Hubungan Penggunaan Tas Jenis Ransel dan Jenis Troli Terhadap Kejadian Nyeri Punggung pada Siswa Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah, Medan

(1)

YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH,

MEDAN

Oleh:

MUHAMAD IZZAT BIN YUSOFF

NIM: 100100407

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

HUBUNGAN PENGGUNAAN TAS JENIS RANSEL DAN JENIS TROLI TERHADAP KEJADIAN NYERI PUNGGUNG PADA SISWA SEKOLAH DASAR YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL

AMALIYYAH, MEDAN

NAMA : MUHAMAD IZZAT BIN YUSOFF

NIM : 100100407

Pembimbing Penguji I

(dr. Juliandi Harahap, M.A) (dr. H. Emil Azlin, Sp.A(K)) NIP : 197007021998021001 NIP : 140355822

Penguji II

(dr. Kiking Ritarwan,MKT,Sp.S(K)) NIP : 196811171997021002

Medan, Desember 2013 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH) NIP : 195402201980111001


(3)

Nyeri punggung merupakan suatu masalah kesehatan pada anak-anak sekolah sehingga bisa membatasi aktivitas sehari-hari mereka. Nyeri punggung pada usia muda dapat memberikan dampak jangka panjang terhadap kesehatan anak-anak. Kebanyakan anak-anak sekolah membawa tas melebihi berat yang direkomendasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan tas terhadap kejadian nyeri punggung pada siswa sekolah dasar.

Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat analitik dengan desain cross sectional. Sampel diambil dengan metode total sampling dari populasi yang digunakan yaitu sebanyak 70 orang siswa kelas V Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah, Medan. Data demografis berupa berat badan, tinggi badan dan berat tas siswa diukur oleh peneliti. Manakala, kuesioner yang telah disiapkan diberikan kepada siswa untuk dijawab setelah penjelasan diberikan.

Terdapat 6 variabel independen yang dikaji yaitu jenis tas, persentase berat tas berbanding berat badan siswa, lama penggunaan tas, usia, jenis kelamin, dan status gizi yang kemudian dihubungkan dengan keluhan nyeri punggung. Mayoritas responden yaitu sebanyak 49 orang (70,0%) telah mengeluhkan nyeri punggung. Setelah dianalisis, hanya variabel persentase berat tas berbanding berat badan siswa yang menunjukkan ada hubungan signifikan dengan kejadian nyeri punggung dengan nilai p=0,021. Sebanyak 39 orang (79,6%) responden yang membawa tas dengan berat melebihi nilai rekomendasi yaitu 10% dari berat badan dan mengeluhkan nyeri punggung.

Dari penelitian ini, disimpulkan bahwa adanya hubungan berat tas yang dibawa oleh siswa sekolah terhadap kejadian nyeri punggung. Oleh karena itu, disarankan supaya semua pihak memainkan peran masing-masing agar angka kejadian nyeri punggung pada usia muda dapat dikurangi.


(4)

Back pain is a medical problem that occurs among school children which may limits their daily activities. Back pain during young age may cause long term effect to their health. Most of the school children carry their school bags which exceed the recommended weight. This study aims to determine the relationship between the school bag usage and the occurrence of back pain among primary school children.

This research is an analytical study with a cross sectional design. By using total sampling method, the samples were taken from a population of standard 5 students who studied in Primary School of Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah, Medan. In total, there were 70 respondents involved in this study. For demographic data which includes body weight, height and school bag weight had been measured by the researcher. The tool used for the data collection was a self-administered questionnaire that had been given to the respondents after being explained clearly.

Overall, there are 6 independent variables that were studied which include type of bags, percentage of school bag weight over bodyweight, duration of backpack usage, age, gender and nutritional status. There were 49 respondents (70%) reported to have an occurrence of back pain. After the data being analyzed, only the variable of percentage of school bag weight over bodyweight had shown a significant association with the occurrence of back pain among primary school children with the p value of 0.021. A total of 39 respondents (79,6%) carried their bags which exceeded the recommended weight of 10% of the bodyweight and reported to experience back pain as well.

Based on the result of the study, it can be concluded that there is a significant association between the weight of the school bag used and the occurrence of back pain among primary school children. Therefore, everyone needs to play their vital role in order to reduce the occurrence of back pain among school children.


(5)

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian karya tulis ilmiah ini dengan judul ‘Hubungan Penggunaan Tas Jenis Ransel dan Jenis Troli Terhadap Kejadian Nyeri Punggung pada Siswa Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah, Medan’.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada dr. Juliandi Harahap, M.A., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan pengarahan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dalam proses penulisan karya tulis ilmiah ini juga, penulis telah mendapat dukungan, saran dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang ikhlas kepada:

1. Kedua orang tua penulis yang tercinta, En. Yusoff bin Kassim dan Pn. Zaidah binti Daud yang telah banyak memberikan dukungan dan doa selama menyiapkan karya tulis ilmah ini.

2. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.

dr. H. Emil Azlin, Sp.A(K) dan dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S(K) selaku dosen penguji yang telah memberi ide dan saran yang membangun untuk karya tulis ilmiah ini.

4. Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Program Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan selama penulis menuntut ilmu di FK USU.

5. Pihak Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah (YPSA) yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di SD YPSA.

6. Teman-teman seperjuangan penulis yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan dalam menyiapkan penulisan karya tulis ilmiah ini. 7. Semua pihak yang terlibat secara langsung atau tidak langsung selama


(6)

Akhir kata, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dengan rendah hati, penulis menerima kritikan dan saran dari berbagai pihak. Penulis juga berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat dan makna tersendiri bagi pembaca.

Medan, 4 Desember 2013 Muhamad Izzat bin Yusoff


(7)

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Nyeri... 5

2.1.1. Definisi Nyeri ... 5

2.1.2. Patogenesis Nyeri ... 5

2.1.3. Jenis-jenis Nyeri ... 6

2.2. Nyeri Punggung ... 7

2.2.1. Anatomi Tulang Belakang ... 7

2.2.2. Regio Utama Tulang Belakang ... 10

2.2.2.1. Tulang Servikal (Leher) ... 10

2.2.2.2. Tulang Thorakal (Punggung Ataa) ... 11

2.2.2.3. Tulang Lumbal (Punggung Bawah) ... 12

2.2.2.4. Tulang Sacrum dan Coccygeus... 13

2.2.3. Peta Dermatom Tubuh ... 14

2.2.4. Jenis-jenis Nyeri Punggung ... 16

2.2.5. Faktor Risiko... 17


(8)

2.2.6. Penyebab Nyeri pada Punggung dan Leher ... 18

2.2.7. Pentalaksanaan ... 20

2.2.7.1. NPB Akut Tanpa Radikulopati ... 20

2.2.7.2. NPB Kronis Tanpa Radikulopati ... 21

2.2.7.3. NPB Kronis dengan Radikulopati... 22

2.3. Skala Pengukuran Nyeri ... 22

2.4. Nyeri Punggung pada Anak Usia Sekolah ... 23

2.5. Kondisi Nyeri Punggung yang Biasa Terjadi pada Anak-anak 24

2.5.1. Ketidakseimbangan dan Ketegangan Otot ... 24

2.5.2. Punggung Bulat (Rounded Back) ... 24

2.5.3. Fraktur Stres pada Tulang Belakang ... 24

2.5.4. Vertebra Tergelincir (Slipped Vertebra) ... 25

2.5.5. Infeksi ... 25

2.5.6. Tumor... 26

2.6. Hasil Penelitian Sebelumnya Tentang Nyeri Punggung ... 26

2.6.1. Berat Tas ... 27

2.6.2. Jenis Kelamin ... 27

2.6.3. Usia ... 28

2.6.4. Status Gizi ... 29

2.6.5. Lama Penggunaan Tas Sekolah ... 29

2.6.6. Faktor Risiko Terhadap Kejadian Nyeri Punggung ... 30

2.6.7. Keluhan Sehubungan Penggunaan Tas ... 30

2.6.8. Gejala/Simptom yang Timbul ... 32

2.6.9. Konsultasi Dokter ... 32

BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 33

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 33

3.2. Variabel Penelitian ... 33

3.3. Definisi Operasional... 33


(9)

BAB 4. METODE PENELITIAN ... 38

4.1. Jenis Penelitian ... 38

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

4.3. Populasi dan Sampel ... 38

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 39

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 41

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

5.1. Hasil Penelitian ... 43

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 43

5.1.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden ... 43

5.1.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan Tas ... 46

5.1.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keluhan Nyeri Punggung... 51

5.1.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dampak Nyeri Punggung... 55

5.1.6. Analisis Hasil Data ... 57

5.2. Pembahasan ... 63

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

6.1. Kesimpulan ... 69

6.2. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(10)

Nomor Judul Halaman

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner ... 40

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ... 44

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .. 44

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi ... 45

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Berat Badan, Tinggi Badan, dan Berat Tas Siswa ... 46

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Persentase Berat Tas Berbanding Berat Badan Siswa... 47

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Jenis Tas Sekolah yang Digunakan oleh Siswa ... 48

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Cara Membawa Tas Sekolah ... 48

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Durasi Penggunaan Tas Setiap Hari ... 49

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Terhadap Kesulitan Membawa Tas Sekolah ... 50

Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Nyeri Punggung ... 51

Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi Regio Nyeri Punggung ... 52

Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi Tingkat Keparahan Nyeri ... 53

Tabel 5.13. Distribusi Frekuensi Durasi Nyeri Punggung yang Dirasakan . 54 Tabel 5.14. Distribusi Frekuensi Frekuensi Nyeri Punggung ... 55

Tabel 5.15. Distribusi Frekuensi Dampak Nyeri Punggung Terhadap Kehadiran Responden ke Sekolah ... 56

Tabel 5.16. Distribusi Frekuensi Konsultasi/Berobat ke Dokter karena Nyeri Punggung ... 57

Tabel 5.17. Analisis Hubungan Penggunaan Tas Jenis Ransel dan Jenis Troli Terhadap Kejadian Nyeri Punggung... 58

Tabel 5.18. Analisis Hubungan Persentase Berat Tas Berbanding Berat Badan Siswa Terhadap Kejadian Nyeri Punggung ... 59


(11)

Tabel 5.19. Analisis Hubungan Karakteristik Jenis Kelamin Terhadap

Kejadian Nyeri Punggung ... 60 Tabel 5.20. Analisis Hubungan Karakteristik Usia Terhadap Kejadian

Nyeri Punggung ... 60 Tabel 5.21. Analisis Hubungan Karakteristik Status Gizi Terhadap

Kejadian Nyeri Punggung ... 61 Tabel 5.22. Analisis Hubungan Durasi/Lama Penggunaan Tas Setiap Hari


(12)

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Anatomi Vertebra ... 9

Gambar 2.2. Anatomi Vertebra…………... 9

Gambar 2.3. Kolumna Spinalis ... 10

Gambar 2.4. Nyeri pada Tulang Servikal (Leher) ... 11

Gambar 2.5. Nyeri pada Tulang Thorakal (Punggung Atas) ... 12

Gambar 2.6. Nyeri pada Tulang Lumbal (Punggung Bawah) ... 13

Gambar 2.7. Nyeri pada Tulang Sacrum/Sacroiliac Joint ... 13

Gambar 2.8. Nyeri pada Tulang Coccygeus (Coccydynia) ... 14

Gambar 2.9. Peta Dermatom Tubuh ... 15

Gambar 2.10. Kompresi Akar Saraf L5 dan S1 oleh Diskus yang Herniasi ... 17

Gambar 2.11. Wong-Baker FACES® Pain Rating Scale ... 23


(13)

Lampiran 1 Riwayat Hidup Peneliti

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Penelitian (Informed) Lampiran 3 Lembar Persetujuan Penelitian (Consent) Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Ethical Clearance

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian di SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah (YPSA)

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian di SD Swasta Muhammadiyah-03 (Validasi Kuesioner)

Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian di SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah (YPSA)

Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian di SD Swasta Muhammadiyah-03 (Validasi Kuesioner)

Lampiran 10 Lembar Izin Menggunakan Wong-Baker FACES® Pain Rating Scale Dari Pihak Wong-Baker FACES® Foundation.

Lampiran 11 Data Induk Penelitian

Lampiran 12 Output SPSS Data Penelitian


(14)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nyeri punggung sekarang ini merupakan suatu masalah kesehatan pada anak-anak sekolah sehingga bisa membatasi aktivitas sehari-hari mereka (Rodríguez-Oviedo et al., 2012). Bagi kebanyakan siswa, membawa buku akan mendukung pencapaian akademik. Siswa yang membawa buku di dalam tas yang berlebihan berat berkemungkinan tidak tahu bahwa mereka sedang memasuki permulaan dari suatu epidemi kesehatan. Dalam penelitian ilmiah ditemukan suatu bahaya yang berkaitan dengan penggunaan tas yang tidak benar pada waktu anak-anak (Arnsdorff, 2002).

Semua orang tua menginginkan anak-anak mereka untuk memiliki prestasi cemerlang di sekolah. Mereka akan memastikan bahwa anak-anak mereka membawa buku dan mengerjakan pekerjaan rumah (homework) pada waktu malam. Mereka juga akan memastikan buku-buku anak mereka sudah dimasukkan ke dalam tas untuk siap dibawa ke sekolah pada keesokan harinya. Bagaimanapun, mereka tidak menyadari akan bahaya terhadap kesehatan anak-anak mereka (Lucas, 2011). Nyeri punggung dapat terjadi di sekolah yang merupakan tempat belajar bagi anak-anak atau dapat juga di rumah (Gardner dan Kelly, 2005).

Menurut U.S. Department of Human Health and Services, nyeri punggung menyebabkan lebih dari 19 juta orang berobat ke doktersetiap tahun (Arnsdorff, 2002). Sekitar 22 juta rakyat Amerika Serikat setiap tahun berjumpa dengan ahli chiropractors. Dari jumlah tersebut, sekitar 7,7 juta atau 35% sedang dalam upaya mencari pengobatan untuk keluhan nyeri punggung yang disebabkan oleh kecelakaan, cedera ketika olahraga dan ketegangan otot (muscle strains). Biaya secara langsung dan tidak langsung yang terpaksa ditanggung oleh masyarakat dengan nyeri punggung dianggarkan sekitar 50 miliar dolar setiap tahun. Di samping itu, nyeri punggung bawah adalah penyebab paling sering bagi ketidakmampuan (disability) pada orang yang berusia di bawah 45 tahun. Sekitar


(15)

dolar pada manejemen nyeri punggung bawah. Lebih dari setengahnya dikeluarkan untuk terapi pembedahan (Swolensky, 2013).

Data demografis bagi nyeri punggung bawah menurut Swolensky (2013) adalah seperti berikut : 80% dari populasi akan merasakan nyeri punggung bawah pada suatu masa dalam kehidupan mereka; 50% dari semua pekerja di Amerika Serikat melaporkan keluhan nyeri punggung bawah setiap tahun; 31 juta rakyat Amerika Serikat menderita nyeri punggung bawah pada waktu tertentu; 24% dari anak-anak melaporkan keluhan nyeri punggung; 140 juta hari bekerja hilang setiap tahun disebabkan oleh nyeri punggung bawah dan terakhir adalah nyeri punggung bawah merupakan penyebab nomor satu terjadinya ketidakmampuan (disability) di Amerika Serikat. Menurut Cottalorda et al. (2004) nyeri punggung merupakan suatu epidemi di kalangan populasi dewasa dengan 60% melaporkan pernah menderita nyeri punggung, sedangkan menurut Swolensky (2013), jumlah anak dengan keluhan nyeri punggung sudah hampir mencapai proporsi epidemi.

Menurut Grimmer et al. (1999) dalam Lucas (2011) yang melakukan survei pada 1.269 siswa sekolah menengah di Adelaide, Australia Selatan dan mencatatkan presentase beban tas ransel dari total berat badan dan tinggi badan siswa. Mereka menemukan adanya asosiasi yang kuat antara nyeri punggung bawah dan berat tas sekolah serta jangka waktu penggunaan tas sekolah pada semua kelas siswa di sekolah-sekolah tersebut. Siswa perempuan dilaporkan lebih banyak keluhan nyeri punggung dibandingkan siswa laki-laki. Menurut mereka, siswa perempuan mengeluh adanya peningkatan nyeri punggung ketika berusia 8 tahun, sedangkan siswa laki-laki melaporkan hal yang sama terjadi 1 – 2 tahun kemudian.

Hasil penelitian yang dilakukan Pokdi Nyeri PERDOSSI (Persatuan Dokter Saraf Seluruh Indonesia) di Poliklinik Neurologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2002 menemukan prevalensi penderita nyeri punggung bawah sebanyak 15,6%. Angka ini berada pada urutan kedua tertinggi sesudah sefalgia dan migren yang mencapai 34,8%. Dari hasil penelitian secara nasional yang juga dilakukan di 14 kota di Indonesia oleh kelompok studi nyeri


(16)

Sedangkan penelitian Community Oriented Program for Controle of Rheumatic Disease (COPORD ) Indonesia menunjukkan prevalensi nyeri punggung 18,2 % pada laki-laki dan 13,6 % pada wanita (Johannes, 2010).

Terjadi kenaikan dari nyeri punggung kebiasaannya paling sering pada waktu pertumbuhan cepat (rapid growth) yaitu ketika usia 11 sampai dengan 16 tahun (Arnsdorff, 2002). Anak-anak yang membawa tas ransel paling berat mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk menderita nyeri punggung dan juga untuk terjadinya kelainan patologis pada punggung. Kebanyakan anak-anak sekolah membawa tas ransel melebihi berat yang direkomendasikan (Rodríguez-Oviedo et al., 2012).

Oleh karena tingginya angka kejadian nyeri punggung terutama di kalangan anak-anak sekolah, jadi peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang hubungan penggunaan tas sekolah terhadap kejadian nyeri punggung pada siswa sekolah dasar. Menurut pengetahuan peneliti, masih belum ada penelitian seperti ini dilakukan di Kota Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan penggunaan tas jenis ransel dan jenis troli terhadap kejadian nyeri punggung pada siswa Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah, Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan penggunaan tas jenis ransel dan jenis troli terhadap kejadian nyeri punggung pada siswa Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah, Medan?

1.3.2 Tujuan Khusus


(17)

siswa sekolah dasar.

2. Untuk membandingkan berat tas sekolah yang dibawa oleh siswa sekolah dasar dengan berat tas maksimum yang direkomendasikan.

3. Untuk mengetahui hubungan status gizi siswa dengan kejadian nyeri punggung.

4. Untuk mengetahui hubungan lama penggunaan tas sekolah dengan kejadian nyeri punggung.

5. Untuk mengetahui perbedaan angka kejadian nyeri punggung antara siswa perempuan dengan siswa laki-laki.

6. Untuk mengetahui regio punggung yang paling sering terjadi nyeri pada siswa sekolah dasar.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Memberikan informasi tentang angka kejadian nyeri punggung pada anak usia muda yang masih di sekolah dasar.

2. Memberikan informasi tentang persepsi siswa sekolah dasar terhadap berat tas sekolah yang dibawa setiap hari.

3. Memberikan informasi kepada tenaga pengajar, para dokter, para ahli di bidang kesehatan dan juga pemerintah untuk memikirkan tentang cara menanggulangi angka kejadian nyeri punggung pada anak usia muda yang merupakan generasi penerus bangsa.

4. Memberikan informasi kepada orang tua supaya memastikan anak-anak mereka membawa tas yang tidak melebihi berat yang direkomendasikan.


(18)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Nyeri

2.1.1. Definisi Nyeri

Menurut International Association for the Study of Pain dalam Rohkamm (2004), nyeri adalah suatu rangsangan sensoris dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan dengan adanya kerusakan jaringan yang nyata atau hanya kemungkinan. Menurut Tamsuri (2007) dalam Farida (2010) secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya.

2.1.2. Patogenesis Nyeri

Nyeri berasal dari interaksi stimulus yang berbahaya (noxious) dengan suatu reseptor, transmisi berikutnya, dan pemprosesan sinyal yang terkait dengan nyeri di sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat; semua proses ini disebut sebagai nociception. Nyeri akan membangkitkan suatu respons perilaku yang melibatkan aktivitas nocifensor maupun refleks motorik dan autonomik (Rohkamm, 2004).

Penerimaan nyeri; nociceptor untuk rangsangan mekanis, termis dan kimia dijumpai di semua organ tubuh kecuali otak dan tulang belakang. Nociceptor dapat menghasilkan respons inflamasi steril neurogenik yang meningkatkan nociception (sensitisasi perifer) dengan melepaskan neuropeptida (Rohkamm, 2004).

Transmisi nyeri; impuls nociceptive dihantar melalui saraf perifer ke kornu posterior dari korda spinalis. Di sini, informasi yang datang diproses melalui neuron spesifik nyeri dan juga yang nonspesifik. Proses sensitisasi pusat pada tingkat ini dapat menurunkan ambang nociceptor dan memicu perkembangan dari nyeri kronis seperti phantom limb pain sesudah amputasi. Impuls asenden sampai ke otak melalui traktus


(19)

bagian otak yang berbeda yang terlibat di dalam proses nociception (Rohkamm, 2004).

Pengolahan nyeri; formasio reticularis mengatur reaksi arousal, refleks otonom dan respons emosional terhadap nyeri. Thalamus menyampaikan dan membedakan rangsangan nociceptive. Hipotalamus bertindak sebagai perantara respons otonom dan neuroendokrin. Sistem limbik bertindak sebagai perantara aspek berkaitan dengan motivasi dan emosional dari rangsangan nyeri. Korteks somatosensoris secara utamanya bertanggungjawab dalam membedakan dan melokalisasi nyeri. Jaras desenden yang berasal dari area sistem saraf pusat ini juga memodulasi

nociception. Neurotransmitter dan neuropeptida terlibat di dalam proses

nociception pada tingkat yang berbeda (Rohkamm, 2004). 2.1.3. Jenis-jenis Nyeri

Nyeri nociceptive, tipe nyeri “normal” yang mana muncul dari jaringan yang benar-benar atau berkemungkinan rusak dan hasil dari aktivasi nociceptor dan proses yang berikutnya di sistem saraf yang utuh (Rohkamm, 2004).

Nyeri somatik adalah variasi dari nyeri nociceptive yang diperantarai oleh serabut afferen somatosensoris yang mana ianya lebih mudah dilokalisir dengan kualitas tajam, sakit dan berdenyut. Variasi dari nyeri biasanya seperti nyeri pascaoperasi, traumatis, dan inflamasi lokal (Rohkamm, 2004).

Nyeri visceral lebih sulit untuk dilokalisasi dan diperantarai di perifer oleh serabut C dan di sentral oleh jaras korda spinalis dan terutamanya berakhir di sistem limbik. Ini menjelaskan tentang perasaan tidak enak dan kesulitan emosional yang disebabkan oleh nyeri visceral. Ia dapat dirasakan pada tempat asal dari rangsangan nyeri atau bisa juga mengarah (refer) ke tempat lain contohnya dari diafragma ke bahu (Rohkamm, 2004).


(20)

selalu diarahkan ke distribusi sensoris dari struktur saraf yang terkena. Nyeri neuropatik tidak harus disebabkan oleh neuropati saja (Rohkamm, 2004).

2.2. Nyeri Punggung

2.2.1. Anatomi Tulang Belakang

Bagian anterior tulang belakang terdiri dari korpus vertebra berbentuk silinder yang dipisahkan oleh diskus intervertebralis dan dilekatkan bersama oleh ligamentum longitudinal anterior dan posterior. Diskus intervertebralis terdiri atas nukleus pulposus pada bagian tengah yang dikelilingi oleh cincin yang terdiri dari tulang rawan yang keras yaitu annulus fibrosus. Diskus ini merupakan 25% dari panjang kolumna spinalis dan memudahkan tulang vertebralis untuk bergerak dengan mudah antara satu sama lain. Kekeringan (desiccation) dari nukleus pulposus dan degenerasi dari annulus fibrosus meningkat sesuai dengan umur dan menyebabkan kehilangan tinggi badan. Diskus yang paling besar adalah pada servikal dan lumbal di mana pergerakan dari tulang belakang adalah paling banyak. Fungsi bagian anterior tulang belakang adalah untuk menyerap goncangan hasil dari pergerakan tubuh seperti berjalan, berlari, dan juga untuk melindungi isi dari kanalis spinalis (Longo et al., 2012).

Bagian posterior dari tulang belakang terdiri atas arcus dan processus vertebra. Setiap arcus terdiri dari pediculus berpasangan berbentuk silinder dan laminae berpasangan pada bagian posterior. Arcus vertebra juga membentuk dua processus transversus pada bagian lateral, satu processus spinosus pada bagian posterior, ditambah dua facies articularis superior dan dua facies articularis inferior vertebrae. Kedudukan facies superior dan inferior menghasilkan satu facet joint. Fungsi dari tulang belakang bagian posterior adalah untuk melindungi medulla spinalis dan saraf di dalam kanalis spinalis dan untuk menyediakan suatu jangkar sebagai tempat perlekatan dari muskulus dan ligamentum. Kontraksi dari


(21)

bekerja seperti satu sistem katrol dan tuas yang menghasilkan fleksi, ekstensi dan pergerakan melengkung ke lateral dari tulang belakang (Longo et al., 2012).

Cedera pada akar saraf (radiculopathy) adalah penyebab yang sering menyebabkan nyeri pada leher, lengan, punggung bawah, bokong dan kaki. Akar saraf keluar pada tingkat di atas korpus vertebra masing-masing pada daerah servikal manakala pada tingkat di bawah korpus vertebra masing-masing pada daerah thorakal dan lumbal. Akar saraf servikal mengikuti jalan intraspinalis yang pendek sebelum keluar. Namun, disebabkan medulla spinalis berakhir di L1 dan L2, akar saraf lumbal mengikuti jalan intraspinalis yang panjang dan bisa tercedera di mana saja dari lumbal bagian atas sampai dengan tempat keluar pada foramen intervertebralis. Sebagai contoh, terjadi herniasi diskus pada tingkat L4-L5 bisa menyebabkan bukan hanya kompresi pada tingkat L5 malah bisa juga kompresi pada akar saraf S1 (Longo et al., 2012).

Struktur pada tulang belakang yang sensitif terhadap nyeri adalah periosteum vertebralis, dura, facet joint, annulus fibrosus pada diskus intervertebralis, arteri dan vena epidural, dan ligamentum longitudinal posterior. Penyakit pada struktur-struktur ini menjelaskan tentang kejadian nyeri punggung tanpa adanya kompresi pada akar saraf. Nucleus pulposus pada diskus intervertebralis dalam keadaan normal tidak sensitif terhadap nyeri. Sebagian sensasi nyeri dari dalam kanalis spinalis disampaikan oleh nervus sinuvertebralis yang keluar dari nervus spinalis pada setiap segmen tulang belakang dan masuk kembali ke kanalis spinalis melalui foramen intervertebralis pada tingkat yang sama (Longo et al., 2012).


(22)

Gambar 2.1. Anatomi Vertebra

Sumber : Longo et al. ( 2012)

Gambar 2.2. Anatomi Vertebra


(23)

Gambar 2.3. Kolumna Spinalis

Sumber : Longo et al. ( 2012)

2.2.2. Regio Utama Tulang Belakang 2.2.2.1. Tulang Servikal (Leher)

Leher mendukung berat dari kepala dan memproteksi saraf yang datang dari otak ke seluruh tubuh. Bagian tulang belakang ini mempunyai tujuh tulang vertebra yang semakin kecil apabila semakin mendekati basis cranii. Kebanyakan pergerakan rotasi pada tulang servikal datang dari dua segmen atas manakala kebanyakan pergerakan fleksi/ekstensi datang dari C5-C6 dan C6-C7. Nyeri leher akut biasanya disebabkan oleh ketegangan otot, ligamentum atau tendon yang datang dari tekanan yang tiba-tiba dan akan sembuh sesuai dengan waktu beserta terapi nonsurgikal untuk meredakan nyeri seperti menggunakan es/panas, obat-obatan, manipulasi osteopathic atau chiropractic. Bagi pasien yang mengalami nyeri leher yang bertahan sehingga lebih dari 2 sampai 3 bulan atau dengan gejala utamanya nyeri lengan, kebas atau geli, biasanya terdapat masalah


(24)

bisa sampai ke tangan maupun jari, ia biasanya disebabkan oleh diskus servikal yang herniasi atau stenosis foramen sehingga menekan saraf pada daerah leher (Ullrich, 2009).

Gambar 2.4. Nyeri pada Tulang Servikal (Leher) Sumber : Makker (2011)

2.2.2.2. Tulang Thorakal (Punggung Atas)

Tulang belakang thorakal terdiri dari 12 tulang vertebra pada punggung atas. Perlekatan kuat dari tulang iga pada setiap tingkat dari tulang thorakal memberikan keseimbangan dan dukungan struktural kepada punggung atas dan membenarkan pergerakan yang kecil. Tulang thorakal memberikan proteksi kepada organ-organ vital seperti paru-paru dan jantung. Punggung atas tidak bertujuan untuk pergerakan, maka jarang ditemukan cedera pada tulang belakang thorakal. Namun, iritasi pada otot bahu dan punggung yang besar atau disfungsi sendi pada punggung atas dapat menyebabkan nyeri punggung yang disadari (Ullrich, 2009).


(25)

Gambar 2.5. Nyeri pada Tulang Thorakal (Punggung Atas) Sumber : Chiropractic Family Center of Brick (2010)

2.2.2.3. Tulang Lumbal (Punggung Bawah)

Punggung bawah terlibat dengan pergerakan yang lebih dari bagian thorakal dan juga menerima semua beban dari batang tubuh sehingga menyebabkan bagian ini paling sering terjadinya cedera. Pergerakan pada tulang belakang lumbal dibagikan antara 5 segmen pergerakan walaupun jumlah pergerakan yang tidak seimbang terpaksa diterima oleh segmen bawah (L3-L4 dan L4-L5). Oleh karena itu, kedua segmen ini adalah yang paling rentan untuk terjadi kerusakan. Dua diskus paling bawah (L4-L5 dan L5-S1) menerima ketegangan dan paling rentan untuk terjadinya herniasi. Ini bisa menyebabkan nyeri punggung bawah dan kebas yang menyebar melalui tungkai bawah sehingga ke telapak kaki (sciatica). Mayoritas nyeri punggung bawah disebabkan oleh ketegangan otot. Walaupun ketegangan otot kedengaran seperti tidak serius, namun trauma terhadap otot dan jaringan lunak yang lain seperti tendon dan ligamentum pada punggung bawah bisa menyebabkan nyeri punggung yang berat. Walaupun demikian, jaringan lunak mempunyai suplai darah yang baik yang membawa nutrien ke daerah yang tercedera dan memfasilitasi proses penyembuhan dan memberikan kenyamanan yang efektif dari nyeri punggung (Ullrich, 2009).


(26)

Gambar 2.6. Nyeri pada Tulang Lumbal (Punggung Bawah) Sumber : Chiropractic Family Center of Brick (2010)

2.2.2.4. Tulang Sacrum dan Coccygeus (Bagian Dasar Tulang Belakang)

Di bawah tulang belakang lumbal terdapat tulang yaitu sacrum yang merupakan bagian belakang dari pelvis. Tulang ini berbentuk seperti segitiga yang menempati antara dua tulang pelvis dan menyambungkan tulang belakang kepada bagian bawah tubuh. Sacrum tersambung dengan bagian pelvis (tulang iliaca) pada sacroiliac joint. Nyeri pada sacrum biasanya disebut disfungsi sacroiliac joint dan lebih sering pada wanita berbanding pria. Tulang coccygeus (tailbone) adalah bagian sacral yang terletak paling bawah dari tulang belakang. Nyeri tailbone disebut coccydynia dan kejadiannya lebih sering pada wanita berbanding pria (Ullrich, 2009).

Gambar 2.7. Nyeri pada Tulang Sacrum/Sacroiliac Joint Sumber : Texas Back Institute (2010)


(27)

Gambar 2.8. Nyeri pada Tulang Coccygeus (Coccydynia) Sumber : Center for Advanced Orthopedics and Pain Management (2012)

2.2.3. Peta Dermatom Tubuh

Dermatom adalah kawasan/area kulit pada satu sisi tubuh yang menerima sinyal dari satu saraf spinalis. Dermatom merupakan zona dari informasi sensoris atau perasaan yang dibawa oleh cabang saraf di area tersebut. Para dokter menggunakan pengetahuan mereka tentang peta dermatom untuk memeriksa area atau zona yang terjadinya disfungsi atau nyeri. Peta tersebut membantu mereka untuk melokalisasi saraf yang menghantarkan rangsang nyeri (Asher, 2010).


(28)

Gambar 2.9. Peta Dermatom Tubuh Sumber : Filler (2004)


(29)

Menurut Longo et al. (2012) nyeri lokal disebabkan oleh cedera pada struktur yang sensitif terhadap nyeri yang menekan atau mengiritasi ujung saraf sensoris. Lokasi nyeri adalah yang berdekatan dengan bagian punggung yang terkena. Nyeri yang diarahkan ke punggung bisa berasal dari bagian visceral abdomen dan pelvis. Nyeri tersebut biasanya dikatakan sebagai primer dari abdomen atau pelvis yang disertai dengan nyeri punggung dan biasanya tidak dipengaruhi oleh sikap tubuh (posture). Nyeri yang berasal dari tulang belakang bisa terlokalisasi di punggung atau diarahkan ke bokong atau kaki. Penyakit-penyakit yang mempengaruhi bagian lumbal atas lebih cenderung untuk mengarahkan nyeri ke bagian lumbal, groin atau paha anterior. Penyakit-penyakit yang mempengaruhi bagian lumbal bawah pula lebih cenderung untuk menghasilkan nyeri yang diarahkan ke bokong, paha posterior, betis atau kaki. Nyeri yang diarahkan (referred pain) atau nyeri sclerotomal menjelaskan keadaan di mana nyeri melewati beberapa bagian dermatom tanpa adanya bukti terjadinya penekanan pada akar saraf.

Nyeri punggung radikuler adalah nyeri yang tajam dan menyebar ke bagian punggung bawah dalam daerah akar saraf. Batuk, bersin atau kontraksi otot abdomen secara volunter bisa memperparah nyeri yang sedang menyebar. Nyeri bisa meningkat pada sikap tubuh yang bisa meregang saraf dan akar saraf. Posisi duduk dengan kaki diregangkan keluar menyebabkan adanya daya tarik pada nervus ischiadicus, akar saraf S1 dan L5 karena saraf tersebut melewati bagian posterior dari panggul. Nervus femoralis (akar saraf L2, L3, dan L4) melewati bagian anterior dari panggul dan tidak diregangkan karena posisi duduk. Deskripsi hanya tentang nyeri saja biasanya sulit untuk dibedakan antara nyeri sclerotomal dengan nyeri radikulopati..

Nyeri yang terkait dengan kekejangan otot (muscle spasm), biasanya berhubungan dengan banyak masalah pada tulang belakang walaupun asalnya sulit untuk ditentukan. Kejang tersebut disertai dengan


(30)

yang tumpul pada daerah paraspinalis.

Gambar 2.10. Kompresi akar saraf L5 dan S1 oleh diskus yang herniasi

Sumber : Longo et al. (2012)

2.2.5. Faktor Risiko

2.2.5.1. Nyeri Punggung Bawah Akut (Penyebab Struktural) (Longo et al., 2012) Menurut Riwayat

• Nyeri memburuk pada malam hari atau saat istirahat • Riwayat sebelumnya menderita kanker

• Riwayat infeksi kronis • Riwayat trauma

• Inkontinensia

• Umur di atas 70 tahun

• Penggunaan obat secara intravena • Penggunaan glukokortikoid

• Riwayat defisit neurologis progresif cepat

Menurut Pemeriksaan


(31)

• Adanya percussion tenderness pada bagian atas tulang belakang • Adanya massa pada abdomen, rectum atau pelvis

Patrick’s sign atau heel percussion sign positif

Straight leg atau reverse straight leg–raising signs positif • Defisit neurologis fokal progressif

2.2.5.2. Nyeri Punggung Bawah Kronis (Longo et al., 2012)

• Obesitas • Wanita • Lanjut usia

• Riwayat sebelumnya nyeri punggung • Pergerakan tulang belakang yang terbatas • Nyeri menyebar ke bagian kaki

Distress psikologis tingkat tinggi

• Penilaian tingkat kesehatan terhadap diri sendiri rendah • Aktivitas fisik yang minimal

• Merokok

• Ketidakpuasan terhadap kerja • Nyeri yang meluas

2.2.6. Penyebab-penyebab dari Nyeri pada Bagian Punggung dan Leher

Adapun penyebab dari nyeri pada bagian punggung dan leher adalah sebagai beikut : (Longo et al., 2012)

1. Kongenital/Perkembangan

Spondylolysis dan spondylolisthesis Kyphoscoliosis

• Spina bifida occulta • Tethered spinal cord

2. Trauma minor


(32)

3. Fraktur

• Trauma-jatuh atau kecelakaan lalu lintas

• Fraktur atraumatik-osteoporosis, infiltrasi neoplastic, steroid

eksogen, osteomyelitis 4. Herniasi diskus intervertebralis

• Degeneratif

- Penyempitan foramen intervertebralis

- Disk-osteophyte complex

- Gangguan diskus internal

- Lumbar spinal stenosis (LSS) dengan klaudikasio neurogenik

- Penyakit uncovertebral joint

- Penyakit atlantoaxial joint (contohnya rheumatoid arthritis)

- Arthritis

- Spondylosis

- Facet arthropathy atau sacroiliac arthropathy

- Neoplasm—metastatik, hematologik, tumor tulang primer

• Infeksi/inflamasi

- Vertebral osteomyelitis

- Abses epidural spinalis

- Septic disk (discitis)

- Meningitis

- Lumbar arachnoiditis

- Autoimun (contohnya ankylosing spondylitis, reactive arthritis (Reiter's syndrome))

• Metabolik

- Osteoporosis—hyperparathyroidism, immobilitas

- Osteosclerosis (contohnya Paget's disease)


(33)

- Diseksi arteri vertebralis

• Lain-lain

- Nyeri rujukan (Referred pain) daripada penyakit visceral

- Sikap tubuh (postural)

- Psikiatrik, kepura-puraan, sindroma nyeri kronis

2.2.7. Penatalaksanaan

2.2.7.1. Nyeri Punggung Bawah (NPB) Akut Tanpa Radikulopati

Nyeri punggung bawah akut didefinisikan sebagai nyeri yang durasinya di bawah 3 bulan. Penilaian awal harus menyingkirkan kasus patologis tulang belakang yang serius sehingga memerlukan intervensi termasuklah infeksi, kanker, atau trauma. Pemeriksaan lab dan pencitraan tidak diperlukan jika tidak ditemukan faktor risiko. Foto polos atau CT-scan tulang belakang jarang diindikasikan untuk gejala pada bulan pertama melainkan jika diduga adanya fraktur tulang belakang. Edukasi merupakan satu bagian yang penting dalam penatalaksaan ini. Kepuasaan dan kemauan untuk tindakan lanjut (follow-up) meningkat apabila pasien diajarkan tentang prognosis, metode penatalaksanaan, modifikasi aktivitas, dan strategi untuk menghindari eksaserbasi pada masa yang akan datang. Secara umumnya, tirah baring seharusnya dihindari ataupun hanya dilakukan paling lama satu atau dua hari untuk meredakan gejala-gejala yang berat. Aktivitas terbaik yang direkomendasikan adalah untuk berjalan serta meneruskan kembali aktivitas fisik yang normal dan hanya menghindarkan diri dari kerja manual yang berat. Garis pedoman berdasarkan bukti (evidence-based) menyarankan obat-obatan yang bisa dibeli tanpa menggunakan resep seperti acetaminophen dan NSAID sebagai lini pertama untuk penatalaksanaan nyeri punggung bawah akut. Pelumpuh otot skeletal (skeletal muscle relaxants) seperti cyclobenzaprine atau methocarbamol mungkin berguna namun efek samping yang paling sering terjadi adalah sedasi. Hal tersebut itu masih belum jelas apakah


(34)

acetaminophen untuk mengobati nyeri punggung bawah akut. Penatalaksaan nonfarmakologi untuk nyeri punggung bawah akut termasuklah manipulasi spinal, terapi fisik, pijatan, akupunktur, stimulasi saraf menggunakan listrik transkutan (transcutaneous electrical nerve stimulation), ultrasound, diathermy dan magnet (Longo et al., 2012). 2.2.7.2. Nyeri Punggung Bawah Kronis Tanpa Radikulopati

Nyeri punggung bawah kronis didefinisikan sebagai nyeri yang durasinya di atas 3 bulan atau 12 minggu. Rejimen efektif secara umum termasuklah kombinasi latihan erobik yang meningkat secara gradual, latihan penguatan dan peregangan. Tujuan primer adalah untuk toleransi terhadap aktivitas manakala tujuan sekunder adalah untuk melegakan nyerinya. Latihan fisik intensif terpantau atau rejimen penguatan kerja (work hardening) adalah efektif untuk mengembalikan pasien ke pekerjaannya, meningkatkan jarak berjalan, dan mengurangkan nyeri. Pengobatan untuk nyeri punggung bawah kronis termasuklah acetaminophen, NSAID dan antidepresan trisiklik. Cognitive behavioral therapy diberikan jika adanya bukti menunjukkan adanya keterlibatan faktor psikologis, sosial maupun patologis somatik dalam patogenesis dari nyeri kronis dan disabilitas. Cognitive behavioral therapy termasuklah usaha untuk mengidentifikasi dan memodifikasi pemikiran pasien tentang nyeri dan disabilitas mereka menggunakan strategi yang melibatkan perumpamaan (imagery), attention diversion atau pemodifikasian pemikiran pasien tentang ketidakmampuan untuk beradaptasi, perasaan dan kepercayaan. Nyeri punggung merupakan sebab yang paling sering pasien mencari terapi alternatif atau tambahan. Terapi tersebut yang paling sering adalah manipulasi spinal, akupunktur, dan pijatan. Kategori lain dari intervensi untuk nyeri punggung kronis termasuklah terapi electrothermal dan radiofrequency. Terapi bedah yang terbaru untuk diskus yang degenerasi adalah penggantian diskus dengan diskus prostetik (Longo et al., 2012).


(35)

Penyebab yang sering menyebabkan nyeri punggung dengan radikulopati adalah herniasi diskus dengan tubrukan (impingement) pada akar saraf sehingga menyebabkan nyeri punggung dengan penyebaran ke arah kaki. Rekomendasi aktivitas terbaik adalah dengan kembali melakukan aktivitas normal sebanyak-banyaknya. Acetaminophen dan NSAID adalah sesuai untuk meredakan nyeri, namun nyeri yang berat mungkin memerlukan pengobatan analgesik opioid jangka pendek. Injeksi glukokortikoid pada epidural mempunyai peran dalam meredakan nyeri untuk sementara waktu bagi sciatica yang disebabkan oleh herniasi diskus. Intervensi secara bedah diindikasikan bagi pasien yang mempunyai kelemahan motorik progresif, yang ditunjukkan pada pemeriksaan klinis atau electromyography (EMG) yang disebabkan oleh cedera pada akar saraf. Pembedahan merupakan pilihan yang penting bagi pasien yang mempunyai nyeri radikuler yang menyebabkan ketidakmampuan untuk bergerak walaupun telah diberi terapi konservatif secara optimal. Sciatica merupakan penyebab paling sering sehingga harus direkomendasikan untuk dilakukan pembedahan pada tulang belakang. Prosedur bedah yang biasa dilakukan adalah partial hemilaminectomy dengan eksisi diskus yang prolaps (Longo et al., 2012).

2.3. Skala Pengukuran Nyeri

Pada penelitian ini, skala pengukuran nyeri yang digunakan adalah Wong-Baker FACES Pain Rating Scale. Skala pengukuran ini direkomendasikan untuk anak usia 3 tahun dan ke atas. Poin pada setiap muka mendeskripsikan intensitas nyeri yang dirasakan. Anak tersebut disuruh utuk memilih muka yang paling hampir mendeskripsikan nyeri tersebut. Anak tersebut sebelumnya dijelaskan tentang makna dari gambar muka tersebut (St. Joseph’s Hospital, 2013).

• Muka 0 : Tidak nyeri (no hurt)


(36)

• Muka 6 : Nyeri (hurts even more)

• Muka 8 : Sangat nyeri (hurts a whole lot) • Muka 10 : Teramat nyeri (hurts worst)

Gambar 2.11. Wong-Baker FACES® Pain Rating Scale Sumber : Wong-Baker FACES Foundation (2013)

2.4. Nyeri Punggung pada Anak Usia Sekolah

Menurut Hurlock (1999) dalam Farida (2010) anak usia sekolah adalah di mana anak telah memasuki usia sekolah. Anak usia sekolah adalah akhir masa kanak-kanak yang berlangsung dari 6 tahun sampai anak mencapai kematangan seksual yaitu sekitar 13 tahun bagi anak perempuan dan 14 tahun bagi anak laki-laki.

Insidensi nyeri punggung pada anak-anak dan remaja adalah sekitar 8% - 84.1%. Insidensi yang dilaporkan ini tergantung pada populasi yang diteliti dan juga definisi nyeri punggung yang digunakan (Cottalorda et al., 2004).

Nyeri punggung pada anak tidak sama dengan nyeri punggung pada orang dewasa. Anak dengan nyeri pada punggung mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menderita penyakit yang serius dalam mendasari gejala nyeri tersebut berbanding pada orang dewasa. Lebih-lebih lagi jika anak tersebut mengeluh adanya nyeri punggung yang disertai dengan demam, penurunan berat badan, kelemahan, kebas, masalah ketika berjalan, nyeri yang menyebar ke tungkai bawah, masalah


(37)

Banyak kasus yang serius dari nyeri punggung memerlukan identifikasi dan terapi awal atau kondisi mereka akan menjadi lebih parah (Pediatric Orthopaedic Society of North America (POSNA), 2010).

2.5. Kondisi Nyeri Punggung yang Biasa Terjadi pada Anak-anak 2.5.1. Ketidakseimbangan dan Ketegangan Otot

Ketegangan muskuloskeletal adalah penyebab yang paling sering menyebabkan nyeri punggung pada anak dan juga dewasa. Jenis nyeri ini sering kali respon terhadap istirahat, obat-obatan anti inflamasi dan program latihan. Banyak remaja yang berkemungkinan bisa menderita nyeri punggung persisten. Ini biasanya terkait dengan otot hamstring yang tegang dan otot abdomen yang lemah. Anak-anak tersebut akan kelihatan lebih membaik dengan adanya program terapi fisik yang menekankan peregangan otot hamstring dan penguatan otot bagian abdomen (Pediatric Orthopaedic Society of North America (POSNA), 2010).

2.5.2. Punggung Bulat (Rounded Back)

Pada remaja, punggung bulat juga dikenali sebagai Scheuermann's kyphosis adalah penyebab yang biasa menyebabkan nyeri pada bagian tengah atau thorakal dari punggung/tulang belakang. Vertebra menjadi tertekan menyebabkan punggung berbentuk bulat. Bagian yang melengkung pada tulang belakang bisa menyebabkan nyeri yang diperparah dengan adanya aktivitas (Pediatric Orthopaedic Society of North America (POSNA), 2010).

2.5.3. Fraktur Stres pada Tulang Belakang

Fraktur stres atau spondylolysis bisa menyebabkan nyeri punggung bawah pada remaja. Fraktur stress bisa terjadi ketika pertumbuhan yang cepat pada usia remaja atau ketika olahraga yang memerlukan tulang belakang untuk hiperekstensi dan pemutaran secara berulang kali seperti sepak bola, penyelaman dan gimnastik. Nyeri biasanya ringan dan bisa menyebar ke daerah bokong dan kaki. Nyeri dirasakan memburuk dengan


(38)

bisa berjalan dengan cara berjalan (gait) kaki yang kaku dan hanya bisa membuat langkah yang pendek (Pediatric Orthopaedic Society of North America (POSNA), 2010).

2.5.4. Vertebra Tergelincir (Slipped Vertebra)

Vertebra Tergelincir (Slipped Vertebra) atau spondylolisthesis terjadi apabila satu vertebra berpindah ke depan secara langsung pada vertebra yang di bawahnya. Ia biasanya terjadi pada bagian dasar dari tulang belakang belakang yaitu lumbosacral junction. Pada kasus yang berat, tulang tersebut menyempitkan kanalis spinalis sehingga memberikan penekanan pada saraf (Pediatric Orthopaedic Society of North America (POSNA), 2010).

Gambar 2.12. Spondylolisthesis

Sumber : Longo et al. (2012)

2.5.5. Infeksi

Pada anak usia muda, infeksi pada ruang diskus (diskitis) dapat memicu terjadinya nyeri punggung. Diskitis biasanya terjadi pada anak yang berumur 1 sampai dengan 5 tahun, namun, anak yang lebih tua dan remaja juga bisa mendapatkan diskitis. Anak dengan diskitis akan mempunyai gejala/simptom seperti nyeri punggung bawah atau abdomen


(39)

menolak untuk berjalan dan menjongkok dengan tulang belakang pada kedudukan yang tegak lurus apabila mencoba untuk mendapatkan sesuatu di lantai dengan tidak menekukkan badan mulai dari pinggang (Pediatric Orthopaedic Society of North America (POSNA), 2010).

2.5.6. Tumor

Pada kasus-kasus yang jarang, tumor seperti osteoid osteoma, dapat menyebabkan terjadinya nyeri punggung. Apabila ini terjadi, tumor pada tulang belakang biasanya dijumpai pada punggung bagian tengah atau bawah. Nyerinya konstan dan biasanya memburuk dari waktu ke waktu. Nyerinya progresif dan tidak terkait dengan aktivitas dan/atau terjadi pada waktu malam (Pediatric Orthopaedic Society of North America (POSNA), 2010).

2.6. Hasil Penelitian Sebelumnya Tentang Kejadian Nyeri Punggung Kesadaran di kalangan tenaga pengajar, ahli-ahli medis, orang tua dan pemerintah tentang nyeri punggung pada anak-anak sekolah yang disebabkan oleh peningkatan penggunaan tas ransel yang berlebihan berat semakin meningkat (Cottalorda et al., 2004). Baru-baru ini, para ilmuwan telah mulai untuk memeriksa efek dari penggunaan tas ransel yang berat dan penuh dengan buku. Mereka mendapati bahwa penggunaan tas ransel yang berat mampu memberi suatu ancaman yang serius terhadap perkembangan tulang belakang anak-anak (Lucas, 2011). Para pakar mengatakan bahwa penyebab utamanya adalah tas anak-anak yang berlebihan berat. Kebiasaannya tas hanya di pakai pada satu bahu dan diiisi dengan semua benda mulai dari makan siang, alat-alat olahraga dan juga buku-buku sehingga menyebabkan berat tas yang dibawa berada pada tahap yang mengkhawatirkan. Ini meningkatkan kesadaran di kalangan para dokter (Swolensky, 2013).


(40)

Penggunaan tas ransel yang berat adalah suatu kebiasaan dalam populasi usia anak-anak sekolah. Anak-anak usia muda kadang kala membawa beban sehingga 30% - 40% daripada berat badan mereka (Cottalorda et al., 2004). Menurut Ibrahim (2012) yang melakukan penelitian pada siswa sekolah perempuan di Mesir bahwa berat tas yang tinggi adalah 5-19kg dan presentase tas sekolah yang dibawa adalah 13-50%. Menurut Ramprasad et al. (2009) dalam Lucas (2011) suatu penelitian yang dilakukan terhadap siswa sekolah pria yang sehat (n=200), umur rata-rata (SD) 12,5 (0,5) tahun, dari sekolah tinggi di Mangalore, India menunjukkan penggunaan tas ransel yang mempunyai berat 15% dari berat badan siswa akan mengubah sudut sikap badan (postural) seperti cranio-vertebral, kepala pada leher, kepala dan leher pada tubuh, tubuh dan tungkai bawah di kalangan anak-anak pra remaja. Menurut Ministry of Education (1993) dan National Back Pain Association (1997) dalam Nor Azlin et al. (2010) garis pedoman yang telah dikembangkan di banyak negara adalah bertujuan untuk meminimalkan kesan buruk dari berat tas terhadap siswa sekolah. Kebanyakan garis pedoman merekomendasikan tas sekolah agar tidak melebihi 10% dari berat badan siswa. Menurut Bauer dan Freivalds (2009) dalam Nor Azlin et al. (2010) 10% dari berat badan telah dilaporkan sebagai batas beban yang tidak menyebabkan fleksi pada batang tubuh dan penekanan yang dirasakan adalah pada siswa usia 11 – 14 tahun.

2.6.2. Jenis Kelamin

Prevalensi nyeri meningkat sesuai dengan usia dan kadarnya lebih tinggi pada perempuan berbanding laki-laki (Jones dan Macfarlane, 2004). Menurut Wedderkopp et al. (2005) pada perempuan, frekuensi nyeri punggung bawah dilaporkan meningkat ketika pubertas sehingga mencapai maturitas tanpa mengenal usia. Meskipun demikian, persoalan mengapa perempuan lebih rentan mengalami nyeri punggung pada tahap awal pubertas masih belum diketahui. Korvessis et al. (2005) dalam Al-Qato


(41)

penjajaran (alignment) tubuh dan nyeri punggung pada remaja dan mendapati hasilnya menunjukkan perempuan lebih sering menderita nyeri dorsal dengan intensitas lebih kuat berbanding laki-laki. Mereka juga mengalami penurunan pada sudut yang dikenali sebagai Cranio-Cervical angel (CCA) dan juga perpindahan batang tubuh atas dan bahu. Navuluri et al. (2006) dalam Al-Qato (2012) mendapati terdapat korelasi antara nyeri dan berat tas per indeks massa tubuh di kalangan perempuan adalah signifikan dan positif namun negatif dan tidak signifikan pada laki-laki. Menurut Grimmer et al. (1999) dalam Lucas (2011) bahwa siswa perempuan lebih banyak mengeluhkan nyeri punggung berbanding siswa laki-laki. Menurut mereka, siswa perempuan mengeluh adanya peningkatan nyeri punggung ketika berusia 8 tahun manakala siswa laki-laki melaporkan hal yang sama terjadi 1 – 2 tahun kemudian.

2.6.3. Usia

Menurut Ibrahim (2012) perempuan usia muda membawa tas sekolah yang lebih berat berbanding perempuan yang berusia lebih tua. Menurut Pascoe et al. (1997) dalam Al-Qato (2012) bahwa siswa berusia 11-13 tahun membawa tas dengan berat 17% dari berat badan sehingga bisa memberikan efek yang membahayakan kemampuan fisik anak tersebut. Peneliti meneliti kesan pembawaan tas sekolah terhadap postur dan gait dari anak berusia 11-13 tahun dan mendapati pembawaan tas sekolah mengurangkan panjang langkah, meningkatkan frekuensi langkah dan menggalakkan posisi tubuh tersandar ke depan. Pada penelitian yang sama, 73,4% anak-anak mengunakan hanya satu tali dari tas sekolah mereka untuk membawa bahan dan buku-buku. Penggunaan hanya satu tali pada tas sekolah sepertinya menggalakkan penekukan tulang belakang ke sisi lateral dan elevasi bahu, manakala penggunaan kedua tali pada tas sekolah mengurangkan hal-hal tersebut. Skagg et al. (2006) dalam Al-Qato (2012) mendapati 37% dari anak-anak berusia 11-14 tahun menderita nyeri punggung yang terkait dengan penggunaan tas yang lebih berat. Goodgold


(42)

dengan insidens nyeri punggung pada anak dan mendapati anak yang usianya lebih muda secara proporsional membawa beban tas yang lebih berat. 50% dari seluruh subjek membawa beban lebih dari 15% berat badan mereka.

2.6.4. Status Gizi

Menurut Korovessis et al. (2005) dalam Sya’bani (2012) bahwa keluhan nyeri punggung pada anak juga dipengaruhi oleh body mass index (BMI) atau indeks massa tubuh (IMT). Penelitian Lake, Power dan Cole (1999) dalam Sya’bani (2012) menunjukkan ada hubungan status gizi dengan keluhan nyeri punggung. Penelitian ini menunjukkan bahwa anak dengan berat badan berlebihan atau obesitas memiliki peningkatan risiko nyeri punggung lebih besar terutama pada perempuan (OR=1,78). Nilai BMI yang besar dapat meningkatkan risiko nyeri punggung karena beban pada tulang belakang menjadi lebih besar. Selain itu, berat badan berlebihan juga memicu penurunan aktivitas yang akhirnya juga akan meningkatkan risiko nyeri punggung. Walaupun begitu, di dalam penelitian oleh Sya’bani (2012) membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan keluhan nyeri punggung. Keluhan nyeri punggung pada responden dengan status gizi normal, dilihat dari hasil statistika, mencapai 43,6% sedangkan responden dengan gizi tidak normal mencapai 45,5%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik gizi responden, maka keluhan nyeri punggung bisa semakin rendah.

2.6.5. Lama Penggunaan Tas Sekolah

Menurut Haselgrove et al. (2008) hampir 50% dari remaja membawa tas sekolah mereka selama lebih dari 30 menit dalam waktu sehari. Terdapat bukti dengan U-shaped trend antara lama penggunaan tas dengan kejadian nyeri punggung di mana remaja yang membawa tas mereka selama 5 hingga 10 menit dalam satu hari mengeluhkan nyeri punggung yang lebih sedikit berbanding teman-teman mereka yang lain. Apabila data menurut jenis kelamin dianalisis secara berasingan, untuk


(43)

Manakala untuk siswa perempuan menunjukkan asosiasi linear antara lama penggunaan tas dengan kejadian nyeri leher (p=0,03). Lama penggunaan tas sekolah yang tinggi dikatakan apabila melebihi durasi selama 30 menit dalam satu hari.

2.6.6. Faktor Risiko Terhadap Kejadian Nyeri Punggung

Menurut Ibrahim (2012) berat dan presentase tas sekolah yang tinggi dan cara membawa tas sekolah merupakan faktor risiko yang berasosiasi dengan keluhan nyeri punggung pada siswa sekolah perempuan di Mesir. Menurut Haismann (1998) dan Knapik et al. (1996) dalam Chansirinosukor et al. (2001) efek kombinasi dari beban yang berat, posisi beban pada tubuh, waktu yang diambil untuk membawanya, distribusi beban, karakteristik dan kondisi fisik pada seorang individu dihipotesiskan menjadi faktor-faktor yang berkaitan dengan masalah ini. Pola hidup yang tidak aktif berkemungkinan merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan nyeri punggung di kalangan anak-anak sekolah. Menurut Spanish National Health Enquiry tahun 2006 bahwa 11,8% siswa sekolah yang berusia 10 – 15 tahun mengklasifikasikan diri mereka sebagai kurang beraktivitas ataupun tidak aktif (Rodríguez-Oviedo et al., 2012).

2.6.7. Keluhan-keluhan Sehubungan Penggunaan Tas

Penelitian terkini menurut The U.S. Consumer Product Safety Commision menyatakan bahwa sehingga 75% dari anak-anak sekolah tidak hanya mengeluh nyeri punggung, tetapi juga nyeri pada leher dan bahu. Penelitian tersebut juga menunjukkan lebih 13.260 kecederaan yang dirawat di ruang gawat darurat, ruang dokter dan klinik ada hubungannya dengan penggunaan tas ransel (Swolensky, 2013). Pada akhir dari masa remaja mereka, hampir 60% dewasa muda merasakan setidaknya satu episode nyeri punggung bawah dan suatu penelitian baru menyatakan bahwa setidaknya sebagian daripada masalah ini disebabkan oleh efek cara menggunakan tas ransel yang salah pada tulang belakang mereka ketika muda (Arnsdorff, 2002).


(44)

sekolah mereka dirasakan berat, hampir separuh dari semua siswa perempuan dalam penelitian tersebut melaporkan keluhan nyeri punggung dan lebih dari satu pertiga mengeluhkan nyeri punggung dan nyeri bahu. The Consumer Product Safety Commision (CPSC) menganggarkan 7.277 kunjungan ke ruangan gawat darurat setiap tahun itu disebabkan oleh kecederaan yang terkait dengan penggunaan tas yang berisi buku. CPSC juga turut melaporkan bahwa kecederaanyang terkait dengan penggunaan tas ransel telah meningkat sehingga 330% sejak 1996. Ini merupakan suatu permulaan dari epidemi yang mampu menyebabkan kerusakan yang serius pada kesehatan anak sepanjang hayatnya (Arnsdorff, 2002).

Menurut Troussier et al. (1994) dalam Chansirinosukor et al. (2001) masalah muskuloskeletal yang berkaitan dengan penggunaan tas ransel pada anak-anak sekolah merupakan suatu hal yang mengkhawatirkan. Berjalan dengan beban yang dibawa seperti tas sekolah adalah aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan oleh anak-anak sekolah. Pembawaan tas sekolah yang berat secara berulang telah dipercayai mampu meletakkan tekanan tambahan pada tulang belakang anak yang sedang dalam pertumbuhan. Tekanan tambahan ini dapat menyebabkan anak-anak lebih cenderung untuk mengubah sikap badan (posture) dan sekaligus memicu kepada terjadinya masalah pada punggung bawah (Shi et al., 2011).

Banyak penelitian mendapati bahwa tas ransel mengubah sikap badan (posture) dan gaya berjalan (gait) secara signifikan yang menyebabkan perubahan pada sudut kepala-leher (head-neck angle), bahu yang asimetris dan juga lumbal lordosis. Perubahan biomekanikal ini mampu memicu untuk munculnya nyeri kronis dan kelainan patologis pada punggung dalam jangka waktu yang lama (Rodríguez-Oviedo et al., 2012).


(45)

Simptom pada punggung merupakan penyebab simptomatis yang kedua paling banyak yang dikeluhkan oleh pasien di Amerika Serikat sehingga mereka harus mendapatkan konsultasi dari para dokter. (Cottalorda et al., 2004). Cedera pada punggung merupakan sebagian dari masalah dalam kehidupan sehari-hari. Ia bisa menyebabkan nyeri tajam atau tumpul dan dapat disertai dengan sensasi geli (tingling), kebas (numbness) ataupun seperti terbakar (burning). Anda juga mungkin dapat merasakan kelemahan, nyeri atau geli (tingling) pada bagian pelvis dan paha atas, di mana kondisi ini dikenal sebagai sciatica. Tulang belakang biasanya masih bagus ketika terjadinya cedera pada punggung. Cedera yang minor biasanya sembuh dalam hitungan 1-2 hari. Namun, sebagian nyeri dapat berlangsung lama (Swolensky, 2013).

2.6.9. Konsultasi Dokter

Walaupun banyak anak melaporkan terjadinya limitasi terhadap aktivitas sehari-hari meraka, namun konsultasi ke dokter masih juga berada pada tingkat rendah. Nyeri punggung juga jarang menjadi penyebab ketidakmampuan (disability) yang serius maupun hospitalisasi. Mayoritas dari anak-anak merasakan nyeri punggung bawah yang nonspesifik dan sembuh sendiri (self-limiting) dan penelitian menunjukkan teknik pencitraan yang biasa mempunyai kemampuan yang rendah untuk membedakan antara anak dengan atau tanpa nyeri punggung bawah. Jadi, minoritas dari kasus yang melapor untuk mendapatkan primary care, jarang dijumpai penyebab yang organik (Jones dan Macfarlane, 2004).


(46)

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

3.2. Variabel Penelitian 3.2.1. Variabel Independen

Pada penelitian ini yang ditetapkan sebagai variabel independen adalah penggunaan tas jenis ransel ataupun jenis troli oleh siswa Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah, Medan.

Penggunaan Tas Ransel

Penggunaan Tas Troli

Kejadian Nyeri Punggung pada Siswa Sekolah Dasar

(Variabel Independen)

(Variabel Dependen) - Jenis Kelamin

- Status Gizi - Usia - Berat Tas

- Lama Penggunaan Tas

Regio Nyeri Punggung


(47)

3.2.2. Variabel Dependen

Pada penelitian ini yang ditetapkan sebagai variabel dependen adalah kejadian nyeri punggung pada siswa Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah sebagai dampak dari penggunaan tas sekolah.

3.3. Definisi Operasional 3.3.1. Penggunaan Tas

• Definisi : Cara memegang atau mengangkat tas sambil

berjalan untuk dibawa ke sekolah pada setiap hari. Tas yang dibawa bisa jenis ransel atau jenis troli yang harus dibawa sendiri oleh siswa sekolah dasar tanpa dibantu oleh siapapun.

• Cara Pengukuran : Wawancara • Alat Pengukuran : Kuesioner

• Hasil Pengukuran : 1. Tas sekolah jenis ransel atau jenis troli.

2. Tas digendong pada kedua bahu, satu bahu atau ditarik menggunakan tangan.

• Skala Pengukuran : Nominal

3.3.2. Nyeri Punggung

• Definisi : Nyeri yang dirasakan dimulai dari nyeri pada

leher, nyeri pada punggung tengah, nyeri punggung bawah atau nyeri tulang

sacrum/coccygeus. Intensitas nyeri dideskripsikan melalui skala nyeri yang ditandai oleh siswa setelah dijelaskan oleh peneliti.

• Cara Pengukuran : Wawancara • Alat Pengukuran : Kuesioner


(48)

dengan insidens nyeri punggung pada anak dan mendapati anak yang usianya lebih muda secara proporsional membawa beban tas yang lebih berat. 50% dari seluruh subjek membawa beban lebih dari 15% berat badan mereka.

2.6.4. Status Gizi

Menurut Korovessis et al. (2005) dalam Sya’bani (2012) bahwa keluhan nyeri punggung pada anak juga dipengaruhi oleh body mass index (BMI) atau indeks massa tubuh (IMT). Penelitian Lake, Power dan Cole (1999) dalam Sya’bani (2012) menunjukkan ada hubungan status gizi dengan keluhan nyeri punggung. Penelitian ini menunjukkan bahwa anak dengan berat badan berlebihan atau obesitas memiliki peningkatan risiko nyeri punggung lebih besar terutama pada perempuan (OR=1,78). Nilai BMI yang besar dapat meningkatkan risiko nyeri punggung karena beban pada tulang belakang menjadi lebih besar. Selain itu, berat badan berlebihan juga memicu penurunan aktivitas yang akhirnya juga akan meningkatkan risiko nyeri punggung. Walaupun begitu, di dalam penelitian oleh Sya’bani (2012) membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan keluhan nyeri punggung. Keluhan nyeri punggung pada responden dengan status gizi normal, dilihat dari hasil statistika, mencapai 43,6% sedangkan responden dengan gizi tidak normal mencapai 45,5%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik gizi responden, maka keluhan nyeri punggung bisa semakin rendah.

2.6.5. Lama Penggunaan Tas Sekolah

Menurut Haselgrove et al. (2008) hampir 50% dari remaja membawa tas sekolah mereka selama lebih dari 30 menit dalam waktu sehari. Terdapat bukti dengan U-shaped trend antara lama penggunaan tas dengan kejadian nyeri punggung di mana remaja yang membawa tas mereka selama 5 hingga 10 menit dalam satu hari mengeluhkan nyeri punggung yang lebih sedikit berbanding teman-teman mereka yang lain. Apabila data menurut jenis kelamin dianalisis secara berasingan, untuk


(49)

Manakala untuk siswa perempuan menunjukkan asosiasi linear antara lama penggunaan tas dengan kejadian nyeri leher (p=0,03). Lama penggunaan tas sekolah yang tinggi dikatakan apabila melebihi durasi selama 30 menit dalam satu hari.

2.6.6. Faktor Risiko Terhadap Kejadian Nyeri Punggung

Menurut Ibrahim (2012) berat dan presentase tas sekolah yang tinggi dan cara membawa tas sekolah merupakan faktor risiko yang berasosiasi dengan keluhan nyeri punggung pada siswa sekolah perempuan di Mesir. Menurut Haismann (1998) dan Knapik et al. (1996) dalam Chansirinosukor et al. (2001) efek kombinasi dari beban yang berat, posisi beban pada tubuh, waktu yang diambil untuk membawanya, distribusi beban, karakteristik dan kondisi fisik pada seorang individu dihipotesiskan menjadi faktor-faktor yang berkaitan dengan masalah ini. Pola hidup yang tidak aktif berkemungkinan merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan nyeri punggung di kalangan anak-anak sekolah. Menurut Spanish National Health Enquiry tahun 2006 bahwa 11,8% siswa sekolah yang berusia 10 – 15 tahun mengklasifikasikan diri mereka sebagai kurang beraktivitas ataupun tidak aktif (Rodríguez-Oviedo et al., 2012).

2.6.7. Keluhan-keluhan Sehubungan Penggunaan Tas

Penelitian terkini menurut The U.S. Consumer Product Safety Commision menyatakan bahwa sehingga 75% dari anak-anak sekolah tidak hanya mengeluh nyeri punggung, tetapi juga nyeri pada leher dan bahu. Penelitian tersebut juga menunjukkan lebih 13.260 kecederaan yang dirawat di ruang gawat darurat, ruang dokter dan klinik ada hubungannya dengan penggunaan tas ransel (Swolensky, 2013). Pada akhir dari masa remaja mereka, hampir 60% dewasa muda merasakan setidaknya satu episode nyeri punggung bawah dan suatu penelitian baru menyatakan bahwa setidaknya sebagian daripada masalah ini disebabkan oleh efek cara menggunakan tas ransel yang salah pada tulang belakang mereka ketika muda (Arnsdorff, 2002).


(50)

sekolah mereka dirasakan berat, hampir separuh dari semua siswa perempuan dalam penelitian tersebut melaporkan keluhan nyeri punggung dan lebih dari satu pertiga mengeluhkan nyeri punggung dan nyeri bahu. The Consumer Product Safety Commision (CPSC) menganggarkan 7.277 kunjungan ke ruangan gawat darurat setiap tahun itu disebabkan oleh kecederaan yang terkait dengan penggunaan tas yang berisi buku. CPSC juga turut melaporkan bahwa kecederaanyang terkait dengan penggunaan tas ransel telah meningkat sehingga 330% sejak 1996. Ini merupakan suatu permulaan dari epidemi yang mampu menyebabkan kerusakan yang serius pada kesehatan anak sepanjang hayatnya (Arnsdorff, 2002).

Menurut Troussier et al. (1994) dalam Chansirinosukor et al. (2001) masalah muskuloskeletal yang berkaitan dengan penggunaan tas ransel pada anak-anak sekolah merupakan suatu hal yang mengkhawatirkan. Berjalan dengan beban yang dibawa seperti tas sekolah adalah aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan oleh anak-anak sekolah. Pembawaan tas sekolah yang berat secara berulang telah dipercayai mampu meletakkan tekanan tambahan pada tulang belakang anak yang sedang dalam pertumbuhan. Tekanan tambahan ini dapat menyebabkan anak-anak lebih cenderung untuk mengubah sikap badan (posture) dan sekaligus memicu kepada terjadinya masalah pada punggung bawah (Shi et al., 2011).

Banyak penelitian mendapati bahwa tas ransel mengubah sikap badan (posture) dan gaya berjalan (gait) secara signifikan yang menyebabkan perubahan pada sudut kepala-leher (head-neck angle), bahu yang asimetris dan juga lumbal lordosis. Perubahan biomekanikal ini mampu memicu untuk munculnya nyeri kronis dan kelainan patologis pada punggung dalam jangka waktu yang lama (Rodríguez-Oviedo et al., 2012).


(51)

Simptom pada punggung merupakan penyebab simptomatis yang kedua paling banyak yang dikeluhkan oleh pasien di Amerika Serikat sehingga mereka harus mendapatkan konsultasi dari para dokter. (Cottalorda et al., 2004). Cedera pada punggung merupakan sebagian dari masalah dalam kehidupan sehari-hari. Ia bisa menyebabkan nyeri tajam atau tumpul dan dapat disertai dengan sensasi geli (tingling), kebas (numbness) ataupun seperti terbakar (burning). Anda juga mungkin dapat merasakan kelemahan, nyeri atau geli (tingling) pada bagian pelvis dan paha atas, di mana kondisi ini dikenal sebagai sciatica. Tulang belakang biasanya masih bagus ketika terjadinya cedera pada punggung. Cedera yang minor biasanya sembuh dalam hitungan 1-2 hari. Namun, sebagian nyeri dapat berlangsung lama (Swolensky, 2013).

2.6.9. Konsultasi Dokter

Walaupun banyak anak melaporkan terjadinya limitasi terhadap aktivitas sehari-hari meraka, namun konsultasi ke dokter masih juga berada pada tingkat rendah. Nyeri punggung juga jarang menjadi penyebab ketidakmampuan (disability) yang serius maupun hospitalisasi. Mayoritas dari anak-anak merasakan nyeri punggung bawah yang nonspesifik dan sembuh sendiri (self-limiting) dan penelitian menunjukkan teknik pencitraan yang biasa mempunyai kemampuan yang rendah untuk membedakan antara anak dengan atau tanpa nyeri punggung bawah. Jadi, minoritas dari kasus yang melapor untuk mendapatkan primary care, jarang dijumpai penyebab yang organik (Jones dan Macfarlane, 2004).


(52)

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

3.2. Variabel Penelitian 3.2.1. Variabel Independen

Pada penelitian ini yang ditetapkan sebagai variabel independen adalah penggunaan tas jenis ransel ataupun jenis troli oleh siswa Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah, Medan.

Penggunaan Tas Ransel

Penggunaan Tas Troli

Kejadian Nyeri Punggung pada Siswa Sekolah Dasar

(Variabel Independen)

(Variabel Dependen) - Jenis Kelamin

- Status Gizi - Usia - Berat Tas

- Lama Penggunaan Tas

Regio Nyeri Punggung


(53)

3.2.2. Variabel Dependen

Pada penelitian ini yang ditetapkan sebagai variabel dependen adalah kejadian nyeri punggung pada siswa Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah sebagai dampak dari penggunaan tas sekolah.

3.3. Definisi Operasional 3.3.1. Penggunaan Tas

• Definisi : Cara memegang atau mengangkat tas sambil

berjalan untuk dibawa ke sekolah pada setiap hari. Tas yang dibawa bisa jenis ransel atau jenis troli yang harus dibawa sendiri oleh siswa sekolah dasar tanpa dibantu oleh siapapun.

• Cara Pengukuran : Wawancara • Alat Pengukuran : Kuesioner

• Hasil Pengukuran : 1. Tas sekolah jenis ransel atau jenis troli.

2. Tas digendong pada kedua bahu, satu bahu atau ditarik menggunakan tangan.

• Skala Pengukuran : Nominal

3.3.2. Nyeri Punggung

• Definisi : Nyeri yang dirasakan dimulai dari nyeri pada

leher, nyeri pada punggung tengah, nyeri punggung bawah atau nyeri tulang

sacrum/coccygeus. Intensitas nyeri dideskripsikan melalui skala nyeri yang ditandai oleh siswa setelah dijelaskan oleh peneliti.

• Cara Pengukuran : Wawancara • Alat Pengukuran : Kuesioner


(54)

3. Distribusi nyeri.

• Skala Pengukuran : 1. Nominal

2. Ordinal 3. Nominal

3.3.3. Jenis Kelamin

• Definisi : Murid laki-laki dan perempuan terutama pada

tingkat sekolah dasar yang membawa sendiri tas ke sekolah. Untuk tujuan penelitian ini, siswa kelas V Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah (SD YPSA) Medan telah dipilih menjadi sampel penelitian di mana umur rata-rata siswa tersebut sekitar 9-10tahun.

• Cara Pengukuran : Wawancara • Alat Pengukuran : Kuesioner

• Hasil Pengukuran : Laki-laki atau perempuan • Skala Pengukuran : Nominal

3.3.4. Berat Badan

• Definisi : Berat badan yang ditimbang

dalam keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan apapun.

• Cara Pengukuran : Menimbang berat badan. • Alat Pengukuran : Alat timbangan

• Hasil Pengukuran : Berat dalam unit kilogram (kg). • Skala Pengukuran : Rasio


(55)

• Definisi : Tinggi badan siswa yang diukur dalam keadaan

berdiri tegak dengan pandangan lurus ke depan. Sepatu dan alas kaki dilepaskan.

• Cara Pengukuran : Mengukur tinggi badan.

• Alat Pengukuran : Meteran/Alat pengukur tinggi badan • Hasil Pengukuran : Tinggi badan dalam unit meter (m). • Skala Pengukuran : Rasio

3.3.6. Status Gizi

• Definisi : Status pemenuhan nutrisi sesuai dengan kebutuhan

berdasarkan hasil pengukuran berat badan, tinggi badan, dan perbandingan indeks massa tubuh (IMT) sesuai dengan usia dan jenis kelamin.

• Cara Pengukuran : Peneliti menghitung indeks massa tubuh (IMT)

siswa setelah mendapat hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan. Kemudian peneliti menilai status gizi berdasarkan tabel nilai IMT/Umur sesuai dengan jenis kelamin yang dibuat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1995/MENKES/SK/XII 2010 tentang standar antropometri penilaian status gizi anak (Kementerian Kesehatan RI, 2012).

• Alat Pengukuran : Timbangan berat badan dan alat pengukur tinggi

Badan.

• Hasil Pengukuran : Gizi normal atau gizi tidak normal. Gizi tidak

normal jika menurut standar antropometri

penilaian status gizi anak (Kementerian Kesehatan RI, 2012) termasuk di dalam kategori sangat kurus, kurus, gemuk dan obesitas.


(56)

• Definisi : Lama penggunaan tas yang dibawa ke sekolah

setiap hari.

• Cara Pengukuran : Wawancara • Alat Pengukuran : Kuesioner

• Hasil Pengukuran : Kurang dari 30 menit atau lebih dari 30 menit

setiap hari.

• Skala Pengukuran : Nominal

3.3.8. Berat tas sekolah

• Definisi : Beratnya tas sekolah saat ditimbang pada alat

timbangan.

• Cara Pengukuran : Menimbang berat tas sekolah. • Alat Pengukuran : Alat timbangan

• Hasil Pengukuran : Berat dalam unit kilogram (kg). • Skala Pengukuran : Rasio

3.4. Hipotesis

Ada hubungan antara penggunaan tas sekolah dengan kejadian nyeri punggung pada siswa Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah, Medan.


(1)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Indeks Massa Tubuh/Status Gizi * Pertanyaan 5-Nyeri Punggung

70 100.0% 0 0.0% 70 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 2.789a 1 .095

Continuity Correctionb 1.985 1 .159 Likelihood Ratio 2.833 1 .092

Fisher's Exact Test .121 .079

Linear-by-Linear Association

2.749 1 .097

N of Valid Cases 70

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.20. b. Computed only for a 2x2 table

Indeks Massa Tubuh/Status Gizi * Pertanyaan 5-Nyeri Punggung Crosstabulation

Pertanyaan 5-Nyeri Punggung Total Nyeri Punggung Tidak Nyeri

Punggung

Indeks Massa Tubuh/Status Gizi

Normal

Count 22 14 36

% within Pertanyaan 5-Nyeri Punggung

44.9% 66.7% 51.4%

Tidak Normal

Count 27 7 34

% within Pertanyaan 5-Nyeri Punggung

55.1% 33.3% 48.6%

Total

Count 49 21 70

% within Pertanyaan 5-Nyeri Punggung


(2)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Pertanyaan 3-Lama

Penggunaan Tas * Pertanyaan 5-Nyeri Punggung

70 100.0% 0 0.0% 70 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 3.528a 1 .060

Continuity Correctionb 2.540 1 .111 Likelihood Ratio 3.858 1 .049

Fisher's Exact Test .088 .052

Linear-by-Linear Association

3.477 1 .062

N of Valid Cases 70

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.30. b. Computed only for a 2x2 table

Pertanyaan 3-Lama Penggunaan Tas * Pertanyaan 5-Nyeri

Punggung Crosstabulation

Pertanyaan 5-Nyeri Punggung Total Nyeri Punggung Tidak Nyeri Punggung Pertanyaan 3-Lama Penggunaan Tas Kurang dari 30 menit

Count 31 18 49

% within Pertanyaan 5-Nyeri Punggung

63.3% 85.7% 70.0%

Lebih dari 30 menit

Count 18 3 21

% within Pertanyaan 5-Nyeri Punggung

36.7% 14.3% 30.0%

Total

Count 49 21 70

% within Pertanyaan 5-Nyeri Punggung


(3)

Lampiran 13

: Data Induk

&

Output

SPSS (Validitas dan Reliablitas Kuesioner)

Data Induk Uji Validitas dan Reliabilitas

di Sekolah Dasar Swasta Muhammadiyah – 03

P1

P2

P3

P4

P5

P6

P7

P8

P9

P10

P11

Total

1

1

1

1

2

2

0

0

0

0

0

0

7

2

1

1

1

1

2

0

0

0

0

0

0

6

3

1

2

1

2

2

0

0

0

0

0

0

8

4

1

2

2

1

1

1

4

1

3

2

2

20

5

1

2

2

1

1

2

3

1

4

2

2

21

6

2

3

2

2

1

4

2

1

4

2

2

25

7

1

2

1

1

2

0

0

0

0

0

0

7

8

1

2

1

2

2

0

0

0

0

0

0

8

9

1

2

1

1

2

0

0

0

0

0

0

7

10

1

1

1

1

1

3

2

1

1

2

2

16

11

2

3

2

1

1

1

3

2

3

2

2

22

12

2

3

2

2

1

2

4

2

3

2

2

25

13

1

2

1

1

2

0

0

0

0

0

0

7

14

1

2

1

1

1

3

4

1

4

2

2

22

15

1

2

2

1

2

0

0

0

0

0

0

8

16

1

1

1

1

1

1

4

1

3

2

1

17

17

1

2

1

1

1

2

4

1

4

2

2

21

18

2

3

2

2

1

1

3

1

4

2

2

23

19

1

2

2

1

1

1

4

1

3

1

1

18

20

1

2

2

2

1

3

3

1

3

2

2

22

21

1

2

2

2

1

4

5

3

4

2

2

28

22

1

1

1

2

1

1

3

1

4

1

2

18

23

1

2

2

2

1

3

4

1

4

2

2

24

24

2

3

2

2

1

2

4

3

4

2

2

27

25

1

2

2

1

1

1

3

1

4

2

2

20

26

1

2

2

2

1

3

5

3

3

2

1

25

27

1

2

2

2

1

3

2

2

3

1

1

20

28

2

3

1

2

1

1

4

1

3

2

2

22

29

1

1

1

2

1

3

3

1

1

2

2

18


(4)

(5)

Reliability

(Variabel Penggunaan Tas)

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.728 4

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

P1 1.20 .407 30

P2 1.97 .669 30

P3 1.50 .509 30

P4 1.50 .509 30

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

P1 4.97 1.620 .679 .607

P2 4.20 1.062 .711 .536

P3 4.67 1.609 .481 .688

P4 4.67 1.816 .302 .780

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(6)

Reliability

(Variabel Keluhan Nyeri Punggung)

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.862 7

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

P5 9.80 46.166 -.960 .932

P6 9.60 28.179 .731 .827

P7 8.67 22.161 .897 .800

P8 10.10 31.541 .776 .831

P9 8.80 23.200 .864 .805

P10 9.80 30.166 .925 .814

P11 9.83 30.626 .881 .819

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

11.10 40.300 6.348 7

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

P5 1.30 .466 30

P6 1.50 1.333 30

P7 2.43 1.775 30

P8 1.00 .910 30

P9 2.30 1.705 30

P10 1.30 .915 30