Kepemimpinan Dzulmi Eldin Sebagai Walikota Medan Berdasarkan Prinsip Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

(1)

Narasumber :Ahmad Bakhori Nasution, S.T, M.T (Sekretaris PP Kota Medan)

Tempat/Tanggal :MPC PP Kota Medan/22 Maret 2016

DaftarPertanyaanWawancara DPRD Kota Medan

Dalam wawancara ini saya harus menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari wawancara ini. Dalam wawancara ini akan ada pertayaan mengenai 2 hal, yaitu:

1. Kepemimpinan Dzulmi Eldin Sebagai Walikota Medan.

2. Kepemimpinan Dzulmi Eldin sebagai Walikota Medan berdasarkan dengan Prinsip Tata Kelola Pemerintahan yang Baik.

A. Kepemimpinan Dzulmi Eldin sebagai Walikota Medan

1 Bagaimana Gaya kepemimpinan Dzulmi Eldin sebagai Walikota Medan? Jawaban :Birokrat, Pelindung dan Penyelamat (Missionary).

2 Apa tipe kepemimpinan Dzulmi Eldin sebagai Walikota Medan? Jawaban :Kepemimpinan Pengayom (Headmanship).

3 Dalam pembuatankeputusan, model kepemimpinan seperti apa yang Dzulmi Eldin terapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kota Medan?

Jawaban :Pemimpin mengizinkan bawahan melakukan fungsi-fungsinya dalam batas-batas yang telah dirumuskan oleh pimpinan.

4 Sifat-sifatkepemimpinan seperti apa yang Dzulmi Eldin terapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kota Medan?

Jawaban :Intelegensi dan Persuasif.

B. KepemimpinanDzulmiEldinsebagaiWalikota Medan

berdasarkandenganPrinsip Tata KelolaPemerintahan yang Baik.

1 Apakah Dzulmi Eldin melibatkan masyarakat atau mendengarkan aspirasi masyarakat dalam membangun Kota Medan?


(2)

Jawaban : Ya. Dzulmi Eldin melibatkan masyarakat dalam mengambil kebijakan, terbukti dalam menerima masukan dari masyarakat.

2 Dalam pemerintahan,

kerangkahukumharusadildandilaksanakantanpaperbedaan,

terutamahukumhakasasimanusia. Bagaimana wujudkonsep HAM di Kota Medan?

Sejauhmanaimplementasipemenuhanhak-hakdasarmasyarakat/pegawaiseperti yang dimaksuddalam Program PeraturanHakAsasiManusia di Kota Medan.

Bagaimanapenegakannyaselamaini?

Seberapabesariamengakomodasinilai-nilai universal?

Jawaban :Baik, karena tidak ada membeda-bedakan golongan yang satu dengan yang lainnya.

3 Bagaimana dengan transparansi pemerintahan Dzulmi Eldin? Jawaban : Tranparansi berjalan karena mempunyai sistem dan manajemen. Sepanjang sistem dan manajemen berjalan dan tidak ada yang menggugat berarti transparansi itu berjalan. Tolak ukur dari transparansi terletak pada sistem dan manajemen yang ada.

4 Seluruh jajaran dibawah Dzulmi Eldin, apakah merespon cepat keluhan-keluhan dari masyarakat ?

Jawaban :Selalu berusaha untuk mendengar aspirasi atau keluhan dari masyarakat untuk melakukannya secara cepat setiap masukan dari masyarakat.

5 Apakah setiap kebijakan Dzulmi Eldin di buat berorientasi kepada kepentingan masyarakat yang luas?

Jawaban :Ya, Saya lihat kebijakannya itu berpihak kepada masyarakat. Contohnya yang sangat terlihat adalah pembangunan infrastruktur yaitu jalan.

6 Menurut anda, Apakah masyarakat Kota Medan mendapatkan kesejahteraan dan keadilan yang sama dalam pembangunan di Kota Medan?

Jawaban :Ya, karena Ia menerima setiap masukan dari masyarakat untuk membuat kebijakan untuk maksud mengadakan perbaikan-perbaikan terhadap permasalahan yang ada.


(3)

7 Bagaimana tingkat efektivitas target anggaran belanja terhadap realisasinya? Dan tingkat efisiensi anggaran belanja? Apakah

rasionalitasbiayapembangunanuntukmemenuhikebutuhansemuamasyarak at. Semakinkecilbiaya yang terpakaiuntukkepentingan yang terbesar, makapemerintahantersebuttermasukdalamkategoripemerintahan yang efisien

Jawaban : Efisien karena setiap anggaran yang dipakai untuk pembangunan Kota Medan terutama infrastruktur jalan.

8 Bagaimana kepemimpinan Dzulmi Eldin

mempertanggungjawabkansemuakebijakan, perbuatan, moral,

maupunnetralissikapnyaterhadapmasyarakatdalamupayamenujupemerinta han yang bersihdanberwibawa.

Jawaban : Bentuk dari tanggung jawab dari kepemimpinan Dzulmi Eldin adalah kebijakannya yang berorientasi pada pembangunan masyarakat Kota Medan menjadi lebih baik.


(4)

Narasumber :Andi Lumbangaol, S.H

Tempat/Tanggal :DPRD Kota Medan/26 September 2016

Daftar Pertanyaan Wawancara DPRD Kota Medan

Dalam wawancara ini saya harus menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari wawancara ini. Dalam wawancara ini akan ada pertayaan mengenai 2 hal, yaitu:

3. Kepemimpinan Dzulmi Eldin Sebagai Walikota Medan.

4. Kepemimpinan Dzulmi Eldin sebagai Walikota Medan berdasarkan dengan Prinsip Tata Kelola Pemerintahan yang Baik.

C. Kepemimpinan Dzulmi Eldin sebagai Walikota Medan

5 Bagaimana Gaya kepemimpinan Dzulmi Eldin sebagai Walikota Medan? Jawaban : Pelindung dan Penyelamat (Missionary).

6 Apa tipe kepemimpinan Dzulmi Eldin sebagai Walikota Medan? Jawaban : Kepemimpinan Bebas (Laissez Faire).

7 Dalam pembuatan keputusan, model kepemimpinan seperti apa yang Dzulmi Eldin terapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kota Medan?

Jawaban :Pemimpin memberikan keputusan bersifat sementara yang kemungkinan dapat diubah dan Pemimpin memberikan persoalan, meminta saran-saran, dan membuat keputusan.

8 Sifat-sifat kepemimpinan seperti apa yang Dzulmi Eldin terapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kota Medan?

Jawaban : Persuasif.

D. Kepemimpinan Dzulmi Eldin sebagai Walikota Medan berdasarkan dengan Prinsip Tata Kelola Pemerintahan yang Baik.

9 Apakah Dzulmi Eldin melibatkan masyarakat atau mendengarkan aspirasi masyarakat dalam membangun Kota Medan?


(5)

Jawaban : Ya, karena beliau kan melaksanakan pembangunan itu berdasarkan Perda, Perda itu dibuat oleh Walikota dan DPRD dan DPRD itu mewakili masyarakat.

10 Dalam pemerintahan, kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa perbedaan, terutama hukum hak asasi manusia. Bagaimana wujud konsep HAM di Kota Medan? Sejauh mana implementasi pemenuhan hak-hak dasar masyarakat/pegawai seperti yang dimaksud dalam Program

Peraturan Hak Asasi Manusia di Kota Medan. Bagaimana penegakannya selama ini? Seberapa besar ia mengakomodasi nilai-nilai universal? Jawaban : Belum, banyak hak-hak dasar belum dilaksanakan dan diakomodir secara baik. Terjadinya banjir, tidak menciptakan suasana yang nyaman, banyak papan reklame yang tanpa IMB, tanpa ijin, dan tanpa aturan yang jelas.

11 Bagaimana dengan transparansi pemerintahan Dzulmi Eldin?

Jawaban : Kurang, bisa dibuktikan dengan APBD yang pelaksanaan dan hasilnya tidak maksimal. Cenderung banyak dimainkan oleh para pejabat yang terkait.

12 Seluruh jajaran dibawah Dzulmi Eldin, apakah merespon cepat keluhan-keluhan dari masyarakat ?

Jawaban : Tidak cepat tanggap, menyangkut pengurusan KTP, PAM, listrik dan pohon-pohon tumbang.

13 Apakah setiap kebijakan Dzulmi Eldin di buat berorientasi kepada kepentingan masyarakat yang luas?

Jawaban : Artinya pembangunannya tidak sesuai dengan gambar atau perencanaan. Saya tidak melihat apa-apa yang bagus dibuatnya.

14 Menurut anda, Apakah masyarakat Kota Medan mendapatkan kesejahteraan dan keadilan yang sama dalam pembangunan di Kota Medan?

Jawaban : Tidak merata

15 Bagaimana tingkat efektivitas target anggaran belanja terhadap

realisasinya? Dan tingkat efisiensi anggaran belanja? Apakah rasionalitas biaya pembangunan untuk memenuhi kebutuhan semua masyarakat. Semakin kecil biaya yang terpakai untuk kepentingan yang terbesar, maka pemerintahan tersebut termasuk dalam kategori pemerintahan yang


(6)

Jawaban : Realisasi pelaksanaan pembangunan berdasarkan APBD itu sampai saat ini masih dalam tahap belum sampai 30%. Artinya realisasinya tidak seimbang dengan waktu yang berjalan. Biasanya nanti di akhir tahun lalu di gas pembangunan ini. Supaya bisa mencapai meminimalkan silva. Di percepat semua, disinilah

permainannya. Jd pembangunannya asal-asalan.

16 Bagaimana kepemimpinan Dzulmi Eldin mempertanggungjawabkan semua kebijakan, perbuatan, moral, maupun netralis sikapnya terhadap masyarakatdalam upaya menuju pemerintahan yang bersih dan

berwibawa.

Jawaban : Tidak berhasil. Jadi sebenarnya mereka selalu mengekspos proyek-proyek yang mereka anggap berhasil dan yang tidak berhasil ditutupi


(7)

Narasumber :Asmui Lubis, S.PdI

Tempat/Tanggal :DPRD Kota Medan/27 September 2016

DaftarPertanyaanWawancara DPRD Kota Medan

Dalam wawancara ini saya harus menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari wawancara ini. Dalam wawancara ini akan ada pertayaan mengenai 2 hal, yaitu:

5. Kepemimpinan Dzulmi Eldin Sebagai Walikota Medan.

6. Kepemimpinan Dzulmi Eldin sebagai Walikota Medan berdasarkan dengan Prinsip Tata Kelola Pemerintahan yang Baik.

E. Kepemimpinan Dzulmi Eldin sebagai Walikota Medan

9 Bagaimana Gaya kepemimpinan Dzulmi Eldin sebagai Walikota Medan? Jawaban : Kompromi (Compromiser), Pelindung dan Penyelamat (Missionary).

10 Apa tipe kepemimpinan Dzulmi Eldin sebagai Walikota Medan? Jawaban : Kepemimpinan Kharismatik dan Kepemimpinan Pengayom (Headmanship).

11 Dalam pembuatankeputusan, model kepemimpinan seperti apa yang Dzulmi Eldin terapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kota Medan?

Jawaban :Pemimpin mengizinkan bawahan melakukan fungsi-fungsinya dalam batas-batas yang telah dirumuskan oleh pimpinan, Pemimpin membuat keputusan dan kemudian mengumumkan kepada bawahannya dan Pemimpin memberikan keputusan bersifat sementara yang kemungkinan dapat diubah.

12 Sifat-sifatkepemimpinan seperti apa yang Dzulmi Eldin terapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kota Medan?

Jawaban :Kepercayaan pada diri sendiri dan Persuasif.

F. KepemimpinanDzulmiEldinsebagaiWalikota Medan

berdasarkandenganPrinsip Tata KelolaPemerintahan yang Baik.

17 Apakah Dzulmi Eldin melibatkan masyarakat atau mendengarkan aspirasi masyarakat dalam membangun Kota Medan?


(8)

Jawaban : Tidak melibatkan, masih mendengarkan sebagai masukan 18 Dalam pemerintahan,

kerangkahukumharusadildandilaksanakantanpaperbedaan,

terutamahukumhakasasimanusia. Bagaimana wujudkonsep HAM di Kota Medan?

Sejauhmanaimplementasipemenuhanhak-hakdasarmasyarakat/pegawaiseperti yang dimaksuddalam Program PeraturanHakAsasiManusia di Kota Medan.

Bagaimanapenegakannyaselamaini?

Seberapabesariamengakomodasinilai-nilai universal? Jawaban : terbuka.

19 Bagaimana dengan transparansi pemerintahan Dzulmi Eldin?

Jawaban : Belum terbuka. Masalah-masalah proyek-proyek, pemilihan kepala SKPD, Kepala Dinas.

20 Seluruh jajaran dibawah Dzulmi Eldin, apakah merespon cepat keluhan-keluhan dari masyarakat ?

Jawaban : Lebih banyak diam, tidak peduli.

21 Kebijakan apa saja yang sudah dilakukan Dzulmi Eldin yang di buat berorientasi kepada kepentingan masyarakat yang luas?

Jawaban : Seperti bantuan BPJS bagi masyarakat tidak mampu, per musibah kebakaran, pokoknya penanggulangan yang bersifat sementara cepat ditanggapi hanya sebatas itu.

22 Menurut anda, Apakah masyarakat Kota Medan mendapatkan kesejahteraan dan keadilan yang sama dalam pembangunan di Kota Medan?

Jawaban : Tidak merata, ada kesenjangan sosial antar kecamatan di kota medan. 23 Bagaimana tingkat efektivitas target anggaran belanja terhadap

realisasinya? Dan tingkat efisiensi anggaran belanja? Apakah

rasionalitasbiayapembangunanuntukmemenuhikebutuhansemuamasyarak at. Semakinkecilbiaya yang terpakaiuntukkepentingan yang terbesar, makapemerintahantersebuttermasukdalamkategoripemerintahan yang efisien


(9)

Jawaban : Tidak efektif dan tidak efisiensi

24 Bagaimana kepemimpinan Dzulmi Eldin

mempertanggungjawabkansemuakebijakan, perbuatan, moral,

maupunnetralissikapnyaterhadapmasyarakatdalamupayamenujupemerinta han yang bersihdanberwibawa.

Jawaban :Bertanggung jawab harus dalam setiap tindakan nyata untuk memperbaiki kota Medan.


(10)

Narasumber :Drs. Brando Simanjuntak (Sekretaris IPK Kota Medan)

Tempat/Tanggal :DPD IPK Kota Medan/28 September 2016

DaftarPertanyaanWawancara DPRD Kota Medan

Dalam wawancara ini saya harus menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari wawancara ini. Dalam wawancara ini akan ada pertayaan mengenai 2 hal, yaitu:

7. Kepemimpinan Dzulmi Eldin Sebagai Walikota Medan.

8. Kepemimpinan Dzulmi Eldin sebagai Walikota Medan berdasarkan dengan Prinsip Tata Kelola Pemerintahan yang Baik.

G. Kepemimpinan Dzulmi Eldin sebagai Walikota Medan

13 Bagaimana Gaya kepemimpinan Dzulmi Eldin sebagai Walikota Medan? Jawaban :Otokrasi yang disempurnakan (Benevolent Autocrat), Birokrat, Pelindung dan Penyelamat (Missionary).

14 Apa tipe kepemimpinan Dzulmi Eldin sebagai Walikota Medan?

Jawaban : Kepemimpinan Bebas (Laissez Faire) dan Kepemimpinan Pengayom (Headmanship).

15 Dalam pembuatankeputusan, model kepemimpinan seperti apa yang Dzulmi Eldin terapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kota Medan?

Jawaban :Pemimpin membuat keputusan dan kemudian mengumumkan kepada bawahannya danPemimpin mengizinkan bawahan melakukan fungsi-fungsinya dalam batas-batas yang telah dirumuskan oleh pimpinan.

16 Sifat-sifatkepemimpinan seperti apa yang Dzulmi Eldin terapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kota Medan?

Jawaban :Intelegensi, Energi dan Persuasif.

H. KepemimpinanDzulmiEldinsebagaiWalikota Medan

berdasarkandenganPrinsip Tata KelolaPemerintahan yang Baik.

25 Apakah Dzulmi Eldin melibatkan masyarakat atau mendengarkan aspirasi masyarakat dalam membangun Kota Medan?


(11)

Jawaban : Melibatkan. Beliau banyak membuat kegiatan itu melibatkan organisasi kepemudaan, masyarakat-masyarakat disetiap kecamatan, kelurahan dan juga mengajak dialog.

26 Dalam pemerintahan,

kerangkahukumharusadildandilaksanakantanpaperbedaan,

terutamahukumhakasasimanusia. Bagaimana wujudkonsep HAM di Kota Medan?

Sejauhmanaimplementasipemenuhanhak-hakdasarmasyarakat/pegawaiseperti yang dimaksuddalam Program PeraturanHakAsasiManusia di Kota Medan.

Bagaimanapenegakannyaselamaini?

Seberapabesariamengakomodasinilai-nilai universal?

Jawaban : Saya rasa belum merata. Terutama hak masyarakat yaitu perbaikan jalan rusak, banjir harus diperbaiki. Beliau harus peduli dengan semua yang adil disetiap kecamatan dan kelurahan. Saya belum melihat pemerataan itu ada.

27 Bagaimana dengan transparansi pemerintahan Dzulmi Eldin?

Jawaban : Tidak transparansi. Masyarakat secara umum tidak ada mengetahui, kita juga tidak mengetahui berapa pengeluaran APBD kita.

28 Seluruh jajaran dibawah Dzulmi Eldin, apakah merespon cepat keluhan-keluhan dari masyarakat ?

Jawaban : Belum nampak. Di koran-koran banyak keluhan-keluhan dari masyarakat yang belum bisa teratasi. Banyak keluhan-keluhan dari masyarakat saya lihat di koran, jalan ini berlobang-lobang. Tolong Pak diperbaiki, macet, banjir belum bisa teratasi. Artinya kan belum direspon dengan cepat. Tapi saya yakin, beliau juga punya keterbatasan. Tapi kalau kita bicara birokrasi pemerintahan, beliau kan punya banyak staff. Seharusnya bisa difungsikannya dan diawasi. Kalau beliau bisa

fungsikan semuanya itu, saya pikir tidak ada masalah.

29 Apakah setiap kebijakan Dzulmi Eldin di buat berorientasi kepada kepentingan masyarakat yang luas?

Jawaban : Ya. Karena kebijakannya untuk kepentingan masyarakat Kota Medan 30 Menurut anda, Apakah masyarakat Kota Medan mendapatkan

kesejahteraan dan keadilan yang sama dalam pembangunan di Kota Medan?


(12)

31 Bagaimana tingkat efektivitas target anggaran belanja terhadap realisasinya? Dan tingkat efisiensi anggaran belanja? Apakah

rasionalitasbiayapembangunanuntukmemenuhikebutuhansemuamasyarak at. Semakinkecilbiaya yang terpakaiuntukkepentingan yang terbesar, makapemerintahantersebuttermasukdalamkategoripemerintahan yang efisien

Jawaban : Tidak jelas, karena APBD anggaran belanja tidak transparan. 32 Bagaimana kepemimpinan Dzulmi Eldin

mempertanggungjawabkansemuakebijakan, perbuatan, moral,

maupunnetralissikapnyaterhadapmasyarakatdalamupayamenujupemerinta han yang bersihdanberwibawa.

Jawaban : Saya belum melihat wujud tanggung jawabnya. Tapi saya pikir beliau harus bertanggung jawab nanti setelah habis era ini. Secara birokrasi ia harus bertanggung jawab kepada masyarakat dan juga bertanggung jawab kepada Tuhan. Tanggung jawab itu belum nampak.


(13)

Daftar Pertanyaan Wawancara Walikota

Dalam wawancara ini saya harus menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari wawancara ini. Dalam wawancara ini akan ada pertayaan mengenai 2 hal, yaitu:

1. Kepemimpinan Dzulmi Eldin Sebagai Walikota Medan.

2. Kepemimpinan Dzulmi Eldin sebagai Walikota Medan berdasarkan dengan Prinsip Tata Kelola Pemerintahan yang Baik.

A. Kepemimpinan Dzulmi Eldin sebagai Walikota Medan

1. Gaya kepemimpinan seperti apa yang anda terapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kota Medan?

Jawaban : Eksekutif (Pelaksana)

2. Tipe kepemimpinan seperti apa yang anda terapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kota Medan?

Jawaban : Kepemimpinan Pengayom (Headmanship)

3. Dalam pembuatan keputusan, model kepemimpinan seperti apa yang anda terapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kota Medan?

Jawaban : Pemimpin memberikan persoalan, meminta saran-saran dan membuat keputusan

4. Sifat-sifat kepemimpinan seperti apa yang anda terapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kota Medan?


(14)

B. Kepemimpinan Dzulmi Eldin sebagai Walikota Medan berdasarkan dengan Prinsip Tata Kelola Pemerintahan yang Baik.

1. Bagaimana anda mengambil keputusan dalam kebijakan, Apakah melibatkan masyarakat atau mendengarkan aspirasi masyarakat dalam membangun Kota Medan?

Jawaban : Iya, Walikota Medan mengambil kebijakan dengan mendengarkan dan melibatkan aspirasi masyarakat.

2. Bagaimana hukum yang sudah dijalankan dalam setiap kebijakan yang ada? Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa perbedaan, terutama hukum hak asasi manusia. Bagaimana wujud konsep HAM di Kota Medan? Sejauh mana implementasi pemenuhan hak-hak dasar masyarakat/pegawai seperti yang dimaksud dalam Program Peraturan Hak Asasi Manusia (RAN-HAM) di Kota Medan. Bagaimana penegakannya selama ini? Seberapa besar ia mengakomodasi nilai-nilai universal?

Jawaban : Netral, tidak membeda-bedakan suku, agama, ras, dan antar golongan.

3. Bagaimana dengan transparansi yang sudah dilakukan pemerintahan Kota Medan?


(15)

4. Permasalahan apa saja yang sudah dengan cepat ditanggapi oleh Pemko Medan atas keluhan-keluhan dari masyarakat?

Jawaban : Permasalahan perbaikan drainase untuk mengatasi banjir

5. Kebijakan apa saja yang sudah dilakukan oleh Pemko Medan yang berkaitan dengan fasilitas umum yang berorientasi pada masyarakat luas?

Jawaban : Memperbaiki dan membuat drainasi dalam mengatasi banjir.

6. Menurut anda, Apakah masyarakat Kota Medan mendapatkan kesejahteraan dan keadilan yang sama dalam pembangunan di Kota Medan?

Jawaban : Ya, hanya saja memerlukan waktu dalam pembangunan Kota Medan.

7. Bagaimana tingkat efektivitas target anggaran belanja terhadap realisasinya? Dan tingkat efisiensi anggaran belanja? Apakah rasionalitas biaya pembangunan untuk memenuhi kebutuhan semua masyarakat? (Semakin kecil biaya yang terpakai untuk kepentingan yang terbesar, maka pemerintahan tersebut termasuk dalam kategori pemerintahan yang efisien). Jawaban :Efisiensi, karena semua anggaran untuk keperluan pembangunan Kota Medan menjadi lebih baik.

8. Bagaimana Pemko Medan mempertanggungjawabkan semua kebijakan, tindakan dan sikapnya terhadap masyarakat Kota Medan dalam upaya menuju pemerintahan yang bersih dan berwibawa?


(16)

DAFTAR PUSTAKA

D, Riant, Nugroho.. 2004. Kebijakan Publik, Formulasi Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: Gramedia.

Faraidiany, Maghfira. 2015. Politik Identitas Etnis Di Indonesia Suatu Studi Terhadap Politik Identitas Etnis Tionghoa Di Kota Medan. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Kaloh, J. 2009. Kepemimpinan Kepala Daerah. Jakarta: SinarGrafika.

Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Lubis, Suwardi. 1997. Metodologi Penelitian Sosial. Medan: USU Press.

Mantra, Ida B. 2004. Filsafat Penelitian Dan Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Martini Hadari dan Hadari Nwawi. 1995. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Nawawi, Hadari. 2004. Kepemimpinan Yang Efektif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sabarno, Hari. 2007. Memandu Otonomi Daerah Mejaga Kesatuan Bangsa. Jakarta: Sinar Grafika.

Safaria, Triantoro. 2004. Kepemimpinan. Yogyakarta: GrahaIlmu.

Sedarmayanti. 2003. Good Governance (Kepemerintahan yang baik). Bandung: MandarMaju.

Siagian, Sondang P. 2003. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta. Sitorus, Lambok W, P. 2016. Aktor dan Pemilu 2014 di Kota Medan (Studi Tentang Bentuk Dukungan Saling Menguntungkan Organisasi Kemasyarakatan dengan Calon Anggota DPRD Kota Medan Daerah Pemilihan 2 pada Pemilu Legislatif 2014) Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.


(17)

Sofyan Effendi, Singarimbun dan Masri. 1993. Metode Penelitian survai. Jakarta: LP3ES.

Thoha, Mifta. 1995. Kepemimpinan dalam Suatu Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Thoha, Mifta. 1999. Perilaku Organisasi, Dimensi-dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara. Jakarta: PT. Rajawali Pers.

Yulk Gary. 2015. Kepemimpinan dalam Organisasi, edisi ketujuh. Jakarta: Indeks. Winardi. 2000. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Wirawan. Dr. 2013. Kepemimpinan: teori psikologi, perilaku organisasi, aplikasi dan penelitian. Jakarta. PT. Rajagrafindo Persada.

SumberLainnya:

Laporan Kajian Pemantapan Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Republik Indonesia

diakses pada

diakses pada


(18)

BAB III

ANALISIS KEPEMIMPINAN DZULMI ELDIN SEBAGAI WALIKOTA MEDAN BERDASARKAN PRINSIP TATA KELOLA PEMERINTAHAN

YANG BAIK

3.1. Kepemimpinan Dzulmi Eldin

Berbicara tentang pemimpin dan kepemimpinan masa depan, erat kaitannya dengan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa ini. Bangsa ini masih membutuhkan pemimpin yang kuat di berbagai sektor kehidupan masyarakat, pemimpin yang berwawasan kebangsaaan dalam menghadapi permasalahan bangsa yang demikian kompleks. Pemimpin dan kepemimpinan yang integratif harus memiliki pola pikir, pola sikap dan pola tindak sebagai negarawan dan memiliki kelebihan-kelebihan tertentu sebagai seorang pemimpin. Kelebihan seorang pemimpin dapat dibedakan atas tiga hal, yakni kelebihan moral, ilmu dan fisik. Kelebihan moral menghendaki pemimpin harus lebih tangguh takwanya kepada Tuhan Yang Maha Esa, harus lebih tangguh kejujuran dan harus lebih tangguh integritas. Kelebihan ilmu pengetahuan meminta pemimpin harus mempunyai bekal ilmu pengetahuan yang lebih dari pengikut atau bawahannya. Sedangkan kelebihan fisik mensyaratkan seorang pemimpin


(19)

harus sehat jasmani dan rohani44

Keberadaan kepala daerah sebagai seorang pemimpin di dalam era otonomi daerah sangatlah penting. Sebab, sebagai seorang pemimpin kepala daerah adalah orang yang bergerak lebih awal atau mempelopori, mengarahkan pikiran dan pendapat anggota organisasi, membimbing, menuntun, menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya, menetapkan tujuan organisasi, memotivasi anggota organisasi agar sesuai dengan tujuan organisasi dan harus dapat mempengaruhi sekaligus melakukan pengawasan atas pikiran, perasaan, dan tingkah laku aparatur

Berbicara tentang masalah kepemimpinan di negara kita, maka pada akhirnya kita akan membahas mengenai masalah pemerintahan yang dilaksanakan di Indonesia, dan dalam hal ini peneliti tertarik untuk membahas masalah kepemimpinan dari pemerintahan dalam politik lokal. Oleh Karena itu berkaitanlangsung dengan masalah perubahan kehidupan sosial, ekonomi dan politik dari masyarakat di daerah yang mereka pimpin. Berbagai macam persoalan yang dihadapi masyarakat akhir-akhir ini selalu dikaitkan dengan permasalahan otonomi daerah. Persoalan yang sangat mendasar adalah implementasi yang tidak teratur dalam penerapan otonomi daerah. Untuk itu, dalam hal ini masyarakat juga harus mengetahui bagaimana pemerintahnya memimpin dan mengatur urusan pemerintahan mereka, agar mereka juga ikut berpartisipasi dalam menyukseskan penerapan otonomi daerah di daerah mereka.

44

Miftah Thoha. 1999.Perilaku Organisasi, Dimensi-dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara. Jakarta: PT. Rajawali Pers. hlm. 142.


(20)

pemerintahan yang ia pimpin.45Untuk mewujudkan dan melaksanakan perannya sebagai seorang pemimpin, kepala daerah diharuskan memiliki sikap dasar dan sifat-sifat kepemimpinan, teknik dan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi lingkungan organisasi, pengikut serta situasi dan kondisi yang melingkupi organisasi yang dipimpinnya, serta ditopang oleh kekuasaan yang tepat.46

Dalam kehidupan organisasi, gaya kepemimpinan seorang pemimpin adalah hal yang penting diperhatikan. Kepemimpinan dalam sebuah organisasi dituntut untuk bisa membuat individu-individu dalam organisasi yang dipimpinnya bisa berperilaku sesuai dengan yang diinginkan oleh pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi.

3.1. Gaya Kepemimpinan Yang Diterapkan Dzulmi Eldin

47

Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak dan kepribadian sendiri yang unik khas sehingga tingkah laku dan gayanya membedakan

Oleh karena itu seorang pemimpin haruslah bisa memahami perilaku individu-individu di dalam organisasi yang dipimpinnya untuk bisa menemukan gaya kepemimpinan yang tepat bagi organisasinya.Perilaku individu berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini tergantung dari stimulus atau hal-hal yang bisa memotivasi individu tersebut untuk berprilaku dan juga bagaimana individu tersebut mengelola menindaklanjuti stimulus tersebut. Perbedaan inilah yang memunculkan adanya perilaku yang bersifat positif dan negatif.

45

J. Kaloh. 2009. Kepemimpinan Kepala Daerah. (Pola Kegiatan, Kekuasaan, dan Perilaku Kepala Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah). Jakarta: Sinar Grafika. hlm. 43.

46

Ibid. hal. 44

47 Dr. Wirawan, MSL,Sp.A.,M.M.,M.Si. 2013. Kepemimpinan : teori psikologi, perilaku organisasi, aplikasi dan


(21)

dirinya dari orang lain.48

Kepala daerah sebagai pemimpin organisasi administrasi pemerintah daerah dituntut untuk bersikap proaktif dengan mengandalkan kepemimpinan yang berkualitas untuk membangkitkan semangat kerja para bawahannya. Seperti halnya di organisasi lain, Walikota Medan yaitu Dzulmi Eldin dihadapkan dengan berbagai tantangan dalam memimpin organisasi administrasi daerah. Oleh karena itu keadaan Gaya atau style hidupnya pasti akan mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya. Sehingga muncullah beberapa gaya kepemimpinan yaitu, dalam menjalankan fungsinya sebagai seorang pemimpin menganut berbagai gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin dapat mempengaruhi motivasi bawahannya dalam bekerja. Macam-macam gaya kepemimpinan antara lain, gaya kepemimpinan kharismatis, paternalistis, militeristis, otokratis, laissez, populis, administratif, dan demokratis.

Peran seorang pemimpin begitu besar dalam kemajuan bangsa, dan menegakkan kebijakan demi mengantarkan masyarakat untuk menjawab tantangan masa depan. Masyarakat yang bisa menjawab tantangan masa depan adalah masyarakat yang maju, beretika, berpendidikan dan yang paling penting adalah tertib atau taat pada kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Dalam upaya penegakan kebijakan oleh pemimpin tentunya tidak semata-mata tugas dari pemimpin, namun juga harus dibantu oleh segenap pemerintahan yang berwenang. Untuk mewujudkan pemerintahan yang bersihpun tidak mudah, hal ini harus diawali dengan hubungan yang baik antara pemimpin dan semua dinas terkait yang membantunya.

48


(22)

yang dihadapi antara lain bagaimana mewujudkan otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab sebagai suatu paradigma bara yang di dukung oleh kualitas sumber daya yang memadahi dan mampu meningkatkan kehidupan masayarakat melalui program dan strategi pelayanan dan pemberdayaan.49

“Bertanggung jawab harus dalam setiap tindakan nyata untuk memperbaiki kota Medan.”50

Kepemimpinan walikota yang efektif dan efisien diharapkan dapat menerapkan dan menyesuaikan dengan paradigma baru otonomi daerah demi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat dalam konteks penelitian ini di Kota Medan. Bahwasannya demi mewujudkan pelayanan yang berkualitas baik pelayanan internal dalam organisasi maupun eksternal kepada masyarakat, kepala daerah menerapkan pola dan strategi mendengarkan, merasakan, menanggapi dan mewujudkan keinginan, aspirasi, tuntutan dan kepentingan masyarakat serta tuntutan organisasi.

Walikota merupakan peran strategis yang mengharuskan penerapan pola kegiatan yang dinamis, aktif, komunikatif, menerapkan pola kekuasaan yang tepat maupun pola perilaku kepemimpinan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat yang telah berubah pasca reformasi. Reformasi telah melahirkan demokratisasi dan transparansi yang menumbuhkan masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan daerah melalui tuntutan dan harapan harus direspon cepat.

49

Prof. Dr. J. Kaloh. 2009. Op.Cit. hal 6.

50WawancaradenganAsmui Lubis anggota DPRD Kota Medan, 27 September 2016, Pukul 13.50 WIB di Kantor


(23)

Dengan demikian Hal-hal tersebut merupakan kekuatan dalam upaya mewujudkan tuntutan organisasi dan peningkatan kehidupan serta kesejahteraan masyarakat.51

Walikota Medan Dzulmi Eldin dikategorikan mempunyai gaya kepemimpinan Pelindung dan Penyelamat (Missionary) oleh sebagian besar narasumber.

3.1.1Gaya Kepemimpinan Pelindung dan Penyelamat

Gaya Kepemimpinan Pelindung dan Penyelamat memiliki ciri-ciri yaitu, Pemimpin mengutamakan orientasi hubungan dengan anggota organisasinya, sehingga sering terlihat ramah, banyak senyum, dan akrab. Kemudian Pemimpin berusaha keras untuk mencegah pertentangan/konflik, perdebatan dan permusuhan dengan orang lain. Selanjutnya, Pemimpin dalam bekerja berusaha menghindari formalitas dan birokrasi sehingga organisasi akan terkesan memperoleh kemudahan dalam menjumpai atau mengahadap pimpinan dan yang terakhir yaitu dalam pengawasan dijadikan sarana untuk memberi kesan bahwa pimpinan memberi perhatian pada anggota organisasi dalam melaksanakan keputusan.

52

51

Ibid. hal. 4-5

52 Perilaku atau gaya kepemimpinan Pelindung dan Penyelamat (Missionary) diutarakan oleh Asmui Lubis, Andi

Lumbangaol, Waginto, Brando Simanjuntak pada saat wawancara.

Perilaku atau gaya kepemimpinan yang ditunjukan oleh Dzulmi Eldin mempunyai ciri-ciri pemimpin berkepribadian ramah dan murah senyum. Dzulmi Eldin selalu berusaha secara aktif mencegah pertentangan, menghindari perdebatan, dan konflik-konflik dengan orang lain. Dalam kategori kepemimpinanPelindung dan Penyelamat (Missionary) yaituMelaksanakan tugas-tugas secara santai agar dapat menghindari


(24)

tekanan emosional. Kemudian memiliki kemampuan dan kemauan yang tinggi dalam menghormati, menghargai orang lain, dan mengendalikan diri.

Dzulmi Eldin dihadapkan pada berbagai keadaan dan tantangan dalam memimpin organisasi pemerintahan Kota Medan. Keadaan dan tantangan yang dihadapi oleh kepala daerah antara lain mewujudkan otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab sebagai suatu paradigma baru, yang didukung oleh kualitas sumber daya aparatur yang prima, sumber alam, dan sumber keuangan, serta sarana dan prasarana yang memadai, yang mampu meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dan kehidupan masyarakat melalui program dan strategi pelayanan dan pemberdayaan.

“....Bertanggung jawab harus dalam setiap tindakan nyata untuk memperbaiki Kota Medan.”53

Dalam menjalankan roda pemerintahan daerah, tentunya setiap kepala daerah memiliki gaya kepemimpinan yang digunakan dalam memimpin daerahnya. Penggunaan gaya kepemimpinan yang tepat tentunya akan membawa kemajuan bagi masyarakat yang ada di daerah. Oleh karena itu setiap gaya kepemimpinan berdampak pada sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah. Menyadari hal tersebut walikota Medan, Bapak Dzulmi Eldin selaku kepala daerah dan sekaligus sebagai pemimpin pemerintahan di Kota Medan, dituntut untuk bersikap proaktif

53

WawancaradenganAsmui Lubis anggota DPRDKota Medan, 27 September 2016, Pukul 13.50 WIB di Kantor DPRD Kota Medan.


(25)

dengan mengandalkan kepemimpinan yang berkualitas untuk membangkitkan semangat kerja bawahannya. Disamping itu, juga mampu menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dan berpartisipasi dalam pembangunan serta menjadi fasilitator dalam rangka efektifitas penyelenggaraan pemerintahan demi terwujudnya pelayanan yang maksimal kepada masyarakat di Kota Medan.

“Melibatkan. Beliau banyak membuat kegiatan itu melibatkan organisasi kepemudaan, masyarakat-masyarakat disetiap kecamatan, kelurahan dan juga mengajak dialog.”54

Penyelenggara pemerintahan daerah harus mau untuk dikontrol oleh masyarakat dan masyarakat harus mau peduli terhadap permasalahan pemerintahan. Dalam birokrasi publik, peranan pemimpin sangat strategis. Keberhasilan birokrasi publik dalam menjalankan tugas-tugasnya sangat ditentukan oleh kualitas pemimpinnya. Jika diidentifikasi secara umum terdapat beberapa fenomena kepemimpinan pada birokrasi publik. Pertama, pemimpin birokrasi publik dalam menjalankan roda birokrasi pada umumnya belum digerakkan oleh visi dan misi. Akan tetapi, senantiasa masih digerakkan oleh peraturan yang sangat kaku. Akibatnya, pemimpin tidak dapat mengembangkan potensi organisasi, serta tidak mampu menyesuaikan dengan tuntutan lingkungan eksternal dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Kedua, pemimpin birokrasi lebih mengandalkan kewenangan

54 Wawancara dengan Brando Simanjuntak Sekretaris DPD IPK Kota Medan, 27 September 2016. Pukul 14.00


(26)

formal yang dimilikinya. Kekuasaan menjadi kekuatan dalam menggerakkan bawahan untuk memenuhi berbagai kepentingan pemimpin. Ketiga, rendahnya kompetensi pemimpin birokrasi. Hal ini terlihat dari pola promosi dari birokrasi yang kurang mempertimbangkan kompetensi pejabat yang akan ditempatkan pada suatu jabatan struktural. Tidak jarang pemimpin lebih melihat pada siapa orang yang akan ditempatkan pada suatu jabatan tertentu daripada memperhatikan bagaimana kapabilitas mereka. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah faktor kedekatan dari seorang dengan pemimpinnya. Penilaian yang dilakukan lebih banyak bersifat irrasional. Keempat, lemahnya akuntabilitas pemimpin birokrasi dengan tidak adanya tranparansi pertanggungjawaban publik atas apa yang telah dilakukan oleh birokrasi. Seharusnya akuntabilitas ini penting dilakukan agar masyarakat dapat memberikan koreksi dan kontrol terhadap kinerja birokrasi.

Kecenderungan utama birokrasi lebih mengutamakan pendekatan struktural daripada pendekatan fungsional dalam penyusunan organisasi. Sehingga benturan dan tarik-menarik kewenangan menjadi sulit dihindarkan. Begitu pula dengan besaran organisasi belum mengarah pada proposional akan tugas dan fungsi birokrasi sebagai lembaga pemberi layanan pada masyarakat. Selanjutnya konsep otonomi daerah muncul dengan tujuan awalnya adalah untuk memberikan pelayanan yang baik kepada rakyatnya.

Apabila dikaitkan dengan penetapan kegiatan/tugas maka dapat diketahui bahwa Walikota Dzulmi Eldin merupakan pemimpinan yang kurang tegas dalam pengambilan keputusan. Bentuk kekurang tegasan tersebut ditunjukan yaitu ketika


(27)

diadakan rapat kooordinasi bidang pembangunan fisik dengan SKPD terkait. Dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastuktur yang dilakukan menunjukkan bahwa Pemerintahan Dzulmi Eldinbelum berupaya untuk memberikan jaminan atas pembangunan infrastuktur yang benarbenar mampu memberikan jaminan atas kesejahtaraan masyarakat.

“Realisasi pelaksanaan pembangunan berdasarkan APBD itu sampai saat ini masih dalam tahap belum sampai 30%. Artinya realisasinya tidak seimbang dengan waktu yang berjalan. Biasanya nanti di akhir tahun lalu di gas

pembangunan ini. Supaya bisa mencapai meminimalkan SiLPA.55 Di percepat semua, disinilah permainannya. Jadi pembangunannya asal-asalan.”56

Walikota Medan Dzulmi Eldin dalam menjalankan kepemimpinanya di Balaikota menerapkan 2 tipe kepemimpinan, yaitu tipe kepemimpinan kharismatik, dan tipe kepemimpinan bebas (Laissez Faire). Berdasarkan wawancara menunjukkan bahwa tipe kepemimpinan kharismatik merupakan tipe kepemimpinan yang paling dominan diterapkan oleh Walikota Medan yaitu Dzulmi Eldin, namun tipe kepemimpinan yang lainya juga diterapkan namun disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang dihadapi saat memimpin. contohnya tipe kepemimpinan kharismatik diterapkan Walikota Dzulmi Eldin dalam menentukan keputusan dan kedisiplinan

3.1.2Tipe Kepemimpinan Dzulmi Eldin

55

SiLPA adalah singkatan dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran 56

WawancaradenganAndi LumbangaolanggotaDPRDKota Medan, 26 September 2016, Pukul 13.00 WIB di Kantor DPRD Kota Medan.


(28)

tata tertib sedangkan tipe kepemimpinan bebas (Lassies Faire) jika Walikota lebih sering beraktivitas di luar kantor. Oleh karena itu kemampuan pegawai menunjukkan peningkatan tanpa harus selalu diberikan arahan dari Walikota Medan karena sudah memiliki tugas dan fungsi pokoknya sesuai bidang masing-masing di kantor Balaikota Medan.

Sejak awal kepemimpinannya setelah menggantikan Walikota Rahudman Harahap, Dzulmi Eldin selaku Kota Medan, jelas sekali terlihat bahwa perkembangan pembangunan di Kota Medan mengalami kemajuan signifikan. Indikatornya tidak hanya dapat dilihat dalam perspektif angka-angka statistik yang bersifat kuantitatif, namun juga dinamika politik kemasyarakatan yang cenderung semakin kondusif, serta pembangunan perbaikan sarana dan prasarana yang secara kualitatif dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Kota Medan. Peneliti melihat bahwa Pada periode kedua ini capaian pembangunan di Kota Medan meningkat, dibuktikan dengan relokasi pedagang pasar sekitaran sambu ke pasar induk di daerah lauchi dan perbaikan jalan dan drainase.

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari narasumber anggota DPRD Kota Medan, Andi Lumbangaol, S.H menjelaskan bahwa rapot merah yang diberikan kepada pemerintahan Dzulmi Eldin untuk memerintah di Kota Medan. Kepemimpinan Dzulmi Eldin mempertanggungjawabkansemuakebijakan, perbuatan, moral, maupunnetralissikapnyaterhadapmasyarakatdalamupayamenujupemerintahan yang bersihdanberwibawa tidak sesuai dengan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik. Beliau juga menuturkan bahwa masyarakat Kota Medan mendapatkan tidak


(29)

mendapatkan kesejahteraan dan keadilan yang sama dalam pembangunan di Kota Medan secara merata.

“Tidak berhasil. Jadi sebenarnya mereka selalu mengekspos proyek-proyek yang mereka anggap berhasil dan yang tidak berhasil ditutupi...Kurang, bisa dibuktikan dengan APBD yang pelaksanaan dan hasilnya tidak maksimal. Cenderung banyak dimainkan oleh para pejabat yang terkait...banyak papan reklame yang tanpa IMB, tanpa ijin, dan tanpa aturan yang jelas.”57

“....Tidak semua SKPD cepat tanggap atas keluhan masyarakat. Berarti kan beliau yang mengendalikan, bahkan yang dilihat matanya pun ditutup....Di koran-koran banyak keluhan-keluhan dari masyarakat yang belum bisa teratasi. Banyak keluhan-keluhan dari masyarakat saya lihat di koran, jalan ini berlobang-lobang. Tolong Pak diperbaiki, macet, banjir belum bisa teratasi. Artinya kan belum direspon dengan cepat. Tapi saya yakin, beliau juga punya keterbatasan. Tapi kalau kita bicara birokrasi pemerintahan, beliau kan punya Pada dasarnya suatu tata kelola pemerintahan selalu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Begitupun dengan gaya kepemimpinan kepala daerah yang selalu dipengaruhi oleh banyak hal dalam menjalankan pemerintahannya. Walikota atau kepala daerah merupakan orang yang selalu menjadi fokus oleh semua staf-staf yang ada diberbagai instansi. Oleh karena itu seorang Walikota atau kepala daerah selalu dituntut agar mampu menjadi pemimpin yang terampil mempengaruhi bawahannya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

57

WawancaradenganAndi Lumbangaol anggota DPRD Kota Medan, 26 September 2016, Pukul 13.00 WIB di Kantor DPRD Kota Medan. Penjelasan serupa juga dijelaskan oleh Brando Simanjuntak Sekretaris DPD IPK Kota Medan, 27 September 2016. Pukul 14.00 WIB.


(30)

banyak staff. Seharusnya bisa difungsikannya dan diawasi. Kalau beliau bisa fungsikan semuanya itu, saya pikir tidak ada masalah...”58

Bapak Dzulmi Eldin yang merupakan Walikota atau kepala daerah di Kota Medan berupaya menjalankan pemerintahan sebaik-baiknya dengan memberikan pelayanan yang maksimal bagi masyarakat serta mencanangkan beberapa program yang dianggap mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di Kota Medan dalam memimpin wilayah Kota Medan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepemimpinan dalam penyelenggaraan pemeritahan daerah di Kota

Waginto menjelaskan bahwa pemerintahan Dzulmi Eldin bahwa masih terjadi kesenjangan sosial yang contohnya antara kecamatan Medan Timur dengan Medan Utara. Kemudian di daerah Belawan banyak orang yang susah dan pembangunan lebih banyak diarahkan ke kota-kota. Dalam menunjang sarana dan prasarana tidak efisien dengan membagusi jalan yang sudah cantik aspalnya, diaspal lagi.Kemudian Tidak semua SKPD cepat tanggap atas keluhan masyarakat yang berarti beliau yang mengendalikan, bahkan yang dilihat matanya ditutup. Soal transparansi waginto mengatakan bahwa Dzulmi Eldin tidak transparansi dan Tidak pernah sama pengeluaran dengan pemasukan. Pemerintahan Dzulmi Eldin tidak pernah memberikan kepada siapapun termasuk dewan mengenai berapa titik kontrak-kontrak parkir di wilayah Kota Medan. Dzulmi Eldin mengatakan dalam penuturan Waginto bahwa Tidak berani beliau, artinya tidak transparan.

58

WawancaradenganWaginto anggota DPRD Kota Medan, 27 September 2016, Pukul 13.00 WIB di Kantor DPRD Kota Medan. Penjelasan serupa juga dijelaskan oleh Brando Simanjuntak Sekretaris DPD IPK Kota Medan.


(31)

Medan. Hal tersebut diperoleh oleh beberapa Bawahan, Legislator dan Masyarakat yang notabene adalah orang yang sering berinteraksi dengan bapak Dzulmi Eldin untuk persoalan pemerintahan di Kota Medan dan hasilnya rata-rata pemerintahan yang buruk.

Menurut wawancara dengan Asmui Lubis, salah satu anggota DPRD Kota Medan bahwa Dzulmi Eldin Tidak melibatkan masyarakatdan masih mendengarkan aspirasi masyarakat dalam membangun Kota Medan. Seluruh jajaran dibawah Dzulmi Eldin kurang merespon cepat keluhan-keluhan dari masyarakat lebih banyak diam, dan tidak peduli akan keluhah-keluhan dari masyarakat Kota Medan.Ketidak merataan masyarakat Kota Medan mendapatkan kesejahteraan dan keadilan yang sama dalam pembangunan di Kota Medan dan ada kesenjangan sosial antar Kecamatan di Kota Medan.59

Definisi Tata kelola pemerintahan atau yang lebih dikenal dengan sebutan good governance, secara umum pengertiannya adalah segala sesuatu yang terkait dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan atau mempengaruhi urusan publik untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari Good governance tidak hanya sebatas pengelolaan lembaga

3.2Kepemimpinan Berdasarkan Prinsip Tata Kelola Pemerintahan.

59

Penjelasan serupa juga dijelaskan oleh Brando Simanjuntak Sekretaris DPD IPK Kota Medan mengenai pembangunan di setiap kecamatan belum merata, 27 September 2016. Pukul 14.00 WIB.


(32)

pemerintahan, namun menyangkut semua lembaga baik pemerintah maupun non-pemerintah.60

Partisipasi (participation) adalah salah satu unsur untuk menunjang pembangunan di dalam pemerintahan, baik pembangunan secara ekonomi, politik, dan sosial. Partisipasi masyarakat Kota Medan dalam hal ini sangat dibutuhkan oleh pemerintahan Kota Medan, dalam menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), agar tercipta kesetaraan antara masyarakat dan aparatur

Tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih dapat di katakan baik apabila sistem pelayanannya yang baik maka produk pelayanan itu akan berjalan sesuai dengan rel yang ada. Standar buruk atau baik tata kelola pelayanan yang baik dan bersih sangat ditentukan pemberian layanan publik yang lebih professional dan efektif, efisien, sederhana, transparan, tepat waktu, responsif dan adaptif, sekaligus dapat membangun kualitas individu dalam arti menigkatkan kapasitas individu dan masyarakat untuk secara aktif masa depannya. Responsif, kemauan untuk membantu konsumen bertanggung jawab terhadap mutu layanan yang diberikan, kompeten tuntutan yang dimiliki, pengetahuan dan keterampilan yang baik oleh aparatur dalam memberikan layanan. Pelayanan publik (publik services) merupakan salah satu perwujudan dari fungsi aparatur Negara sebagai abdi masyarakat dan abdi Negara.

3.2.1 Partisipasi (participation)

60 Dr. Sedarmayanti. M.Pd. Good Governance(Pemerintahan Yang Baik) Dalam Rangka Otonomi Daerah.


(33)

pemerintahan Kota Medan. Untuk mendapatkan tujuan bersama, demi terwujudnya kesejahteraan di dalam masyarakat, dan menciptakan demokrasi di Kota Medan, partisipasi menjadi sangat penting, karena dengan adanya partisipasi masyarakat, desa akan lebih cepat maju, baik dari segi ekonomi, sosial, dan politik.

Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung maupun secara tidak langsung, yaitu melalui lembaga yang dapat menyalurkan aspirasinya.Demi mendapatkan tujuan bersama partisipasi harus dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara, serta berpartisipasi secara konstruktif. Dalam penelitian yang dilakukan peneliti melihat bahwa dalam menjalankan pemerintahan Kota Medan, partisipasi masyarakat Kota Medan dalam menjalankan pemerintahan Kota sangat tinggi dan masyarakat sangat tertarik dengan ikut aktif dalam memberikan partisipasinya.

“....Melibatkan. Beliau banyak membuat kegiatan itu melibatkan organisasi kepemudaan, masyarakat-masyarakat disetiap kecamatan, kelurahan dan juga mengajak dialog...”61

Pengambilan keputusan merupakan hasil pemecahan masalah yang dihadapi dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pernyataan. Keputusan harus menjawab pertanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam hubugannya dengan perencanaan. Keputusan dapat pula berupa tindakan

3.2.2 Kesetaraan (equity)

61


(34)

terhadap pelaksanaan yang menyimpang dari rencana semula. Oleh karena itu apabila semua fakta dari situasi itu dapat diperoleh dari semua yang terlibat, baik pengawas maupun pelaksana mau mentaati ketentuan yang ada, maka tidak sama dengan mentaati perintah. Bisa dikatakan bahwa keputusan adalah sebuah pilihan dari seseorang pemimpin. Beban tugas yang begitu banyak, menyebabkan para kepala daerah sering diperhadapkan dengan masalah-masalah pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan yang rumit dan sulit dipecahkan.

Masalah masalah tersebut seperti diungkapkan para narasumber dalam penelitian ini. Walikota Medan banyak menerima keluhan-keluhan dari masyarakat seperti perbaikan jalan, banjir, dan macet yang belum bisa teratasi.62

“....Pertanggungjawabannya menggunakan laporan keuangan dan di dalam pemeriksaan keuangan sering ditemukan “temuan”. Tidak bertanggungjawab, masalah banjir, masyarakat sudah putus asa. Hanya menganggarkan gaya kepemimpinan karismatik saja. Seharusnya kerja, kerja, dan kerja...”

Salah satu tugas dari seorang pemimpin yang dalam hal ini walikota adalah mengambil keputusan, dapat diartikan bahwa efektifitas seorang pemimpin yang menduduki jabatandalam birokrasi pemerintahan tidak terlalu bergantung pada keterampilan melakukan kegitan-kegiatan teknis, akan tetapi dapat tergantung terhadap kemampuannya dalam mengambil suatu keputusan.

63

62

Wawancara dengan Brando Simanjuntak Sekretaris DPD IPK Kota Medan. 63

WawancaradenganWaginto anggotaDPRD Kota Medan.


(35)

Supremasi Hukum (Rule of Law), dalam pemberian pelayanan publik dan pelaksanaan pembangunan seringkali terjadi pelanggaran hukum, seperti yang paling populer saat ini yaitu terjadinya penyalahgunaan kekuasaan dalam bentuk KKN, serta pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Dalam hal ini, siapa saja yang melanggarnya harus diproses dan ditindak secara hukum atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Wujud nyata prinsip ini mencakup upaya pemberdayaan lembaga-lembaga penegak hukum, penuntasan kasus KKN dan pelanggaran HAM, peningkatan kesadaran HAM, peningkatan kesadaran hukum, serta pengembangan budaya hukum. Tidak diterapkannya prinsip supremasi hukum akan menimbulkan ketidakpastian dalam penyelenggaraan pemerintahan.Oleh karena itu peran dari walikota sangat penting dalam menegakkan hukum yang adil didalam menjalankan pemerintahan di Kota Medan, misalnya dalam hal pembangunan Kota Medan.Dalam hal menciptakan hukum yang adil dalam menjalankan pemerintahan Kota Medan, baik secara pembangunan, sosial, politik, maupun pelayanannya terhadap masyarakat.

Dalam penjelasan ini didapat dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap berbagai pihak yang mengetahui pasti kepemimpinan Walikota Medan Dzulmi Eldin yaitu, seperti yang dijelaskan oleh anggota DPRD Kota Medan Andi Lumbangaol, yang mengatakan bahwa:

“...Banyak hak-hak dasar belum dilaksanakan dan diakomodir secara baik. Terjadinya banjir, tidak menciptakan suasana yang nyaman, banyak papan reklame yang tanpa IMB, tanpa ijin, dan tanpa aturan yang jelas.”64

64


(36)

Begitu juga dengan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat yakni Brando Simanjuntak, yang mengatakan bahwa Walikota Medan Dzulmi Eldin masyarakat Kota Medan belum mendapatkan Hak Haknya di setiap Kecamatan dan Kelurahan. Berikut adalah penuturan beliau:

“Saya rasa belum merata. Terutama hak masyarakat yaitu perbaikan jalan rusak, banjir harus diperbaiki. Beliau harus peduli dengan semua yang adil disetiap kecamatan dan kelurahan. Saya belum melihat pemerataan itu ada.”65

Adanya transparansi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembuatan kebijakan dapat menjadi poin penting bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi

3.2.4Transparansi (transparency)

Pemerintahan yang terbuka (transparency), adalah tujuan dari seluruh warga Kota Medan, dimana supaya pemerintahan yang dijalankan oleh pemerintah dapat dikontrol oleh masyarakat Kota Medan, dan dapat diketahui oleh seluruh warga masyarakat sejauh mana kinerja oleh aparatur pemerintahan Dzulmi Eldin.Demokrasi adalah salah satu faktor yang mendukung adanya keterbukaan (transparency) terhadap pemerintahan yang dijalankan oleh suatu negara, agar tercipta kesejahteraan, dan tujuan bersama antara warga masyarakat dan pemerintahan Kota Medan.Dalam mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance), juga merupakan salah satu konsep-konsep untuk menunjang agar terciptanya pemerintahan yang baik di Kota Medan.

65


(37)

sehingga dapat melakukan check and balance terhadap jalannya pemerintahan. Transparansi berarti terbukanya akses bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap setiap informasi terkait, seperti berbagai peraturan dan perundang-undangan, serta kebijakan pemerintah dengan biaya minimal. Penyebarluasan berbagai informasi yang selama ini aksesnya hanya dimiliki pemerintah dapat memberikan kesempatan kepada berbagai komponen masyarakat untuk turut mengambil keputusan. Oleh karena itu, perlu dicatat bahwa informasi ini bukan sekedar tersedia, tapi juga relevan dan bias dipahami publik.

“...Tidak transparansi. Masyarakat secara umum tidak ada mengetahui, kita juga tidak mengetahui berapa pengeluaran APBD kita....”66

Dari hasil wawancara yang dilakukan jawaban mengenai transparansi pemerintahan Dzulmi Eldin menyatakan bahwa pemerintahan yang tidak transparan. Menurut penuturan Waginto bahwa pemerintahan Dzulmi Eldin Tidak pernah sama pengeluaran dengan pemasukan. Sekarang pemerintah tidak pernah memberikan kepada siapapun termasuk dewan mengenai berapa titik kontrak-kontrak parkir yang berada di wilayah Kota Medan. Menurut Waginto hal itu berarti ketidak beranian Dzulmi Eldin menjelaskan itu, artinya Dzulmi Eldin tidak transparan. Dipertegas oleh anggota DPRD Kota Medan lainnya, yaitu Asmui Lubis mengungkapkan bahwa pemilihan kepala SKPD dan Kepala Dinas dilakukan secara tertutup, kemudian Masalah-masalah proyek-proyek yang ada di Kota Medan, pertanggung jawabannya kurang maksimal yang diterima oleh DPRD Kota Medan.67

66

Wawancara dengan Brando Simanjuntak Sekretaris DPDIPK KotaMedan.

67


(38)

3.2.5 Responsif (responsiveness)

Dari penyataan anggota legislatif yaitu waginto menegaskan bahwa kurangnya

Responsifitas yang dilakukan oleh pemerintahan Dzulmi Eldin dalam memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat Kota Medan. Kemudian juga dipertegas juga oleh Brando Simanjuntak bahwa dikoran-koran banyak keluhan-keluhan dari masyarakat yang belum bisa teratasi. Banyak keluhan-keluhan-keluhan-keluhan dari masyarakat dilihat beliau di koran, jalan ini berlobang-lobang. Tolong Pak diperbaiki, macet, banjir belum bisa teratasi.

“...Artinya kan belum direspon dengan cepat. Tapi saya yakin, beliau juga punya keterbatasan. Tapi kalau kita bicara birokrasi pemerintahan, beliau kan punya banyak staff. Seharusnya bisa difungsikannya dan diawasi. Kalau beliau bisa fungsikan semuanya itu...”68

Pelayanan publik oleh birokrasi publik dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kondisi masyarakat saat ini telah berkembang dengan sangat dinamis, tingkat kehidupan masyarakat yang semakin baik, merupakan sebuah indikasi dari empowering yang dialami oleh masyarakat Penyebabnya ialah pelayanan buruk yang diberikan kepada masyarakat umum. Pelayanan buruk tersebut dikarenakan adanya peraturan yang berlebihan, minimnya transparansi, serta tingkah laku para birokrat yang tidak mendukung untuk menciptakan hukum dan peraturan yang dapat dipatuhi oleh sebagian besar anggota masyarakat. Oleh karena itu tujuan

3.2.6 Efektivitas (effectiveness) dan efisiensi (efficiency)

68


(39)

dari tata kelola pemerintahan yang baik sebagai tujuan pertama adalah mewujudkan pendidikan politik kepada masyarakat (demokrasi) sementara tujuan kedua adalah menciptakan sistem pelayanan yang efesien dan efektif, akuntabilitas, tapi yang menjadi persoalan sekarang adalah tata kelola pemerintahan yang baik lebih fokus kepada pelayan publik, artinya ketika seseorang berbicra tata kelola pemerintahan yang baik maka yang terbayang di depan matanya adalah pelayanan yang efektif dan efesien.

Agar dapat meningkatkan kinerjanya, tata kepemerintahan membutuhkan dukungan struktur yang tepat.Oleh karena itu, pemerintahan baik pusat maupun daerah dari waktu ke waktu harus selalu menilai dukungan struktur yang ada, melakukan perubahan struktural sesuai dengan tuntutan perubahan seperti menyusun kembali struktur kelembagaan secara keseluruhan serta menyusun jabatan dan fungsi yang lebih tepat. Disamping itu, pemerintahan yang ada juga harus selalu berupaya mencapai hasil yang optimal dengan memanfaatkan dana dan sumber daya lainnya yang tersedia secara efisien. Dalam hal ini, harus ada upaya untuk selalu menilai tingkat keefektifan dan efisiensi pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk kesejahteraan dan keadilan pembangunan di Kota Medan. Tidak diterapkannya prinsip keefisienan dan keefektifan akan menyebabkan pemborosan keuangan dan sumber daya yang ada.

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh Brando Simanjuntak mengatakan bahwa pembangunan di setiap kecamatan belum merata sehingga dapat dikatakan pemerintahan Dzulmi Eldin belum mengupayakan masyarakat Kota Medan


(40)

mendapatkan kesejahteraan dan keadilan yang sama dalam pembangunan di Kota Medan. Penjelasan Brando Simanjuntak juga ditegaskan oleh anggota DPRD Kota Medan yaitu Asmui Lubis bahwa ada kesenjangan sosial antar kecamatan di Kota Medan.

“Belum. Masih terjadi kesenjangan sosial. Contohnya antara kecamatan Medan Timur dengan Medan Utara. Di Belawan banyak orang yang susah dan pembangunan lebih banyak diarahkan ke kota-kota. Yang sudah cantik aspalnya, diaspal lagi.”69

Akuntabilitas publik adalah prinsip yang menjamin bahwa setiap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka oleh pelaku kepada pihak-pihak yang terkena dampak penerapan kebijakan. Akuntabilitas didefinisikan sebagai mekanisme penggantian pejabat atau penguasa, tidak ada usaha untuk membangun monoloyalitas secara sistematis, serta ada definisi dan penanganan yang jelas terhadap pelanggaran kekuasaan dibawah rule of law. Sedangkan Akuntabilitas publik didefinisikan sebagai adanya pembatasan tugas yang jelas dan efisien. Prinsip akuntabilitas publik adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran nilainilai atau norma-norma eksternal yang dimiliki oleh para stakeholders yang berkepentingan dengan pelayanan tersebut.

3.2.7Akuntabilitas (accountability)

69


(41)

Dalam penjelasan ini didapat dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada Anggota DPRD yakni Andi Lumbangaol menjelaskan bahwa realisasi pelaksanaan pembangunan berdasarkan APBD di Kota Medan sampai saat ini masih dalam tahap belum sampai 30% yang artinya realisasinya tidak seimbang dengan waktu yang berjalan. Beliau juga menjelaskan bahwa biasanya nanti di akhir tahun lalu di percepat pembangunan di Kota Medan. Anggota DPRD lainnya yaitu Asmui Lubis juga menjelaskan bahwa Pemerintahan Kota Medan mengenai akuntabilitas anggaran untuk pembangunan Kota Medan tidak efektif dan tidak efesiensi.

“...Tidak jelas, karena APBD anggaran belanja tidak transparan.”70

Dari hasil penelitian ini peneliti melihat bahwa pemerintahan Walikota MedanDzulmi Eldin sejauh ini kurang menerapkan prinsip-prinsip dari tata kelola pemerintahan yang baik itu, terlihat dari jalannya pemerintahan Kota Medan kurang serius menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik. Walikota Medan Dzulmi Eldin banyak menerima keluhan-keluhan dari masyarakat seperti perbaikan jalan, banjir, dan macet yang belum bisa teratasi yang dalam hal ini responsif pemerintahannya kurang. Mengenai transparansi pemerintahan Dzulmi Eldin Masyarakat Kota Medan secara umum tidak ada mengetahui berapa pemasukan pengeluaran APBD Kota Medan.Keterlibatan masyarakat Kota Medan dalam pembuatan keputusan yang dilakukan Dzulmi Eldin adalah nilai positif bagi tata kelola pemerintahan Kota Medan.

70


(42)

BAB IV

Kesimpulan dan Saran

4.1. Kesimpulan

Walikota Medan Dzulmi Eldin dalam menjalankan kepemimpinanya di Balaikota paling menonjol menurut narasumber yaitu menerapkan gaya kepemimpinan Pelindung dan Penyelamat (Missionary). Perilaku atau gaya kepemimpinan yang ditunjukan oleh Dzulmi Eldin mempunyai ciri-ciri pemimpin berkepribadian ramah dan murah senyum. Dzulmi Eldin selalu berusaha secara aktif mencegah pertentangan, menghindari perdebatan, dan konflik-konflik dengan orang lain. Tipe kepemimpinan yang cocok untuk Dzulmi Eldin adalah tipe kepemimpinan kharismatik yang dalam halini diterapkan Walikota Dzulmi Eldin dalam menentukan keputusan dan kedisiplinan tata tertib sedangkan tipe kepemimpinan bebas (Lassies Faire) jika Walikota lebih sering beraktivitas di luar kantor.

Berikut ini adalah gaya kepemimpinan Dzulmi Eldin hasil penelitian dilihat dari aspek tata kelola pemerintahan yang baik.

1. Partisipasi

Keterlibatan stakeholder, bagaimana kepemimpinan Dzulmi Eldin dalam mengambil keputusan sangat tergantung dengan situasi dan kondisi. Pembongkaran pemukiman sekitaran rel kereta api, penertiban pedagang yang berjualan di trotoar (jalan Seram, Sambu) yang direlokasi ke Pasar


(43)

Induk. Dilakukan langkah antisipasi terhadap segala kemungkinan yang akan terjadi. Semua stakeholderdilibatkan, seperti melibatkan masyarakat meskipun tidak secara langsung.Melibatkan organisasi kepemudaan, masyarakat-masyarakat disetiap kecamatan, kelurahan dan juga mengajak dialog.

2. Rule of Law

Dalam penjelasan ini didapat dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap berbagai pihak yang mengetahui pasti kepemimpinan Walikota Medan Dzulmi Eldin yaituBanyak hak-hak dasar belum dilaksanakan dan diakomodir secara baik. Terjadinya banjir, tidak menciptakan suasana yang nyaman, banyak papan reklame yang tanpa IMB, tanpa ijin, dan tanpa aturan yang jelas.

3. Transparansi

Tidak adanya Transparansi atau keterbukaan yang dilakukan oleh Walikota Medan Dzulmi Eldin, seperti membahas anggaran yang dilakukan secara tidak terbuka dan semua orang tidak mengetahui anggaran, Masyarakat secara umum tidak ada mengetahui berapa pemasukan dan pengeluaran APBD. Pemerintahan Dzulmi Eldin tidak pernah memberikan kepada siapapun termasuk anggota dewan mengenai berapa titik kontrak-kontrak parkir yang berada di wilayah Kota Medan Hal ini adalah kondisi yang sangat kontras dengan yang terjadi selama ini hampir di seluruh birokrasi, pemilihan kepala SKPD dan Kepala Dinas dilakukan secara tertutup, kemudian


(44)

Masalah-masalah proyek-proyek yang ada di Kota Medan, pertanggung jawabannya kurang maksimal yang diterima oleh DPRD Kota Medan.

4. Responsiveness

Pemerintahan Walikota Medan Dzulmi Eldin dan Seluruh jajaran dibawah Dzulmi Eldin kurang merespon cepat keluhan-keluhan dari masyarakat lebih banyak diam, dan tidak peduli akan keluhah-keluhan dari masyarakat Kota Medan.

5. Consensus orientation

Berorientasi pada kepentingan masyarakat yang lebih luas, baik dalam hal kebijakan maupun prosedur.Seperti bantuan BPJS bagi masyarakat Kota Medan yang tidak mampu, kemudian para musibah kebakaran, dalam hal ini penanggulangan yang bersifat sementara cepat ditanggapi.Jika dicermati Dzulmi Eldin lebih fokus kepada aspek sementara untuk menaikan kredibilitasnya bagi kaum yang tertimpa musibah.

6. Equity

Setiap masyarakat Kota Medanbelum mendapatkan Hak yang sama untuk memperoleh kesejahteraan dan keadilan pembangunan di Kota Medan kesenjangan sosial antar Kecamatan di Kota Medan. Contohnya antara kecamatan Medan Timur dengan Medan Utara dan juga Di daerah Belawan banyak orang yang susah dan pembangunan lebih banyak diarahkan ke daerah Medan Kota yang dibuktikan dengan aspal jalan yang sudah bagus, diaspal kembali.


(45)

Pemerintahan Walikota Medan Dzulmi Eldin mengenai akuntabilitas anggaran untuk pembangunan Kota Medan tidak efektif dan tidak efesiensi.

8. Accountability

Efektivitas target anggaran belanja terhadap realisasinya Banyak yang tidak dipenuhi dan Kurang efisiensi.Realisasi pelaksanaan pembangunan berdasarkan APBD di Kota Medan sampai saat ini masih dalam tahap belum sampai 30% yang artinya realisasinya tidak seimbang dengan waktu yang berjalan. Beliau juga menjelaskan bahwa biasanya nanti di akhir tahun lalu di percepat pembangunan di Kota Medan.

9. Strategic vision

Visi Walikota Medan Dzulmi Eldin yaitu Medan berhias, kota indah yang tertata rapi dan manusiawi, dengan kepemimpinan dan pemerintah yang bersih melayani.Misi Walikota Medan Dzulmi Eldin yaitu (1) Mewujudkan Medan sebagai kota modern yang tertata rapi serta konsisten dengan Rencana Tata Ruang Wilayah; (2) Menjadikan Medan sebagai kota yang bebas dari masalah-masalah menahun seperti macet, banjir, pemukiman kumuh, sampah dan lain-lain; (3) Menjamin ketersediaan hunian dan ruang publik yang layak serta terjangkau bagi warga kota dan ketersediaan pelayanan kesehatan yang gratis sampai rawat inap dan pendidikan yang berkualitas secara gratis selama 12 tahun untuk warga Medan; (4) Membangun budaya masyarakat perkotaan yang toleran, tetapi juga sekaligus memiliki kesadaran dalam memelihara kota; dan (5) Membangun pemerintahan yang bersih dan trasparan serta berorientasi pada pelayanan publik.


(46)

4.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas penulis menyarankan Dzulmi Eldin sebagai kepala pemerintahan di Kota Medan untuk semakin memahami dan melaksanakan prinsip prinsip tata kelola pemerintahan yang digunakan untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada di daerah sehingga dapat dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemajuan masyarakat di Kota Medan. Ketika penerapan prinsip prinsip tata kelola pemerintahan dapat dimaksimalkan dengan baik, penulis percaya bahwa kemakmuran masyarakat Kota Medan yang selama ini diidam-idamkan dapat tercapai.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan Kota Medan yang sesuai prinsip – prinsip good governance, Dzulmi Eldin merupakan figure dan cermin pemerintahan Kota Medan. Oleh karena itu, Dzulmi Eldin harus menerapkan prinsip prinsip tata kelola pemerintahan yang baik di Kota Medan, sehingga partisipasi masyarakat yang diharapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah semakin ideal karena secara langsung masyarakat memiliki sosok yang dijadikan sebagai panutan dalam mewujudkan pemerintahan yang baik.


(47)

BAB II

PROFIL KOTA MEDAN DAN DZULMI ELDIN

2.1 SEJARAH KOTA MEDAN

Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai melintasi Kota Medan dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera.31

Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup daerah diantara kedua sungai tersebut. Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Hal ini merupakan penelitian dari Van Hissink tahun 1900 yang dilanjutkan oleh penelitian Vriens tahun 1910 bahwa disamping jenis tanah seperti tadi ada lagi ditemui jenis tanah liat yang spesifik. Tanah liat inilah pada waktu penjajahan Belanda ditempat yang bernama Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli (Medan– Deli). Setelah zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya kurang popular.

31

Sejarah Lahirnya Kota Medan https://www.academia.edu/8313671/BAB_I_PENDAHULUAN diakses pada 7 Agustus 2016 Pukul 01.12. WIB.


(48)

Bakaran Batu (sekarang Medan Tenggara atau Menteng) orang membakar batu bata yang berkwalitas tinggi dan salah satu pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli Klei.

Mengenai curah hujan di Tanah Deli digolongkan dua macam yakni : Maksima Utama dan Maksima Tambahan. Maksima Utama terjadi pada bulan-bulan Oktober s/d bulan Desember sedang Maksima Tambahan antara bulan Januari s/d September. Secara rinci curah hujan di Medan rata-rata 2000 pertahun dengan intensitas rata-rata 4,4 mm/jam.Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan disana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara.

Pada awal perkembangannya merupakan sebuah kampung kecil bernama "Medan Putri". Perkembangan Kampung "Medan Putri" tidak terlepas dari posisinya yang strategis karena terletak di pertemuan sungai Deli dan sungai Babura, tidak jauh dari jalan Putri Hijau sekarang. Kedua sungai tersebut pada zaman dahulu merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai, sehingga dengan demikian Kampung "Medan Putri" yang merupakan cikal bakal Kota Medan, cepat berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting.32

32

R.Thaib. 1959. Lima Puluh Tahun Kotapraja. Medan: Panitia Tahun Kotapraja Medan. hal. 44. Lihat dalam

Semakin lama semakin banyak orang berdatangan ke kampung ini dan isteri Guru Patimpus yang mendirikan

2016 pukul 01.18 WIB.


(49)

kampung Medan melahirkan anaknya yang pertama seorang laki-laki dan dinamai si Kolok. Mata pencarian orang di Kampung Medan yang mereka namai dengan si Sepuluh dua Kuta adalah bertani menanam lada. Tidak lama kemudian lahirlah anak kedua Guru Patimpus dan anak inipun laki-laki dinamai si Kecik.

Pada zamannya Guru Patimpus merupakan tergolong orang yang berfikiran maju. Hal ini terbukti dengan menyuruh anaknya berguru (menuntut ilmu) membaca Alqur’an kepada Datuk Kota Bangun dan kemudian memperdalam tentang agama Islam ke Aceh.Kampung Medan ini merupakan Benteng dan sisanya masih ada terdiri dari dinding dua lapis berbentuk bundaran yang terdapat dipertemuan antara dua sungai yakni Sungai Deli dan sungai Babura. Rumah Administrateur terletak diseberang sungai dari kampung Medan. Kalau kita lihat bahwa letak dari Kampung Medan ini adalah di Wisma Benteng sekarang dan rumah Administrateur tersebut adalah kantor PTP IX Tembakau Deli yang sekarang ini.

Sekitar tahun 1612 setelah dua dasa warsa berdiri Kampung Medan, Sultan Iskandar Muda yang berkuasa di Aceh mengirim Panglimanya bernama Gocah Pahlawan yang bergelar Laksamana Kuda Bintan untuk menjadi pemimpin yang mewakili kerajaan Aceh di Tanah Deli. Gocah Pahlawan membuka negeri baru di Sungai Lalang, Percut. Selaku Wali dan Wakil Sultan Aceh serta dengan memanfaatkan kebesaran imperium Aceh, Gocah Pahlawan berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, sehingga meliputi Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kecamatan Medan Deli sekarang. Dia juga mendirikan kampung-kampung Gunung Klarus, Sampali, Kota Bangun, Pulau Brayan, Kota Jawa, Kota Rengas Percut dan Sigara-gara.Dengan tampilnya Gocah pahlawan mulailah berkembang Kerajaan Deli


(50)

dan tahun 1632 Gocah Pahlawan kawin dengan putri Datuk Sunggal. Setelah terjadi perkawinan ini raja-raja di Kampung Medan menyerah pada Gocah Pahlawan.

Gocah Pahlawan wafat pada tahun 1653 dan digantikan oleh puteranya Tuangku Panglima Perunggit, yang kemudian memproklamirkan kemerdekaan Kesultanan Deli dari Kesultanan Aceh pada tahun 1669, dengan ibukotanya di Labuhan, kira-kira 20 km dari Medan. Jhon Anderson seorang Inggris melakukan kunjungan ke Kampung Medan tahun 1823 dan mencatat dalam bukunya Mission to the East Coast of Sumatera bahwa penduduk Kampung Medan pada waktu itu masih berjumlah 200 orang tapi dia hanya melihat penduduk yang berdiam dipertemuan antara dua sungai tersebut.33

Pesatnya perkembangan Kampung "Medan Putri", juga tidak terlepas dari perkebunan tembakau yang sangat terkenal dengan tembakau Delinya, yang merupakan tembakau terbaik untuk pembungkus cerutu. Pada tahun 1863, Sultan Deli memberikan kepada Nienhuys Van der Falk dan Elliot dari Firma Van Keeuwen en Mainz & Co, tanah seluas 4.000 bahu (1 bahu = 0,74 ha) secara erfpacht 20 tahun di Tanjung Sepassi, dekat Labuhan. Contoh tembakau deli. Maret 1864, contoh hasil Anderson menyebutkan dalam bukunya “Mission to the East Coast of Sumatera“ bahwa sepanjang sungai Deli hingga ke dinding tembok mesjid Kampung Medan di bangun dengan batu-batu granit berbentuk bujur sangkar. Batu-batu ini diambil dari sebuah Candi Hindu Kuno di Jawa.

33

John Anderson. 1924. Mission to The East Cost of Sumatra: A Report. London: Blackwood. Lihat juga penjasalan K. J. Pelzer. 1978. Planter and Peasent: ColonialPolicy and the Agrarian Stuggle in East Coast Sumatera (1863–1847). S’Gravenhage: Martinus Nijhoff. Lihat dalam Lambok W. P. Sitorus. 2016. Aktor dan Pemilu 2014 di Kota Medan (Studi Tentang Bentuk Dukungan Saling Menguntungkan Organisasi Kemasyarakatan dengan Calon Anggota DPRD Kota Medan Daerah Pemilihan 2 pada Pemilu Legislatif 2014)Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara. hal. 32.


(51)

panen dikirim ke Rotterdam di Belanda, untuk diuji kualitasnya. Ternyata daun tembakau tersebut sangat baik dan berkualitas tinggi untuk pembungkus cerutu.

Kemudian di tahun 1866, Jannsen, P.W. Clemen, Cremer dan Nienhuys mendirikan de Deli Maatscapij di Labuhan. Kemudian melakukan ekspansi perkebunan baru di daerah Martubung, Sunggal (1869), Sungai Beras dan Klumpang (1875), sehingga jumlahnya mencapai 22 perusahaan perkebunan pada tahun 1874. Mengingat kegiatan perdagangan tembakau yang sudah sangat luas dan berkembang, Nienhuys memindahkan kantor perusahaannya dari Labuhan ke Kampung "Medan Putri". Dengan demikian "Kampung Medan Putri" menjadi semakin ramai dan selanjutnya berkembang dengan nama yang lebih dikenal sebagai Kota Medan.34

No

Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di provinsi Sumatera Utara, kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah.

Tabel 2.1. Daftar Nama Walikota Medan Sepanjang Masa

Nama Walikota Medan Masa Bakti

1 MR. Luat Siregar 3 Oktober 1945 s/d 10 November 1945 2 MR. M. Yusuf 10 November 1945 s/d Agustus 1947

34

Kota Medan adalah Ibukota provinsi Sumatera Utara yang dahulu pertama kali dibuka perkampungan Medan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi, seorang anak dari pemimpin Karo.


(52)

3 Djaidin Purba 1 November 1947 s/d 12 Juli 1952 4 A. M. Jalaludin 12 Juli 1952 s/d 1 Desember 1954 5 H. Muda Siregar 6 Desember 1954 s/d 14 Juni 1958 6 Madja Purba 3 Juli 1958 s/d 28 Agustus 1961 7 Basyrah Lubis 28 Februari 1961 s/d 30 Oktober 1964 8 P. R. Telaumbanua 10 Oktober 1964 s/d 28 Agustus 1965 9 Aminurrasyid 28 Agustus 1965 s/d 26 September 1966 10 Drs. Sjoerkani 26 September 1966 s/d 3 Juli 1974 11 A. M. Saleh Arifin 3 Juli 1974 s/d 31 Maret 1980 12 H. A. S. Rangkuti 1 April 1980 s/d 31 Maret 1990 13 H. Bachtiar Djafar 1 April 1990 s/d 31 Maret 2000 14 Drs. Abdillah, Ak, MBA 1 April 2000 s/d 20 Agustus 2008 15 Drs. H. Afifuddin Lubis, M.Si 20 Agustus 2008 s/d 22 Juli 2009 16 Drs. Rahudman Harahap, MM 16 Juli 2010 s/d 15 Mei 2013 17 Drs. H. T. Dzulmi Eldin, M.Si 18Juni 2014 sampai sekarang


(53)

2.2 LETAK GEOGRAFIS

Secara geografis Kota Medan terletak pada 3⁰30’-3⁰43’ Lintang Utara dan 98⁰35’-98⁰44’ Bujur Timur.35

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Disamping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah

Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar atau 265,10 Km2 atau sama dengan 3,6% dari total luas wilayah Provinsi Sumatera Utara.Topografi Kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter diatas permukaan laut. Secara administratif, wilayah Kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia.

35

Kota Medan, pintu gerbang utara sumatera http://www.gosumatra.com/kota-medan/ diakses pada 7 agustus 2016 pukul 01.23 WIB.


(54)

mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973, Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan.36

36 Maghfira Faraidiany. 2015. Politik Identitas Etnis Di Indonesia Suatu Studi Terhadap Politik Identitas Etnis

Tionghoa Di Kota Medan. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara. hal. 33

Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan. Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan.


(55)

Kotamadya Medan memiliki 21 Kecamatan dan 158 Kelurahan. Adapun luas wilayah masing-masing kecamatan dapat dilihat dalam tabel I berikut ini37

No

:

Tabel 2.2. Luas Wilayah Kota Medan Berdasarkan Kecamatan

Kecamatan Luas

(���)

Persentase (%)

1. Medan Tuntungan 20,68 7,80

2. Medan Selayang 12,81 4,83

3. Medan Johor 14,58 5,50

4. Medan Amplas 11,19 4,22

5. Medan Denai 9,05 3,41

6. Medan Tembung 7,99 3,01

7. Medan Kota 5,27 1,99

8. Medan Area 5,52 2,08

9. Medan Baru 5,84 2,20

10. Medan Polonia 9,01 3,40

11. Medan Maimun 2,98 1,13

12. Medan Sunggal 15,44 5,83

13. Medan Helvetia 13,16 4,97

14. Medan Barat 6,82 2,57

15. Medan Petisah 5,33 2,01


(56)

16. Medan Tmur 7,76 2,93

17. Medan Perjuangan 4,09 1,54

18. Medan Deli 20,84 7,86

19. Medan Labuhan 36,67 13,83

20. Medan Marelan 23,82 8,89

21. Medan Belawan 26,25 9,90

Jumlah 265,10 100

Sumber: Data diolah dari BPS Kota Medan

2.3 DEMOGRAFI PENDUDUK

Demografi Penduduk Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Secara Demografi, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola fakir masyarakat dan perubahan sosial ekonominya. Disisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.

Penduduk Kota Medan terdiri dari berbagai macam suku atau etnis. Sebelum kedatangan bangsa asing ke wilayah Medan yang merupakan bagian dari wilayah


(57)

Sumatera Timur pada saat itu, penduduk Medan masih dihuni oleh suku-suku asli, seperti : Melayu, Simalungun, dan Karo. Namun, seiring dengan hadir dan berkembangnya perkebunan tembakau di Sumatera Timur maka demografi penduduk Medan berubah dengan hadirnya suku suku pendatang, seperti Jawa, Batak Toba, Cina, dan India. Suku-suku pendatang itu tinggal menetap dan telah bercampur baur dengan penduduk asli sehingga Kota Medan sampai saat ini dihuni oleh berbagai macam etnis, seperti: Melayu, Simalungun, Batak Toba, Mandailing, Cina, Angkola, Karo, Tamil, Benggali, Jawa, dan lain sebagai. Suku-suku yang ada di Kota Medan ini hidup secara harmonis dan toleran antara satu suku dengan yang lain.38

Suku bangsa

Tabel 2.3. Perbandingan Suku Bangsa di Kota Medan pada Tahun 1930, 1980, 2000 Tahun 1930 Tahun 1980 Tahun 2000

Jawa 24,9% 29,41% 33,03%

Batak 10,7% 14,11% -

Tionghoa 35,63% 12,8% 10,65%

Mandailing 6,43% 11,91% 9,36%

Minangkabau 7,3% 10,93% 8,6%

Melayu 7,06% 8,57% 6,59%

Karo 0,12% 3,99% 4,10%

Aceh - 2,19% 2,78%

Sunda 1,58% 1,90% -

Lain-lain 16,62% 4,13% 3,95%

Sumber: 1930 Da

Kota Medan memiliki beragam etnis dengan mayoritas penduduk beretnis agaman etnis di Medan terlihat dari jumlah banyak tersebar di seluruh kota.


(58)

Gambar 2.1. Peta Kota Medan

Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka.


(59)

Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Agama yang Dianut.

No Kecamatan Islam Protestan Katolik Hindu Budha Lainnya

1. Medan Tuntungan 62396 19414 10301 133 101 - 2. Medan Johor 72082 28660 12229 15563 11733 -

3. Medan Amplas 87979 24391 3223 737 192 -

4. Medan Denai 132193 42565 9095 107 866 -

5. Medan Area 9467 6807 1647 429 28918 13

6. Medan Kota 37373 - 21948 314 23578 -

7. Medan Maimun 8000 232 261 231 125 -

8. Medan Polonia 25000 8822 369 2494 7615 -

9. Medan Baru 21459 17653 6536 2450 3989 -

10. Medan Selayang 51674 24286 8678 1385 1097 - 11. Medan Sunggal 64658 29963 20737 9136 12808 - 12. Medan Helvetia 84717 30714 14190 408 3188 - 13. Medan Petisah 48399 26872 2901 2050 21595 - 14. Medan Barat 51212 14793 4995 1325 25801 -

15. Medan Timur 765 18075 5485 3824 13565 -

16. Medan Perjuangan 71529 27756 2462 1196 14983 - 17. Medan Tembung 108675 40875 2179 917 9340 -

18. Medan Deli 100530 8386 2536 478 12243 -

19. Medan Labuhan 90849 24944 6281 29 7753 - 20. Medan Marelan 11494 4372 2691 227 6467 33 21. Medan Belawan 67090 19836 4893 76 3689 -


(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kebaikan, kekuatan dan cinta kasihNya kepada peneliti sehingga peneliti mampu menyelesaikan tugas akhir penyusunan skripsi ini. Skripsi ini berjudul Kepemimpinan Dzulmi Eldin Sebagai Walikota Medan Berdasarkan Prinsip Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik. Skripsi ini diajukan guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada DepartemenIlmuPolitik, FakultasIlmuSosialdanIlmuPolitik, Universitas Sumatera Utara.

Penelitianiniakanmengeksplorasikepemimpinanwalikotamedan yaitu Dzulmi Eldin dalam konsep Good Governance, yaitu konsep pemerintahan yang baik. Konsep Good Governance adalah nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat dan nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan (nasional), kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dan rasa bersyukur, peneliti menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si., selaku Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Adil Arifin, S.Sos, M. A., selaku Dosen Pembimbing yang dengan kesabaran dan pengertian telah bersedia meluangkan waktunya serta


(2)

6. Terima kasih kepada informan dalam penelitian ini Bagian Umum Setda Kota Medan, Anggota DPRD Kota Medan yaitu Andi Lumban Gaol SH, Asmui Lubis S.PdI, Waginto ST MT, Drs Brando Simanjuntak, Achmad Bachori Nasution ST MT.

7. Orangtua saya J. Nababan dan D. Manurung, Terimakasih kepada kalian berdua sabar dan dengan rendah hati menunggu proses sidang skripsi saya. Saya meminta maaf karena sudah terlalu lama mengerjakan skripsi saya ini. Karya ini buat kalian berdua.

8. Abang saya David, kakaksaya Elisabeth, Vera, Risma dan juga adik saya Josua, Yohanes, dan Yakobus. Terimakasih atas dukungan dan doanya untuk karya ini.

9. Lae saya Roy Simanjuntak dan Herlan Siahaan. Terimakasih atas dukungan dan materinya untuk karya ini.

10. Teman saya Lambok Wempi Pahala Sitorus, terimakasih atas dukungan semangat dalam mengerjakan karya ini.

11. Kawan-kawan sayaPolitik stambuk 2011, Terimakasih atas kebersamaan ini.

Medan, Oktober 2016


(3)

DAFTAR ISI

HalamanJudul………. i

HalamanPersetujuan……….. ii

HalamanPengesahan……….. iii

Abstrak………. iv

Abstract……….... v

LembarPersembahan……….…… vi

Kata Pengantar……… vii

Daftar Isi………... ix

DaftarGambar………. xi

DaftarTabel………. xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakangMasalah ... 1

1.2. PerumusanMasalah ... 15

1.3. Pembatas Masalah ... 15

1.4. Tujuan Penelitian... 15

1.5. ManfaatPenelitian ... 16

1.6. KerangkaTeoridanKonsep... 16

1.6.1. Kepemimpinan ... 16

1.6.2. Konsep Good Governance(Pemerintahan Yang Baik) ... 29

1.7. MetodePenelitian... 34

1.7.1. JenisPenelitian ... 34

1.7.2. Lokasi Penelitian ... 34

1.7.3. TeknikPengumpulan Data ... 35

1.7.4. BaganTeknik Analisa Data ... 36

1.8. SistematikaPenulisan ... 36

BAB II PROFIL KOTA MEDAN DZULMI ELDIN 2.1 Sejarah Kota Medan... 38


(4)

BAB III ANALISIS KEPEMIMPINAN DZULMI ELDIN SEBAGAI

WALIKOTA MEDAN BERDASARKAN PRINSIP TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK

3.1 Kepemimpinan Dzulmi Eldin ... 78

3.1.1 Gaya Kepemimpinan Yang Diterapkan Dzulmi Eldin... 80

3.1.2 Gaya Kepemimpinan Pelindung dan Penyelamat ... 82

3.1.3 Tipe Kepemimpinan Kharismatik dan Laissez Faire Dzulmi Eldin ... 87

3.1.4 Model Kepemimpinan Dzulmi Eldin dalam Membuat Keputusan ... 90

3.1.5 Sifat Kepemimpinan Dzulmi Eldin ... 92

3.2 Kepemimpinan Berdasarkan Prinsip Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik ... 93

3.2.1 Partisipasi (participation) ... 94

3.2.2 Kesetaraan (Equity) ... 95

3.2.3 Consensus Orientation ... 95

3.2.4 Penegakan Hukum (Rule of Law) ... 96

3.2.5 Transparansi (transparency) ... 97

3.2.6 Responsif (responsiveness) ... 99

3.2.7 Efektivitas (effectiveness) dan efisiensi (efficiency) ... 100

3.2.8 Akuntabilitas (accountability) ... 101

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 103

4.2 Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA……… xiii LAMPIRAN


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Kota Medan ... 49 Gambar 2.2 Stuktur Organisasi Pemerintahan Kota Medan ... 77


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar Nama Walikota Medan Sepanjang Masa ... 43 Tabel 2.2 Luas Wilayah Kota Medan Berdasarkan Kecamatan ... 46 Tabel 2.3 Perbandingan Suku Bangsa di Kota Medan pada Tahun

1930, 1980, 2000 ... 48 Tabel2.4 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Agama

yang Dianut. ... 50 Tabel2.5 Status Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Kota

Medan ... 51 Tabel2.6 Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi

Kasar (APK) Menurut Jenjang Pendidikan di Kota

Medan ... 52 Tabel 2.7 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Di Kota