Dampak Perkembangan Keuangan dan Keterbukaan Perdagangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia periode 1980-2012

DAMPAK PERKEMBANGAN KEUANGAN DAN KETERBUKAAN
PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DI INDONESIA PERIODE 1980-2012

FATHURROHMAN MANGUN YUDA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak
Perkembangan Keuangan dan Keterbukaan Perdagangan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia periode 1980-2012 adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Fathurrohman Mangun Yuda
NIM H14090052

RINGKASAN

Karya ilmiah ini menganalisis dampak perkembangan keuangan dan keterbukaan
perdagangan serta hubungan kausalitas dan respon pertumbuhan ekonomi di Indonesia
selama 1980-2012. Data yang digunakan dalam penelitian adalah variabel GDP per Kapita,
jumlah uang beredar, kredit domestik perbankan, ekspor dan impor. Analisis data
menggunakan Vector Error Correction Model (VECM) dan Granger Causality Test. Hasil
penelitian menunjukan bahwa kondisi perekonomian Indonesia mendukung growth driven
trade hypothesis. Pertumbuhan ekonomi pada jangka panjang dipengaruhi positif oleh jumlah
uang beredar dan ekspor, serta dipengaruhi negatif oleh kredit domestik perbankan dan
impor. Guncangan perkembangan keuangan dan keterbukaan perdagangan direspon negatif
oleh pertumbuhan ekonomi.

ABSTRAK
FATHURROHMAN MANGUN YUDA. Dampak Perkembangan Keuangan dan

Keterbukaan Perdagangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia periode
1980-2012. Dibimbing oleh LUKYTAWATI ANGGRAENI.
Karya ilmiah ini menganalisis dampak perkembangan keuangan dan
keterbukaan perdagangan serta hubungan kausalitas dan respon pertumbuhan
ekonomi di Indonesia selama 1980-2012. Data yang digunakan dalam penelitian
adalah variabel GDP per Kapita, jumlah uang beredar, kredit domestik perbankan,
ekspor dan impor. Analisis data menggunakan Vector Error Correction Model
(VECM) dan Granger Causality Test. Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi
perekonomian Indonesia mendukung growth driven trade hypothesis.
Pertumbuhan ekonomi pada jangka panjang dipengaruhi positif oleh jumlah uang
beredar dan ekspor, serta dipengaruhi negatif oleh kredit domestik perbankan dan
impor. Guncangan perkembangan keuangan dan keterbukaan perdagangan
direspon negatif oleh pertumbuhan ekonomi.
Kata kunci: pertumbuhan ekonomi, perkembangan keuangan, keterbukaan
perdagangan, vector error correction model (vecm)

ABSTRACT
FATHURROHMAN MANGUN YUDA. Impact of financial development and
trade openness on economic growth in Indonesia period 1980-2012. Supervised
by LUKYTAWATI ANGGRAENI.


This paper analyzes the impact of financial development and trade
openness as well as causality and the response of economic growth in
Indonesia during 1980-2012. The data used in the study are GDP per
capita, money supply, domestic credit banking, export and import. Analysis
of the data using Vector Error Correction Model (VECM) and Granger
Causality Test. The results shows that Indonesia's economy is supporting
growth driven trade hypothesis. Long-term economic growth is influenced
positively by the money supply and export, as well as negatively affected by
domestic bank credit and imports. The development of financial and trade
openness shocks responded negatively by economic growth.
Keywords: economic growth, financial development, trade openness, vector error
correction model (vecm)

DAMPAK PERKEMBANGAN KEUANGAN DAN KETERBUKAAN
PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DI INDONESIA PERIODE 1980-2012

FATHURROHMAN MANGUN YUDA


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Dampak Perkembangan Keuangan dan Keterbukaan Perdagangan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia periode 1980-2012
Nama
: Fathurrohman Mangun Yuda
NIM
: H14090052

Disetujui oleh


Lukytawati Anggraeni, Ph.D.
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dedi Budiman Hakim, Ph.D.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah pertumbuhan
ekonomi, dengan judul Dampak Perkembangan Keuangan dan Keterbukaan
Perdagangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia periode 1980-2012.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan
setinggi-tingginya pada kedua orang tua tercinta Ayah Sahbudin dan Ibu Jumiati
serta adik dari penulis Siti Rohma Megawangi yang senantiasa selalu mendoakan,
serta dukungannya dalam memotivasi penulis. Selain itu, penulis mengucapkan
terima kasih pada berbagai pihak atas bimbingan, dukungan, dan masukannya
kepada:
1. Ibu Lukytawati Anggraeni, Ph.D. selaku dosen pembimbing skripsi, atas
transfer ilmu, bimbingan dan arahan yang sangat berharga pada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Alla Asmara, S.Pt., M.Si. dan Bapak Dr. Muhammad Findi A, M.E.
selaku dosen penguji, atas segala kritikan dan masukannya yang membangun
sehingga penulis mendapat pengetahuan baru serta dapat mengetahui
kelemahan dan kekurangan untuk perbaikan skripsi ini.
3. Para dosen, staf dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi
FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.
4. Teman-teman diskusi ekonometrika, M. Rezza, Hapsari A., dan M. Fachrouzi.
5. Teman-teman satu bimbingan, Gina F., I. Adly, Risya M., dan Amelia R.yang
telah memberikan bantuan, saran, kritik, motivasi, dan dukungannya pada
penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Keluarga besar penghuni asrama GSMI, Qiki Qilang Syachbudy, Fadly Sonata

Siregar, Erick Saepul Mubarok, Fuad Habibi Siregar, dan Bapak Omon atas
motivasi dan dukungannya pada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Teman-teman Ilmu Ekonomi 46 terima kasih atas segala persahabatan,
kenangan, perjuangan, dan asa untuk mencapai tujuan.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013
Fathurrohman Mangun Yuda

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

ix

DAFTAR TABEL

x


DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

xi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

4


Tujuan Penelitian

5

Manfaat Penelitian

6

Ruang Lingkup Penelitian

6

Hipotesis-Hipotesis

6

TINJAUAN PUSTAKA

7


METODE PENELITIAN

17

Jenis dan Sumber Data

17

Metode Analisis dan Pengolahan Data

17

Pengujian Pra Estimasi

19

Model Penelitian

21


HASIL DAN PEMBAHASAN

22

Keragaan Variabel Makroekonomi Indonesia 1980-2012

22

Hasil Estimasi Model VECM

26

Hubungan Kausalitas antara Perkembangan Keuangan, Keterbukaan
Perdagangan, dan Pertumbuhan Ekonomi: Granger Causality Test

28

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

30

KESIMPULAN DAN SARAN

38

Kesimpulan

38

Saran

38

DAFTAR PUSTAKA

39

LAMPIRAN

41

RIWAYAT HIDUP

61

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Total Perdagangan Ekspor-Impor Indonesia pada tahun 2008-2012 (Juta
US$)a
Jumlah Cadangan Devisa, dan Pertumbuhan Produk Domestik
Bruto Indonesia tahun 2009-2012a
Persentase Kredit dalam Negeri oleh Perbankan dan Kredit dalam
Negeri
ke Sektor Swasta terhadap PDB tahun 2008-2012a
Penyaluran Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi Perbankan
kepada Lapangan Usaha dan Bukan Lapangan Usaha 2008-2012
(MiliarRupiah)a
Penelitian Terdahulu
Total Ekspor Migas dan Non Migas pada tahun 1980 sampai tahun
2012a
Total Impor Migas dan Non Migas pada tahun 1980 sampai tahun 2012a
Hasil Pengujian Stasioner Data pada Levela
Hasil Pengujian Stasioner Data pada First Differencea
Perhitungan Lag Optimuma
Stabilitas sistem Vector Autoregressiona
Hasil Johansen Cointegation Testa
Hasil Granger Causality Testa
Hasil estimasi VECM Pertumbuhan Ekonomia
Perbandingan Rasio-rasio Interest Rate Spread di Sejumlah Negaraa

1
2
3

4
15
25
25
26
26
27
28
28
29
30
31

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Persentase Keterbukaan Perdagangan Indonesia terhadap PDB
Indonesia tahun 2002-2011a
Kurva Pertumbuhan Sollow, Investasi, Depresiasi, dan Kondisi Mapan
Kurva Jumlah Uang Beredar terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Kerangka Pemikiran
Pertumbuhan Ekonomi pada tahun 1980 sampai tahun 2012a
Perkembangan rasio Jumlah Uang Beredar terhadap PDB serta Kredit
Perbankan terhadap PDB pada tahun 1980 sampai 2012a
Persentase Keterbukaan Perdagangan Indonesia terhadap PDB
Indonesia tahun 1980-2012a
Variance Decomposition (%) Persamaan Pendapatan per Kapitaa
Impulse Response Function (%) Persamaan Pendapatan per Kapitaa
Variance Decomposition (%) Persamaan Perkembangan Keuangana
Impulse Response Function (%) Persamaan Perkembangan Keuangana
Variance Decomposition (%) Persamaan Keterbukaan Perdagangana
Impulse Response Function (%) Persamaan Keterbukaan Perdagangana

1
12
12
16
23
24
25
32
33
34
35
36
37

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Data yang digunakan
Deskripsi Statistik
Pengujian Pra Estimasi
Uji Lag Optimum
Uji Stabilitas VAR
Uji Kointegrasi
Granger Causality Test
Model VECM
Impuls Response Function
Variance Decomposition

41
42
43
47
47
48
49
50
53
56

1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk
terbanyak didunia dengan menduduki urutan ke-4 setelah Amerika Serikat sebesar
yaitu 237 juta jiwa tahun 2010 (BPS 2013). Hal ini membuat Indonesia memiliki
posisi yang strategis bagi negara-negara didunia untuk melakukan kerjasama
internasional dalam kegiatan ekonomi. Berdasarkan data Kementerian
Perdagangan, total perdagangan internasional Indonesia dari tahun 2008-2012
cenderung meningkat tiap tahun, namun terjadi penurunan pada tahun 2009
(Tabel 1). Hal ini karena tahun 2008 terjadi krisis keuangan global sehingga
berdampak terhadap penurunan perdagangan internasional pada tahun 2009.
Tabel 1 Total Perdagangan Ekspor-Impor Indonesia pada tahun 2008-2012 (Juta
US$)a
Tahun
Indikator
2008
2009
2010
2011
2012
Ekspor
137 020,4 116 510,0 157 779,1 203 496,6
190 031,8
Impor **)
129 197,3 96 829,2 135 663,3 177 435,6
191 691,0
Total
266 217,7 213 339,3 293 442,4 380 932,2
381 722,8
a

Sumber : Kementerian Perdagangan RI, 2013 (diolah).
**) Angka Sementara

Populasi penduduk yang banyak, menjadikan negara tersebut sebagai pasar
potensial yang menjadi sumber permintaan akan berbagai macam barang dan jasa
yang kemudian akan menggerakkan berbagai macam kegiatan ekonomi sehingga
menciptakan skala ekonomis (economies of scale) (Todaro dan Smith 2006).
Keterbukaan perdagangan akan memberikan manfaat bagi suatu negara
dalam memperluas akses pasar yang lebih luas. Berdasarkan data Worldbank
tahun 2013, keterbukaan perdagangan Indonesia dengan negara-negara di dunia
selama sepuluh tahun terakhir menunjukan angka sebesar 61.18 % total
perdagangan terhadap PDB. Angka tersebut menunjukan perekonomian Indonesia
sebagian besar dipengaruhi dari aktivitas perdagangan Internasional (Gambar 1).
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00

59.08 53.62 59.76 63.99 56.66 54.83 58.56

45.51 47.49 51.27

61.03

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Keterbukaan Perdagangan (% terhadap PDB)
a

Sumber : Worldbank, 2013 (diolah).

Gambar 1 Persentase Keterbukaan Perdagangan Indonesia terhadap PDB
Indonesia tahun 2002-2011a

2
Pada era globalisasi ini, menuntut Indonesia untuk ikut berperan aktif
dalam kegiatan internasional, seperti keterbukaan ekonomi yang lebih luas dan
keterbukaan perdagangan yang lebih aktif. Keterbukaan perdagangan yang lebih
aktif bisa dilakukan dengan mengurangi hambatan perdagangan antar mitra
dagang utama. Seperti, dalam kebijakan tarif ekspor dan impor barang dan jasa.
Keterbukaan Perdagangan yang dimaknai dengan berlangsunya proses
perdagangan internasional pada negara berkembang termasuk Indonesia tak lepas
dari dorongan perkembangan di sektor keuangannya. Hal ini dikarenakan salah
satu faktor pendukung dalam keterbukaan perdagangan ialah sektor keuangan.
Sektor keuangan yang memiliki enam fungsi utama dalam perekonomian, yaitu:
(i) menyediakan jasa pembayaran, (ii) menyediakan para penabung dan investor,
(iii) menghasilkan dan menyebarkan informasi, (iv) mengalokasikan pinjaman
secara efisien, (v) risiko penentuan harga, risiko pengumpulan, dan risiko
perdagangan, dan (vi) meningkatkan likuiditas aset (Todaro dan Smith 2006).
Perekonomian akan berjalan dengan baik, apabila sektor keuangan
memberikan stimulus yang besar terhadap peningkatan jumlah total produksi
nasional pada sektor riil. Seperti, dalam memberikan pinjaman modal oleh
perbankan ataupun kebijakan moneter pemerintah yang berpihak pada
industriawan dan pengusaha Indonesia dalam meningkatkan jumlah ekspor.
Peningkatan pertumbuhan ekspor barang dan jasa akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi yang terlihat dari peningkatan jumlah total produksi
nasional. Transaksi ekonomi tersebut akan menghasilkan devisa bagi suatu negara
dalam memperkuat ketahanan ekonomi nasional. Seperti halnya terlihat pada
Tabel 2, menunjukan data laju pertumbuhan PDB per kapita meningkat tiap tahun
dan begitu juga meningkatnya cadangan devisa, namun pada tahun 2012 terjadi
penurunan.
Tabel 2 Jumlah Cadangan Devisa, dan Pertumbuhan Produk Domestik Bruto
Indonesia tahun 2009-2012a
Tahun
Indikator
2009
2010
2011
2012
Total Cadangan (Termasuk Emas,
Juta US$)
66,1
96,2
110,1
108,8
PDB per kapita (tetap 2005 US$)
1 498 1 570,2 1 650,6
1 731,7
Pertumbuhan PDB (tahun %)
3,2 % 4,82 % 5,12 %
4,91 %
a

Sumber : Worldbank, 2013 (diolah).

Keterbukaan perdagangan terhadap peningkatan PDB, harus didorong oleh
kematangan sektor keuangan. Adanya penyaluran kredit domestik yang dilakukan
oleh perbankan dalam mendorong tumbuhnya industri – industri lokal, mulai dari
industri rumah tangga (home industry), usaha kecil dan menengah (UMKM),
hingga ke industri berskala besar. Pemberdayaan industri – industri lokal akan
meningkatkan kapasitas produksi nasional sehingga memperkuat kemandirian
untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa di dalam negeri, sekaligus untuk
keperluan ekspor (Purwanto 2011).
Kematangan sektor keuangan dalam perkembangannya terhadap
pertumbuhan sektor riil memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga
stabilitas moneter. Ketika sektor keuangan yang terdiri dari sektor perbankan dan

3
sektor non perbankan berjalan stabil dan baik dalam melakukan akumulasi kapital,
seperti penyerapan dana dari masyarakat serta memberikan pinjaman kepada
sektor riil.
Pada jangka panjang hal tersebut akhirnya akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Namun, jika sistem perbankan tidak berjalan dengan sehat
akan berdampak terhadap pengalokasian penyediaan dana untuk sektor-sektor
ekonomi yang produktif dan kegiatan investasi menjadi terbatas. Hal tersebut
mengakibatkan lalu lintas pembayaran yang berlangsung dalam perbankan
menjadi tidak lancar dan menganggu efektivitas dalam kebijakan moneter.
Selanjutnya pertumbuhan ekonomi akan mengikuti perkembangan sektor
keuangan dan sebaliknya perkembangan sektor keuangan akan mengikuti
pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi menyebabkan kenaikan permintaan terhadap
produk-produk keuangan, sehingga menghasilkan kenaikkan aktivitas pasar
keuangan dan kredit. Dengan demikian, perkembangan sektor keuangan
merupakan demand-following.Teori lain, mendalilkan jika perkembangan sektor
keuangan merupakan determinan perkembangan ekonomi. Hipotesis supplyleading ini menunjukkan kausalitas berasal dari perkembangan keuangan ke arah
pertumbuhan riil, dimana perkembangan sektor keuangan merupakan necessary
condition but not sufficient untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan (Inggrid 2006). Dengan demikian sektor keuangan mempunyai
pengaruh yang kuat terhadap pertumbuhan sektor riil.
Perkembangan sektor keuangan terhadap sektor riil yang ditransmisikan
dalam bentuk kebijakan moneter, yakni dalam penentuan jumlah kredit yang
disalurkan perbankan terhadap sektor riil. Hal ini dilakukan bank sentral dalam
rangka menjaga jumlah uang beredar sebagai alat stabilitas dalam kegiatan
ekonomi. Berdasarkan data Worldbank (2013) persentase pertumbuhan
penyaluran kredit dalam negeri oleh perbankan terhadap PDB mengalami
peningkatan tiap tahun, namun turun pada tahun 2010 selanjutnya meningkat,
serta persentase kredit dalam negeri yang disalurkan ke sektor swasta terhadap
PDB selalu meningkat tiap tahun (Tabel 3). Peningkatan kredit dalam negeri yang
diberikan kepada sektor swasta tersebut memperlihatkan adanya perkembangan
sektor keuangan dalam meningkatkan pertumbuhan pada sektor riil.
Tabel 3 Persentase Kredit dalam Negeri oleh Perbankan dan Kredit dalam Negeri
ke Sektor Swasta terhadap PDB tahun 2008-2012a
Tahun
Indikator
2008
2009
2010
2011
2012
Kredit
dalam
Negeri
oleh
Perbankan (% PDB)
36,77 36,97 36,39 38,56 42,57
Kredit dalam Negeri ke Sektor
Swasta (% PDB)
26,55 27,66 29,02 31,74 34,91
a

Sumber : Worldbank, 2013 (diolah). Produk Domestik Bruto.

4
Tabel 4 Penyaluran Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi Perbankan kepada
Lapangan Usaha dan Bukan Lapangan Usaha 2008-2012 (MiliarRupiah)a
Tahun
Indikator
2008
2009
2010
2011
2012
Kredit Modal Kerja
Perbankan (a)
680
701
885
1 075
1 325
Kredit
Invesatsi
Perbankan (b)
256
297
347
463
591
Total (a + b)
936
998
1 232
1 538
1 916
Pertumbuhan %
31,09
6,62
23,45
24,84
24,58
a

Sumber : Badan Pusat Statistik RI, 2013 (diolah).

Pertumbuhan kredit dalam negeri yang terus meningkat akan berdampak
terhadap peningkatan investasi dan berdampak terhadap peningkatan pertumbuhan
ekonomi. Berdasarkan BPS (2013) menunjukan bahwa terjadi peningkatan laju
petumbuhan kredit, baik berupa kredit modal kerja perbankan maupun investasi
perbankan selalu meningkat tiap tahun, namun terjadi penurunan pada tahun 2009
dan 2012 (Tabel 4). Pertumbuhan ekonomi yang tidak dibarengi peningkatan
pendapatan masyarakat, akan berdampak terhadap timbulnya inflasi akan produk
kebutuhan masyarakat. Hal tersebut mengakibatkan berkurangnya daya beli
masyarakat. Kurangnya daya beli masyarakat akan menimbulkan penurunan
konsumsi akan barang dan jasa. Akibatnya dari peristiwa tersebut mengakibatkan
penurunan terhadap pertumbuhan ekonomi. Kebijakan moneter melalui sektor
keuangan perbankan harus selalu diawasi agar bisa berjalan dengan lancar dan
stabil, sehingga pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat tercapai.
Suatu perekonomian pada ketiga faktor antara perkembangan keuangan,
keterbukaan perdagangam, dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang
saling mempengaruhi. Peningkatkan pertumbuhan ekonomi harus didukung akan
tumbuhnya kegiatan ekonomi di sektor riil yakni, salah satunya melalaui
perdagangan internasional. Sektor riil akan mengalami peningkatan jika
mendapatkan stimulus dari sektor keuangan melalui perbankan. Sektor perbankan
dapat memberikan kredit kepada sektor riil dalam peningkatan kegiatan ekonomi
dan meningkatkan investasi, yang akhirnya akan menciptakan pertumbuhan
ekonomi. Perdagangan internasional dipengaruhi juga akan kondisi ekonomi
dunia, seperti kondisi krisis keuangan 1997 di Filipina dan krisis kredit
perumahan 2008 di Amerika Serikat. Dua contoh krisis tersebut, akan berdampak
terhadap kondisi perekonomian Indonesia, hal tersebut karena Indonesia
menggunakan sistem perekonomian terbuka. Selanjutnya dalam perencanaan dan
pelaksanaan kebijakan moneter harus lebih sensitif terhadap kondisi ekonomi
dunia.

Perumusan Masalah
Setiap perekonomian yang dilakukan oleh suatu negara dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi banyak faktor yang harus diperhitungkan
baik melalui kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter. Keterbukaan ekonomi
yang dilakukan Indonesia, akan memberikan dampak yang positif terhadap

5
perekonomian, jika dibarengi dengan peningkatan dan perbaikan pada struktur
keuangan negara. Keterbukaan ekonomi yang semakin mengglobal ini, kondisi
akan ketergantungan antara negara maju dan berkembang akan sangat besar. Hal
ini, dalam keterbukaan ekonomi sangat berpengaruh terhadap kekuatan struktur
keuangan negara, politik, budaya, dan tingkat industri negara tersebut. Posisi
Indonesia yang strategis sebagai pasar yang potensial, dapat memanfaatkannya
dalam meningkatkan perekonomian nasional. Seperti, dalam meningkatkan
struktur keuangan yang lebih kuat, peningkatan jumlah total produksi nasional
dan peningkatan total perdagangan internasional dalam mencapai pertumbuhan
ekonomi yang diharapkan.
Perekonomian dunia yang menglobal ini telah menciptakan kondisi saling
ketergantungan ekonomi antar-negara, dan cenderung menimbulkan proses
penyatuan aktivitas ekonomi baik di sektor riil maupun sektor keuangan, sehingga
batas-batas antar-negara dalam berbagai praktik kegiatan ekonomi tersebut
seakan-akan tidak berlaku lagi (Marsuki 2005).
Penelitian terdahulu yang dilakukan di negara Jepang oleh Soukhakian
(2007) menyimpulkan bahwa perkembangan keuangan dengan proksi jumlah
uang beredar sesuai dengan supply leading growth hypothesis dan growth driven
trade (GDT) hypothesis pada perekonomian Jepang. Hal tersebut terlihat dari
penawaran uang yang dilakukan bank sentral Jepang, akan memberikan stimulus
terhadap peningkatan pendapatan riil. Selanjutnya, ekspansi pada peningkatan
pendapatan riil akan memberikan stimulus terhadap peningkatan perdagangan luar
negeri.
Kaitannya dengan penelitian yang dilakukan Soukhakian di Jepang dan
berdasarkan hasil penelitian-penelitian sebelumnya, masih terbatas studi mengenai
hubungan antara pertumbuhan ekonomi, perkembangan keuangan, dan
keterbukaan ekonomi. Hal tersebut, membuat penulis untuk mencoba meneliti
terhadap ketiga faktor tersebut dalam studi kasus di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang dan penjelasan sebelumnya. Adapun rumusan
masalah yang akan coba diteliti ialah :
1. Bagaimana hubungan kausalitas antara perkembangan keuangan,
keterbukaan perdagangan, dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia ?
2. Bagaimana hubungan
jangka panjang dan jangka pendek antara
perkembangan keuangan dan keterbukaan perdagangan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia ?
3. Bagaimana respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan
perkembangan keuangan, dan keterbukaan perdagangan serta kebijakan
pemerintah ?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Menganalisis hubungan kausalitas antara perkembangan keuangan,
keterbukaan perdagangan, dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

6
2.

3.

Menganalisis hubungan jangka panjang dan jangka pendek antara
perkembangan keuangan dan keterbukaan perdagangan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Menganalisis respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan
perkembangan keuangan, dan keterbukaan perdagangan serta kebijakan
pemerintah.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :
1. Bagi penulis, sebagai bukti empiris mengenai hubungan kasualitas antara
perkembangan keuangan, keterbukaan perdagangan, dan pertumbuhan
ekonomi untuk dijadikan suatu media dalam melatih kemampuan dan
keterampilan dari disiplin ilmu yang dipelajari.
2. Bagi peneliti dan mahasiswa, sebagai dasar referensi dan acuan dalam
pengembangan penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
perkembangan keuangan, keterbukaan perdagangan, dan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia.
3. Bagi pemerintah, menjadi referensi dan acuan pemerintah dalam
menentukan suatu kebijakan yang tepat terhadap perkembangan keuangan,
keterbukaan perdagangan, dan pertumbuhan ekonomi di Indoensia.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini, hanya lebih difokuskan terhadap identifikasi apakah ada
hubungan kausalitas dan respon guncangan antara perkembangan keuangan,
keterbukaan perdagangan, dan pertumbuhan ekonomi. Data yang akan digunakan
ialah data sekunder time series dengan periode data dari tahun 1980- 2012 yang
berasal dari data Worldbank, Bank Indoneisa, Kementerian Perdagangan, dan
Badan Pusat Statistik.

Hipotesis-Hipotesis
1. Demand Following Hypothesis adalah pertumbuhan ekonomi menyebabkan
perkembangan keuangan.
2. Supply Leading Hypothesis adalah perkembangan keuangan menyebabkan
pertumbuhan ekonomi.
3. Growth Driven Trade Hypothesis adalah pertumbuhan ekonomi menyebabkan
perdagangan internasional.
4. Export Led Growth Hypothesis adalah ekspor menyebabkan pertumbuhan
ekonomi (motor penggerak perekonomian).

7
TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output per kapita
dalam jangka panjang. Pengertian ini menekankan pada tiga hal yaitu proses,
output per kapita, dan jangka panjang. Proses menggambarkan perkembangan
perekonomian dari waktu ke waktu yang lebih bersifat dinamis, output per kapita
mengaitkan aspek output total (PDB) dan aspek jumlah penduduk, sedangkan
jangka panjang menunjukkan kecenderungan perubahan perekonomian dalam
jangka tertentu yang didorong oleh proses intern perekonomian (self generating)
(Wijono 2005). Teori pertumbuhan ekonomi yang menjelaskan keterkaitan ketiga
faktor tersebut dalam mencapai pertumbuhan ekonomi ialah teori pertumbuhan
ekonomi Solow, dan teori pertumbuhan ekonomi Endogen.

Model Pertumbuhan Solow
Model Pertumbuhan Solow menunjukkan bagaimana tabungan (persediaan
modal), pertumbuhan populasi, dan kemajuan teknologi mempengaruhi tingkat
output perekonomian serta pertumbuhannya sepanjang waktu (Mankiw 2007).
Persediaan modal adalah determinan output perekonomian yang penting,
karena persediaan modal bisa berubah sepanjang waktu, dan perubahan itu bisa
mengarah ke pertumbuhan ekonomi. Persediaan modal dipengaruhi oleh invesatsi
dan depresiasi. Investasi mengacu pada pengeluaran untuk perluasan usaha dan
peralatan baru, dan hal itu menyebabkan persediaan modal bertambah. Depresiasi
(depreciation) mengacu pada penggunaan modal, dan hal itu menyebabkan
persediaan modal berkurang. Tingkat tabungan yang tinggi, perekonomian akan
mempunyai persediaan modal yang besar dan tingkat output yang tinggi.
Sebaliknya untuk tingkat tabungan yang rendah.
Seperti halnya depresiasi, pertumbuhan populasi adalah salah satu alasan
mengapa persediaan modal per pekerja kecil. Perekonomian dengan tingkat
pertumbuhan populasi yang tinggi akan memiliki tingkat modal per pekerja yang
lebih rendah dan pendapatan yang lebih rendah pula. Kemajuan teknologi yang
mengoptimalkan tenagakerja (efisiensi tenagakerja) akan mempengaruhi model
pertumbuhan Solow dalam cara yang sama dengan pertumbuhan populasi, dan
bisa mengarah ke pertumbuhan yang berkelanjutan dalam output per pekerja.
Model Solow menunjukkan bahwa pertumbuhan yang berkelanjutan
dalam pendapatan per pekerja harus berasal dari kemajuan teknologi. Model
Solow menganggap kemajuan teknologi sebagai variabel eksogen.

Perkembangan Keuangan
Perkembangan perekonomian Indonesia yang pesat di era globalisasi ini
mendorong peningkatan perkembangan di sektor keuangan. Hal tersebut terlihat

8
dari perkembangan jumlah bank, kantor bank, aset, dan jumlah dana yang berhasil
dihimpun dari masyarakat (Hasiholan 2004).
Perkembangan jumlah uang beredar mempunyai keterkaitan dengan dan
pengaruh langsung pada perkembangan berbagai aktivitas perekonomian.
Keterkaitan itu tercermin pada hubungan yang terjadi antara jumlah uang beredar
dengan perkembangan variabel-variabel ekonomi utama, yaitu tingkat produksi
(output dan harga). Peningkatan jumlah uang beredar yang berlebihan dapat
mendorong peningkatan harga melebihi tingkat yang diharapkan sehingga dalam
jangka panjang dapat menganggu pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, apabila
peningkatan jumlah uang beredar sangat rendah, maka kelesuan ekonomi akan
terjadi. Apabila hal ini berlangsung terus-menerus, masyarakat secara keseluruhan
pada gilirannya akan mengalami penurunan. Kondisi tersebut antara lain
melatarbelakangi upaya-upaya yang dilakukan bank sentral suatu negara dalam
mengendalikan jumlah uang beredar dalam perekonomian. Kegiatan pengendalian
jumlah uang beredar tersebut lazimnya disebut dengan kebijakan moneter yang
ditempuh bank sentral (Warjiyo 2004).
Suatu negara dalam perekonomiannya didominasi oleh besarnya peranan
“kredit” yang bersumber dari sektor “perbankan”, dan adapula negara yang
perekonomiannya didominasi oleh besarnya peranan “uang” atau “asset keuangan”
lain, seperti surat-surat berharga yang diperjualbelikan dalam “pasar uang atau
modal”. Perekonomian yang berbasis pada kredit perbankan, negara tersebut
dikategori sebagai negara dengan sistem perekonomian utang (overdraft credit
economy), sedangkan negara yang perekonomiannya berbasis pada uang dan pasar
modal, maka negara tersebut dikategori sebgai negara dengan sistem
perekonomian pasar uang (financial economy) (Marsuki 2005).

Konsep Uang
Uang didefinisikan sebagai barang atau benda yang diterima secara umum
sebagai alat pembayaran untuk barang dan jasa. Dalam pengertian uang atau uang
beredar termasuk semua mata uang kertas dan logam yang beredar di luar peti
simpanan (kas) lembaga-lembaga keuangan dan pemerintah, dan rekening giro
pada lembaga depositori (bank umum) yang di miliki perorangan dan perusahaan.
Jumlah uang beredar (money supply) diukur atas dasar tiga definisi atau
pendekatan. Uang dalam arti sempit (narrow money, M1) terdiri atas uang kartal
(baik uang kertas maupun uang logam) yang beredar di masyarakat (di luar Bank
Umum dan Kas Negara) dan uang giral (demand deposits) milik penduduk pada
Bank Umum. Uang dalam arti luas (broad money, M2), meliputi uang dalam arti
sempit (M1) ditambah dengan uang kuasi, yaitu deposito berjangka (time
deposits) milik penduduk dalam rupiah dan valuta asing pada Bank Umum. Dan
Uang dalam arti paling luas (M3) merupakan penjumlahan dari M2 dengan semua
simpanan (deposito) pada lembaga keuangan lain (nonbank) (Puspopranoto 2004).

9
Persamaan Kuantitas Uang
Orang memegang uang untuk membeli barang dan jasa. Semakin banyak
uang yang mereka butuhkan untuk bertransaksi, semakin banyak uang yang
mereka pegang. Jadi, kuantitas uang dalam perekonomian sangat erat kaitannya
dengan jumlah uang yang dipertukarkan dalam transaksi (Mankiw 2007).
Uang x Perputaran = Harga x Transaksi
M x
V
= P x T
Sisi kanan dari persamaan kuantitas menyatakan transaksi. T menunjukkan
total jumlah transaksi selama periode waktu tertentu, katakanlah setahun. T adalah
berapa kali dalam setahun barang dan jasa dipertukarkan dengan uang. P adalah
harga dari suatu transaksi tertentu, jumlah uang yang dipertukarkan. Produk dari
harga transaksi dari jumlah transaksi, PT, sama dengan jumlah uang yang
dipertukarkan dalam setahun.
Sisi kiri persamaan kuantitas menyatakan uang yang digunakan untuk
melakukan transaksi. M adalah kuantitas uang. V disebut perputaran uang
transaksi (transactions velocity of money) dan mengukur tingkat di mana uang
bersirkulasi dalam perekonomian. Dengan kata lain, perputaran menyatakan
berapa kali uang berpindah tangan dalam periode waktu tertentu.
Ketika menganalisis bagaimana uang mempengaruhi perekonomian,
seringkali bermanfaat untuk menunjukkan kuantitas uang dalam bentuk jumlah
barang dan jasa yang bisa dibelinya. Jumlah ini, M/P, disebut keseimbangan uang
riil (real money balance). Fungsi permintaan uang (money demand function)
adalah persamaan yang menunjukkan apa yang menentukan kuantitas
keseimbangan uang riil yang ingin ditahan orang.
(M/P)d = kY
Di mana k adalah konstanta yang menyatakan berapa banyak uang yang
ingin ditahan orang untuk setiap pendapatan dan Y output total dari perekonomian.
Persamaan ini menyatakan bahwa kuantitas keseimbangan uang riil yang
diinginkan adalah proporsional terhadap pendapatan riil.

Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank sentral atau otoritas
moneter dalam bentuk pengendalian besaran moneter dan atau suku bunga untuk
mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan. Dalam praktek,
perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan tersebut adalah terjaganya
stabilitas ekonomi makro yang antara lain dicerminkan oleh stabilitas harga
(rendahnya laju inflasi), membaiknya perkembangan output riil (pertumbuhan
ekonomi), serta cukup luasnya lapangan/kesempatan kerja yang tersedia.
Dalam transmisi kebijakan moneter, masing-masing negara berbeda antara
satu dengan yang lainnya tergantung pada perbedaan struktur perekonomian,
perkembangan pasar keuangan, dan sistem nilai tukar yang dianut. Berikut

10
transmisi kebijakan moneter Indonesia terdiri dari lima komponen yaitu melalui
jalur suku bunga, jalur nilai tukar, jalur harga aset, jalur kredit, dan jalur
ekspektasi. Berdasarkan mekanisme transmisi ini, dalam jangka pendek
pertumbuhan jumlah uang beredar hanya mempengaruhi perkembangan output riil.
Selanjutnya, dalam jangka menengah pertumbuhan jumlah uang beredar akan
mendorong kenaikan harga (inflasi), yang pada gilirannya menyebabkan
penurunan perkembangan output riil menuju posisi semula. Dalam keseimbangan
jangka panjang, pertumbuhan jumlah uang beredar tidak berpengaruh pada
perkembangan output riil, tetapi mendorong laju inflasi secara proporsional
(Warjiyo 2004).

Keterbukaan Perdagangan
Perbedaan makroekonomi yang penting antara perekonomian terbuka dan
perekonomian tertutup adalah bahwa, dalam perekonomian terbuka, pengeluaran
suatu negara selama satu tahun tertentu tidak perlu sama dengan yang mereka
hasilkan dari memproduksi barang dan jasa. Suatu negara bisa melakukan
pengeluaran lebih banyak ketimbang produksinya dengan meminjam dari luar
negeri, atau bisa melakukan pengeluaran lebih kecil dari produksinya dan
memberi pinjaman pada negara lain. Perekonomian terbuka, sebagian output
dijual untuk domestik dan sebagian diekspor ke luar negeri. Pengeluaran atas
output pada perekonomian terbuka Y menjadi empat komponen (Mankiw 2007) :
Cd, konsumsi barang dan jasa domestik,
Id, investasi dalam barang dan jasa domestik,
Gd, pembelian pemerintah atas barang dan jasa domestik,
EX, ekspor barang dan jasa domestik.
Pembagian pengeluaran menjadi empat komponen tersebut ditunjukkan
dalam identitas:
Y = Cd + Id + Gd + EX
Jumlah dari tiga komponen pertama, Cd + Id + Gd, adalah pengeluaran
domestik atas barang dan jasa domestik. Komponen keempat, EX, adalah
pengeluaran luar negeri atas barang dan jasa domestik. Pengeluaran domestik atas
seluruh barang dan jasa adalah jumlah pengeluaran domestik untuk barang dan
jasa domestik serta barang dan jasa mancanegara.Karena itu, konsumsi total C
sama dengan konsumsi barang dan jasa domestik Cd ditambah konsumsi barang
dan jasa mancanegara Cf; investasi total I sama dengan investasi barang dan jasa
domestik Id ditambah investasi dalam barang dan jasa mancanegara If; dan belanja
pemerintah total Gd sama dengan belanja pemerintah atas barang dan jasa
domestik Gd ditambah belanja pemerintah atas barang dan jasa mancanegara Gf.
Jadi,
C = Cd + Cf
I = Id + If
G = Gd + Gf

11
Substitusikan tiga persamaan tersebut ke dalam identitas di atas:
Y = (C - Cf) + (I - If) + (G - Gf) + EX
Ubah persamaan tersebut menjadi:
Y = C + I + G + EX – (Cf + If + Gf)
Jumlah pengeluaran domestik atas barang dan jasa mancanegara (Cf + If +
G ) adalah pengeluaran untuk impor (IM). Jadi, menuliskan identitas perhitungan
pendapatan nasional di atas menjadi:
f

Y = C + I + G + EX – IM
Pengeluaran untuk impor dimasukkan dalam pengeluaran domestik (C + I
+ G), barang dan jasa yang diimpor dari luar negeri bukanlah bagian dari output
suatu negara, maka persamaan ini harus dikurangi dengan pengeluaran untuk
impor. Dengan mendefinisikan ekspor neto (net exports) sebagai ekspor dikurang
impor (NX = EX – IM), identitas tersebut menjadi:
Y = C + I + G + NX
Persamaan tersebut menyatakan, bahwa pengeluaran atas output domestik
adalah jumlah dari konsumsi, investasi, belanja pemerintah, dan ekspor neto.
Identitas perhitungan pendapatan nasional menunjukkan hubungan antara output
domestik, pengeluaran domestik, dan ekspor neto. Dengan demikian,
NX = Y – (C + I + G)
Ekspor Neto = Output – Pengeluaran Domestik.
Export-Led Growth (ELG) hypothesis menyatakan bahwa, ekspor
merupakan motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi (engine of growth),
karena beberapa alasan. Pertama, ekspor menyebabkan penggunaan penuh
sumber-sumber domestik sesuai keunggulan komparatif (comparative advantage)
negara. Kedua, ekspor memperluas pasar baik di dalam negeri maupun di luar
negeri. Ketiga, ekspor merupakan sarana mengadopsi ide dan teknologi baru.
Keempat, ekspor mendorong mengalirnya modal dari negara maju ke negara
sedang berkembang. Kelima, ekspor merupakan cara efektif untuk menghilangkan
perilaku monopoli. Keenam, ekspor meghasilkan devisa untuk memberi
kesempatan mengimpor barang-barang modal dan barang-barang antara
(Tambunan et al. 2011).
Impor memainkan peranan penting dalam proses pertumbuhan ekonomi
melalui berbagai cara. Salah satunya melalui impor teknologi. Hal tersebut akan
meningkatkan kapasitas produktif dan produktivitas industri suatu negara
pengimpor dan memberikan perhatian pada peningkatan komoditi ekspor.
Selanjutnya dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.

12
Kurva-kurva

Pertumbuhan Ekonomi Sollow

Gambar 2 Kurva Pertumbuhan Sollow, Investasi, Depresiasi, dan Kondisi Mapan
Ket
K*
K1
K2

:
: Kondisi mapan dk=sf(k)
: Persediaan modal meningkat, karena investasi melebihi depresiasi
: Persediaan modal menurun, karena depresiasi melebihi investasi

Jumlah Uang Beredar tehadap Pertumbuhan Ekonomi

Gambar 3 Kurva Jumlah Uang Beredar terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Ket
i1,2
Ms1,2
Y1,2
LM
IS

:
: suku bunga turun dari i1 ke i2
: jumlah uang beredar (ekspansif) dari Ms1 ke Ms2
: peningkatan pertumbuhan eknomi dari Y1 ke Y2
: pasar uang
: pasar barang

13
Penelitian-Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Soukhakian (2007) meneliti hubungan
kausalitas antara perkembangan keuangan, keterbukaan perdagangan, dan
pertumbuhan ekonomi Jepang pada periode 1960-2003. Penelitiannya
menggunakan metode Granger Causality Test. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa supply leading growth hypothesis dan growth driven trade (GDT)
hypothesis, sesuai dengan perkembangan keuangan dan keterbukaan perdagangan
pada perekonomian di Jepang. Hal ini bahwa, ekspansi dalam penawaran uang
yang dilakukan bank sentral Jepang akan memberikan stimulus terhadap
peningkatan pendapatan riil. Selanjutnya, ekspansi pada peningkatan pendapatan
riil akan memberikan stimulus terhadap peningkatan perdagangan luar negeri.
Shaheen et al. (2011) meneliti hubungan kausalitas dan kointegrasi antara
perkembangan keuangan, perdagangan internasional, dan pertumbuahn ekonomi
Pakistan pada periode 1973-2009. Menggunakan metode Autoregressivedistributed lag (ARDL) dan Granger Causality Test. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa ada hubungan jangka panjang antara perkembangan
keuangan, perdagangan internasional, kredit dalam negeri, dan pertumbuhan
ekonomi. Serta menunjukan kausalitas searah antara perkembangan keuangan dan
perdagangan internasional terhadap pertumbuhan ekonomi, dan perkembangan
keuangan terhadap perdagangan internasional. Hal ini menerangkan bahwa dalam
rangka stimulus terhadap pertumbuhan ekonomi dan perkembangan keuangan
harus ditingkatkan, contohnya perkembangan dalam lembaga keuangan dan pasar
saham. Bahkan, langkah-langkah liberalisasi sektor keuangan harus diambil dan
perhatian yang diberikan terhadap kebijakan jangka panjang.
Purwanto (2011) meneliti dampak keterbukaan perdagangan terhadap
pertumbuhan ekonomi di negara – negara ASEAN + 3 pada periode 1999- 2008.
Menggunakan metode panel statis yakni Pooled Least Square (PLS), Fixed Effect
Model (FEM) dan Random Effect Model (REM). Hasil penelitiannya
menunjukkan keterbukaan perdagangan terlihat arus pertukaran barang dan jasa
yang semakin lancar dan tren ekspor neto yang semakin meningkat dan dampak
positif keterbukaan perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi akan bertambah
besar apabila diikuti oleh penanaman modal asing (PMA), penyaluran kredit
domestik oleh sektor perbankan, ketersediaan infrastruktur listrik, serta kondisi
perekonomian dan harga-harga yang prospektif untuk kegiatan ekonomi. Hal ini
bahwa harus didorong dengan pengembangan industri-industri yang menyerap
banyak tenaga kerja (labour intensive industry) terutama di negara-negara
berkembang (kelompok NSB) yang memiliki jumlah tenaga kerja relatif
melimpah seperti Indonesia, Philipina, dan China. Cara yang dapat ditempuh
antara lain dengan meningkatkan akses usaha kecil dan menengah (UKM) kepada
kredit perbankan dan infrastruktur publik, yaitu melalui: (i) penerapan suku bunga
yang lebih rendah (subsidi bunga pinjaman); (ii) penjaminan agunan oleh
pemerintah; (iii) relaksasi peraturan bank sentral dalam pemberian kredit usaha;
dan (iv) pemberian insentif ekonomi untuk mengakses infrastruktur energi.
Fabya (2011) meneliti pengaruh perkembangan sektor keuangan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada periode 2002-2010. Penelitiannya
menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor keuangan positif mempengaruhi

14
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Adanya sektor keuangan beserta jasa-jasa
yang disediakannya bertindak secara aktif dalam mendorong kegiatan
perekonomian. Hal ini bahwa, Bank Indonesia perlu mengeluarkan kebijakan
berupa dorongan menjalankan fungsi intermediasi bank-bank yang ada di
Indonesia. Intermediasi perbankan memegang peranan penting dalam
perkembangan sektor keuangan dan berhubungan langsung dengan jumlah uang
beredar sehingga berdampak pada tingkat monetisasi. Dalam menjalankan
intermediasinya, sektor perbankan sebaiknya didorong untuk meningkatkan
penyaluran kredit terutama untuk kegiatan investasi yang produktif. Salah satu
usaha yang dapat dilakukan agar penyaluran kredit efektif meningkatkan
pertumbuhan ekonomi adalah mendorong perbankan meningkatkan kredit untuk
investasi dan menurunkan porsinya untuk kredit konsumsi.
Inggrid (2006) meneliti peranan sektor keuangan dalam memicu
pertumbuhan ekonomi di negara berkembang, seperti Indonesia pada periode
1992-2004. Penelitiannya menggunakan metode Granger Causality Test dan
Multivariate Vector Error Correction Model (VECM). Hasil penelitiannya
menunjukkan bidirectional causality antara pertumbuhan ekonomi dan volume
kredit. Terbukti adanya kausalitas satu arah (one-way causality) antara spread dan
output. Analisa ekonometri dengan VECM mendukung hipotesis signifikansi
peranan sektor keuangan sebagai engine pertumbuhan ekonomi, melalui kenaikan
ketersediaan kredit, baik dari segi volume maupun harga.
Hasiholan (2004) meneliti hubungan antara perkembangan sektor
keuangan dengan volatilitas ekonomi di Indonesia pada periode 1983-2000.
Penelitiannya menggunakan metode Generalized Autoregressive Conditional
Heteroscedasticity model (GARCH), Granger-causality test. dan Error Correction
Model (ECM). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dalam jangka pendek
terdapat hubungan kausalitas Granger dari perkembangan sektor keuangan ke arah
volatilitas ekonomi. Dapat dinyatakan bahwa perkembangan sektor keuangan
berpengaruh terhadap peningkatan volatilitas. Perkembangan sektor keuangan
justru berpengaruh terhadap peningkatan volatilitas ekonomi mengindikasikan
bahwa diperlukan pula usaha untuk melakukan pembenahan pada sektor riil.
Sektor riil yang potensial dan mempunyai prospek yang baik diharapkan dapat
memperkecil resiko terjadinya kredit macet, sehingga fungsi intermediasi sektor
keuangan dapat berjalan dengan baik.

15
Tabel 5 Penelitian Terdahulu
Peneliti dan
Tahun
Penelitian
Soukhakian
(2007)

Shaheen et
al. (2011)

Purwanto
(2011)

Fabya
(2011)

Inggrid
(2006)

Hasiholan
(2004)

Judul Penelitian

Metode Penelitian

Variabel Penelitian

Causality

Kredit dalam negeri,
PDB,
jumlah
uang
beredar
(M2),
perdagangan
internasional, ekspor, dan
impor.

Autoregressivedistributed
lag
(ARDL) dan Granger
Causality Test.

Kredit dalam negeri
perbankan, jumlah total
perdagangan
internasinaonal, jumlah
uang beredar, dan PDB.

Pooled Least Square
(PLS), Fixed Effect
Model (FEM) dan
Random Effect Model
(REM).

PDB,
PMA,
elspor,
impor,
IHK,
kredit
domestik oleh perbankan,
infrastruktur
listrik,
jumlah
mahasiswa
perguruan tinggi, jumlah
pengeluaran research and
development, dan jumlah
pekerja di negara- negara
ASEAN.
PDB, rasio antara jumlah
uang
beredar
(M2)
terhadap PDB, kredit
perbankan
terhadap
sektor
swasta,
dan
tabungan.
PDB, kredit perbankan
kepada sektor swasta,
kurs riil, IHK, dan SBI.

Financial
Development, Trade
Openness
and
Economic Growth in
Japan: Evidence from
Granger
Causality
Tests.
Financial
Development,
International
Trade and Economic
Growth: Empirical
Evidence
from
Pakistan
Dampak Keterbukaan
Perdagangan terhadap
Pertumbuhan ekonomi
di
negara-negara
ASEAN +3

Granger
Test.

Analsis
Pengaruh
Perkembangan Sektor
Keuangan
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia
Sektor Keuangan dan
Pertumbuhan
Ekonomi
di
Indonesia: Pendekatan
Kausalitas
dalam
Multivariate Vector
Error
Correction
Model (VECM)
Hubungan
antara
Perkembangan Sektor
Keuangan
dengan
Volatilitas Ekonomi
di Indonesia

Ordinary
Square (OLS).

Least

Granger
Causality
Test dan Multivariate
Vector
Error
Correction
Model
(VECM).

Generalized
Autoregressive
Conditional
Heteroscedasticity
model
(GARCH),
Granger-causality
test.
dan
Error
Correction
Model
(ECM).

Rasio antara jumlah uang
beredar (M2) terhadap
PDB,
rasio
kredit
perbankan terhadap PDB,
rasio demand deposit
terhadap jumlah uang
beredar
(M1),
dan
volatilitas ekonomi.

16
Kerangka Pemikiran
Keterlibatan Indonesia dalam keterbukaan ekonomi yang aktif, membuat
perekonomian Indonesia akan dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dunia. Pada
perkembangannya setiap kebijakan pemerintah, baik kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal harus peka terhadap kondisi ekonomi dunia. Dalam keterbukaan
ekonomi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: Perkembangan keuangan,
perdagangan internasional, dan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan moneter
memiliki pengaruh terhadap pengaturan jumlah uang beredar dalam meningkatkan
pertumbuhan sektor riil dan perdagangan internasioanl. Suatu keterbukaan
ekonomi harus memperhatikan kondisi perkembangan keuangan, perdagangan
internasional, dan pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Selanjutnya dapat menjadi
referensi dalam menentukan suatu kebijakan pemerintah yang tepat dan akurat,
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. Adapun kerangka
pemikiran penelitian ini dapat dijelaskan pada bagan kerangka pemikiran dibawah
ini:
Perekonomian Terbuka Indonesia

Perkembangan
Keuangan
 Jumlah Uang
Beredar (M2)
 Kredit Domestik

Keterbukaan
Perdagangan



Ekspor
Impor

Pertumbuhan
Ekonomi


PDB per kapita

Analisis Granger Causality Test dan Estimasi model VECM

Implikasi Kebijakan Pemerintah
Gambar 4 Kerangka Pemikiran

17

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series
annual dari tahun 1980-2012. Data tersebut diperoleh dari World Development
Indicator, Worldbank 2013, Bank Indonesia, Kementerian Perdagangan Indonesia,
dan Badan Pusat Statistik. Pada studi kepustakaan diambil melalui jurnal
internasional dan lokal, artikel, dan makalah. Data yang digunakan adalah data
pertumbuhan ekonomi diproksikan pada data GDP per kapita tahun dasar 2005.
Data perkembangan keuangan yang diproksikan pada data rasio jumlah uang
beredar (M2) terhadap PDB, dan rasio kredit dalam negeri oleh perbankan
terhadap PDB. Data keterbukaan perdagangan diproksikan pada data ekspor dan
impor barang dan jasa riil tahun dasar 2005.

Variabel dan Definisi Operasional
Adapun variabel dan definisi operasional variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. LGDP merupkan gross domestic product yaitu jumlah produk domestik
bruto per kapita tahun dasar 2005 dalam US$.
2. BM merupakan broad money (M2) yaitu rasio jumlah uang beredar
terhadap PDB (% PDB).
3. DC merupakan domestic credit yaitu rasio jumlah kredit dalam negeri oleh
perbankan terhadap PDB (% PDB).
4. LEX merupakan exports of goods and services yaitu jumlah data ekspor
barang dan jasa riil tahun dasar 2005 dalam US$.
5. LIM merupakan imports of goods and services yaitu jumlah data impor
barang dan jasa riil tahun dasar 2005 dalam US$.

Metode Analisis dan Pengolahan Data
Metode Analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Granger Causality (Kausalitas Granger), Vector Auto Regression (VAR), dan
Vector Error Correction Model (VECM) dalam mengelola data time series annual.

Metode Granger Causality (Kausalitas Granger)
Metode kausalitas adalah pengujian untuk menentukan hubungan sebabakibat antara peubah dalam sistem VAR. Model kausalitas Granger dapat ditulis
sebagai berikut (Juanda dan Junaidi 2012):






................................................... (1)
................................................... (2)

18
Untuk menyelesaikan persamaan 1 dan 2, Granger membentuk empat
model regresi sebagai berikut.
Persamaan untuk menguji apakah X yang mempengaruhi Y:
Unrestricted:
Restricted:











....................................... (3)
.............................................................. (4)

Persamaan untuk menguji apakah Y yang mempengaruhi X:
Unrestricted:
Restricted:

.................................. (5)
........................................................... (6)

Prosedur pengujian baik pada pasangan persamaan 3 dan 4 maupun pada
pasangan persamaan 5 dan 6 yaitu menggunakan uji F. Nilai F hitung
menggunakan rumus sebagai berikut.
......