Respon Tanaman Sukun (Arthocarpus communiis Forst) Terhadap Penggunaan Pelepah Pisang Sebagai Mulsa Organik Pada DTA Danau Toba, Desa Paropo, Kecamatan Silahi Sabungan
LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis rancangan percobaan pertambahan tinggi (cm) bibit sukun DATA 1
Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan
I II III IV V
P0 1.1 0.7 2.0 1.3 0.5 5.6 1.12
P1 2.0 0.5 0.5 2.0 4.0 9.0 1.80
P2 0.4 2.2 0.4 2.5 1.1 6.6 1.32
P3 3.7 1.5 1.6 1.5 0.6 8.9 1.78
P4 5.0 0.4 0 0.1 0.0 5.5 1.10
DATA 2
Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan
I II III IV V
P0 1.6 1.2 2.3 1.8 0.9 7.8 1.56
P1 4.2 3.5 2.0 5.5 7.0 22.2 4.44
P2 1.5 3.1 2.0 4.1 6.1 16.8 3.36
P3 5.8 3.1 2.2 3.3 1.2 15.6 3.12
P4 6.5 1.6 2.6 0.7 2.2 13.6 2.72
DATA 3
Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan
I II III IV V
P0 2.1 1.7 2.7 1.9 6.3 14.7 2.94
P1 8.6 8.0 6.5 7.0 10.5 40.6 8.12
P2 4.2 7.5 6.1 7.2 11.4 36.4 7.28
P3 9.5 6.5 7.2 5.7 7.1 36.0 7.20
P4 8.0 5.6 11.5 11.4 6.5 43.0 8.60
DATA 4
Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan
I II III IV V
P0 2.7 2.3 3.1 3.2 8.1 19.4 3.88
P1 13.2 12.0 10.0 13.0 14.2 62.4 12.48
P2 9.1 12.0 10.4 10.3 16.3 58.1 11.62
P3 14.9 11.4 9.1 8.7 10.3 54.4 10.88
(2)
DATA 5
Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan
I II III IV V
P0 4.6 4.0 5.4 5.5 9.9 29.4 5.88
P1 18.0 17.0 17.3 17.0 19.0 89.3 17.86
P2 15.1 18.2 15.2 14.0 21.5 84.0 16.78
P3 19.2 16.1 11.2 13.2 18.1 77.8 15.76
P4 18.0 24.6 24.8 16.8 15.5 99.7 19.94
Analisis Ragam pertumbuhan tinggi bibit sukun Sumber
Keragaman
Db Jumlah
Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung F Tabel
Perlakuan 4 673.49 168.37 17.94* 3.01
Blok 4 24.20 6.05 0.64tn 3.01
Galat 16 150.15 9.38
Total 24 847.85
Keterangan : tn : tidak nyata *
: Nyata
P0 : Persentase 0% (Kontrol) P1 : Persentase 25%
P2 : Persentase 50% P3 : Persentase 75% P4 : Persentase 100%
Lampiran 2. Analisis rancangan percobaan pertambahan diameter (cm) bibit sukun
DATA 1
Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan
I II III IV V
P0 0.018 0.036 0.028 0.043 0.037 0.162 0.0324
P1 0.041 0.015 0.004 0.005 0.025 0.090 0.0180
P2 0.008 0.055 0.012 0.018 0.035 0.128 0.0256
P3 0.013 0.114 0.004 0.011 0.103 0.245 0.0490
(3)
DATA 2
Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan
I II III IV V
P0 0.040 0.067 0.060 0.071 0.073 0.311 0.0622
P1 0.063 0.035 0.009 0.015 0.120 0.242 0.0484
P2 0.020 0.095 0.050 0.069 0.145 0.379 0.0758
P3 0.033 0.132 0.060 0.022 0.158 0.369 0.0738
P4 0.013 0.055 0.020 0.012 0.184 0.284 0.0568
DATA 3
Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan
I II III IV V
P0 0.068 0.084 0.090 0.099 0.105 0.446 0.0892
P1 0.192 0.105 0.081 0.039 0.230 0.647 0.1294
P2 0.048 0.175 0.195 0.142 0.300 0.860 0.1720
P3 0.113 0.224 0.109 0.124 0.283 0.853 0.1706
P4 0.072 0.170 0.090 0.060 0.124 0.516 0.1032
DATA 4
Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan
I II III IV V
P0 0.090 0.106 0.112 0.113 0.139 0.560 0.1120
P1 0.295 0.140 0.126 0.074 0.345 0.980 0.1960
P2 0.123 0.215 0.305 0.242 0.380 1.265 0.2530
P3 0.198 0.359 0.209 0.169 0.378 1.313 0.2626
P4 0.177 0.200 0.345 0.215 0.229 1.166 0.2332
DATA 5
Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan
I II III IV V
P0 0.131 0.158 0.134 0.148 0.163 0.734 0.1468
P1 0.340 0.180 0.196 0.134 0.395 1.245 0.2490
P2 0.188 0.275 0.350 0.267 0.415 1.556 0.3110
P3 0.258 0.409 0.259 0.189 0.423 1.487 0.2970
(4)
Analisis Ragam pertumbuhan diameter bibit sukun Sumber
Keragaman
db Jumlah
Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung F Tabel Perlakuan 4 0.09 0.022 0.47tn 3.01
Blok 4 0.03 0.009 0.19tn 3.01
Galat 16 0.75 0.047 Total 24 0.88
Keterangan : tn : tidak nyata *
: Nyata
P0 : Persentase 0% (Kontrol) P1 : Persentase 25%
P2 : Persentase 50% P3 : Persentase 75% P4 : Persentase 100%
Lampiran 3.Analisis rancangan percobaan jumlah daun bibit sukun Data jumlah daun pada minggu VI
Perlakuan ULANGAN Total
Rata-rata
I II III IV V
P0 7 5 5 8 7 32 6.4
P1 12 7 9 9 13 50 10
P2 11 9 8 12 11 51 10.2
P3 11 8 6 10 10 45 9
P4 10 8 5 5 7 35 7
Total 51 37 33 44 48 213 8.52
Analisis Ragam jumlah daun bibit sukun Sumber
Keragaman
Db Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung F Tabel
Perlakuan 4 60.24 15.06 7.78* 3.01
Blok 4 45.04 11.26 5.81* 3.01
Galat 16 30.96 1.93
(5)
Keterangan : tn : tidak nyata *
: Nyata
P0 : Persentase 0% (Kontrol) P1 : Persentase 25%
P2 : Persentase 50% P3 : Persentase 75% P4 : Persentase 100%
Lampiran 4. Analisis rancangan percobaan luas daun (cm2) Data luas daun bibit sukun minggu VI
Perlakuan ULANGAN Total
Rata-rata I II III IV V
P0 42.509 18.801 39.864 35.351 20.691 157.216 31.443 P1 17.693 35.716 40.525 25.160 21.778 140.872 28.174 P2 35.639 42.931 25.251 17.629 22.231 143.681 28.736 P3 39.452 27.279 18.241 40.443 50.112 175.527 35.105 P4 53.601 61.433 50.456 30.511 21.779 217.780 43.556 Total 188.894 186.160 174.337 149.094 136.591 835.076 33.403
Analisis ragam luas daun bibit sukun Sumber
Keragaman
Db Jumlah
Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung F Tabel
Perlakuan 4 794.698 198.674 1.231tn 3.01
Blok 4 429.123 107.280 0.664tn 3.01
Galat 16 2581.943 161.371
Total 24 3805.764
Keterangan : tn : tidak nyata *
: Nyata
P0 : Persentase 0% (Kontrol) P1 : Persentase 25%
(6)
P2 : Persentase 50% P3 : Persentase 75% P4 : Persentase 100%
Lampiran 5. Analisis rancangan percobaan luas tajuk (cm2) Data luas tajuk bibit sukun minggu VI
Perlakuan ULANGAN Total Rata-rata
I II III IV V
P0 1319.58 1074.66 1256.00 961.62 572.26 5184.14 1036.82 P1 706.50 803.84 907.46 706.50 1319.58 4443.88 888.77 P2 1256.00 1017.36 706.50 803.84 961.62 4745.32 949.06 P3 1256.00 1256.00 1017.36 706.50 615.44 4851.30 970.26 P4 1384.74 1661.06 1256.00 1319.58 1734.06 7339.86 1471.09 Total 5922.82 5812.92 5143.32 4498.05 5202.98 26580.10 1063.20
Analisis ragam luas tajuk bibit sukun Sumber
keragaman
db Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung F Tabel
Perlakuan 4 1095788.79 273947.19 4.10* 3.01
Blok 4 265361.02 66340.25 0.99tn 3.01
Galat 16 1066998.51 66687.40
Total 24 2428148.34
Keterangan : tn : tidak nyata *
: Nyata
P0 : Persentase 0% (Kontrol) P1 : Persentase 25%
P2 : Persentase 50% P3 : Persentase 75% P4 : Persentase 100%
(7)
Lampiran. Dokumentasi Penelitian
Pengukuran tajuk dan daun
(8)
DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, H.A. 2011. Pengaruh Umur Induk, Umur Tunas, dan Jenis Media terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Sukun. Jurnal Pemuliaan Tanaman. Vol.5 no 1, 31:40.
Alrasyid, H. 2013. Pedoman Penanaman Sukun. Informasi Teknis. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.
Dewi. R, Nurul A, Koesriharti. 2013. Kajian Penggunaan Macam Mulsa Organik pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Besar (Capsicum annuum L.). Jurnal Produksi Tanaman. Vol 1 No 2.
Harahab, N. 2009. Pengaruh Ekosistem Hutan Mangrove Terhadap Produksi Perikanan Tangkap (Studi kasus di Kab. Pasuruan, Jawa Timur). Jurnal Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang.
Irwanto. 2001. Pengaruh Hormon IBA (Idole Butyric Acid) Terhadap Persen Jadi Stek Pucuk Meranti Putih (Shorea montigena). Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. Ambon.
Islami, T dan Utomo W. H. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press. Semarang.
ITB. 2001. Kajian Teknis Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Kawasan Danau Toba. Bandung, Jawa Barat.
Jumin H.B. 2005. Dasar- Dasar Agronomi. PT Raja Grafindo Persada.
Kartikawati, N. K. dan H. A. Adinugraha. 2003. Teknik Persemaian dan Informasi Benih Sukun. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta.
Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2011. Profil 15 Danau Prioritas Nasional Jakarta .
Kementerian Kehutanan. 2012. Mulsa Daun KeringPengendali Gulma dan Penyubur Tanah di Hutan Tanaman.
Laksamana, R. C. Penggunaan Beberapa Jenis Penahan Air Untuk Mendukung Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpus communis Forst). 2011. Skripsi. Program Studi Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.
(9)
Lumbanraja, P. 2012. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Sapi dan Jenis Mulsa terhadap Kapasitas Pegang Air Tanah dan Pertumbuhan Tanman Kedelai
(Glycine max L) pada Tanah Ultisol Simalingkar. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Tinggi. Vol 5 no 2, 58-72.
Mulyatri. 2003. Peranan PengelolaanTanah dan Bahan Organik Terhadap Konservasi Tanah dan Air. Pros. Sem. Nas. Hasil-hasil Penelitian dan Teknologi Spesifik Lokasi.
Pitojo, S. 1992. Budidaya Sukun. Kanisius. Yogyakarta.
Purwantoyo, Eling. 2007. Budidaya dan Pasca Panen Sukun. Aneka Ilmu, Semarang.
Rauf, A. 2009. Profil Arboretum USU 2006-2008. USU Press. Medan.
Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1992. Plant Physiology. 4rd Ed. Wadsworth Publishing Company. California.
Sianturi, Tumiar. 2004. Degradasi Danau Toba. Repository USU, Medan.
Siregar, A.Z. 2008. Pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba tanggung jawab Siapa?. Repository USU Medan.
Suhayatun, S. 2006. Peranan Berbagai Jenis Mulsa Organik dalam Manajemen Sumber Daya Tanah. Research Report From LAPTUNILAPP. Diakses via internet http://www.digilib.itb.ac.id/gdl. [8 September 2014].
Sumarno, M.S. 2004. Pengelolaan Air Tanah Bagi Tanaman. Materi Kuliah : Manajemen Sumber Daya Air. Program Pasca Sarjana, Universitas Brawijaya, Malang.
Triwiyatno, E.A. 2003. Bibit Sukun Cilacap. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Wahyuningrum, N., C. Nugroho SP.,Wardojo, Beny Harjadi, Endang Savitri,
Sudimin, Sudirman. Klasifikasi Kemampuan dan Kesesuaian Lahan. Info DAS Surakarta NO 15 Tahun 2003.http://www. Bebas banjir 2015.html (8 september 2015).
Wiharjo, 1997. Bertanam Semangka. Kanisius, Yogyakarta.
Mansfield, T.A. dan C.J. Atkinson. 1990. Stomatal Behavior in Water Stressed Plants. Dalam: Alscher dan Cumming (Eds). Stress Response in Plant
(10)
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba,
di Desa Paropo Kecamatan Silahi Sabungan, Kabupaten Dairi Sumatera Utara.
Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dimulai dari bulan November 2015
sampai dengan bulan Januari 2016.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman sukun
(Arthocarpus communiis Forst), mulsa pelepah pisang, top soil, benang, dan
kertas label. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cangkul, camera
digital, alat tulis, kalkulator, gunting, penggaris, jangka sorong, kertas millimeter,
pisau cutter, Microsoft Excel, dan software image J.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK)
non faktorial dengan 5 perlakuan. Mulsa pelepah pisang yang digunakan adalah
mulsa pelepah pisang yang telah dimodifikasi dengan kerapatan lubang 0%
(kontrol), 25%, 50%, 75%, 100% dengan ukuran mulsa 40 x 40 cm. Jumlah bibit
tanaman sukun adalah 25 bibit.
Model rancangan acak kelompok yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
Yij = µ + τί + βĵ + єіј Keterangan :
Yij = Nilai hasil pengamatan tanaman sukun pada ulangan ke-j yang mengalami
(11)
µ = Rataan umum pertumbuhan sukun
τί = Pengaruh perlakuan mulsa terhadap pertumbuhan bibit sukun βĵ = Pengaruh ulangan ke-j
єіј = Pengaruh galad percobaan pada ulangan ke-j dan perlakuan mulsa ke-i Pada pengolahan data dilakukan dengan uji F pada sistem Microsoft Excel.
Jika ANOVA berpengaruh nyata terhadap uji F, maka dilanjutkan dengan uji
lanjutan berdasarkan uji jarak DMRT (Duncan Multiple Range Test).
Prosedur Penelitian 1. Penyediaan Bibit
Bibit sukun yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bibit yang berasal
dari daerah Tanjung Morawa. Bibit sukun berumur ± 3 bulan sebanyak 25
bibit, yang akan ditanam di DTA Danau Toba, Desa Paropo kecamatan Silahi
Sabungan.
2. Penanaman
Dilakukan penanaman bibit sukun di DTA Danau Toba, Desa Paropo
kecamatan Silahi Sabungan dengan lubang tanam ukuran 20cm x 20cm x
20cm dan jarak tanam adalah 5m x 5m.
3. Pemberian Mulsa Pelepah Pisang
Mulsa pelepah pisang yang telah dimodifikasi diberikan ke tanaman sukun
dengan jumlah bibit pada setiap persentasi adalah 5 bibit.
4. Parameter Pengamatan
Sebelum dilakukan pengamatan parameter, dilakukan terlebih dahulu
pengambilan data tiap awal parameter. Jadi data yang diperoleh pada saat
(12)
dilakukan dua minggu setelah tanam (2 MST). Pengamatan dilakukan selama
3 bulan (Mansur dan Surahman, 2011). Parameter yang diamati antara lain
adalah :
a. Pertambahan tinggi (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang dipermukaan tanah
hingga titik tumbuh bibit menggunakan penggaris. Pengambilan data
dilakukan dua minggu sekali.
b. Diameter bibit (mm)
Pengukuran diameter menggunakan jangka sorong, diukur pada pangkal
batang sekitar 3 cm dari permukaan tanah yang sudah ditandai dan pada
ujung batang bebas cabang. Hasil pengukuran kemudian dijumlahkan dan
dibagi 2 untuk mendapatkan rataan diameter untuk satu bibit. Pengukuran
dilakukan setiap dua minggu sekali.
c. Jumlah daun (helai)
Jumlah daun dihitung pada akhir penelitian. Daun yang dihitung adalah
daun yang sudah terbuka sempurna. Setelah dihitung, kemudian
dibandingkan pertumbuhan jumlah daun setelah pengamatan dengan
jumlah daun sebelum pegamatan.
d. Luas daun (cm2)
Pengukuran luas daun diambil saat pengambilan data terkahir dari setiap
bibit sukun. Daun diukur dengan penggaris dan kemudian di foto . Untuk
(13)
e. Persen hidup bibit
Pengukuran persen hidup bibit dilakukan pada saat akhir pengukuran.
Persen hidup bibit sukun dihitung dengan membandingkan jumlah bibit
yang hidup dengan jumlah bibit sukun yang ditanam. Pengukuran persen
hidup dapat dihitung dengan persamaan:
Pi = ni N
x100% Keterangan:
Pi = Persen tumbuh bibit
ni = Jumlah bibit yang hidup
N = Jumlah bibit yang ditanam
Dalam penelitian ini akan menggunakan 5 perlakuan, yaitu sebagai
berikut:
P0 = Kontrol
P1 = Mulsa pelepah pisang dengan kerapatan 25% P2= Mulsa pelepah pisang dengan kerapatan 50% P3= Mulsa pelepah pisang dengan kerapatan 75 % P4= Mulsa pelepah pisang dengan kerapatan 100%.
(14)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 90 hari dengan
parameter pengamatan yang diteliti adalah tinggi, diameter, jumlah daun, luas
tajuk, luas daun, sehingga diperoleh data sebagai berikut :
Pertambahan tinggi
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 3 bulan di lapangan
untuk parameter pertambahan tinggi, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman Sukun Selama 3 Bulan
Perlakuan Tinggi (cm)
P0 P1 P2 P3 P4
5.88 a 17.86 b
16.78 b
15.76 b
19.94 b
Pertambahan tinggi bibit sukun terbesar terdapat pada perlakuan P4, yaitu sebesar 19.94 cm. Sedangkan pertambahan tinggi bibit sukun terkecil terdapat
pada perlakuan P0 (kontrol, permukaan tanah tidak ditutupi sama sekali oleh mulsa pelepah pisang), yaitu sebesar 5.88 cm. Berdasarkan tabel juga dapat dilihat
bahwa bibit sukun tanpa perlakuan (kontrol) ternyata memberikan pertumbuhan
tinggi bibit sukun paling rendah dibandingkan dengan bibit sukun lain yang
diberikan perlakuan. Pemberian mulsa pelepah pisang terhadap sukun
memberikan pengaruh nyata, sedangkan blok pada tanaman sukun memberikan
pengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi. Perlakuan P0 berpengaruh nyata signifikan terhadap P1, P2, P3, dan P4. Perlakuan P1 berpengaruh nyata tidak signifikan terhadap P2, P3, dan P4.
(15)
Pertambahan diameter
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 3 bulan di lapangan
untuk parameter pertambahan diameter, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil Pengukuran Diameter Tanaman Sukun Selama 3 Bulan
Perlakuan Diameter (mm)
P0 P1 P2 P3 P4
1.47 2.49 2.97 3.11 2.94
Pertambahan rataan diameter bibit sukun dimulai dari awal penelitian
hingga akhir penelitian disajikan pada tabel 1 diatas. Tabel tersebut menunjukkan
bahwa pertambahan rataan diameter tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (persentase 75%), yaitu sebesar 3.11 mm. Sedangkan pertambahan rataan
diameter bibit sukun yang paling rendah terdapat pada perlakuan P0 (kontrol), yaitu sebesar 1.47 mm. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian mulsa pelepah
pisang memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan diameter tanaman
sukun bila dibandingkan dengan tanaman sukun tanpa pemberian mulsa pelepah
pisang. Pemberian perlakuan mulsa pelepah pisang dan blok tidak berpengaruh
nyata terhadap pertambahan diameter bibit sukun.
Luas daun
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 3 bulan di lapangan
(16)
Tabel 3. Hasil Pengukuran Luas Daun Tanaman Sukun Selama 3 Bulan
Perlakuan Luas daun (cm2)
P0 P1 P2 P3 P4 157.216 140.872 143.771 175.527 217.780
Luas daun bibit sukun disajikan pada tabel 1 diatas. Berdasarkan tabel
tersebut dapat dilihat bahwa luas daun sukun beragam untuk setiap perlakuan.
Luas daun bibit sukun terbesar terdapat pada perlakuan P4 (persentase 100%) yaitu sebesar 217.780 cm2. Sedangkan luas daun bibit sukun terkecil terdapat pada perlakuan P1 (persentase 25%, seperempat permukaan tanah ditutupi mulsa pelepah pisang), yaitu sebesar 140.872 cm2. Pemberian perlakuan mulsa pelepah pisang dan blok tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit sukun.
Luas tajuk
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 3 bulan di lapangan
untuk parameter luas tajuk, maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4. Hasil Pengukuran Luas Tajuk Tanaman Sukun Selama 3 Bulan
Perlakuan Luas Tajuk (cm2)
P0 P1 P2 P3 P4
5184.14 c
4443.89 a 4745.33 a 4851.30 b
7339.87 d
Luas tajuk tanaman sukun selama penelitian dapat dilihat pada tabel 1.
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa luas tajuk tanaman sukun beragam untuk
setiap perlakuan yang diberikan. Luas tajuk terbesar terdapat pada perlakuan P4 (persentase 100%, seluruh permukaan tanah tanaman sukun ditutupi oleh mulsa
pelepah pisang), yaitu sebesar 7339.87 cm2. Sedangkan luas tajuk tanaman sukun terkecil terdapat pada perlakuan P1 (persentase 25%), yaitu sebesar 4443.89 cm2.
(17)
Pemberian mulsa pelepah pisang memberikan berpengaruh nyata, sebaliknya blok
tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan luas tajuk bibit sukun. Perlakuan
P1 dan P2 berpengaruh nyata signifikan terhadap P0, P3, dan P4. Perlakuan P0 berpengaruh nyata signifikan terhadap P3 dan P4. Perlakuan P3 berpengaruh nyata signifikan terhadap P4.
Jumlah daun
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 3 bulan di lapangan
untuk parameter jumlah daun, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 5. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Sukun Selama 3 Bulan
Perlakuan Jumlah Daun (Helai)
P0 P1 P2 P3 P4
7 a 10 c 11 c 9 c 7 a
Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa jumlah daun bibit sukun beragam
untuk setiap perlakuan. Rataan jumlah daun bibit sukun terbesar terdapat pada
perlakuan P2 ( persentase 50%, setengah permukaan tanaman sukun ditutupi mulsa pelepah pisang), yaitu sebesar 11 helai. Sedangkan rataan jumlah daun bibit
sukun terkecil adalah sebesar 7 helai terdapat pada perlakuan P4 (persentase100%, seluruh permukaan tanah tanaman sukun ditutupi oleh mulsa pelepah pisang) dan
pada perlakuan P0 (kontrol, permukaan tanah tanaman sukun sama sekali tidak ditutupi oleh mulsa pelepah pisang). Pemberian perlakuan mulsa pelepah pisang
dan blok berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun bibit sukun.
Perlakuan P0 berpengaruh nyata tidak signifikan terhadap perlakuan P4.Perlakuan P0 dan P4 berpengaruh nyata signifikan terhadap P1, P2, dan P3. Perlakuan P1 berpengaruh nyata tidak signifikan terhadap P2 dan P3.
(18)
Persen Hidup
Persen hidup bibit sukun adalah persentase jumlah bibit sukun yang
ditanam dengan jumlah bibit sukun setelah pengamatan. Persentase ini dapat
dihitung dengan menggunakan rumus
Pi= ni N
× 100%
Keterangan:
Pi = Persen tumbuh bibit
ni = Jumlah bibit yang hidup
N = Jumlah bibit yang ditanam
Maka berdasarkan rumus tersebut dapat dihitung bahwa persen hidup
tanaman sukun yang diperoleh pada penelitian ini adalah
ni = 25
N = 25
Pi=25 25
x100% = 100 %
Maka, persen hidup dari bibit sukun dari hasil penelitian ini adalah 100 %.
Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dan hasil analisis sidik ragam
menunjukkan mulsa pelepah pisang memberikan pengaruh nyata terhadap
beberapa parameter pengamatan yaitu, pertambahan tinggi, jumlah daun, dan luas
tajuk, sebaliknya tidak berpengaruh nyata pada parameter pengamatan
pertambahan diameter batang, dan luas daun. Sedangkan blok memberikan
pengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun sebaliknya tidak berpengaruh
(19)
Pemberian mulsa pada bibit sukun merupakan faktor eksternal yang
diberikan pada tanaman untuk membantu menunjang pertumbuhan tanaman bibit
sukun tumbuh dengan baik dan dapat membantu tanaman sukun lebih mudah
dalam menyerap air serta menjaga suhu dan struktur tanah yang optimal bagi bibit
sukun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jumin (2005) mulsa dapat menekan
pertumbuhan gulma, mereduksi penguapan, dan kecepatan aliran permukaan,
sehingga kelembaban tanah dan persediaan air dapat terjaga. Penggunaan mulsa
ditujukan untuk mencegah terjadinya pemadatan tanah, terutama pada lapisan
tanah bagian atas, mengurangi fluktuasi suhu tanah.
Air memiliki peran penting terhadap parameter pengamatan yakni
pertambaan tinggi, diameter dan luas daun, khususnya dalam hal transpirasi.
Dalam keadaan suhu yang tinggi, tanaman sukun dapat melakukan transpirasi
dengan baik tanpa harus mengalami kekurangan air. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Mulyatri (2003) penggunaan mulsa bertujuan untuk mencegah
kehilangan air dari tanah. Kehilangan air dapat dikurangi dengan memelihara
temperatur dan kelembaban tanah. Aplikasi mulsa merupakan satu upaya untuk
menekan pertumbuhan gulma, memodifikasi keseimbangan air, suhu dan
kelembaban tanah serta menciptakan kondisi yang sesuai bagi tanaman, sehingga
tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Kekurangan air mempengaruhi semua aspek pertumbuhan tanaman, yang
meliputi proses fisiologi, biokimia, anatomi, dan morfologi. Pada saat kekurangan
air sebagian stomata daun menutup sehingga terjadi hambatan masuknya CO2 dan menurunkan aktivitas fotosintesis. Selain menghambat aktivitas fotosintesis,
(20)
Tanaman yang mengalami kekurangan air secara umum mempunyai ukuran yang
lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal. Kekurangan air
menyebabkan penurunan hasil yang sangat signifikan dan bahkan menjadi
penyebab kematian pada tanaman (Salisburry dan Ross, 1992).
Pertambahan tinggi bibit sukun terbesar terdapat pada perlakuan P4, yaitu sebesar 19.94 cm. Sedangkan pertambahan tinggi bibit sukun terkecil terdapat
pada perlakuan P0 (kontrol, permukaan tanah tidak ditutupi sama sekali oleh mulsa pelepah pisang), yaitu sebesar 5.88 cm. Bibit sukun tanpa perlakuan
(kontrol) ternyata memberikan pertumbuhan tinggi bibit sukun paling rendah
dibandingkan dengan bibit sukun lain yang diberikan perlakuan. Hal ini
menunjukan bahwa pemberian mulsa pelepah pisang memberikan efek positif
terhadap pertambahan tinggi bibit sukun. Pemberian perlakuan mulsa pelepah
pisang memberikan pengaruh nyata, sebaliknya blok tidak berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan tinggi bibit sukun.
Dari hasil pengamatan diperoleh jumlah daun bibit sukun yang beragam
pada setiap perlakuan. Jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan P2 (persentase 50%), yaitu sebanyak 11 helai. Sementara jumlah daun terbanyak
berikutnya pada perlakuan P1 (persentase 25%), yaitu sebanyak 10 helai. Jumlah daun terbanyak ketiga terdapat pada perlakuan P3 (persentase 75%) yaitu sebanyak 9 helai. Jumlah daun paling sedikit terdapat pada perlakuan P4 (persentase 100%) dan pada tanaman kontrol yaitu sebanyak 7 helai. Hasil pada
parameter jumlah daun ini menunjukkan perbedaan hasil dari hasi sebelumnya
pada perlakuan P4 (persentase 100%) yang memberikan hasil terbaik, sebaliknya pada jumlah daun justru memberikan nilai terendah. Hal ini diduga disebabkan
(21)
oleh faktor-faktor pertumbuhan tanaman baik faktor internal maupun faktor
eksternal , hal ini sesuai dengan pernyataan Triwiyatno (2003) pertumbuhan
tanaman yang berinteraksi kompleks dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ini meliputi faktor intrasel
(sifat genetik atau hereditas) dan intersel (hormon dan enzim). Faktor eksternal
meliputi air tanah dan mineral, kelembaban udara, suhu udara, cahaya, dan
sebagainya. Pemberian perlakuan mulsa pelepah pisang dan blok memberikan
pengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun bibit sukun. Artinya kondisi
lapangan bersifat heterogen.
Luas daun bibit sukun terbesar terdapat pada perlakuan P4 (persentase 100%), yaitu sebesar 217.78 cm2. Sedangkan luas daun bibit sukun terkecil terdapat pada perlakuan P1 (persentase 25%), yaitu sebesar 140.872 cm2. Pemberian perlakuan mulsa pelepah pisang dan blok tidak berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan luas daun bibit sukun. Luas tajuk terbesar terdapat pada
perlakuan P4 (persentase 100%), yaitu sebesar 7339.87 cm2. Sedangkan luas tajuk tanaman sukun terkecil terdapat pada perlakuan P1 (persentase 25%), yaitu sebesar 4443.89 cm2. Pemberian perlakuan mulsa pelepah pisang berpengaruh nyata, sebaliknya blok tidak berpengaruh nyata terhadap luas tajuk tanaman sukun.
Respon tanaman yang mengalami kekurangan air dapat merupakan
perubahan di tingkat seluler dan molekuler yang ditunjukkan dengan laju
penurunan pertumbuhan, berkurangnya luas daun dan peningkatan rasio akar :
tajuk. Tingkat kerugian tanaman akibat kekurangan air dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain intensitas kekeringan yang dialami, lamanya kekeringan dan
(22)
tanaman yang dapat memperbaiki status jika mengalami kekeringan adalah
mengubah distribusi asimilat baru dan mengatur derajat pembukaan stomata.
Pengubahan distribusi asimilat baru akan mendukung pertumbuhan akar daripada
tajuk, sehingga dapat meningkatkan kapasitas akar menyerap air serta
menghambat pertumbuhan tajuk untuk mengurangi transpirasi. Pengaturan derajat
pembukaan stomata akan menghambat hilangnya air melalui transpirasi (
Mansfield dan Atkinson, 1990).
Pada pengamatan pertambahan diameter bibit tanaman sukun, nilai
pertambahan diameter terbesar terdapat pada perlakuan P3 (persentase 75%), yaitu sebesar 3.11 mm. Sedangkan pertambahan diameter bibit tanaman sukun terkecil
terdapat pada perlakuan P0 (kontrol), yaitu sebesar 1.47 mm. Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai hasi pertumbuhan pada pertambahan tinggi dan
pertambahan diameter. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan primer yang terdapat
pada jaringan meristem di ujung pohon memiliki kecepatan pertumbuhan yang
lebih cepat daripada pertumbuhan sekunder pada titik pertumbuhan diameter pada
kambium.
Berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian pada berbagai
perlakuan menunjukkan bahwa pemberian mulsa pelepah pisang dengan
persentase 100% (seluruh permukaan tanah tanaman sukun ditutupi mulsa pelepah
pisang) menunjukkan hasil terbaik dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan
lainnya. Dapat diduga bahwa pemberian mulsa pelepah pisang dengan persentase
100% (seluruh permukaan tanah tanaman sukun ditutupi oleh mulsa pelepah
pisang) dapat memberikan pertumbuhan yang lebih baik bagi pertumbuhan bibit
(23)
merupakan salah satu upaya menekan pertumbuhan gulma, memodifikasi
keseimbangan air, suhu, dan kelembaban tanah, serta menciptakan kondisi yang
sesuai bagi tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik dalam mendukung pertumbuhan bibit sukun pada sekitar danau Toba.
Dari pengamatan yang dilakukan pertumbuhan bibit sukun ini cukup baik
dikarenakan jumlah air yang dapat diserap oleh mulsa dapat memenuhi kebutuhan
bagi pertumbuhan bibit sukun. Selain itu, bibit sukun juga tumbuh di daerah
terbuka sehingga tanaman sukun menerima cahaya langsung dari matahari,
dengan demikian dapat membantu tanaman sukun dalam melakukan fotosintesis
dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Purwantoyo (2007) tanaman
sukun memiliki toleransi yang cukup longgar terhadap rentang iklim. Sukun dapat
tumbuh dengan baik di daerah beriklim basah maupun iklim kering. Tanaman
sukun lebih suka tumbuh di daerah terbuka, dan mendapat sinar matahari penuh.
Sukun juga mempunyai teleransi terhadap ragam tanah. Sukun menghendaki
tanah yang memiliki air tanah dangkal, dan tidak menghendaki tanah dengan
kadar garam yang tinggi. Tanah dengan kadar humus yang tinggi akan lebih
menjamin tingkat pertumbuhan dan produksi buahnya.
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bawa pemberian perlakuan mulsa
lebih baik daripada kontrol. Hal ini dikarenakan adanya penambahan bahan
penutup tanah (mulsa) pada permukaan tanah yang berfungsi sebagai penyuplai
air, menjaga suhu tanah dan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Suhayatun (2006) kegiatan penelitian yang berkaitan
dengan pengaruh mulsa organik terhadap dinamika perubahan suhu tanah dan
(24)
meliputi jenis mulsa yaitu jerami, sabut kelapa, sekam padi dan mulsa organik
yang lain serta tingkat ketebalan mulsa yaitu 5 cm dan 10 cm dan perlakuan
kontrol atau tanpa perlakuan sama sekali (tanpa mulsa). Hasil- hasil penelitian
diketahui bahwa jenis mulsa organik mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap
perubahan suhu tanah. Diperoleh juga hasil bahwa pemilihan jenis mulsa dan
penerapannya terhadap kedalaman tertentu dalam tanah juga mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap perubahan dan penentuan suhu tanah yang
diinginkan.
Pemberian mulsa sangat baik dilakukan pada awal kegiatan penanaman
bibit. Pemberian mulsa ini berfungsi menurunkan laju transpirasi yang berjalan
dengan cepat dan mulsa juga dapat menahan air dalam jumlah yang banyak,
sehingga pada saat hujan turun dalam jumlah besar maka mulsa akan berfungsi
sebagai penahan air agar tetap dapat bertahan dalam mulsa. Mulsa ini juga
berperan untuk melindungi tanah dari pukulan butir hujan yang langsung ke
permukaan tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lumbanraja (2012)
menyatakan bahwa residu mulsa akan cukup berarti untuk mempertahankan
kondisi fisik tanah seperti laju infiltrasi tanah tetap baik dan diharapkan tanah
yang menggunakan mulsa bersifat lebih permeabel dibandingkan dengan tanah
yang tidak menggunakan mulsa sebagai penutup lahan permukaan tanah. Secara
fisik dapat berfungsi menurunkan jumlah dan jarak percikan air langsung ke
permukaan tanah. Mulsa organik secara kimia akan dapat memberikan
keuntungan bagi tanah dan tanaman sebagai sumber hara setelah melapuk dan
(25)
Dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa keberhasilan pertumbuhan
tanaman sukun menggunakan mulsa pelepah pisang tergolong berhasil
dikarenakan jumlah bibit yang mati sedikit bila dibandingkan dengan jumlah
tanaman sukun yang hidup. Jumlah bibit tanaman sukun yang mengalami
kematian adalah 0 biji. Artinya persen hidup tanaman sukun dalam penelitian ini
adalah sebesar 100 %. Penyebab kematian bibit sukun di lapangan adalah kondisi
lahan yang didominasi oleh batu-batuan. Pertumbuhan gulma di sekitar bibit
tanaman sukun juga dapat menyebabkan tanaman sukun menjadi mati. Perlakuan
dengan pemberian mulsa pada tanaman bibit sukun sebagai tanaman reboisasi di
lahan kritis merupakan salah satu upaya yang baik untuk meningkatkan
produktivitas lahan serta dapat meningkatkan penghijauan kembali pada lahan
yang tergolong ke dalam lahan-lahan kritis. Pemberian perlakuan mulsa organik
pelepah pisang juga dapat menghambat pertumbuhan gulma yang meningkatkan
persen tumbuh tanaman sukun di lapangan.
Banyak kendala yang dialami saat melakukan penelitian di lapangan,
diantaranya adalah keadaan topografi di lapangan yang berada tepat di pinggir
jalan raya mengakibatkan kemungkinan kerusakan sangat tinggi. Kondisi tanah
yang tergolong ke dalam batu batuan mengakibatkan kesulitan pertumbuhan
tanaman sukun. Keadaan cuaca pada bulan November 2015-Januari 2016
tergolong musim kemarau mengakibatkan kekurangan air pada tanaman sukun
sehingga berpengaruh terhadap hasil penelitian. Kendala teknis di lapangan juga
mempengaruhi hasil penelitian yaitu lahan penelitian dekat dengan semak-semak
yang terdapat di pinggiran danau toba artinya kerawanan terhadap kebakaran bibit
(26)
Perlakuan P4( 100%) Perlakuan P3 (75%)
Perlakuan P0 (0%, kontrol) Perlakuan P2 (50%)
Gambar. Hasil pertumbuhan terbaik dengan masing-masing perlakuan persentase mulsa
(27)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perlakuan pemberian mulsa pelepah pisang terhadap tanaman sukun
memberikan berbagai pengaruh terhadap parameter-parameter yang
diamati : berpengaruh nyata terhadap tinggi, jumlah daun, dan luas tajuk
sebaliknya tidak berpengaruh nyata terhadap parameter pertambahan
diameter, dan luas daun.
2. Perlakuan blok pada tanaman sukun memberikan pengaruh nyata terhadap
parameter jumlah daun, sebaliknya tidak berpengaruh nyata terhadap
parameter pertambahan tinggi, diameter, luas daun, dan luas tajuk.
3. Perlakuan terbaik yang memberikan pengaruh pertumbuhan terbaik pada
tanaman sukun adalah perlakuan P4 dengan persentase kerapatan mulsa pelepah pisang 100%.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemberian mulsa pelepah
pisang terhadap tanaman sukun, agar dapat memperoleh hasil yang lebih baik bagi
(28)
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi taksonomi tanaman sukun
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, klasifikasi taksonomi
tanaman sukun adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Filum : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Rosales
Keluarga : Moraceae
Suku : Arthocarpus
Spesies : Arthocarpus communis Forst.
Nama umum : Sukun
Nama daerah
Sumatera : Sukun (Aceh), Hatopul (Batak) dan Amu (Meteyu)
Jawa : Sukun (Jawa) Sakon (Madura)
Bali : Sukun (Bali)
Nusa Tenggara : Sukun (Bali)
(Adinugraha, 2011).
Tanaman sukun dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga dataran tinggi
dengan ketinggian sekitar 700 meter dari permukaan laut. Tanaman sukun
memiliki toleransi yang cukup longggar terhadap rentang iklim. Sukun dapat
tumbuh dengan baik di daerah beriklim basah maupun iklim kering. Tanaman
sukun lebih suka tumbuh di daerah terbuka, dan mendapat sinar matahari penuh.
(29)
tanah yang memiliki air tanah yang dangkal, dan tidak menghendaki tanah dengan
kadar garam yang tinggi. Tanah dengan kadar humus yang tinggi akan lebih
menjamin tingkat pertumbuhan dan produksi buahnya (Purwantoyo, 2007).
Tanaman sukun baik dikembangkan di dataran rendah hingga ketinggian
1200 mdpl yang bertipe iklim basah. Curah hujan antara 2000-3000 mm per
tahun. Tanah alluvial yang banyak mengandung bahan organic disenangi oleh
tanaman sukun. Derajat keasaman tanah sekitar 6-7. Tanaman sukun relatif lebih
terhadap pH rendah, relatif tahan kekeringan, dan tahan naungan. Tanaman sukun
masih mampu tumbuh dan berbuah pada daerah yang mengandung batu karang
dan kadar garam agak tinggi serta daerah yang sering tergenang air. Tanaman
sukun dapat tumbuh pada semua jenis tanah seperti tanah podsolik merah kuning,
tanah berkapur dan tanah berpasir (regosol), namun akan lebih baik apabila
ditanam pada tanah alluvial yang gembur, bersolum dalam, banyak mengandung
humus, tersedia air tanah yang cukup dangkal dan memiliki pH tanah sekitar 5-7.
Umumnya pertumbuhan tanaman sukun tidak baik apabila ditanam pada tanah
yang memiliki kadar garam (NaCl) yang tinggi. Demikian pula penanaman sukun
di daerah yang beriklim kering, dimana tanaman sering mengalami stress karena
kekurangan air (drought stress) dapat menyebabkan perontokan buah (Rauf,
2009).
Botani Tanaman Sukun
Tanaman sukun merupakan tanaman hutan yang tingginya mencapai 20 m.
Kulit kayunya berserat kasar dan semua bagian tanaman bergetah encer. Daunnya
lebar sekali, bercagap menjari dan berbulu kasar. Bunganya keluar dari ketiak
(30)
satu). Bunga jantan berbentuk tongkat panjang yang biasa disebut ontel. Bunga
betina berbentuk bulat bertangkai pendek yang biasa disebut babal seperti pada
nangka. Bunga betina ini merupakan bunga majemuk sinkarpik seperti pada
nangka. Kulit buah bertonjolan rata sehingga tidak jelas yang merupakan bekas
putik dari bunga sinkarpik tersebut (Sunarjono, 1999). Kayu sukun tidak terlalu
keras tapi kuat, elastis dan tahan rayap, digunakan sebagai bahan bangunan antara
lain mebel, partisi interior, papan selancar dan peralatan rumah tangga lainnya
(Irwanto, 2014).
Perakaran sukun dapat diikuti dengan baik sejak di persemaian. Setelah
bibit sukun ditanam di lapangan, akar akan tumbuh dari stek akar, kemudian
membesar bulat dan memanjang, diikuti dengan ranting-ranting akar yang
mengecil, disertai dengan adanya rambut-rambut akar. Letak akar masuk ke dalam
tanah, adapula yang tumbuh mendatar dan sering tersembul di permukaan tanah.
Panjang akar dapat mencapai 6 meter. Warna kulit akar coklat kemerah-merahan.
Tekstur kulit akar sedang, mudah terluka dan mudah mengeluarkan getah. Apabila
akar terpotong atau terluka akan memacu tumbuhnya pertunasan (Pitojo, 1992).
Perakaran tumbuhan tumbuh ke dalam yang lembab dan menarik air
sampai tercapai potensial air kritis dalam tanah. Air yang dapat diserap dari dalam
tanah oleh akar tumbuhan disebut air yang tersedia. Air yang tersedia merupakan
perbedaan antara jumlah air dalam tanah pada kapasitas lapang dan jumlah air
dalam tanah pada persentase perlayuan permanen. Air pada kapasitas lapang
adalah air yang tetap tersimpan dalam tanah yang tidak mengalir ke bawah karena
gaya gravitasi, sedangkan air pada persentase perlayuan permanen adalah apabila
(31)
tidak akan segar kembali dalam atmosfer dengan kelembaban relatif 100%
(Gardner et al.,1991)
Tanah aluvial (Inceptisol) yang banyak mengandung bahan organik sangat
sesuai untuk tanaman sukun. Derajat keasaman (pH) rendah, relatif tahan
kekeringan dan tahan naungan. Di tempat yang mengandung batu karang dan
kadar garam yang agak tinggi serta sering tergenang air, tanaman sukun masih
mampu tumbuh dan berbuah (Rauf, 2009).
Di Indonesia sukun mempunyai daerah tempat tumbuh alami yang cukup
luas yaitu di Yogyakarta, Cilacap, Blitar dan Banyuwangi. Sedangkan di luar
Jawa terdapat di Sumatera (Aceh, Batak dan Nias), Nua Tenggara (Bali, Bima,
Sumba dan Flores), Sulawesi (Gorontalo dan Bone), Maluku dan Irian
(Kartikawati dan Adinugraha, 2003).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan tanaman merupakan hasil interaksi yang kompleks antara
faktor internal(dalam), dan eksternal(luar). Faktor internal meliputi faktor intrasel
(sifat genetik/hereditas) dan intersel (hormonal dan enzim). Faktor eksternal
meliputi air tanah dan mineral, kelembaban udara, suhu udara dan sebagainya.
Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman:
1. Sifat menurun atau Hereditas. Ukuran dan bentuk tumbuhan banyak
dipengaruhi oleh faktor genetik. Faktor genetik dapat dijadikan sebagai
dasar seleksi bibit unggul.
2. Hormon pada tumbuhan. Hormon merupakan hasil sekresi dalam
(32)
menghambat pertumbuhan. Hormon-hormon pada tumbuhan yaitu,
auksin, giberelin, gas etilen, sitokinin, asam absisat dan kalin.
Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman:
1. Cahaya Matahari. Cahaya jelas pengaruhnya terhadap pertumbuhan
tanaman. Cahaya merupakan sumber energi untuk fotosintesis. Daun
dan batang tumbuhan yang tumbuh di tempat gelap akan kelihatan
pucat dan gelap. Tumbuhan yang kekurangan cahaya menyebabkan
batang tumbuh lebih panjang, lembek,dan kurus, serta daun tumbuh
tidak normal. Panjang penyinaran mempunyai pengaruh khusus bagi
pertumbuhan dan reproduksi tumbuhan.
2. Temperatur. Temperatur mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi
tumbuhan. Perubahan temperature dari panas atau dingin
mempengaruhi kemampuan fotosintesis, translokasi, respirasi dan
transpirasi. Jika temperatur terlalu rendah atau terlalu tinggi
pertumbuhan akan menjadi lambat atau terhenti sama sekali pada
beberapa tumbuhan apabila lingkungan, air, temperature, dan cahaya
tidak memungkinkan untuk tumbuh.
3. Kelembaban atau Kadar Air. Tanah dan udara yang kurang lembab
umumnya berpengaruh baik terhadap pertumbuhan karena
meningkatkan penyerapan air dan menurunkan penguapan atau
transpirasi.
4. Air dan Unsur Hara. Air merupakan senyawa yang sangat penting bagi
tumbuhan. Fungsi air antara lain sebagai media reaksi enzimatis,
(33)
Kandungan air dalam tanah mempengaruhi kelarutan unsur hara dan
menjaga suhu tanah.
(Triwiyatno, 2003).
Peran Air dalam Pertumbuhan
Kebutuhan air suatu tanaman dapat didefinisikan sebagai jumlah air yang
diperlukan untuk memenuhi kehilangan air melalui transpirasi (ET Tanaman)
tanaman yang sehat, tumbuh pada sebidang lahan yang luas dengan kondisi
tanaman yang tidak mempunyai kendala (kendala lengas tanah atau kesuburan
tanah) dan mencapai potensi produksi penuh pada kondisi lingkungan tumbuh
tertentu (Sumarno, 2004).
Kekurangan air pada tanaman terjadi karena ketersediaan air dalam media
tidak cukup dan transpirasi yang berlebihan atau kombinasi dari kedua faktor
tersebut. Hal ini jika kecepatan adsorbsi tidak dapat mengimbangi kehilangan air
melalui proses transpirasi. Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis
maupun aktifitas morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan.
Defisiensi air yang terus menerus akan menyebabkan perubahan irreversibel
(tidak dapat balik) dan pada akhirnya tanaman akan mati. Kebutuhan air bagi
tanaman dipeengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis tanaman dalam
hubungannya dengan tipe dan perkembangannya, kadar air tanah, dan kondisi
cuaca (Islami dan Utomo,1995).
Mulsa
Penggunaan mulsa bertujuan untuk mencegah kehilangan air dari tanah
sehingga kehilangan air dapat dikurangi dengan memelihara temperature dan
(34)
untuk menekan pertumbuhan gulma, memodifikasi keseimbangan air, suhu dan
kelembaban tanah serta menciptakan kondisi yang sesuai bagi tanaman, sehingga
tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Penggunaan mulsa pada bidang pertanian cukup banyak dan telah biasa
digunakan oleh para petani. Akhir-akhir ini, mulsa plastik perak hitam sering kali
digunakan oleh para petani untuk tanaman palawija seperti cabai, tomat dan
tanaman palawija lainnya. Secara umum, mulsa mempunyai banyak fungsi
diantaranya, menekan pertumbuhan gulma, menjaga kelembaban tanah,
menstabilkan suhu tanah, dan menyuburkan tanah (Kemenhut 2012).
Mulsa organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman cabai.
Hal tersebut dikarenakan mulsa organik dapat mempertahankan kelembaban dan
mengurangi suhu tanah, serta menekan pertumbuhan gulma dan mengurangi
kompetisi gulma. Secara umum, hasil penelitian menunjukkan hasil pada
perlakuan mulsa batang jagung, mulsa jerami, dan mulsa orok-orok lebih baik
dibandingkan dengan penggunaan mulsa kara benguk, mulsa kayu apu, dan mulsa
eceng gondok (Dewi et al.,2013).
Pemanfaatan pelepah pisang sebagai mulsa sangat jarang ditemukan,
berbeda dengan pemanfaatan daun pisang sebagai mulsa organik yang sudah
banyak ditemukan. Untuk itu perlu dilakukan pengujian dan pembuatan mulsa
pada tanaman dengan pelepah pisang. Pelepah pohon pisang memiliki jenis serat
yang cukup baik dan pada umumnya batang/pelepah pisang ini hanya menjadi
(35)
Letak Geografis Penelitian
Ketinggian permukaan air danau Toba yang pernah diamati dan dicatat
adalah sekitar ±906 mdpl (meter diatas permukaan laut) (Van Bemmelen,1994).
Luas Daerah Aliran Sungai Asahan (DAS Asahan) adalah ±4000 km persegi dan
90% dari luas DAS Ini adalah kawasan Danau Toba sendiri sebagai Daerah
Tangkapan Air (Catchment Area) yang dibatasi oleh pegunungan yang terjal,
kecuali di daerah antara Balige dan Porsea terdapat daerah dataran
(36)
PENDAHULUAN Latar Belakang
Danau Toba berada di daerah Sumatera Utara merupakan salah satu aset
Negara/Pemda yang sangat berharga dan termasuk salah satu Daerah Tujuan
Wisata penting setelah Bali dan Lombok/NTB sehingga merupakan kebanggaan
tersendiri bagi daerah ini. Ditetapkannya Danau Toba sebagai salah satu daerah
tujuan wisata, karena anggapan selama ini memiliki panorama alam yang indah.
Sekarang ini keindahan Danau Toba sudah terusik seabgai akibat eksploitasi
sumber daya alamnya, baik daerah perairan maupun daratan disekitarnya.
Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba seluas lebih kurang 369.854
ha, yang terdiri dari 190.314 ha daratan di pulau Sumatera (keliling luar danau),
69.280 ha daratan pulau Samosir (di tengah danau) dan 110.260 ha berupa
perairan Danau Tobanya sendiri (luas permukaannya). Pada bagian utara kawasan
danau toba merupakan bagian dari tanah karo yang memiliki topografi daratan
relief bergunung dan terjal. Daerah timur dan tenggara di daerah Parapat dan
Porsea memiliki relief datar hingga bergunung. Bagian selatan kawaasan danau
toba merupakan dataran hingga wilayah berbukit. Bagian barat hingga utara
merupakan dataran dan perbukitan hingga bergunung dengan lereng terjal kea rah
tepi danau seperti sekitar Tele, Silalahi dan Tongging (Siregar, 2008).
Luas hutan pada Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba pada tahun
1985 adalah ± 78.558 Ha dan menurun pada tahun 1997 menjadi ± 62.403 Ha.
Penurunan luas hutan tersebut diikuti dengan pertambahan luas semak belukar
dari 103.970 Ha menjadi 114.258 Ha serta bertambahnya luas padang rumput dari
(37)
hutan pada DTA Danau Toba adalah kebakaran hutan, penebangan hutan secara
liar dan pembukaan hutan untuk dikonversi manjadi lahan pertanian. Salah satu
penyebab kebakaran hutan adalah keteledoran masyarakat, sebagian masyarakat
membakar alang-alang dengan tujuan untuk mendapatkan rumput muda sebagai
makanan ternak, sehingga pembakaran alang-alang dapat merambat ke areal
berhutan. Pada DTA Danau Toba telah terjadi indikasi adanya penebangan hutan
secara liar, penebangan hutan secara liar untuk kawasan Danau Toba akan
menurunkan kapasitas resapan kawasan hutan terhadap air hujan. Pembukaan
hutan untuk dikonversi menjadi lahan pertanian akan mengakibatkan lahan
terbuka sehingga akan mengakibatkan laju erosi, transpor sedimen maupun
meningkatkan resapan kawasan yang telah dibuka penutupan hutannya juga akan
menurunkan kemampuan lahan meresap air hujan
(Kementerian Lingkungan Hidup, 2011).
Isu tentang degradasi lahan dan hutan yang gencar muncul di berbagai
wacana, menuntut pemerintah dan masyarakat untuk segera menindaklanjuti
dengan tindakan yang nyata. Tindakan nyata tersebut tentu saja harus disertai
dengan perencanaan yang matang dari berbagai aspek. Salah satu aspek yang
menonjol dalam hal ini adalah aspek pengelolaan lahan dan hutan. Dalam
perencanaan pengelolaan lahan, informasi yang dibutuhkan salah satunya adalah
tentang potensi lahan dan kesesuaiannya untuk jenis tanaman tertentu. Informasi
ini diperlukan terutama untuk menentukan kegiatan atau jenis konservasi tanah
yang harus dilakukan (Wahyuningrum et al., 2003).
Upaya untuk mengurangi laju degradasi dan memulihkan kondisi
(38)
pemda maupun inisiatif kelompok masyarakat serta berbagai lembaga swadaya
masyarakat. Namun upaya-upaya tersebut belum membuahkan hasil nyata dalam
memperbaiki kondisi ekosistem maupun kesejahteraan masyarakat di kawasan
DTA Danau Toba. Belum berhasilnya upaya tersebut dikarenakan lahan yang
kritis, terjal dan kondisi tanah yang miskin hara (Harahab, 2009).
Pemilihan jenis tanaman yang cocok merupakan hal yang sangat penting
dalam pemanfaatan lahan kritis. Salah satu tanaman yang cocok pada lahan kritis
yaitu tanaman tropis yang pertumbuhannya berada pada kisaran 20-400C dan juga mampu tumbuh pada daratan rendah sampai ketinggian 650 mdpl. Sosok pohon
sukun yang tinggi dengan perakaran yang tidak begitu dalam tetapi cukup kokoh
sehinggga cocok untuk tanaman penghijauan. Tajuknya yang besar mampu
mengurangi erosi tanah akibat angin kencang, mengingat perakarannya yang
mencengkram tanah dengan kuat sehingga mampu menyimpan air hujan, sehingga
dengan adanya tanaman sukun ini dapat memperbaiki sumber tata air. Tanaman
sukun mempunyai arti penting dalam menopang kebutuhan sumber pangan karena
sumber kalori dan juga kandungan gizi yang tinggi (Laksamana, 2011).
Tanaman sukun merupakan tanaman tahunan yang termasuk ke dalam
family Moraceae. Daerah asalnya adalah Pasifik, Polynesia, dan Asia Tenggara,
termasuk Indonesia. Kanopi pohon sukun sangat bagus, memiliki warna daun
hijau tua dengan system perakaran yang kuat, sehingga dapat berfungsi sebagai
penahan erosi dan pencegah intrusi air laut ke darat di sekitar pantai. Pada masa
lalu sukun dianggap penting bagi bangsa Polinesia yang selalu membawa tanaman
tersebut ke perahu mereka dan menanamnya kembali di daratan di tempat mereka
(39)
Mulsa adalah suatu bahan yang digunakan sebagai penutup tanah yang
bertujuan untuk menghalangi pertumbuhan gulma, menjaga suhu tanah agar tetap
stabil, mencegah jatuhnya percikan air langsung mengenai permukaan tanah
(Wiharjo,1997 dalam Hayati, 2008).
Pemberian mulsa organik memiliki tujuan antara lain melindungi akar
tanaman, menjaga kelembaban tanah, meminimalisasi air hujan yang langsung
jatuh ke permukaan tanah sehingga memperkecil hilangnya hara, erosi, dan
menjaga struktur tanah, menjaga kestabilan suhu dalam tanah, serta dapat
menyumbangkan bahan organik bagi tanaman. Bahan yang paling sering
digunakan sebagai mulsa organik yakni jerami padi, sisa-sisa tanaman ataupun
bagian-bagian tanaman lain juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan penutup
tanah.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mulsa pelepah
pisang terhadap pertumbuhan tanaman sukun di Daerah Tangkapan Air (DTA).
Hipotesis Penelitian
Aplikasi penggunaan mulsa organik pelepah pisang berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan bibit sukun di lapangan.
Manfaat Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan mulsa organik pelepah pisang
pada tanaman sukun di lapangan dan sebagai informasi untuk penggunaan mulsa
(40)
ABSTRACT
OSCAR PARDOSI : Growth Response Breadfuit (Arthocarpus communiis Forst) Against Different percentage of banana frond’s mulch in the watershed of Lake
Toba, Paropo Village district of silahi Sabungan. Under the guidance of BUDI
UTOMO and AFIFUDDIN DALIMUNTHE.
Lake Toba has indicated the existence of illegal logging in the area of Lake Toba and lowering the absorption capacity of rain forest. To support the growth of breadfruit, added water-retaining such as mulch. The mulch which use in this observation is Bananas frond mulch. This study aimed to look at the response of seedling growth breadfruit (Arthocarpus communiis Forst) on the provision of additional materials especially the bananas frond mulch to the growing media in the form of water-retaining materials. This study was conducted in November 2015-January 2016. The study was conducted at the watershed of Lake Toba, the village Paropo, District Silahi Sabungan, Dairi. The result showed that there were interaction percentage of bananas mulching on the parameters observed. Percentage bananas mulch has significantly effect to the increase hight, number of leaves, and crown area. But did not has significantly effect to leaf area, and diameter.
Keywords : Watershed of Lake Toba, Breadfruit (Arthocarpus communiis Forst), Bananas Frond Mulch, Retaining Water.
(41)
ABSTRAK
OSCAR PARDOSI : Respon Tanaman Sukun (Arthocarpus communiis Forst)
terhadap Penggunaan Pelepah Pisang sebagai Mulsa Organik pada Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba, Desa Paropo, Kecamatan Silahi Sabungan. Dibawah bimbingan BUDI UTOMO dan AFIFUDDIN DALIMUNTHE.
Danau Toba telah terindikasi adanya penebangan hutan secara liar di kawasan Danau Toba dan menurunkan kapasitas resapan kawasan hutan terhadap air hujan. Untuk mendukung pertumbuhan sukun, ditambahkan media penahan air seperti mulsa. Mulsa yang digunakan adalah mulsa pelepah pisang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat respon pertumbuhan bibit sukun (Arthocarpus communiis
Forst) terhadap pemberian bahan tambahan pada media tanam yakni pelepah pisang sebagai mulsa organik pada tanaman sukun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015- Januari 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba, Desa Paropo Kecamatan Silahi Sabungan, Kabupaten Dairi. Penelitian menunjukkan beberapa interaksi antara perlakuan yang diberikan dengan parameter pengamatan. Pemberian mulsa pelepah pisang berpengaruh nyata terhadap parameter pengamatan ; Pertambahan tinggi, jumlah daun, dan luas tajuk sebaliknya tidak berpengaruh nyata terhadap luas daun, dan pertambahan diameter.
Kata kunci : Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Sukun (Arthocarpus communiis
(42)
RESPON TANAMAN SUKUN (Arthocarpus communiis Forst)
TERHADAP PENGGUNAAN PELEPAH PISANG SEBAGAI
MULSA ORGANIK PADA DTA DANAU TOBA, DESA
PAROPO, KECAMATAN SILAHI SABUNGAN
SKRIPSI
OLEH: OSCAR PARDOSI
121201060/BUDIDAYA HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(43)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Respon Tanaman Sukun (Arthocarpus communiis Forst) terhadap
Penggunaan Pelepah Pisang sebagai Mulsa Organik pada DTA Danau Toba, Desa Paropo, Kecamatan Silahi Sabungan. Nama : Oscar PardosiNIM : 121201060 Fakultas : Kehutanan
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing I Komisi Pembimbing II
Dr. Budi Utomo, S.P., M.P. Afifuddin Dalimunthe NIP. 197008202003121002 NIP. 197311052002121001
Mengetahui, Dekan Fakultas Kehutanan
Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D NIP. 197104162001122001
(44)
ABSTRACT
OSCAR PARDOSI : Growth Response Breadfuit (Arthocarpus communiis Forst) Against Different percentage of banana frond’s mulch in the watershed of Lake
Toba, Paropo Village district of silahi Sabungan. Under the guidance of BUDI
UTOMO and AFIFUDDIN DALIMUNTHE.
Lake Toba has indicated the existence of illegal logging in the area of Lake Toba and lowering the absorption capacity of rain forest. To support the growth of breadfruit, added water-retaining such as mulch. The mulch which use in this observation is Bananas frond mulch. This study aimed to look at the response of seedling growth breadfruit (Arthocarpus communiis Forst) on the provision of additional materials especially the bananas frond mulch to the growing media in the form of water-retaining materials. This study was conducted in November 2015-January 2016. The study was conducted at the watershed of Lake Toba, the village Paropo, District Silahi Sabungan, Dairi. The result showed that there were interaction percentage of bananas mulching on the parameters observed. Percentage bananas mulch has significantly effect to the increase hight, number of leaves, and crown area. But did not has significantly effect to leaf area, and diameter.
Keywords : Watershed of Lake Toba, Breadfruit (Arthocarpus communiis Forst), Bananas Frond Mulch, Retaining Water.
(45)
ABSTRAK
OSCAR PARDOSI : Respon Tanaman Sukun (Arthocarpus communiis Forst)
terhadap Penggunaan Pelepah Pisang sebagai Mulsa Organik pada Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba, Desa Paropo, Kecamatan Silahi Sabungan. Dibawah bimbingan BUDI UTOMO dan AFIFUDDIN DALIMUNTHE.
Danau Toba telah terindikasi adanya penebangan hutan secara liar di kawasan Danau Toba dan menurunkan kapasitas resapan kawasan hutan terhadap air hujan. Untuk mendukung pertumbuhan sukun, ditambahkan media penahan air seperti mulsa. Mulsa yang digunakan adalah mulsa pelepah pisang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat respon pertumbuhan bibit sukun (Arthocarpus communiis
Forst) terhadap pemberian bahan tambahan pada media tanam yakni pelepah pisang sebagai mulsa organik pada tanaman sukun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015- Januari 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba, Desa Paropo Kecamatan Silahi Sabungan, Kabupaten Dairi. Penelitian menunjukkan beberapa interaksi antara perlakuan yang diberikan dengan parameter pengamatan. Pemberian mulsa pelepah pisang berpengaruh nyata terhadap parameter pengamatan ; Pertambahan tinggi, jumlah daun, dan luas tajuk sebaliknya tidak berpengaruh nyata terhadap luas daun, dan pertambahan diameter.
Kata kunci : Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Sukun (Arthocarpus communiis
(46)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Parsoburan, sebuah desa kecil di Kecamatan Habinsaran, Kabupaten Tobasa pada tanggal 22 Juni 1994 dari ayah Alparet Pardosi dan ibu Retisah H Sipahutar (┼). Penulis merupakan anak ketiga dari lima orang bersaudara.
Tahun 2006 Penulis lulus dari SD RK ST.PIUS Parsoburan, Kecamatan Habinsaran. Kemudian pada tahun
2008 Penulis lulus dari SLTP SWT KARTINI Parsoburan dan tahun 2012 Penulis lulus dari SMA NEGERI 1 Habinsaran, dan pada tahun yang sama Penulis diterima di Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih minat Budidaya Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Selama mengikuti perkuliahan, Penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Hutan Mangrove Pulau Sembilan, Kabupaten Langkat pada tahun 2014. Setelah itu, Penulis mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. INHUTANI 1 sektor Batuampar-Mentawir, Balikpapan Kalimantan Timur yang dimulai pada tanggal 1 Februari 2016 sampai dengan tanggal 3 Maret 2016.
Penulis melakukan penelitian dari bulan November 2015 sampai dengan bulan Januari 2016 dengan judul “Respon Tanaman Sukun (Arthocarpus
communiis Forst) terhadap Penggunaan Pelepah Pisang sebagai Mulsa Organik
pada DTA Danau Toba, Desa Paropo, Kecamatan Silahi Sabungan” dibawah bimbingan Dr. Budi Utomo, SP., MP dan Afifuddin Dalimunthe, SP., MP.
(47)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam skripsi ini,
Penulis akan meneliti tentang Respon Tanaman Sukun (Arthocarpus communiis
Forst) terhadap Penggunaan Pelepah Pisang sebagai Mulsa Organik pada Daerah
Tangkapan Air (DTA) Danau Toba, Desa Paropo, Kecamatan Silahi Sabungan,
Kabupaten Toba Samosir.
Dengan segala kerendahan hati, Penulis mengucapkan terimakasih kepada banyak pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini :
1. Komisi Pembimbing Penulis yaitu Dr. Budi Utomo, SP., MP sebagai ketua komisi pembimbing dan Afifuddin Dalimunthe, SP., MP sebagai anggota komisi pembimbing yang telah membimbing Penulis selama penelitian hingga penelitian ini selesai.
2. Ayah Alparet Pardosi dan Ibunda Retisah H Sipahutar (┼) beserta dengan keluarga Hendra Maurit Pardosi (Abang), Dosma Deodata Pardosi (Kakak), Herprida Pardosi (Adik), Wesly Pardosi (Adik).
3. Teman-teman sekalian di Program Studi Kehutanan terutama stambuk 2012, serta seluruh Pegawai dan Staf di Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang kehutanan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelebihan dalam skripsi ini. Untuk itu, dengan rendah hati, Penulis minta maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan saran serta masukan yang membangun dalam penulisan skripsi ini. Akhir kata Penulis mengucapkan Terimakasih.
(48)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... i
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 4
Hipotesis Penelitian ... 4
Manfaat Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA ... 5
Klasifikasi Tanaman Sukun ... 5
Botani Tanaman Sukun... 6
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tanaman Sukun ... 8
Peran Air Dalam Pertumbuhan Tanaman ... 10
Mulsa ... 10
Letak Geografis Penelitian ... 12
METODE PENELITIAN ... 13
Tempat Dan Waktu Penelitian ... 13
Alat Dan Bahan Penelitian... 13
Metode Penelitian ... 13
Prosedur Penelitian ... 13
HASIL DAN PEMBAHASAN ... . 17
Hasil ... 17
Pertambahan tinggi ... 17
Pertambahan Diameter... 18
Luas Daun ... 19
Luas Tajuk ... 19
Jumlah Daun ... 20
Persen Hidup ... 21
Pembahasan ... 21
KESIMPULAN DAN SARAN ... 31 DAFTAR PUSTAKA
(49)
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Hasil Pengukuran Tinggi Bibit Sukun ... 17
2. Hasil Pengukuran Diameter Bibit Sukun ... 18
3. Hasil Pengukuran Luas Daun Bibit Sukun... 19
4. Hasil Pengukuran Luas Tajuk Bibit Sukun ... 19
(1)
ABSTRACT
OSCAR PARDOSI : Growth Response Breadfuit (Arthocarpus communiis Forst) Against Different percentage of banana frond’s mulch in the watershed of Lake Toba, Paropo Village district of silahi Sabungan. Under the guidance of BUDI UTOMO and AFIFUDDIN DALIMUNTHE.
Lake Toba has indicated the existence of illegal logging in the area of Lake Toba and lowering the absorption capacity of rain forest. To support the growth of breadfruit, added water-retaining such as mulch. The mulch which use in this observation is Bananas frond mulch. This study aimed to look at the response of seedling growth breadfruit (Arthocarpus communiis Forst) on the provision of additional materials especially the bananas frond mulch to the growing media in the form of water-retaining materials. This study was conducted in November 2015-January 2016. The study was conducted at the watershed of Lake Toba, the village Paropo, District Silahi Sabungan, Dairi. The result showed that there were interaction percentage of bananas mulching on the parameters observed. Percentage bananas mulch has significantly effect to the increase hight, number of leaves, and crown area. But did not has significantly effect to leaf area, and diameter.
Keywords : Watershed of Lake Toba, Breadfruit (Arthocarpus communiis Forst), Bananas Frond Mulch, Retaining Water.
(2)
ABSTRAK
OSCAR PARDOSI : Respon Tanaman Sukun (Arthocarpus communiis Forst)
terhadap Penggunaan Pelepah Pisang sebagai Mulsa Organik pada Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba, Desa Paropo, Kecamatan Silahi Sabungan. Dibawah bimbingan BUDI UTOMO dan AFIFUDDIN DALIMUNTHE.
Danau Toba telah terindikasi adanya penebangan hutan secara liar di kawasan Danau Toba dan menurunkan kapasitas resapan kawasan hutan terhadap air hujan. Untuk mendukung pertumbuhan sukun, ditambahkan media penahan air seperti mulsa. Mulsa yang digunakan adalah mulsa pelepah pisang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat respon pertumbuhan bibit sukun (Arthocarpus communiis
Forst) terhadap pemberian bahan tambahan pada media tanam yakni pelepah pisang sebagai mulsa organik pada tanaman sukun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015- Januari 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba, Desa Paropo Kecamatan Silahi Sabungan, Kabupaten Dairi. Penelitian menunjukkan beberapa interaksi antara perlakuan yang diberikan dengan parameter pengamatan. Pemberian mulsa pelepah pisang berpengaruh nyata terhadap parameter pengamatan ; Pertambahan tinggi, jumlah daun, dan luas tajuk sebaliknya tidak berpengaruh nyata terhadap luas daun, dan pertambahan diameter.
Kata kunci : Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Sukun (Arthocarpus communiis
(3)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Parsoburan, sebuah desa kecil di Kecamatan Habinsaran, Kabupaten Tobasa pada tanggal 22 Juni 1994 dari ayah Alparet Pardosi dan ibu Retisah H Sipahutar (┼). Penulis merupakan anak ketiga dari lima orang bersaudara.
Tahun 2006 Penulis lulus dari SD RK ST.PIUS Parsoburan, Kecamatan Habinsaran. Kemudian pada tahun
2008 Penulis lulus dari SLTP SWT KARTINI Parsoburan dan tahun 2012 Penulis lulus dari SMA NEGERI 1 Habinsaran, dan pada tahun yang sama Penulis diterima di Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih minat Budidaya Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Selama mengikuti perkuliahan, Penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Hutan Mangrove Pulau Sembilan, Kabupaten Langkat pada tahun 2014. Setelah itu, Penulis mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. INHUTANI 1 sektor Batuampar-Mentawir, Balikpapan Kalimantan Timur yang dimulai pada tanggal 1 Februari 2016 sampai dengan tanggal 3 Maret 2016.
Penulis melakukan penelitian dari bulan November 2015 sampai dengan bulan Januari 2016 dengan judul “Respon Tanaman Sukun (Arthocarpus communiis Forst) terhadap Penggunaan Pelepah Pisang sebagai Mulsa Organik pada DTA Danau Toba, Desa Paropo, Kecamatan Silahi Sabungan” dibawah bimbingan Dr. Budi Utomo, SP., MP dan Afifuddin Dalimunthe, SP., MP.
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam skripsi ini, Penulis akan meneliti tentang Respon Tanaman Sukun (Arthocarpus communiis
Forst) terhadap Penggunaan Pelepah Pisang sebagai Mulsa Organik pada Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba, Desa Paropo, Kecamatan Silahi Sabungan, Kabupaten Toba Samosir.
Dengan segala kerendahan hati, Penulis mengucapkan terimakasih kepada banyak pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini :
1. Komisi Pembimbing Penulis yaitu Dr. Budi Utomo, SP., MP sebagai ketua komisi pembimbing dan Afifuddin Dalimunthe, SP., MP sebagai anggota komisi pembimbing yang telah membimbing Penulis selama penelitian hingga penelitian ini selesai.
2. Ayah Alparet Pardosi dan Ibunda Retisah H Sipahutar (┼) beserta dengan keluarga Hendra Maurit Pardosi (Abang), Dosma Deodata Pardosi (Kakak), Herprida Pardosi (Adik), Wesly Pardosi (Adik).
3. Teman-teman sekalian di Program Studi Kehutanan terutama stambuk 2012, serta seluruh Pegawai dan Staf di Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang kehutanan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelebihan dalam skripsi ini. Untuk itu, dengan rendah hati, Penulis minta maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan saran serta masukan yang membangun dalam penulisan skripsi ini. Akhir kata Penulis mengucapkan Terimakasih.
(5)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... i
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 4
Hipotesis Penelitian ... 4
Manfaat Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA ... 5
Klasifikasi Tanaman Sukun ... 5
Botani Tanaman Sukun... 6
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tanaman Sukun ... 8
Peran Air Dalam Pertumbuhan Tanaman ... 10
Mulsa ... 10
Letak Geografis Penelitian ... 12
METODE PENELITIAN ... 13
Tempat Dan Waktu Penelitian ... 13
Alat Dan Bahan Penelitian... 13
Metode Penelitian ... 13
Prosedur Penelitian ... 13
HASIL DAN PEMBAHASAN ... . 17
Hasil ... 17
Pertambahan tinggi ... 17
Pertambahan Diameter... 18
Luas Daun ... 19
Luas Tajuk ... 19
Jumlah Daun ... 20
Persen Hidup ... 21
Pembahasan ... 21
KESIMPULAN DAN SARAN ... 31 DAFTAR PUSTAKA
(6)
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Hasil Pengukuran Tinggi Bibit Sukun ... 17
2. Hasil Pengukuran Diameter Bibit Sukun ... 18
3. Hasil Pengukuran Luas Daun Bibit Sukun... 19
4. Hasil Pengukuran Luas Tajuk Bibit Sukun ... 19