Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijalankan pada siswa dan siswi kelas V Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah SD YPSA, maka telah diperoleh data dengan cara mengambil data demografis responden dan juga memberikan kuesioner kepada 70 orang responden yang memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Data tersebut menjadi dasar dalam melakukan pembahasan bagi penelitian ini. Dari data yang telah diperoleh, sebanyak 65 orang 92,1 responden menggunakan tas sekolah jenis ransel dan hanya 5 orang 7,1 yang menggunakan tas sekolah jenis troli. Daripada jumlah tersebut, sebanyak 63 orang 90,0 membawa tas pada kedua bahu, diikuti 5 orang 7,1 membawa tas dengan cara menarik menggunakan tangan dan hanya 2 orang 2,9 yang membawa tas pada satu bahu. Menurut Pascoe et al. 1997 dalam Al-Qato 2012 bahwa 73,4 anak-anak mengunakan hanya satu tali dari tas sekolah mereka untuk membawa bahan dan buku-buku. Penggunaan hanya satu tali pada tas sekolah sepertinya memicu penekukan tulang belakang ke sisi lateral dan elevasi bahu, manakala penggunaan kedua tali pada tas sekolah mengurangkan hal-hal tersebut. Sedangkan, setelah dilakukan uji statistik Fisher’s Exact Test ditemukan tidak ada hubungan antara jenis tas yang digunakan dengan nyeri punggung yang dirasakan p=0,632;p0,05. Hasil analisis ini konsisten dengan hasil yang ditemukan oleh Haselgrove et al. 2008 yang menyatakan bahwa tidak ada asosiasi antara metode membawa tas sekolah dengan kejadian nyeri punggung atau leher. Bagaimanapun, hasil analisis ini masih tidak konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti yang lain. Menurut Ibrahim 2012 ditemukan ada asosiasi antara cara membawa tas pada satu bahu maupun pada kedua bahu dengan keluhan nyeri punggung. Walaupun cara membawa tas simetris pada kedua bahu adalah cara ergonomis yang terbaik, namun asosiasi yang ditemukan oleh peneliti mungkin terkait dengan berat tas yang tinggi. Ibrahim 2012 juga menemukan asosiasi antara penggunaan tas troli dengan nyeri punggung yang dirasakan oleh siswa. Menurut beliau, ini merupakan dampak dari penggunaan tas troli tersebut yang menyebabkan siswa ingin meletakkan bahan- bahan persekolahan yang lebih banyak dan siswa tetap harus membawa tas ke lantai yang lebih tinggi serta untuk memindahkan tas dari satu tempat ke tempat yang lain. Menurut beliau juga tas troli yang ditarik dapat menyebabkan tungkai siswa berputar dan boleh menyebabkan nyeri pada bagian punggung, bahu, dan lengan. Dari sisi durasi penggunaan tas setiap hari, didapatkan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 49 orang 70,0 menggunakan tas kurang dari 30 menit setiap hari dan selebihnya yaitu sebanyak 21 orang 30,0 menggunakan tas lebih dari 30 menit setiap hari. Menurut Haselgrove et al. 2008 hampir 50 dari remaja membawa tas sekolah mereka selama lebih dari 30 menit dalam waktu sehari dan lama penggunaan tas sekolah yang tinggi dikatakan apabila melebihi durasi selama 30 menit dalam satu hari. Selain itu, sebanyak 46 orang 65,7 responden mengeluhkan bahwa tas mereka sulit dibawa, dan hanya 24 orang 34,3 menyatakan bahwa tas mereka tidak sulit untuk dibawa. Kemudian, dari hasil analisis uji statistik chi-square ditemukan bahwa tidak ada hubungan lama penggunaan tas setiap hari terhadap kejadian nyeri punggung p=0,060;p0,05. Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian oleh peneliti yang lain. Menurut Haselgrove et al. 2008 bahwa remaja yang membawa tas selama 5 hingga 10 menit setiap hari mengeluhkan nyeri punggung yang kurang berbanding teman- teman mereka yang lain. Didapati untuk siswa laki-laki menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan nilai p=0,04 manakala untuk siswa perempuan juga menunjukkan asosiasi linear yang signifikan antara lama penggunaan tas dengan kejadian nyeri leher dengan nilai p=0,03 Haselgrove et al, 2008. Selain itu, dari sisi keluhan nyeri punggung, didapati sebanyak 49 orang 70,0 responden mengeluhkan nyeri punggung manakala hanya 21 orang 30,0 yang tidak mengeluhkan nyeri punggung. Data yang didapatkan ini merefleksikan mayoritas dari responden yang masih berusia muda mengeluhkan nyeri punggung dan ini merupakan satu hal yang harus dipandang serius. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nor Azlin et al. 2010 di Malaysia pada siswa kelas V yang berlainan jenis sekolah bahwa kejadian nyeri punggung menunjukkan angka yang tinggi pada siswa tanpa mengira jenis sekolah yaitu dari 66,7 sehingga 87,4. Selain itu, regio punggung yang paling banyak dikeluhkan oleh responden adalah pada regio servikal dan thorakal yang mencatat jumlah responden paling tinggi yaitu sebanyak 16 orang 22,9 dan tidak ada satu responden pun yang mengeluhkan nyeri hanya di regio sacrumcoccygeus saja. Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim 2012 yang menunjukkan hasil bahwa 46,3 siswa pada kelompok usia 6-10 tahun mengeluhkan nyeri punggung bawah dan sebanyak 36 dari kelompok yang sama mengeluhkan nyeri punggung bawah disertai nyeri pada bagian bahu. Selain itu, sebanyak 19 orang 27,1 responden mengeluhkan nyeri pada skala 4 dan diikuti sebanyak 14 orang 20,0 responden yang memilih skala nyeri 6. Hal ini menunjukkan bahwa nyeri masih pada tingkat sedang sehingga bisa ditoleransi oleh siswa walaupun dapat menyebabkan dampak yang serius di masa akan datang. Penggunaan tas yang berlebihan berat dan dalam jangka waktu yang lama dapat memberikan dampak terhadap siswa, salah satunya adalah terhadap kehadirannya ke sekolah. Dari penelitian ini, didapati dampak tersebut tidak begitu signifikan karena mayoritas responden yaitu sebanyak 43 orang 61,4 tidak pernah tidak dapat hadir ke sekolah dikarenakan nyeri punggung yang dialami. Hanya 6 orang 8,6 responden yang menyatakan tidak dapat hadir ke sekolah karena nyeri tersebut. Menurut Rajeswarihariharan et al. 2009 bahwa pada satu penelitian yang meneliti efek edukasi tentang tas sekolah terhadap perilaku dan kesehatan siswa menunjukkan 8 dari 10 siswa merubah cara membawa tas mereka dan melaporkan nyeri yang berkurang pada punggung, leher dan bahu. Menurut Troussier et al. 1994 dalam Chansirinosukor et al. 2001 bahwa berjalan dengan beban yang dibawa seperti tas sekolah adalah aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan oleh anak-anak sekolah dan pembawaan tas sekolah yang berat secara berulang telah dipercaya mampu meletakkan tekanan tambahan pada tulang belakang anak yang sedang dalam pertumbuhan. Dari sisi pencarian solusi nyeri punggung dengan berobat ke dokter juga masih di tahap yang rendah. Terdapat sebanyak 46 orang 65,7 responden yang tidak pernah berobat ke dokter karena keluhan nyeri punggung dan hanya 3 orang 4,3 responden yang pernah berobat ke dokter karena keluhan nyeri tersebut. Hal ini merefleksikan bahwa tahap kesadaran orang tua terhadap masalah nyeri punggung pada anak-anak di usia muda masih berada di tahap yang rendah sehingga mereka tidak membawa anak-anak untuk mendapatkan konsultasi dari pihak dokter. Menurut Jones dan Mcfarlane 2004 menyatakan bahwa walaupun banyak anak melaporkan terjadinya limitasi terhadap aktivitas sehari-hari mereka, namun konsultasi ke dokter masih juga berada pada tingkat rendah. Namun begitu, minoritas dari kasus yang melapor untuk mendapatkan primary care, jarang dijumpai penyebab yang organik. Pada penelitian ini, didapati usia responden adalah berkisar dari 9 hingga 10 tahun dengan jumlah pada masing-masing usia adalah sama yaitu 35 orang 50,0. Dari hasil uji statistik chi-square pula didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan kejadian nyeri punggung p=0,192 ; p0,05. Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian sebelum ini oleh peneliti yang lain. Menurut Ibrahim 2012 perempuan usia muda membawa tas sekolah yang lebih berat berbanding perempuan yang berusia lebih tua. Menurut Al-Qato 2012 bahwa semakin tinggi kelas, semakin meningkat risiko untuk terjadinya nyeri seperti contoh siswa pada ninth grade punya risiko 3,327 lebih tinggi untuk mendapatkan nyeri muskuloskeletal berbanding siswa pada third grade. Dari hasil data yang didapatkan dalam penelitian ini, diketahui bahwa siswa laki-laki lebih banyak mengeluhkan nyeri punggung daripada siswa perempuan. Sebanyak 29 orang 59,2 responden laki-laki manakala hanya 20 orang 40,8 responden perempuan yang mengeluhkan nyeri punggung. Penemuan ini berbeda dengan peneliti sebelumnya apabila mayoritas melaporkan siswa perempuan lebih banyak mengeluhkan nyeri punggung berbanding siswa laki-laki. Prevalensi nyeri meningkat sesuai dengan usia dan kadarnya lebih tinggi pada perempuan berbanding laki-laki Jones dan Macfarlane, 2004. Dari hasil uji statistik chi-square didapatkan bahwa tidak ada hubungan karakteristik jenis kelamin terhadap kejadian nyeri punggung p=0,209; p0,05. Hal ini juga didapati tidak konsisten dengan penelitian sebelum ini. Menurut Grimmer et al. 1999 dalam Lucas 2011 bahwa siswa perempuan lebih banyak mengeluhkan nyeri punggung berbanding siswa laki-laki. Menurut mereka, siswa perempuan mengeluh adanya peningkatan nyeri punggung ketika berusia 8 tahun manakala siswa laki-laki melaporkan hal yang sama terjadi setelah 1 – 2 tahun kemudian. Pada penelitian ini, status gizi ditentukan melalui indeks massa tubuh siswa dan didapatkan hasil data bahwa sebanyak 22 orang 44,9 responden yang mempunyai status gizi normal dan mengeluhkan nyeri punggung dan diikuti sebanyak 27 orang 55,1 yang mempunyai status gizi tidak normal dan mengeluhkan nyeri punggung. Dari hasil uji statistik chi-square menunjukkan tidak ada hubungan karateristik status gizi terhadap kejadian nyeri punggung. Hasil ini didapati konsisten dengan penelitian oleh dilakukan oleh Sya’bani 2012 yang membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan keluhan nyeri punggung. Keluhan nyeri punggung pada responden dengan status gizi normal, dilihat dari hasil statistika, mencapai 43,6 sedangkan responden dengan gizi tidak normal mencapai 45,5. Namun, hasil ini tidak konsisten dengan peneliti yang lain. Penelitian Lake, Power, dan Cole 1999 dalam Sya’bani 2012 menunjukkan ada hubungan status gizi dengan keluhan nyeri punggung. Penelitian ini menunjukkan bahwa anak dengan berat badan berlebihan atau obesitas memiliki peningkatan risiko nyeri punggung lebih besar terutama pada perempuan OR=1,78. Nilai BMI yang besar dapat meningkatkan risiko nyeri punggung karena beban pada tulang belakang menjadi lebih besar. Setelah itu, jika dilihat dari sisi persentase berat tas siswa berbanding berat badan siswa, telah didapatkan hasil data bahwa sebanyak 10 orang 20,4 responden yang mempunyai berat tas di bawah 10 mengalami nyeri punggung dan ini ikuti pula sebanyak 39 orang 79,6 responden yang mempunyai berat tas di atas 10 mengalami nyeri punggung. Nilai rerata berat tas yang dibawa oleh siswa adalah 4,24 kg manakala nilai rerata berat badan siswa adalah 35,3 kg. Dari kedua nilai rerata tersebut didapatkan bahwa nilai rerata persentase berat tas berbanding berat badan siswa adalah sebanyak 12 dan telah melebihi kadar maksimum yang telah direkomendasi yaitu hanya 10. Dari hasil uji statistik chi- square didapatkan bahwa ada hubungan persentase berat tas berbanding berat badan siswa terhadap kejadian nyeri punggung. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelum ini. Menurut Ibrahim 2012 bahwa peningkatan berat tas sekolah mempunyai asosiasi terhadap peningkatan nyeri punggung dan nyeri pada bagian lain pada siswa sekolah p0.000. Goodgold et al. 2002 dalam Al-Qato 2012 menghubungkan penggunaan tas dengan insidens nyeri punggung pada anak dan mendapati anak yang usianya lebih muda secara proporsional membawa beban tas yang lebih berat. Sebanyak 50 dari seluruh subjek membawa beban lebih dari 15 berat badan mereka. Menurut Ibrahim 2012 yang melakukan penelitian pada siswa sekolah perempuan di Mesir bahwa berat tas yang tinggi adalah 5-19kg dan presentase tas sekolah yang dibawa adalah 13-50. Menurut Ministry of Education 1993 dan National Back Pain Association 1997 dalam Nor Azlin et al. 2010 bahwa garis pedoman yang telah dikembangkan di banyak negara adalah bertujuan untuk meminimalkan kesan buruk dari berat tas terhadap siswa sekolah. Kebanyakan garis pedoman merekomendasikan tas sekolah agar tidak melebihi 10 dari berat badan siswa.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN