BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ketentuan hukum terhadap kejahatan pemalsuan uang kertas rupiah dan pengedarannya baru diatur dalam KUHP saja, yaitu mengenai memalsukan
uang kertas rupiah diatur dalam Pasal 244 dan mengenai mengedarkan uang kertas rupiah palsu diatur dalam Pasal 245. Hingga saat ini belum ada
peraturan yang lebih khusus yang mengatur mengenai uang palsu ini. 2. Penegakan hukum terhadap kejahatan pemalsuan uang kertas rupiah dan
pengedarannya khusunya di wilayah hukum Kotamadya Medan masih belum maksimal. Hal ini dilihat dari maraknya kejahatan uang palsu yang
terjadi dan meningkat terus dari tahun ke tahun akan tetapi sangat sedikit pelaku yang dapat ditangkap.
3. Kendala yang dihadapi dalam upaya penegakan hukum terhadap kejahatan pemalsuan uang kertas rupiah dan pengedarannya khususnya di wilayah
hukum Kotamadya Medan sangat banyak, yang paling utama dan menonjol di wilayah hukum Kotamadya Medan yaitu sulitnya untuk menemukan
pelaku pembuat uang kertas rupiah palsu yang sebenarnya karena sangat sulitnya mengumpulkan bukti-bukti yang dapat menjerat pelaku tersebut.
Budaya masyarakat di Kotamadya Medan yang kurang sadar hukum untuk melaporkan uang palsu yang diterimanya karena takut merugi atau dituduh
sebagai pelaku.
Universitas Sumatera Utara
B. Saran
1. Sebagaimana yang telah sering dibahas oleh pakar hukum pidana bahwa KUHP Indonesia yang hingga saat ini masih kita gunakan sebenarnya sudah
sangat tidak sesuai dengan perkembangan hukum dan masyarakat, khususnya mengenai uang palsu. Oleh karena itu, sangat diperlukan
Undang-undang tersendiri yang khusus mengatur mengenai pemalsuan terhadap uang kertas rupiah dan pengedarannya yang dapat mengancam
perekonomian Negara kita ini, sehingga penegakan hukum terhadap kejahatan uang palsu dapat ditingkatkan.
2. Untuk dapat terlaksananya penegakan hukum yang maksimal terhadap kejahatan pemalsuan uang kertas rupiah dan pengedarannya ini, Pemerintah
harus lebih serius lagi menanggapi kejahatan ini dengan berusaha memikirkan hal-hal yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja dari para
penegak hukum di Indonesia, termasuk Kotamadya Medan. 3. Para penegak hukum harus lebih menjunjung tinggi prifesionalitas dalam
melaksanakan perannya dalam upaya penegakan hukum terhadap kejahatan pemalsuan uang kertas rupiah di Indonesia termasuk juga di wilayah hukum
Kotamadya Medan. Tentu saja dukungan dari Pemerintah juga sangat menentukan teratasinya kendala-kendala dalam penegakan hukum kejahatan
ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB II KETENTUAN HUKUM TERHADAP KEJAHATAN
PEMALSUAN UANG KERTAS RUPIAH DAN PENGEDARANNYA A. Perkembangan dan Modus Operandi Kejahatan Pemalsuan Uang Kertas
Rupiah dan Pengedarannya
Perkembangan pemalsuan surat-surat berharga di Indonesia, umumnya banyak dilakukan pada uang kartal dibandingkan dengan uang giral. Hal ini
dimungkinkan karena peredaran uang kartal lebih luas daripada uang giral, dan sasarannya adalah masyarakat luas di perbatasan negara terutama di pulau-pulau
perbatasan, di kota-kota kecil dan kota-kota besar daerah urban. Pemalsuan uang kertas dilakukan dengan cara peniruan conterfeiting.
Peniruan merupakan tindak pemalsuan dengan cara mereproduksi atau meniru suatu dokumen secara utuh. Pelaku berupaya agar hasil initasi mempunyai
kemiripan dengan yang asli. Akan tetapi mengingat uang kertas mempunyai tingkat sekuritas yang tinggi dan mahal, maka biasanya uang hasil tiruan
mempunyai kualitas jauh lebih rendah. Tindak peniruan ini bukanlah merupakan suatu fenomena khusus abad
ke-20. Kejahatan tersebut selalu tumbuh setiap kurun waktu dan berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi. Sehingga fenomena peniruan uang ini
harus ditangani secara serius. Tindakan meniru uang dengan maksud untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkannya seolah-olah uang tersebut asli
merupakan suatu tindak kejahatan berat yang dapat dikenai hukuman pidana.
24
24
Eddi Wibowo, op. cit., hal. 130-132
30
Universitas Sumatera Utara
Korban pertama kejahatan pemalsuan uang ini adalah masyarakat dan pada gilirannya negara akan merasakan akibat dari kejahatan tersebut. Botasupal
Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu melaporkan tindak pemalsuan uang kertas rupiah dari tahun 1971 – 1986 mencapai nilai Rp 9.542.539.400
termasuk di dalamnya adalah hasil pemalsuan uang kertas rupiah di luar negeri sebesar Rp 9,4 miliar.
Dari data tersebut di atas terungkap bahwa kerugian yang ditimbulkan akibat tindak kejahatan pemalsuan uang sangatlah besar, dan khususnya bagi
negara seperti Indonesia akan berpengaruh pada perekonomian negara. Dengan banyaknya peredaran uang kertas rupiah palsu pada tahun 1970-an yang tidak
saja akan merusak perekonomian Indonesia dan dengan pertimbangan kemungkinan adanya tujuan politis, maka pada waktu itu Presiden selaku
Mandataris MPR melalui Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1971 menginstruksikan kepada Kepala Bakin antara lain untuk membentuk
Botasupal.
25
Perkembangan teknik-teknik pemalsuan uang tidak terlepas dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi grafika baik di dalam maupun di luar
negeri. Pada dasarnya baik teknik-teknik pemalsuan yang sederhana sampai kepada yang menggunakan teknologi canggih, dapat dimanfaatkan dalam
Perkembangan Pemalsuan dengan Memanfaatkan Perkembangan Teknologi
25
Ibid., hal 132-133.
Universitas Sumatera Utara
upaya-upaya pemalsuan jenis peniruan sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya.
Pemalsuan jenis peniruan dapat digolongkan menjadi jenis-jenis “kurang berbahaya” dan “berbahaya”, yaitu:
26
a. Jenis yang kurang berbahaya
Yaitu jenis pemalsuan uang dengan kualitas relatif kurang baik, masyarakat mudah membedakannya dengan yang asli, pembuatannya
dilakukan satu-persatu kuantitas produksinya rendah. 1.
Lukisan Tangan Peniruan dilakukan dengan cara melukis dengan bahan antara lain cat
air, hasil lukisan tampak buruk, tidak sempurna, tidak rapi dan mudah dideteksi.
2. Fotokopi hitam putih
Pemalsuan dengan alat fotokopi hitam putih memberikan penampakan pada hasil cetakan antara lain garis-garis relief dan garis halus hilang
terputus-putus atau tidak jelas. Penyempurnaan warna gambar dilakukan dengan menggunakan cat air.
3. Cetakan kasa sablon
Proses ini memerlukan alat fotografi untuk memisahkan warna-warna yang ada pada gambar aslinya. Sebagai acuan cetak digunakan kasa
screen missal nilon, sebanyak jumlah warna yang diperlukan. b.
Jenis berbahaya
26
Ibid., hal. 132-135.
Universitas Sumatera Utara
Yaitu jenis pemalsuan dengan kualitas baik, mendekati sempurna dan sulit dibedakan dengan yang asli jika dideteksi tanpa menggunakan alat deteksi
serta kuantitas produksinya tinggi. 1.
Proses photo mechanic fotografi Reproduksi dengan cara pemisahan setiap komponen warna.
Komponen-komponen warna tersebut kemudian dikombinasikan sesuai dengan urutan pencetakannya.
2. Proses colour separation
Pemisahan warna dilakukan dengan filter pada kamera bagi masing-masing warna proses cyan, magenta, yellow dan black.
Penomoran dilakukan dengan menggunakan teknik cetak offset yang banyak digunakan percetakan non-sekuritas.
3. Proses multi-colour
Pemisahan warna secara selektif dan pencetakannya sesuai dengan jumlah warna secara berurutan. Unsur pengaman yang ada pada
uang kertas antara lain warna kertas, tanda air, benang pengaman, dan serat-serat berwarna dapat juga ditiru dengan proses ini.
Reproduksi dengan proses multi-colour relatif memerlukan keahlian dan ketelitian dengan waktu persiapan yang lebih lama
dibandingkan dengan colour separation. Uang kertas rupiah palsu hasil reproduksi dengan proses multi-colour secara teknis
merupakan ancaman potensial menuju kualitas sangat berbahaya. 4.
Fotokopi berwarna
Universitas Sumatera Utara
Kemajuan teknologi fotokopi berwarna berkembang pesat. Dewasa ini mesin fotokopi berwarna mampu mereproduksi semua warna
yang tampak. Yaitu empat warna dasar yang dikenal sebagai warna cyan, magenta, yellow dan black.
Meskipun teknik ini memberikan hasil satu-satu, kapasitas rendah dan biaya mahal, namun mesin fotokopi berwarna mempunyai tingkat berbahaya yang
sangat tinggi karena dapat dioperasikan dengan mudah oleh siapa saja secara diam-diam. Hal ini dapat dianggap lebih berbahaya dalam pengedarannya
karena dilakukan bukan oleh sindikat yang dianggap lebih mudah dilacak oleh pihak yang berwajib.
27
Ditinjau dari pelaku pemalsuan uang kertas rupiah, baik yang berasal dari luar negeri maupun dalam negeri, dapat bersifat:
Perkembangan Pemalsuan Uang di Indonesia dan di Kotamadya Medan Di Indonesia
28
Uang kertas rupiah palsu yang dibuat secara professional oleh organisasi sindikat organized crime, umumnya dapat dogolongkan pada jenis
‘berbahaya’, dimana semua gambar pada uang palsu merupakan hasil reproduksi dengan proses photo mechanic, dicetak offset dengan pemberian warnanya
secara colour separation atau multi colour menggunakan tinta cetak biasa sampai penggunaan tinta-tinta sekuritas. Kertas yang digunakan umumnya mirip
a. Secara professional
27
Ibid.
28
Ibid., hal. 136-137.
Universitas Sumatera Utara
dengan asli kecuali pemalsuan benang pengaman dan tanda air yang kualitasnya sangat rendah.
Kasus-kasus pemalsuan uang kertas rupiah eks-luar negeri dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Semua pemalsuan uang kertas rupiah eks-Singapura dan Malaysia
dilakukan melalui proses colour separation. 2.
Semua pemalsuan uang kertas rupiah eks-Hongkong dan Tawao Filipina Selatan dilakukan melalui proses multi colour.
b. Secara amatir Uang kertas palsu yang dibuat secara amatir baik oleh suatu kelompok
maupun perorangan ini pada umumnya dapat digolongkan jenis ‘kurang berbahaya’ sampai dengan jenis ‘berbahaya’ biasanya dilakukan di dalam
negeri. Modus operandi pemalsuannya, yaitu:
1. Digambar atau dilukis satu-persatu secara sederhana atau difotokopi dan
kemudian diberi warna 2.
Dicetak dengan alat cetak sederhana handpress, sablon 3.
Pemindahan warna colour transfer
c. Kualitas uang kertas palsu lainnya Dari hasil pemeriksaan terhadap uang kertas palsu yang pernah diperiksa
di Laboratorium Perum Peruri, poses pemalsuan berkisar dari cara yang paling
Universitas Sumatera Utara
sederhana yaitu lukisan tangan, colour transfer, dan cetakan kombinasi antara offset dengan etterpress-thermography.
Mutu hasil pemalsuan bervariasi dari ‘kurang baik’ pada tingkat pemalsuan ‘kurang berbahaya’ sampai ‘sangat baik’ bagi uang palsu dengan
tingkat pemalsuan yang ‘berbahaya’. Kelemahan umum yang teramati pada uang kertas rupiah palsu terdapat
pada ciri-ciri gambar, ciri-ciri kertas dan ciri-ciri tinta cetak.
29
a. Gambar
Ciri-ciri gambar utama dari hasil cetak intaglio memiliki ketajaman gambar dengan gradasi cetakan blok sampai dengan garis-garis halus dengan kaca
pembesar, dengan peralihan warna yang sempurna. Pada uang palsu ciri-ciri ini tidak dapat ditiru dengan sempurna.
b. Kertas
Sesuai dengan tujuan pemalsu yang mencari keuntungan, maka pada umumnya kertas yang digunakan adalah kertas yang terdapat di pasaran,
sehingga mutunya rendah dan memedar di bawah sinar ultra-violet, hal tersebut berbeda dengan kertas uang asli yang tidak memedar bila dikenai
sinar ultra-violet. c.
Warna tinta cetak Warna tinta merupakan karakteristik dalam mengidentifikasi uang-uang
palsu, maka dalam pemeriksaan memerlukan pembanding, dengan toleransi
29
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
akibat perubahan warna baik dalam proses produksi ataupun akibat perubahan dalam peredaran.
Ada beberapa hal mengenai kejahatan pemalsuan mata uang ini, yaitu sebagai berikut:
1. Pelaku
Pembuat : a.
Pencetus ide aktor b.
Penyandang dana c.
Ahli cetak d.
Tempat penyimpan hasil cetakan e.
Penyedia bahan baku kertas, plastik, tinta, alat cetak dan sebagainya Pengedar :
a. Agen pengedar
b. Pengedar biasa
Hubungan antara pelaku pembuat atau pengedar selalu terputus sistem sel atau bisa juga agen pengedar termasuk kelompok pembuat.
2. Korban
Individu : a.
Masyarakatrakyat b.
Pedagang c.
Toko-toko d.
Pasar
Universitas Sumatera Utara
Lembaga : a.
Lembaga pemerintah bank-bank negara b.
Instansi pemerintah c.
Lembaga swasta bank-bank swasta d.
Money Changer e.
Perusahaan-perusahaan swasta
3. Motivasi
1. Kepentingan pribadi atau kelompok mencari keuntungan
2. Kepentingan tertentu politikekonomi
a. Untuk mengganggu stabilitas ekonomi
b. Menurunkan kepercayaan terhadap mata uang yang sah
3. Subversi
4. Modus
Pembuat : a.
Sablon b.
Membelah dan memindah warna campur warna c.
Melukis d.
Photocopy e.
Cetak offset f.
Cetak printer Pengedar :
a. Menyisipkan di antara tumpukan uang asli
b. Belanja pada malam hari dan waktunya singkat
Universitas Sumatera Utara
c. Menukar dengan uang asli
30
Di Kotamadya Medan
1. Data Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan di Bank Indonesia Cabang Medan Tahun 2000 – 2008: Data Terlampir
Pada tahun 2000-2002 cenderung mengalami penurunan, sedangkan kembali meningkat sejak tahun 2003-2004. Tahun 2005-2008 cendeung
mengalami peningkatan, terutama 2 dua tahun terakhir yaitu tahun 2007-2008 Bank Indonesia Medan menemukan jumlah uang palsu yang sangat besar yaitu
tahun 2007 total Rp 15.011.000,- dan tahun 2008 total Rp 29.555.000,- Dan dari tahun ke tahun didominasi oleh pecahan Rp 100.000,- seratus ribu upiah dan
Rp 50.000,- lima puluh ribu rupiah yang paling banyak dipalsukan, namun jangan remeh dengan pecahan uang kertas rupiah yang nilainya kecil karena
uang Rp 1000,- pun ada yang dipalsu. Terhadap kasus uang palsu yang ditemukan oleh Bank Indonesia Medan
oleh pihak Bank Indonesia dilaporkan kepada pihak Kepolisian dalam hal ini kepada Laboratorium Forensik Cabang Medan untuk diperiksa, sehingga dapat
diusut kasus penyelesaiannya ileh pihak Kepolisian.
30
Suryanbodo Asmoro, Penyidikan Terhadap Tindak Pidana Pemalsuan Mata Uang makalah, hal. 2-6.
2. Data Jumlah Kasus dan Barang Bukti yang Diperiksa di Laboratorium Forensik Cabang Medan Tahun 2005 – 2008: Data Terlampir
Universitas Sumatera Utara
Dari data 4 empat tahun terakhir dilihat bahwa kasus uang palsu yang berasal dari 5 lima provinsi yaitu Aceh, Medan, Batam, Riau, dan Kepri
jumlah kasus yang diperiksa barang bukti uang kertas palsunya di Laboratorium Forensik Cabang Medan relatif sedikit. Tahun 2005 terdapat 22 dua puluh dua
kasus dengan barang bukti 1065 lembar, tahun 2006 terjadi penurunan yaitu 15 lima belas kasus dengan barang bukti 412 lembar, tahun 2007 mengalami
peningkatan yang signifikan yaitu terdapat 35 tiga puluh lima kasus dengan barang bukti 2001 lembar. Akan tetapi pada tahun 2008 mengalami penurunan
yaitu hanya 20 dua puluh kasus dengan barang bukti 651 lembar, padahal berdasarkan data jumlah uang palsu yang ditemukan di Bank Indonesia Medan
sangat banyak. Hal ini dikarenakan sangat sulit menemukan pelaku sesungguhnya yang membuat dan mengedarkan uang palsu tersebut.
Pada tahun 2001-2005 cenderung mengalami peningkatan, dimana tahun 2001 ditemukan uang kertas rupiah palsu sejumlah Rp 6.250.000,- enam juta
dua ratus lima puluh ribu rupiah, tahun 2002 meningkat jauh yaitu Rp 34.425.000,- tiga puluh empat juta empat ratus dua puluh lima ribu rupiah,
tahun 2003 sejumlah Rp 41.060.000,- empat puluh satu juta enam puluh ribu rupiah, tahun 2004 mengalami penurunan yaitu Rp 19.280.000,- sembilan
3. Data Jumlah Kasus Tersangka yang Terlibat dalam Perkara Memalsukan dan Mengedarkan Uang Palsu yang Ditangani di Poltabes MS Tahun 2001 – 2007:
Data Terlampir
Universitas Sumatera Utara
belas juta dua ratus delapan puluh ribu rupiah, dan tahun 2005 kembali meningkat sejumlah Rp 41.000.000,- empat puluh satu juta rupiah.
Namun sejak tahun 2006 pihak Poltabes MS hanya menangani 1 satu kasus uang palsu sejumlah Rp 1.250.000,- satu juta dua ratus lima puluh ribu
rupiah yang sangat sedikit dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya. Data kasus uang palsu yang ditangani Poltabes MS pada tahun 2007 pun hanya
2 dua kasus dengan barang bukti sejumlah Rp 70.000,- tujuh puluh ribu rupiah yang terlalu kecil untuk dibandingkan dengan jumlah uang palsu pada
tahun-tahun sebelumnya.
4. Data Perkara Menegenai Uang Palsu yang Diperiksa dan Diputus di Pengadilan Negeri Medan Tahun 2006 – 2008: Data Terlampir
Perkara yang masuk dan telah diputus oleh PN Medan pada tahun 2006 hanya 3 tiga perkara, tahun 2007 mengalami peningkatan yaitu ada 8 delapan
perkara, dan tahun 2008 menurun dengan hanya ada 3 tiga perkara. Data ini cenderung sedikit dan sangat timpang apabila dilihat dari jumlah uang palsu
yang begitu banyak yang ditemukan di Bank Indonesia Medan. Hal ini dikarenakan pelaku sebenarnya sangat sulit ditemukan karena uang palsu telah
diedarkan dari tangan ke tangan tanpa diketahui oleh korbannya serta kurangnya alat bukti sehingga sulit bagi pihak Kepolisian dalam hal ini Poltabes MS
untuk melakukan penyelidikan bahkan penyidikan. Oleh karenanya jumlah kasus yang di periksa di pengadilan sangat sedikit. Hal inilah yang perlu dikaji
lebih dalam lagi mengenai penegakan hukumnya.
Universitas Sumatera Utara
B. Kasus Pemalsuan Uang Kertas Rupiah dan Pengedarannya serta Dampaknya Bagi Indonesia