Kejaksaan Penegakan Hukum Terhadap Kejahatan Pemalsuan Uang Kertas Rupiah Dan Pengedarannya Di Kotamadya Medan (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan)

C. Kejaksaan

Tugas pokok Jaksa menurut Pasal 27 Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI adalah mengadakan penuntutan dalam perkara pidana dan melaksanakan penetapan Hakim. Di samping itu, apabila dianggap perlu Jaksa mengadakan penyelidikan tambahan. Dalam kejahatan uang palsu, Jaksa sebagai Penuntut Umum, ditugaskan merumuskan perkara yang diterima kepolisian sebagai penyidik untuk mendapat penyelesaian menurut hukum. Menurut Undang-Undang No.8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana dinyatakan bahwa Jaksa juga sebagai Penuntut Umum Pasal 13 dengan wewenang Pasal 14 antara lain: menerima dan memeriksa berkas perkara, membuat surat dakwaan, melimpahkan perkara ke Pengadilan, memberi perpanjangan penahanan, melakukan penahanan. Asas yang paling fundamental dalam proses peradilan pidana yaitu keharusan membuat surat dakwaan. Apabila tidak jelas, maka akan memperngaruhi penilaian Hakim sehingga tidak dapat diterima. Bagi Hakim, surat dakwaan harus dapat dijadikan pedoman dari putusan yang akan diambilnya tentang terbukti atau tidaknya kesalahan terdakwa melakukan kejahatan uang palsu, terutama mengenai segala sesuatu yang dimuat dalam surat dakwaan dengan apa yang dinyatakan telah terbukti dalam persidangan. Jadi, baik pengakuan maupun putusan Hakim keseluruhannya bersumber pada surat dakwaan yang diajukan Jaksa di awal persidangan mengenai terdakwa terbukti telah melakukan kejahatan uang palsu. Hakim didorong untuk memahami, meneliti, memeriksa dan menguji kebenaran dari surat dakwaan itu Universitas Sumatera Utara yang kemudian melahirkan suatu kesimpulan tentang apakah si terdakwa bersalah atau tidak melakukan kejahatan uang palsu dan atau dihukum ataukah dibebaskan. Surat dakwaan yang tidak lengkap akan menghambat proses peradilan dan berakibat tertundanya penyelesaian perkara. Wewenang Penuntut Umum memperpanjang masa penahanan, menjadi kendala di dalam perjalanan penegakan hukum pidana. Di samping itu juga Penuntut Umum berhak mengembalikan berkas perkara kepada penyidik untuk dilengkapi Pasal 110 Undang-Undang No.8 Tahun 1981. Kewenangan seperti ini tentunya memberikan kegelisahan bagi tersangka akan kepastian hukum kapan perkaranya disidangkan. Dalam Pasal 144 KUHAP, Jaksa dapat mengubah surat dakwaan sebelum persidangan dengan alasan penyempurnaan maupun untuk tidak melanjutkan penuntutannya dalam batas waktu tujuh hari. Pasal ini memberikan kemungkinan memperlambat persidangan bahkan penyalahgunaan wewenang hingga menimbulkan penyimpangan hukum. Penuntutan terhadap Kejahatan Pemalsuan Mata Uang Pasal 1 butir 6 KUHAP mengatur: a. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk bertindak sebagai penuntut umum serta “melaksanakan putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap”. b. Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim. Universitas Sumatera Utara Surat Dakwaan Pengertian umum surat dakwaan dalam praktek penegakan hukum yakni, berupa surat akte yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa, perumusan mana ditarik dan disimpulkan dari hasil pemeriksaan dan penyidikan dihubungkan dengan unsur delik pasal tindak pidana yang dilanggar dalam hal ini kejahatan pemalsuan uang dan didakwakan kepada terdakwa dan surat dakwaan ini menjadi dasar pemeriksaan bagi hakim di sidang pengadilan. Dari rumusan tersebut, terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan, yaitu: 1. Perumusan surat dakwaan harus konsisten dan sinkron dengan hasil pemeriksaan penyidikan. Artinya, rumusan surat dakwaan itu harus benar-benar seiring dan sejalan dengan hasil pemeriksaan penyidikan. Jika menyimpang dari hasil penyidikan maka merupakan surat dakwaan yang palsu dan tidak benar. Misalnya: Pasal 244 Pemalsuan uang Apabila terdakwapenasehat hukumnya menjumpai rumusan surat dakwaan yang jauh menyimpang dari hasil penyidikan maka ia berhak mengajukan keberatan eksepsi terhadap dakwaan tersebut. Demikian pula apabila hakim menjumpai rumusan surat dakwaan yang menyimpang dari hasil penyidikan maka hakim dapat menyatakan surat dakwaan tersebut tidak dapat diterima dengan alsan bahwa isi rumusan surat dakwaan kabur obscuur libel. Menyimpang atau tidaknya rumusan surat dakwaan tersebut dapat diketahui Universitas Sumatera Utara hakim dengan jalan menguji rumusan surat dakwaan dengan hasil pemeriksaan penyidikan. 2. Surat dakwaan merupakan landasan pemeriksaan di sidang pengadilan. Surat dakwaan di dalam pemeriksaan sidang pengadilan adalah berfungsi sebagai landasan dan titik tolak pemeriksaan terdakwa. Berdasarkan rumusan surat dakwaan dibuktikan kesalahan terdakwa. Misalnya: Tuduhan pemalsuan uang dengan mempergunakan peralatan printer warna untuk mencetaknya namun belum sempat diedarkannya, maka batas-batas itulah pemeriksaan dalam sidang pengadilan. Namun, sering terjadi di dalam praktek hakim kurang menyadari fungsi dari surat dakwaan sebagai landasan pemeriksaan. 60 Kejaksaan Republik Indonesia yang merupakan salah satu komponen Sistem Peradilan Pidana Criminal Justice System berdasarkan Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 diberi kedudukan sebagai lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan. Kedudukan Kejaksaan dalam Sistem Peradilan Pidana B.1. Kewenangan Kejaksaan RI di bidang Penuntutan Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sehingga dengan demikian maka penegakan hukum dan keadilan merupakan salah satu syarat mutlak dalam pencapaian tujuan nasional. 60 Rafiqoh Lubis, SH, M.Hum, “Bahan Perkuliahan Hukum Acara Pidana”, 2008, hlm.41- 42. Universitas Sumatera Utara Pasal 13 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP menentukan bahwa Penuntut Umum adalah Jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim, sedangkan Pasal 15 KUHAP menentukan bahwa Penuntut Umum menuntut perkara tindak pidana yang terjadi dalam daerah hukumnya menurut ketentuan undang-undang. Kewenangan penuntutan tidak dapat dilepaskan dari upaya penegakan hukum secara keseluruhan. Tujuan penegakan hukum antara lain adalah untuk menjamin terciptanya kepastian hukum. Kepastian hukum dimaksudkan tidak hanya dikaitkan dengan adanya dasar hukum yang jelas dalam menjatuhkan pidana terhadap seorang pelaku pidana, melainkan juga meliputi peraturan hukum yang mengatur seluruh proses penanganan perkaranya. Oleh karena itu, dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya Penuntut Umum senantiasa bertindak berdasarkan hukum dengan mengindahkan norma-norma keagamaan, kesopanan, kesusilan, serta wajib menggali dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang hidup dalam masyarakat, serta senantiasa menjaga kehormatan dan martabat profesinya. Setiap tindakan Penuntut Umum baik pada tingkat penyelidikan, penyidikan, penuntutan, maupun uapaya hukum, eksekusi dan eksaminasi harus selalu berpegang kepada aturan rule of law dan mencerminkan tertib administrasi serta adanya keterpaduan dan keserasian antar aparat penegak hukum khususnya dalam sistem peradilan pidana yang dikenal dengan integrated criminal justice system. Kerja sama antar aparat hukum dimaksudkan untuk memperlancar upaya penegakan hukum sesuai dengan asas Universitas Sumatera Utara cepat, sedrhana dan biaya ringan serta bebas, jujur, dan tidak memihak dalam penyelesaian perkara. B.2. Kewenangan Penuntutan terhadap Kejahatan Pemalsuan Mata Uang Tindak pidana pemalsuan dan mata uang bukanlah tindak pidana yang dikategorikan sebagai tindak pidana khusus. Oleh karena itu, maka penyidikannya dilakukan oleh penyidik kepolisian dan Kejaksaan tidak dapat melakukan penyidikan terhadap kejahatan mata uang. Dengan kata lai, Kejaksaan bersifat menunggu penyerahan berkas perkara hasil penyidikan yang dilakukan oleh penyidik POLRI dalam kasus kejahatan pemalsuan mata uang. Kegiatan Penuntutan oleh Penuntut Umum adalah meliputi tahap prapenuntutan dan tahap penuntutan. Pada tahap pra penuntutan, setelah hasil penyidikan selesai maka berkas perkara diserahkan kepada Kejaksaan untuk diteliti dan apabila masih terdapat kekurangan-kekurangan baik mengenai kelengkapan formal maupun materil Jaksa Penuntut Umum mengembalikan serta memberikan petunjuk untuk melengkapi berkas perkara tersebut. Setelah berkas perkara lengkap maka berkas perkara beserta tersangka dan barang bukti apabila ada diserahkan kepada Jaksa Penuntut Umum untuk kemudian Jaksa Penuntut Umum membuat dakwaan dan melimpahkan berkas perkara ke pengadilan. Pada tahap penuntutan, Jaksa Penuntut Umum sangat berperan dalam membuktikan apakah terdakwa bersalah atau tidak. Pemeriksaan di depan persidangan dilakukan berdasarkan dakwaan yang yang dibuat oleh Jaksa Universitas Sumatera Utara Penuntut Umum dan Jaksa Penuntut Umum bertanggung jawab untuk membuktikan kesalahan terdakwa. Putusan hakim juga dijatuhkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum yang didasarkan kepada fakta-fakta persidangan, analisa yuridis tentang terbuktinya kesalahan terdakwa dan tuntutan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum. Berdasarkan kebijakan pimpinan di lingkungan Kejaksaan RI maka kejahatan terhadap pemalsuan mata uang dalam proses penanganan perkara oleh Kejaksaan digolongkan ke dalam jenis Perkara Penting PK-Ting. Hal ini berarti setiap tingkatan proses penanganannya harus mendapat perhatian yang lebih sungguh dan senantiasa dilaporkan kepada pimpinan Kejaksaan secara berjenjang untuk dapat dipantau dan dikendalikan serta dibina agar senantiasa berjalan di atas ketentuan undang-undang rule of law dan memenuhi syarat- syarat yuridis, teknis, dan administratif, dengan senantiasa memperhatikan nilai- nilai keadilan yang hidup di masyarakat. Mengingat bentuk kejahatan yang terjadi serta menimbang hal-hal yang memberatkan dan meringankan pada masing-masing perkara pemalsuan uang yang terjadi di Medan, maka menurut data yang ada tuntutan pidana yang diajukan terhadap para pelaku pengedar uang palsu yang didakwa dan dituntut berdasarkan Pasal 245 KUHP di Medan paling tinggi adalah selama 8 delapan tahun penjara. Tuntutan ini mungkin bias dianggap jauh lebih rendah daripada ancaman maksimal 15 lima belas tahun penjara. Namun, jika dilihat secara seksama berdasarkan fakta-fakta ynag terungkap di depan persidangan, para terdakwa yang diajukan ke depan persidangan adalah orang yang dibujuk Universitas Sumatera Utara dengan pemberian atau gaji-gaji tertentu untuk mengedarkan uang palsu dengan motif kebutuhan ekonominya sehari-hari, sedangkan orang yang membuat uang palsu ataupun intellectual actor dalam kasus ini tidak perna terungkap atau tertangkap. Dengan demikian, Kejaksaan menganggap tuntutan pidana dan putusan yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim kepada Terdakwa telah tepat dan memenuhi rasa keadilan. 61 Tuntutan terhadap kasus pidana pemalsuan uang dinilai tidak seragam. Menurut Bank Indonesia, hukuman terhadap pelaku kasus pemalsuan uang bisa optimal dan menimbulkan efek jera. Apabila penuntut umum menilai bahwa berkas perkara telah lengkap, maka penuntut umum kemudian akan membuat surat dakwaan dan dilanjutkan ke tahap penuntutan. Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur undang-undang dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan Pasal 1 butir 7 KUHAP. Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim Pasal 13 KUHAP. 62 61 Gortap Marbun, 2006, “Penuntutan terhadap Kejahatan Mata Uang, dalam rangka Seminar Kejahatan Terhadap Mata Uang dan Penegakan HUkumnya di Wilayah Sumatera Utara, hal 5-6. Hal tersebut sebagaimana disampaikan 62 http:www.detikfinance.comread2009041610443911163095sanksi-pemalsuan- uang-harusnya-bikin-jera Kamis, 16042009 10:44 WIB, “Sanksi Pemalsuan Uang Harusnya Bikin Jera”, oleh Herdaru Purnomo – detikFinance Universitas Sumatera Utara oleh Deputi Gubernur BI, S Budi Rochadi dalam sambutan acara Diskusi Panel Arah Dan Strategi Kebijakan Penanggulangan Pemalsuan Rupiah di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis 16042009. Menurutnya, ketidakseragaman ini terlihat dalam hal penuntutan oleh pihak kejaksaan maupun pemidanaan yang dijatuhkan oleh para hakim. Di mana dalam beberapa kasus tindak pidana uang palsu, terdapat tuntutan pidana dan pemidanaan yang mencapai lebih dari 5 tahun kepada para pelaku, sebagaimana diterapkan dalam wilayah kerja kejaksaan dan pengadilan negeri Cibinong. Namun pada penanganan kasus lain yang sejenis, para pelaku tindak pidana pemalsuan uang Rupiah hanya dituntut dan dijatuhi pidana penjara beberapa bulan saja. Diharapkan agar tercipta suatu penyamaan persepsi dan pandangan antara BI dengan aparat penegak hukum serta masyarakat luas mengenai bahaya dan risiko penyebaran uang rupiah palsu. Sehingga keputusan proses pidana uang palsu yang diberikan kepada pelaku tindak pidana uang Rupiah palsu benar-benar berperan optimal dan menimbulkan efek jera bagi para pelaku.

C. Pengadilan