jawa, Bali, Sumatera dan Kalimantan. Infeksi KHV dapat
menyebabkan nilai mortalitas yang sangat tinggi (80-95%), baik pada ikan mas
maupun ikan koi (Sunarto et al. 2005). Saat terjadi wabah, khususnya di Pulau
Jawa dan Bali, diperkirakan sekitar 24.000 ton ikan mas mati, sehingga
menimbulkan kerugian mencapai Rp 50 miliar (KKP 2012).
Penyakit yang disebabkan oleh virus umumnya sulit untuk disembuhkan
karena virus merupakan parasit intraseluler, yaitu hanya dapat hidup, bertahan
hidup, memperbanyak diri, dan berdiam diri jika berada di dalam sel inang. KHV
merupakan penyakit viral pada ikan mas dan koi yang bersifat sangat menular,
dapat menginfeksi semua stadia dengan masa inkubasi selama 1-7 hari. Infeksi
KHV dipicu oleh penurunan suhu lingkungan berkisar antara 18-24°C. Beberapa
ciri-ciri yang diakibatkan infeksi KHV antara lain ikan mengalami gangguan
berupa gerakan yang tidak terkoordinasi dan berenang tidak beraturan yang
merupakan tanda adanya gangguan saraf. Target utama virus ini yaitu insang dan
ginjal ikan, sehingga akan mengakibatkan inflamasi pada renal tubul ginjal dan
hiperplasia pada epitel insang ( Hutoran et al. 2005).
Vaksinasi merupakan salah satu upaya pengendalian penyakit. Vaksin
adalah antigen buatan yang berasal dari suatu jasad patogen yang tidak bersifat
patogen lagi karena sudah dilemahkan ataupun dimatikan, sehingga merangsang
sistem imun dengan cara meningkatkan kekebalan ikan dari infeksi patogen (Ellis
1988). Dalam perkembangannya, terdapat empat jenis vaksin yaitu vaksin yang
dimatikan (killed vaccine), vaksin yang dilemahkan (attenuated vaccine), vaksin
protein rekombinan dan vaksin DNA. Vaksin DNA diprediksi akan menjadi
vaksin di masa yang akan datang, disebabkan vaksin DNA yang memiliki banyak
keunggulan, di antaranya proses produksi yang relatif murah, kemudahan
penyimpanan karena plasmid DNA memiliki stabilitas kimia yang tinggi,
modifikasi yang cepat dari vaksin DNA untuk melawan patogen mutan, tidak
membutuhkan vaksinasi ulang untuk memperoleh kekebalan dan efektif dalam
memacu sistem imun humoral serta aman digunakan bagi semua stadia ikan
(Zheng et al. 2006).
Pada penelitian ini menggunakan vaksin DNA penyandi glikoprotein dari
KHV (GP-25) (Nuryati 2010) melalui perendaman yang sebelumnya dilakukan
kejut salinitas terlebih dahulu untuk memaksimalkan penyerapan vaksin oleh ikan.
Metode perendaman sudah banyak dilakukan dalam kegiatan vaksinasi, karena

2

memungkinkan untuk ikan yang berukuran kecil, jumlah banyak, dan tidak
menyebabkan stres pada ikan (Ellis 1988).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian vaksin DNA
guna menghasilkan benih ikan mas Cyprinus carpio tahan infeksi KHV. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai solusi
pemecahan masalah infeksi KHV dalam kegiatan budidaya ikan mas dan koi di
masyarakat.
METODE
Rancangan Percobaan
Penelitian ini terdiri dari 6 perlakuan dan 3 ulangan, sebagai berikut:
A: Vaksinasi perendaman selama 60 menit dan uji tantang KHV
B: Vaksinasi perendaman selama 90 menit dan uji tantang KHV
C : Vaksinasi perendaman selama 120 menit dan uji tantang KHV
K+: Tidak diberikan vaksinasi dan diuji tantang KHV
K-: Tidak diberikan vaksinasi dan tidak diuji tantang KHV
KB: Perendaman dengan bakteri Escherichia coli tanpa terkonstruksi vaksin
dan uji tantang KHV
Materi Uji
Perbanyakan Vaksin DNA
Kultur Bakteri
Media LB Tripton dibuat terlebih dahulu kemudian E.coli yang telah
disisipi plasmid gen pAct-GP25 (Nuryati 2010) digores di media media LB
Tripton kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 16 jam. Kultur dilanjutkan
ke media cair 2xYT. Bakteri E.coli yang tumbuh dipindahkan ke dalam 50 mL
media 2xYT cair dan diinkubasi pada inkubasi shaker dengan suhu 37°C selama
16-20 jam dengan kecepatan 200 rpm (Lampiran 1).
Pemanenan Bakteri
Sel E.coli dipanen dengan cara dibagi ke dalam beberapa microtube
sebanyak 1 mL, disentrifugasi 5000 rpm selama 10-15 menit. Supernatan dibuang,
sedangkan pelet bakteri dicuci dengan PBS steril sebanyak dua kali kemudian di
vortex. Setelah itu vaksin disimpan di suhu -20°C dan siap digunakan (Lampiran
2).

3

Perlakuan Vaksinasi dan Uji Tantang KHV
Pemeliharaan Ikan Uji
Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis ikan mas yang
didapatkan dari daerah Cikupa, Bogor yang berumur 3 minggu, dipindahkan ke
Laboratorium Uji Tantang KHV, Kolam Percobaan Babakan. Ikan dipelihara
selama 1 minggu untuk masa adaptasi. Sebelum diberi perlakuan vaksinasi, ikan
diberikan kejut salinitas 15 ppt terlebih dahulu selama 2 menit agar pori-pori kulit
ikan terbuka sehingga vaksin lebih mudah masuk ke dalam tubuh.
Vaksinasi
Benih ikan mas sebanyak 20 ekor untuk masing-masing perlakuan
direndam ke dalam wadah berisi air tawar 1 liter dengan kepadatan bakteri 1,3 x
108 cfu/mL dengan perlakuan perendaman dalam air yang mengandung vaksin
selama 60 menit, 90 menit, dan 120 menit masing-masing 3 ulangan dengan aerasi
kuat. Ikan mas yang telah divaksin dipelihara di dalam akuarium berukuran 30 x
35 x 50 cm dengan suhu air 24-30°C, dilengkapi dengan aerasi dan air diganti
50% setiap 2 hari sekali. Pemberian pakan komersial protein 40% pada ikan
dilakukan tiga kali sehari dengan metode at satiation hingga ikan kenyang selama
28 hari.
Pengadaan Isolat KHV
Filtrat virus berasal dari isolasi pada beberapa ikan mas yang terserang
KHV berasal dari daerah Cikupa, Bogor. Insang sebanyak 1 gram dihaluskan,
diencerkan dengan PBS steril hingga 1 mL, disentrifugasi pada 5000 rpm selama
15 menit suhu 4-5°C. Supernatan diambil dengan menggunakan mikropipet dan
dijadikan stok virus, untuk penggunaan infeksi ikan digunakan pengenceran 10-5
(Lampiran 3).
Uji Tantang KHV
Ikan diuji tantang dengan menggunakan filtrat virus yang telah dibuat
sebelumnya sebanyak 265 µL dimasukkan per akuarium dengan volume air 26,5
liter. Ikan diuji tantang selama 30 hari. Suhu air dipertahankan antara 20-24,5°C.
Penggantian air dilakukan setiap 2 kali seminggu. Ikan uji diberi pakan komersial
protein 40% sebanyak 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Pengecekan
kematian ikan dilakukan setiap harinya. Jika ditemukan ikan mati, diamati gejala
klinisnya kemudian ikan dibedah untuk diambil organ insang dan ginjal yang akan
dijadikan preparat histopatologi.
Analisis Data
Parameter Kualitas Air
Alat dan metode pengukuran kualitas air yang dilakukan tertera pada
Tabel 1 berikut :

4

Tabel 1 Alat dan metode pengukuran parameter kualitas air
No.

Parameter

Alat

Metode

1
2
3
4

pH
Ammonia
Suhu
DO

pH Meter
Phenat
Termometer
DO Meter

Insitu
Spektrofotometri
Insitu
Insitu

Analisis Data
Parameter tingkat kelangsungan hidup dan tingkat kelangsungan hidup
relatif dianalisis menggunakan ANOVA. Data histopatologi organ insang, ginjal
serta gejala klinis ikan uji dianalisis secara deskriptif (Lampiran 4).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup benih ikan mas sebelum uji tantang berkisar
antara 98,33 % - 100%. Perlakuan kontrol yang tidak diberi vaksin menunjukkan
nilai yang berbeda nyata (p0,05) antarperlakuan tersebut (Gambar 1).
Kelangsungan hidup ikan mas yang divaksin berkisar antara 85-96,67%,
sedangkan kontrol positif adalah 48,33%.

100,00
Tingkat Kelangsungan Hidup (%)

90,00
80,00
70,00
60,00
50,00
40,00
30,00

b

b

K-

KB

b

b

b

K+
A
Perlakuan

B

C

a

20,00

10,00
0,00

Gambar 1 Kelangsungan hidup ikan yang diberi vaksin DNA melalui perendaman
dengan lama waktu berbeda. K- (tidak diberi vaksin dan tidak diuji
tantang), KB (perendaman dengan bakteri tidak berkonstruksi vaksin
selama 60 menit), K+ (tidak diberi vaksin dan diuji tantang), A (60
menit), B (90 menit), C (120 menit).

5

Tabel 2 Kelangsungan hidup relatif (RPS) ikan mas yang diberi vaksin DNA
Anti-KHV
No.

Perlakuan

Mortalitas (%)

RPS (%)

1.

K+

51,67

-

2.

K-

6,67

-

3.

KB

5

-

4.

A

3,33

93,55 ± 0,58a*

5.

B

15

70,96 ± 1,00b

6.
C
15
70,96 ± 2,65b
*Huruf superskrip di belakang nilai standar deviasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan
pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,5)
Keterangan:
A: Vaksinasi perendaman selama 60 menit dan uji tantang KHV
B: Vaksinasi perendaman selama 90 menit dan uji tantang KHV
C : Vaksinasi perendaman selama 120 menit dan uji tantang KHV
K+: Tidak diberikan vaksinasi dan diuji tantang KHV
K-: Tidak diberikan vaksinasi dan tidak diuji tantang KHV
KB: Perendaman dengan bakteri Escherichia coli tanpa terkonstruksi vaksin
dan uji tantang KHV

Gejala Klinis
Pengamatan terhadap ikan yang sakit dilihat dari nafsu makan, tingkah
laku dan perubahan fisik yang terjadi pada tubuhnya. Pada hari ke-1 hingga hari
ke-3 pascauji-tantang belum terdapat gejala klinis pada ikan uji. Gejala klinis
yang timbul pertama kali yaitu menurunnya nafsu makan ikan. Pada hari ke- 4
pascauji-tantang sudah terjadi penurunan nafsu makan pada perlakuan C,
kemudian kontrol positif, perlakuan B, dan perlakuan A sehingga jumlah pakan
dikurangi agar tidak menurunkan kualitas air. Hal ini terjadi hingga akhir
penelitian pada perlakuan kontrol positif, namun nafsu makan kembali meningkat
pada perlakuan lainnya.
Pengamatan gejala klinis selanjutnya adalah tingkah laku ikan. Pada hari
ke-1 hingga hari ke-4 belum terdapat perubahan tingkah laku ikan, ikan masih
bergerak aktif pada setiap perlakuan, terutama saat pemberian pakan. Perubahan
tingkah laku ikan yang terjadi seperti berenang di permukaan, berenang di dasar
akuarium, bergerombol di sekitar aerasi, dan gerak reflek melambat. Perubahan
tingkah laku ikan mulai muncul pada hari ke-5, beberapa ikan pada perlakuan A
bergerak lambat dan berenang di dasar akuarium, pada hari ke-7 gerakan ikan di
perlakuan C melambat kemudian pada hari ke-11 disusul dengan perlakuan B,
kontrol positif, dan kontrol bakteri menunjukkan gejala klinis yang sama.
Perubahan tingkah laku ini terus terjadi hingga hari ke-30 pada perlakuan kontrol
positif, namun ikan uji pada perlakuan A, B, C, kontrol bakteri, dan kontrol
negatif mulai bergerak aktif kembali pada hari ke- 15.
Ikan yang sehat memiliki kondisi fisik yang normal baik sisik, sirip,
maupun insangnya. Tubuh ikan berwarna cerah, kondisi insang ikan sehat yaitu
berwarna merah cerah dan tidak adanya bercak putih sedangkan pada ikan
terinfeksi terdapat kondisi insang yang tidak normal yaitu terdapat bercak putih
pada lamela insang serta mengalami nekrosis. Perbedaan ikan sehat dan ikan sakit
disajikan dalam Gambar 3.

6

Gambar 3 Kondisi fisik ikan mas pascauji tantang dengan filtrat KHV, badan dan
insang ikan sehat (A), badan dan insang ikan terinfeksi KHV (B).
Perubahan fisik yang terjadi saat pascauji-tantang antara lain sisik yang
terlepas, terdapat bercak merah di permukaan kulit ikan, warna tubuh yang
memucat, sirip ekor geripis, dan mata yang terlihat cekung. Pada hari ke-1 hingga
hari ke- 6 belum terdapat tanda-tanda perubahan fisik di tubuh ikan pada semua
perlakuan. Namun, pada hari ke- 7 mulai terlihat perubahan fisik seperti memucat
nya warna tubuh ikan pada perlakuan kontrol positif. Kemudian disusul oleh
perlakuan C pada hari ke-10 dan pada akhirnya perlakuan A dan B terlihat pucat
pada hari ke- 15 hingga akhir pengamatan. Selain warna tubuh memucat, tandatanda perubahan fisik yang terjadi pada tubuh ikan yaitu terlepasnya sisik dari
tubuh ikan uji serta adanya bercak merah pada tubuh ikan perlakuan kontrol
positif pada hari ke- 11 kemudian perlakuan lainnya yaitu perlakuan C, B, dan A
mengalami perubahan fisik yang sama setelah memasuki hari ke-20 pascaujitantang. Pada hari ke-16 pascauji-tantang kondisi ikan mencapai titik terlemah,
semakin banyak ikan yang mengalami kematian, terutama ikan pada perlakuan
kontrol positif (Gambar 4).

7

Gambar 4 Gejala klinis ikan yang terinfeksi KHV; a) kerusakan insang, b) bercak
merah, c) terjadi perubahan warna kulit (memucat), d) sisik terlepas, e)
sirip ekor geripis, f) berenang bergerombol dekat aerasi.
Histopatologi
Histopatologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari kondisi
dan fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit. Kerusakan yang terjadi
tergantung dari seberapa parah serangan dari penyakit tersebut. Kerusakan yang
terjadi pada umumnya adalah hiperplasia, fusi lamela, badan inklusi, dan nekrosis.
Gambar 5 menunjukkan histologi jaringan pada organ insang dan Gambar 6
menunjukkan histologi organ ginjal pada masing-masing perlakuan.

8

Keterangan

K-: tanpa vaksinasi dan tidak diuji tantang dengan KHV (K-)
A: vaksinasi perendaman selama 60 menit dan uji tantang KHV (A)
B: vaksinasi perendaman selama 90 menit dan uji tantang KHV (B)
C: vaksinasi perendaman selama 120 menit dan uji tantang KHV (C)
K+: tanpa vaksinasi dan diuji tantang KHV (K+)
KB: perendaman dengan bakteri E.coli dan uji tantang KHV (KB)

Gambar 5 Histopatologi insang ikan; x) hiperplasia; y) hipertropi; z) badan inklusi.

9

Keterangan

K-: tanpa vaksinasi dan tidak diuji tantang dengan KHV (K-)
A: vaksinasi perendaman selama 60 menit dan uji tantang KHV (A)
B: vaksinasi perendaman selama 90 menit dan uji tantang KHV (B)
C: vaksinasi perendaman selama 120 menit dan uji tantang KHV (C)
K+: tanpa vaksinasi dan diuji tantang KHV (K+)
KB: perendaman dengan bakteri E.coli dan uji tantang KHV (KB)

Gambar 6 Histopatologi ginjal ikan; y) hipertropi; z) badan inklusi.
Kualitas Air
Paramater kualitas air yang paling berpengaruh dan pemicu munculnya
serangan KHV adalah suhu. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran suhu
sebanyak dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Namun, untuk paramater
lainnya seperti pH, DO, dan TAN dilakukan pada awal dan akhir penelitian saja.
Data kisaran kualitas air disajikan dalam Tabel 3.

10

Tabel 3 Kisaran parameter kualitas air pemeliharaan ikan mas
Parameter
kualitas air
Kisaran
Standar *

Suhu (˚C)
20,5-24,5
24-28

pH

DO (mg/L)

7,51-8,15
6,5-8,5

5,9-8,1
>5

TAN
(mg/L NH3)
0,304-0,740
0,05) dengan
perlakuan vaksin perendaman 90 dan 120 menit (Lampiran 6). Oleh karena itu,
vaksinasi melalui perendaman sudah cukup efektif hanya dengan perendaman
selama 60 menit saja. Nuswantoro (2012), menyatakan perlakuan vaksinasi
dengan perendaman selama 30 menit lebih baik dibandingkan dengan perlakuan
vaksinasi perendaman selama 60 menit. Namun demikian, dalam penelitian ini
telah dibuktikan bahwa perlakuan perendaman selama 60 menit menunjukkan
hasil yang cukup baik dengan nilai kelangsungan hidup relatif sebesar 93,55%,
sedangkan pada penelitian Nuswantoro (2012) nilai kelangsungan hidup pada
perlakuan perendaman selama 60 menit sebesar 59%. Hal ini membuktikan bahwa
vaksinasi perendaman selama 60 menit serta ditambahkan perlakuan hiperosmotik
selama 2 menit sudah mampu membangkitkan respons imun pada ikan sehingga
ikan dapat melawan virus yang telah menginfeksinya.
Pada perlakuan KB juga memiliki nilai kelangsungan hidup yang cukup
tinggi yaitu 95%. Kelangsungan hidup pada perlakuan B dan C lebih rendah
dibandingkan perlakuan A yang hanya diberikan perendaman vaksin selama 60
menit. Hal ini diduga karena perendaman vaksin yang terlalu lama sehingga ikan
mengalami stres. Perlakuan KB atau kontrol bakteri yaitu menggunakan bakteri
E.coli tanpa terkonstruksi vaksin sebagai pembanding ternyata menghasilkan nilai
kelangsungan hidup yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan vaksinasi dengan
lama perendaman 90 menit dan 120 menit yang hanya bernilai 85%. Penggunaan
bakteri E.coli diduga dapat memberikan imunostimulan terhadap ikan uji.
Menurut Ellis (1988), imunostimulan adalah suatu zat yang termasuk dalam
adjuvant, mempunyai kemampuan untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap
infeksi.
Pengamatan kelangsungan hidup pada setiap perlakuan dilakukan pada
masa pasca vaksinasi selama 28 hari dan pascauji-tantang selama 30 hari. Pasca
vaksinasi dilakukan selama 28 hari bertujuan agar sistem kekebalan tubuh ikan
terbentuk dengan sempurna sehingga dapat memberikan respons kebal terhadap
infeksi KHV. Vaksinasi dengan metode perendaman memiliki keuntungan antara
lain dapat diberikan secara massal dengan kepadatan hingga 400 ekor per
perlakuan (Nuswantoro 2012), biaya yang dikeluarkan akan lebih efisien
dibandingkan dengan metode injeksi dan oral (pakan).
Nilai relative percent survival (RPS) jika dibandingkan antarperlakuan
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata satu sama lainnya, nilai RPS berkisar
antara 70-90% (Tabel 2). Hal ini sesuai dengan pernyataan Armend (1981) bahwa

11

nilai RPS disarankan lebih dari 60% untuk proteksi yang efektif. Penelitian ini
menunjukkan bahwa vaksinasi yang diberikan memberikan peningkatan
kekebalan pada ikan uji. Pada penelitian sebelumnya (Nuswantoro 2012), hasil
perhitungan kelangsungan hidup relatif (RPS) antar perlakuan dengan ikan kontrol
menunjukkan hanya satu perlakuan yang nilai RPS mencapai 50% dan nilai RPS
antar perlakuan tidak berbeda nyata. Berbeda dengan nilai RPS pada penelitian
Khodijah (2012) yang bernilai 80%. Perbedaan nilai RPS tersebut diduga
berkaitan dengan perkembangan kemampuan ikan dalam merespons serangan
penyakit dan memproduksi antibodi. Efektivitas vaksin dalam memberikan
imunitas juga tergantung dari metode aplikasi yang diberikan seperti Nuryati
(2010) menggunakan metode injeksi ataupun Khodijah (2012) dengan
menggunakan metode oral melalui pakan. Dosis vaksin yang digunakan pada
penelitian ini adalah 1,3 x 108 cfu/mL sama dengan dosis yang digunakan pada
penelitian Nuswantoro (2012).
Untuk menguji efektivitas dari vaksinasi yang diberikan maka dilakukan
uji tantang dengan menggunakan filtrat insang ikan mas yang terserang KHV
dengan konsentrasi 10-5 sebanyak 265 µL per akuarium pada hari ke- 29 pasca
vaksinasi. Kematian ikan diawali dengan perlakuan kontrol bakteri yaitu pada hari
ke-2 pascauji-tantang sebanyak 1 ekor. Kemudian diikuti dengan perlakuan
kontrol positif mati 1 ekor pada hari ke-6 pascauji-tantang, selanjutnya perlakuan
A di hari yang sama terdapat kematian sebanyak 1 ekor. Pada hari ke-7 terdapat
jumlah kematian yang cukup banyak pada perlakuan B dan C yaitu berkisar antara
4-6 ekor. Kemudian pada hari berikutnya jumlah kematian pada perlakuan yang
diberikan vaksinasi mengalami penurunan bahkan nilai kelangsungan hidup
stagnan hingga akhir pemeliharaan sedangkan pada perlakuan tanpa vaksinasi
terdapat kematian yang terus menerus terjadi. Pada hari ke-15 terdapat jumlah
kematian sebanyak 5 ekor di perlakuan tanpa vaksinasi dan jumlah kematian terus
bertambah hingga nilai kelangsungan hanya 48% yang berarti jumlah kematian
mencapai 31 ekor dari total populasi sebanyak 60 ekor. Berdasarkan hasil
penelitian Santika (2007), setelah dilakukan uji tantang KHV terhadap ikan uji
terdapat jumlah kematian yang tinggi saat hari ke-17-18 pascauji-tantang. Begitu
juga pada penelitian Khadijah (2012), jumlah kematian mencapai puncak pada
hari ke-15 hingga hari ke-29 pascauji-tantang.
Perlakuan A memiliki nilai kelangsungan hidup (SR) dan kelangsungan
hidup relatif (RPS) yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Menurut
Khadijah (2012), hal ini dikarenakan gen glikoprotein yang telah disisipkan ke
dalam bakteri E.coli dan diberikan kepada ikan uji dapat dikenali oleh sistem
imun sehingga terbentuk antibodi dan menginduksi terbentuknya sel memori
sehingga dengan adanya sel memori maka akan mempercepat waktu pembentukan
respons sekunder terhadap serangan antigen yang sama. Sehingga vaksinasi
melalui perendaman dapat menjadi suatu rekomendasi bagi para pembudidaya
ikan mas maupun koi dalam mengatasi serangan KHV.
Data yang mendukung kelangsungan hidup ikan adalah gejala klinis yang
timbul saat uji tantang, histopatologi pada organ insang dan ginjal. Salah satu
parameter yang dapat dijadikan acuan dalam menganalisa keefektifan dari
vaksinasi yang telah diberikan adalah gejala klinis yang timbul saat pascaujitantang. Gejala klinis tersebut diantaranya terjadi penurunan nafsu makan.
Penurunan nafsu makan mulai terjadi sejak hari ke-4 pascauji-tantang, masa

12

inkubasi virus pada penelitian ini berlangsung cukup cepat karena membutuhkan
waktu hanya 4 hari. Selain itu gejala klinis lainnya adalah memucatnya warna
tubuh ikan, terkelupasnya sisik bagian pektoral maupun anal, terdapat bercak
merah di sekitar punggung dan perut, adanya pendarahan pada sirip pektoral,
terjadinya kerusakan pada sirip ekor atau geripis, adanya kerusakan pada lamela
insang. Perlakuan A menghasilkan ikan yang mengalami perubahan fisik dengan
jumlah yang paling sedikit dibandingkan perlakuan B,C, kontrol positif, dan
kontrol bakteri. Pada penelitian Giri (2008) perubahan fisik yang terjadi pada ikan
uji setelah diuji tantang menunjukkan gejala klinis dan perubahan fisik yang sama
yaitu terjadinya perubahan warna tubuh, nekrosis pada filamen insang, adanya
bercak merah pada permukaan kulit. Sunarto et al. (2005) menyatakan bahwa ikan
mas yang terinfeksi KHV akan menunjukkan gejala-gejala seperti respons ikan
yang lemah, kehilangan keseimbangan, kulit melepuh, terjadi pendarahan baik
pada operkulum, sirip, ekor, dan perut, serta terjadi kerusakan pada filamen insang.
Cepat atau lambatnya masa inkubasi virus KHV sangat tegantung kepada
kondisi lingkungan perairan. Parameter yang sangat mempengaruhi adalah suhu.
Pada penelitian ini suhu berkisar antara 20,5-24,5°C. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Sano et al.(2005) bahwa hal penting dari aspek epizootiologikal dari
penyakit KHV yang menyerang ikan mas hanya pada batas temperatur dari 18
hingga 28°C. Namun, jika suhu berada di bawah ataupun di atas kisaran tersebut,
KHV tidak bisa menimbulkan infeksi seperti pada pernyataan Antychowicz et al.
(2005) bahwa gejala-gejala serangan KHV sering terjadi pada suhu 17-24°C,
namun tidak menunjukkan adanya kematian pada suhu 17°C. Gejala klinis
terparah pada penelitian ini ditemukan saat memasuki hari ke-15 hingga hari ke20 pascauji-tantang seperti banyak terdapatnya bercak merah pada permukaan
tubuhnya, insang yang mengalami nekrosis dengan ditandai adanya bercak putih
pada lamela insang dan berujung kepada banyaknya jumlah kematian.
Dari hasil histologi jaringan ginjal dan insang yang diambil saat pascaujitantang pada Gambar 5 dan Gambar 6, dapat dilihat adanya perbedaan antara
histologi jaringan ikan yang tidak diuji tantang dengan histologi jaringan ikan
yang diuji tantang. Pada ikan kontrol tanpa vaksinasi terdapat banyak kerusakan
struktur jaringan organ insang maupun ginjal. Kerusakan yang terjadi pada insang
seperti adanya hiperplasia pada filamen insang, hipertropi dan badan inklusi yang
menunjukkan adanya infeksi virus. Begitu juga dengan organ ginjal, mengalami
hipertropi dan badan inklusi pada selnya. Sama halnya dengan penelitian El Din
(2011) yang menemukan abnormalitas pada preparat jaringan insang seperti badan
inklusi, hemoragi, dan hiperplasia sedangkan pada preparat jaringan ginjal
terdapat abnormalitas seperti lesi, badan inklusi, serta hipertropi. Pada jaringan
insang dapat dilihat terdapat sel yang mengalami penempelan satu sama lain atau
disebut hiperplasia. Tanda hiperplasia terdapat lebih banyak pada ikan kontrol
dibandingkan dengan ikan perlakuan vaksinasi. Selain itu juga terjadi penempelan
lamela dari pangkal hingga ke ujung lamela. Hiperplasia atau hypergenesis adalah
istilah umum yang mengacu pada perkembangan sel-sel dalam suatu organ atau
jaringan. Dengan kata lain, hiperplasia merupakan penambahan ukuran organ atau
jaringan yang terjadi akibat rangsang tertentu, hiperplasia dapat mengakibatkan
pembesaran organ dan pembentukan tumor jinak (Susanto 2008). Selain itu
terdapat kelainan sel seperti hipertropi yaitu terjadinya peningkatan ukuran sel.

13

Kelainan hipertropi juga lebih banyak didapatkan di perlakuan kontrol tanpa
vaksinasi dibandingkan dengan perlakuan yang diberi vaksinasi.
Menurut Tamba (2006), abnormalitas pada insang seperti hiperplasia dan
hipertropi dapat menyebabkan adanya pembengkakan antarlamela insang
sehingga akan mengganggu proses pertukaran gas dan mengganggu respirasi ikan.
Hal ini sangat fatal bagi kelangsungan hidup ikan sehingga bisa berujung pada
kematian. Begitu juga dengan abnormalitas yang terjadi pada ginjal seperti adanya
hipertropi dan badan inklusi pada tubulus ginjal dapat mengganggu proses
penyaringan darah sehingga racun akan berkumpul di darah yang akan
mengakibatkan kematian pada ikan. Berdasarkan hasil histopatologi jaringan pada
setiap perlakuan, kelainan yang terjadi lebih banyak terdapat pada perlakuan
kontrol positif tanpa pemberian vaksinasi.
Pada penelitian ini dilakukan pengukuran kualitas air seperti suhu, pH, DO,
dan TAN (Tabel 2). Berdasarkan parameter tersebut, suhu merupakan parameter
kualitas air yang paling berpengaruh pada penelitian ini sehingga dilakukan
pengukuran dan pengontrolan menggunakan air conditioner setiap hari. Nilai
parameter kualitas air pada penelitian ini masih dalam batas toleransi hidup ikan
mas.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Vaksinasi benih ikan mas melalui perendaman bakteri E.coli mengandung
vaksin GP-25 dengan dosis 1,3 x 108 cfu/mL sebanyak 1 mL dalam 1 liter air dan
lama perendaman selama 60 menit efektif memberikan kekebalan terhadap infeksi
virus KHV dan mampu membangkitkan respons imun ikan mas stadia benih.
Saran
Pada penelitian lebih lanjut disarankan untuk membandingkan antara
perlakuan perendaman vaksinasi dengan adanya kejut salinitas terlebih dahulu dan
yang tidak diberi kejut salinitas serta meningkatkan kepadatan ikan uji saat
perendaman sehingga perlakuan dapat lebih efisien.

DAFTAR PUSTAKA
Antychowicz J, Reicherti M, Matras M, Bergamann AM, Haenen O. 2005.
Epidemiology, pathologenicity and moleculer biology of koi herpesvirus
isolated in Poland. Bull Vet Inst Pulawy. 49:367-373.
Armend DF. 1981. Potency testing of fish vaccine. Dev. Biol. Stand. 49: 447-454.
El Din MM. 2011. Histopathological studies in experimentally infected koi carp
Cyprinus carpio koi with koi herpesvirus in Japan. World Journal of Fish
and Marine Sciences. 3(3): 252-259.
Ellis AE. 1988. General Principle of Fish Vaccination. Academic Press. London
(UK). Hal 13-15.
Giri P. 2008. Efektivitas ekstrak bawang putih Allium sativum terhadap ketahanan
tubuh ikan mas Cyprinus carpio yang diinfeksi koi herpesvirus (KHV)
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

14

Hayati FI. 2009. Efektivitas vaksin DNA dalam meningkatkan kelangsungan
hidup ikan mas yang terinfeksi koi herpesvirus (KHV) [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Hutoran M, Ronen A, Parelberg A, Ilouze M, Dishon A, Bejerano T, Chen N,
Kotier M. 2005. Description of an as yet unclassified DNA virus from
diseased Cyprinus carpio species. Journal of Virology 79: 1983-1991.
Khodijah S. 2012. Efektivitas frekuensi pemberian vaksin DNA melalui pakan
terhadap kelangsungan hidup relatif ikan mas yang diinfeksi koi
herpesvirus [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
KKP (Kementrian Kelautan dan Perikanan). 2012. Volume dan nilai produksi
perikanan 2008-2012. [Internet]. [diunduh 2013 Juni 17] ; Tersedia pada
http:// www.kkp.go.id.
Nuryati, S. 2010. Pengembangan vaksin DNA penyandi glikoprotein virus KHV
(Koi herpesvirus) menggunakan isolat lokal [disertasi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Nuswantoro S. 2012. Efikasi vaksin DNA penyandi glikoprotein koi herpesvirus
pada ikan mas stadia benih melalui perendaman [tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Santika A. 2007. Efektivitas suplementasi kromium-ragi (Cr3+) untuk
meningkatkan ketahanan tubuh ikan mas terhadap virus herpes pada suhu
rentan KHV [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sano M, Takafumi I, Jun K, Satoshi M, Takaji I. 2005. Diagnosis of koi
herpesvirus (KHV) disease in Japan. Bull Fish Res Agen Supplement. 2:
59-64.
SNI (Standar Nasional Indonesia). 1999. Produksi benih ikan mas Cyprinus
carpio strain Majalaya kelas benih sebar. Badan Standarisasi Nasional: 016133.
Sunarto A, Taukhid, Koesharyani I, Supriadi H, Gardenia L. 2004. Strategi
pengendalian penyakit koi herpesvirus (KHV) pada ikan mas dan koi.
Laboratorium Riset Kesehatan Ikan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan,
Jakarta. Makalah dipresentasikan pada Workshop pengendalian penyakit
Koi Herpesvirus (KHV) pada budidaya ikan air tawar, Bogor 28
September 2004.
Susanto. 2008. Gambaran histopatologi organ insang, otot dan usus ikan mas
Cyprinus carpio di desa Cibanteng [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Tamba A. 2006. Kerentanan dan gambaran darah ikan mas Cyprinus carpio yang
terinfeksi koi herpesvirus (KHV) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Zheng FR, Xiu QS, Hong ZL, Jin XZ. 2006. Study on distribution and expression
of a DNA vaccine againts lymphocystis disease virus in Japanese flounder.
Aquaculture 26: 1128-1134.

15

Lampiran 1 Prosedur kultur bakteri pembawa vaksin DNA

Semua
bahan
ditimbang

Bahan-bahan : NaCl 1%, Yeast
ekstrak 0,5%, Tripton 1%, Mili

q water
disiapkan

Kultur
cair
dan
inkubasi selama 16 jam

Hasil kultur
bakteri

Media 2xYT

Disterilisasi dengan
autoklaf 121°C 45
menit

16

Lampiran 2 Prosedur pemanenan bakteri pembawa vaksin DNA

Bakteri
dimasukkan ke
dalam tabung
mikro 1,5 mL

Disentrifugasi
5000 rpm, 4°C
10 menit

Dicuci dengan
PBS (3x)

Homogenisasi
dengan vortex
kemudian
bakteri siap
digunakan

Diencerkan
dengan PBS
sebanyak 1 mL

Lampiran 3 Prosedur preparasi filtrat KHV

1 gram insang
dihaluskan

Diencerkan
dengan PBS
steril sebanyak 1
mL

Diencerkan hingga
10-5 dan diambil
sebanyak 265 µl /
perlakuan

Disentrifugasi
5000 rpm, 15
menit

Supernatan diambil
sebagai stok filtrat

17

Lampiran 4 Prosedur histopatologi
Fiksasi
dengan
larutan
bouin 24
jam

Pemotongan,
mikrotom 6
µl

Dehidrasi
alkohol
80,90,95,100%

Blocking selama
semalam

Clearing, alkoholxylol, xylol 1,2,3

Embedding
parafin 1,2 & 3

Pewarnaan
hematoksilineosin, rehidrasi,
mounting
Lampiran 5 Denah ruangan penelitian dan letak akuarium

18

Lampiran 6 Hasil analisis statistik ANOVA dan uji lanjut Duncan pada parameter
kelangsungan hidup
ANOVA
Sum of Squares
Between Groups
Within Groups
Total

Df

4927.778

5

985.556

700.000

12

58.333

5627.778

17

SR
a

Duncan

Subset for alpha = 0.05

Perlaku
an

N

1

2

K+

3

B

3

85.0000

C

3

85.0000

K-

3

93.3333

KB

3

95.0000

A

3

96.6667

Sig.

Mean Square

48.3333

1.000

.113

Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

F
16.895

Sig.
.000

19

Lampiran 7 Hasil analisis statistik ANOVA dan uji lanjut Duncan pada parameter
kelangsungan hidup relatif
ANOVA
RPS
Sum of Squares
Between Groups

Mean Square

28745.762

5

5749.152

1560.739

12

130.062

30306.501

17

Within Groups
Total

df

RPS
a

Duncan

Subset for alpha = 0.05

perlaku
an

N

1

2

4.00

3

.0000

5.00

3

.0000

6.00

3

.0000

2.00

3

70.9667

3.00

3

70.9700

1.00

3

Sig.

3

93.5467
1.000

1.000

1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

F
44.203

Sig.
.000

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor tanggal 6 April 1991 dari Bapak Hermayadi
dan Ibu Dewi Purnama. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.
Pendidikan formal yang dilalui yaitu SMAN 1 Bogor dan lulus pada tahun 2009.
Pada tahun yang sama penulis diterima masuk IPB melalui jalur Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada program Studi Teknologi dan
Manajemen Perikanan Budidaya, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah magang di Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara, Jawa Tengah pada tahun 2011 dengan
memilih komoditas ikan kerapu bebek serta magang di Balai Layanan Usaha
Produksi Perikanan Budidaya Karawang, Jawa Barat dengan memilih komoditas
kepiting soka. Tahun 2012 penulis melakukan praktek lapangan akuakultur di
Balai Budidaya Laut Sekotong, Lombok komoditas abalon. Penulis juga pernah
menjadi asisten mata kuliah Dasar-dasar Akuakultur semester ganjil tahun ajaran
2011/2012 dan 2012/2013, Fisika Kimia Perairan tahun ajaran 2011/2012,
Penyakit Organisme Akuatik tahun ajaran 2011/2012, Manajemen Kesehatan
Organisme Akuatik tahun ajaran 2012/2013.
Penulis pernah menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Akuakultur
(HIMAKUA) periode 2010/2011 sebagai bendahara 2 dan periode 2011/2012
sebagai bendahara umum.
Tugas akhir dalam pendidikan tinggi pada jenjang S1 ini diselesaikan
dengan menulis skripsi yang berjudul “Efektivitas Vaksin DNA Anti-KHV pada
Benih Ikan Mas Cyprinus carpio melalui Metode Perendaman dan Perlakuan
Hiperosmotik”