Respon Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst) Terhadap Penggunaan Mulsa Daun Pandan Sebagai Mulsa Organik Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba

LAMPIRAN
Lampiran

1.

Pertambahan Tinggi dan
(Artocarpus communis)

Analisis

Ragam

Bibit

Sukun

Data Pertambahan Tinggi Bibit Sukun (Artocarpus communis) Pengukuran ke-1
Perlakuan
K1
K2
K3

K4
K5

I
33,3
53,6
52,5
46,6
56,5

II
37,2
48,8
38,3
45,8
51,3

Ulangan
III
49,2

59,5
34,8
61,5
46,2

IV
32,6
48,8
57,4
60,6
42,2

V
41
56,7
60,6
44,2
37,4

Jumlah


Rataan

193,3
266,8
243,6
258,7
230,9

38,66
53,36
48,72
51,47
46,18

Data Pertambahan Tinggi Bibit Sukun (Artocarpus communis) Pengukuran ke-2
Perlakuan
K1
K2
K3

K4
K5

I
33,6
54,3
53,4
47,5
56,5

II
37,6
49,5
38,8
46,9
51,3

Ulangan
III
50,3

60,7
35,7
62,6
46,2

IV
33,2
48,9
58,9
62,3
42,2

V
41,1
57,5
61,8
45,8
34,7

Jumlah

196,1
270,9
248,6
265,1
235,3

Rataan
39,22
54,18
49,72
53,02
47,06

Data Pertambahan Tinggi Bibit Sukun (Artocarpus communis) Pengukuran ke-3
Perlakuan
K1
K2
K3
K4
K5


I
34,1
55,9
56,7
49,6
58,7

II
37,9
51,8
41,2
50,5
53,1

Ulangan
III
50.8
61,8
37,4

65,4
47,1

IV
33,6
50,5
62,6
65,9
45,6

V
41,8
58,7
64,3
48,1
37,4

Jumlah

Rataan


198,2
278,7
262,2
279,5
241,9

39,64
55,74
52,44
55,9
48,38

Data Pertambahan Tinggi Bibit Sukun (Artocarpus communis) Pengukuran ke-4
Perlakuan
K1
K2
K3
K4
K5


I
34,7
56,7
57,9
51,8
60,3

II
38,4
52,5
41,6
52,8
54,8

Ulangan
III
51,4
63,1
38,5

67,3
48,3

IV
34,1
51,4
65,4
68,4
46,7

V
42,3
58,9
66,8
49,2
39,7

Jumlah
200,9
282,6
270,2
289,5
249,8

Rataan
40,18
56,52
54,04
57,9
49,96

Universitas Sumatera Utara

Data Pertambahan Tinggi Bibit Sukun (Artocarpus communis) Pengukuran ke-5
Perlakuan
K1
K2
K3
K4
K5

I
35,1
57,2
58,6
52,4
62,5

Ulangan
III
51,7
63,5
39,5
68,1
49,4

II
39
52,9
41,9
55,4
55,8

IV
34,5
52,1
67,9
69,2
47,5

V
42,7
60,2
67,7
49,8
41,5

Jumlah

Rataan

203
285,9
275,6
294,9
256,7

40,6
57,18
55,12
58,98
51,34

Data Pertambahan Tinggi Bibit Sukun (Artocarpus communis) Pengukuran ke-6
Perlakuan
K1
K2
K3
K4
K5

I
36,4
57,8
59,2
52,8
63,3

Ulangan
III
52,2
63,7
40,2
68,7
50,6

II
40,5
53,4
42,1
56,4
57,5

IV
35,1
52,6
69,8
70,4
48,4

V
44,2
60,5
68,8
50,5
42,9

Jumlah

Rataan

208,4
288
280,1
298,8
262,7

41,68
57,6
56,02
59,76
52,54

Analisis Ragam Pertambahan Tinggi Bibit Sukun (Artocarpus communis)
Sumber
Keragaman

Db

Jumlah
Kuadrat

Kuadrat
Tengah

F Hitung

F table

Perlakuan

4

88,2664

22,0666

6,47475

3,01*

Blok
Galat
Total

4
16
24

13,4904
54,5296

3,3726
3,4081

0,98958

3,01tn

Keterangan :
*

: Nyata

tn : tidak nyata
K1 : Luasan terbuka 100% (Kontrol)
K2 : Luasan terbuka 75%
K3 : Luasan terbuka 50%
K4 : Luasan terbuka 25%
K5 : Luasan terbuka 0%

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2. Pertambahan Diameter dan Analisis Ragam Bibit Sukun
(Artocarpus communis)
Data Pertambahan Diameter Bibit Sukun (Artocarpus communis) Pengukuran ke1
Perlakuan
K1
K2
K3
K4
K5

I
0,5
0,81
0,77
0,65
0,8

II
0,52
0,69
0,48
0,58
0,71

Ulangan
III
0,73
0,87
0,45
0,85
0,63

IV
0,45
0,7
0,69
0,8
0,49

V
0,63
0,83
0,85
0,65
0,48

Jumlah
2,83
3,9
3,24
3,53
3,11

Rataan
0,566
0,78
0,648
0,706
0,622

Data Pertambahan Diameter Bibit Sukun (Artocarpus communis) Pengukuran ke2
Perlakuan
K1
K2
K3
K4
K5

I
0,52
0,84
0,81
0,71
0,85

II
0,54
0,73
0,52
0,65
0,75

Ulangan
III
0,75
0,91
0,51
0,89
0,68

IV
0,48
0,73
0,73
0,85
0,53

V
0,65
0,87
0,91
0,68
0,52

Jumlah
2,94
4,08
3,48
3,78
3,33

Rataan
0,588
0,816
0,696
0,756
0,666

Data Pertambahan Diameter Bibit Sukun (Artocarpus communis) Pengukuran ke3
Perlakuan
K1
K2
K3
K4
K5

I
0,55
0,88
0,85
0,78
0,89

II
0,56
0,78
0,57
0,74
0,82

Ulangan
III
0,77
0,94
0,55
0,93
0,72

IV
0,5
0,78
0,81
0,92
0,58

V
0,72
0,91
0,95
0,73
0,57

Jumlah
3,1
4,29
3,73
4,1
3,58

Rataan
0,62
0,858
0,746
0,82
0,716

Data Pertambahan Diameter Bibit Sukun (Artocarpus communis) Pengukuran ke4
Perlakuan
K1
K2
K3
K4
K5

I
0,56
0,9
0,89
0,8
0,93

II
0,59
0,84
0,61
0,78
0,87

Ulangan
III
0,81
0,97
0,58
0,96
0,75

IV
0,52
0,8
0,88
0,97
0,62

V
0,73
0,93
0,98
0,78
0,59

Jumlah
3,21
4,44
3,94
4,29
3,76

Rataan
0,642
0,894
0,788
0,858
0,776

Universitas Sumatera Utara

Data Pertambahan Diameter Bibit Sukun (Artocarpus communis) Pengukuran ke5
Perlakuan
K1
K2
K3
K4
K5

I
0,57
0,91
0,91
0,83
0,96

Ulangan
III
0,82
0,98
0,63
0,99
0,78

II
0,61
0,86
0,64
0,84
0,9

IV
0,52
0,83
0,95
1,02
0,65

V
0,75
0,94
1
0,81
0,62

Jumlah
3,27
4,52
4,13
4,49
3,91

Rataan
0,654
0,904
0,84
0,906
0,786

Data Pertambahan Diameter Bibit Sukun (Artocarpus communis) Pengukuran ke6
Perlakuan
K1
K2
K3
K4
K5

I
0,58
0,92
0,93
0,85
0,98

Ulangan
III
0,83
0,99
0,65
1,01
0,79

II
0,62
0,87
0,66
0,88
0,91

IV
0,53
0,84
1,03
1,04
0,67

V
0,75
0,95
1,01
0,83
0,64

Jumlah
3,31
4,57
4,28
4,61
3,99

Rataan
0,662
0,914
0,856
0,922
0,798

Analisis Ragam Pertambahan Diameter Bibit Sukun (Artocarpus communis)
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Blok
Galat
Total

Db
4
4
16
24

Jumlah
Kuadrat
0,0521
0,01354
0,02758

Kuadrat
Tengah
0,01302
0,00338
0,00172

F Hitung

F table

7,55452
1,96288

3,01*
3,01tn

Keterangan :
*

: Nyata

tn : tidak nyata
K1 : Luasan terbuka 100% (Kontrol)
K2 : Luasan terbuka 75%
K3 : Luasan terbuka 50%
K4 : Luasan terbuka 25%
K5 : Luasan terbuka 0%

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 3. Pengukuran Jumlah Daun dan Analisis Ragam Bibit Sukun
(Artocarpus communis)
Data Pengukuran Jumlah Daun Bibit Sukun (Artocarpus communis)
Perlakuan
K1
K2
K3
K4
K5

I
4
6
6
5
6

Ulangan
III
4
6
4
7
5

II
3
6
4
6
5

IV
3
5
7
7
5

V
4
6
7
6
5

Jumlah
18
29
28
31
26

Rataan
3,6
5,8
5,6
6,2
5,2

Analisis Ragam Pengukuran Jumlah Daun Bibit Sukun (Artocarpus communis)
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Blok
Galat
Total

Db
4
4
16
24

Jumlah
Kuadrat
20,24
1,84
12,96

Kuadrat
Tengah
5,06
0,46
0,81

F Hitung

F table

6,2469
0,5679

3,01*
3,01tn

Keterangan :
*

: Nyata

tn : tidak nyata
K1 : Luasan terbuka 100% (Kontrol)
K2 : Luasan terbuka 75%
K3 : Luasan terbuka 50%
K4 : Luasan terbuka 25%
K5 : Luasan terbuka 0%

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4. Pengukuran Luas Daun dan Analisis Ragam Bibit Sukun
(Artocarpus communis)
Data Pengukuran Luas Daun Bibit Sukun (Artocarpus communis)
Perlakuan
K1
K2
K3
K4
K5

I
44,167
295,734
267,972
280,347
303,202

II
60,236
285,244
107,926
172,361
232,067

Ulangan
III
83,142
310,961
113,61
372,79
117,134

IV
56,143
131,38
318,472
552,005
150,252

V
77,456
420,154
349,872
106,529
107,409

Jumlah

Rataan

321,444
1443,473
1157,852
1484,032
910,064

64,2288
288,6946
231,5704
296,8064
182,0128

Analisis Ragam Pengukuran Luas Daun Bibit Sukun (Artocarpus communis)
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Blok
Galat
Total

Db

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F Hitung

F table

4
4
16
24

180952,761
16791,5539
229725,319

45238,19028
4197,888437
14357,83246

3,150767
0,292376

3,01*
3,01tn

Keterangan :
*

: Nyata

tn : tidak nyata
K1 : Luasan terbuka 100% (Kontrol)
K2 : Luasan terbuka 75%
K3 : Luasan terbuka 50%
K4 : Luasan terbuka 25%
K5 : Luasan terbuka 0%

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 5. Pengukuran Luas Tajuk dan Analisis Ragam Bibit Sukun
(Artocarpus communis)
Data Pengukuran Luas Tajuk Bibit Sukun (Artocarpus communis)
Perlakuan
K1
K2
K3
K4
K5

I
169,733
782,893
1213,897
782,249
1145,534

II
240,944
850,327
432,765
653,783
978,882

Ulangan
III
379,293
1192,378
632,875
1446,797
560,64

IV
240,701
559,154
1025,014
1734,99
571,211

V
308,352
1392,49
1256,54
497,705
435,836

Jumlah

Rataan

1339,023
4777,242
4561,091
5109,524
3692,103

267,8046
955,4484
912,2182
1021,905
738,4206

Analisis Ragam Pengukuran Luas Tajuk Bibit Sukun (Artocarpus communis)
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Blok
Galat
Total

Db

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F Hitung

F table

4
4
16
24

1854255,832
148222,7871
2389909,424

463563,9579
37055,69676
149369,339

3,103475
0,248081

3,01*
3,01tn

Keterangan :
*

: Nyata

tn : tidak nyata
K1 : Luasan terbuka 100% (Kontrol)
K2 : Luasan terbuka 75%
K3 : Luasan terbuka 50%
K4 : Luasan terbuka 25%
K5 : Luasan terbuka 0%

Lampiran 6. Desain Pengacakan Blok
Blok 1

K2U1

K1 U1

K4 U1

K5 U1

K3 U1

Blok 2

K3 U2

K2 U2

K5 U2

K1 U2

K4 U2

Blok 3

K1 U3

K2 U3

K3 U3

K4 U3

K5 U3

Blok 4

K4 U4

K5 U4

K2 U4

K3 U4

K1 U4

Blok 5

K5 U5

K2 U5

K4 U5

K3 U5

K3 U5

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

Pembuatan Anyaman Mulsa Daun Pandan

Perlakuan K1 (tanpa mulsa)

Perlakuan K5

Perlakuan K4

Perlakuan K3

Perlakuan K2

Universitas Sumatera Utara

Pengukuran Luas Daun

Pengukuran Tinggi

Pengukuran Luas Tajuk

Pengukuran Diameter

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA
Amnte, W.M. 2012, Pesona Danau Toba, Sumatera Utara. http://www.allaboutindonesia.co.cc/2012/03/pesona-danau-toba-sumatera-utara.html/
diakses pada tanggal [17 November 2015].
Arista, A., Fahrizal, dan Dirhamsyah, M. 2014. Studi Pemanfaatan Pandan Duri
(Pandanus tectorius) Di Hutan Tembawang Oleh Masyarakat Desa Riam
Mengelai Kecamatan Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu. Fakultas
Kehutanan. Universitas Tanjung Pura. Pontianak. Jurnal Penelitian
Kehutanan. (10):533-539.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Statistik Daerah Kecamatan Silahisabungan
2015. Diakses dari http://www.dairikab.bps.go.id [17 November 2015].
Departemen Kehutanan. 2003. Teknik Persemaian dan Informasi Benih Sukun.
Jakarta.
Fitter, A. H., dan R.K.M. Hay. 1981. Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM
Press. Yogyakarta.
Gardner, F.P., Perace, R.B., dan Mitchell, R.L,. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Penerjemah: Susilo, H. Jakarta: UI Press.
Goldsworthy, P.R. dan N.M.Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.
Diterjemahkan oleh Tohari. Gadjah Mada University Press.
Hamdani, J. S. 2009. Pengaruh Jenis Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga
Kultivar Kentang (Solanum tuberosum L.) yang Ditanam di Dataran
Medium. Fakultas Pertanian, Universitasn Padjajaran. Bandung. Jurnal
Agronomi. 37 (1) : 14 – 20.
Hayati, E., Ahmad. H,A., Rahman, T,C,. 2008. Respon Pertumbuhan Jagung
Manis (Zea mays, Sacharata SHOUT) Terhadap Penggunaan Mulsa dan
Pupuk Organik.Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Agrista. 14(1):120138.
Hendalastuti, H.R. dan A. Rojidin. 2006. Karakteristik Budidaya dan Pengolahan
Buah Sukun : Studi Kasus di Solok dan Kampar. Prosiding Seminar Hasil
Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan halaman 220-232. Lokasi
Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Kuok. Riau.
Irwanto,
2006.
Pengembangan
tanaman
sukun.
Diakses
http://www.irwantoshut .com. [ 17 November 2015] [ 07.20 Wib].

dari

Universitas Sumatera Utara

Islami, T dan Utomo W.H. 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. IKIP
Semarang Press. Semarang.
Jasminami. 2008. Pengaruh Jumlah Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Selada (Lactuca sativa) di Polybag. Jurusan Budidaya Pertanian.
Fakultas Pertanian. Universitas Jambi. Jurnal Agronomi. 12(1): 30-32..
Jumin, H.B. 2005. Dasar-Dasar Agronomi. PT Raja Grafindo Persada.
Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2011. Profil 15 Danau
Prioritas Nasional. Jakarta .
Kumalasari, N. R., L. Abdullah, S, Jayadi. 2005. Pengaruh Pemberian Mulsa
Chromolaena (L.) Kings and Robins pada Kandungan Mineral P dan N
Tanah Latosol dan Produktivitas Hijauan Jagung (Zea mays L.) Jurnal
Agronomi. 23:29-36.
Lakitan, B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. RajaGrafindo Persada.
Jakarta.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
http://www..Lipi.go.id. [17 November 2015].

2010.

Diakses

Dari

Mulyatri. 2003. Peranan Pengelolaan Tanah dan Bahan Organik terhadap
Konservasi Tanah dan Air. Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil
Penelitian dan Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi. Hal. 90-95.
Nurkhasanah, N. 2013. Studi Pemberian Air dan Tingkat Naungan Terhadap
Pertumbuhan Bibit Tanaman Cabe Jamu (Piper retrofractum Vahl). Jurnal
Produksi Tanaman Vol. 1:325-332.
Pitojo, S. 1999. Budidaya Sukun. Kanisius.Yogyakarta.
Purwantoyo, E. 2007. Budidaya dan Pasca Panen Sukun. Aneka Ilmu. Semarang.
Rukmana, R. 2005. Sistem Mulsa. Yayasan Kanisius. Jakarta.
Siregar, A. S. 2010. Inventarisasi Tanaman Sukun (Artocarpus communis) Pada
Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara. Skripsi Departemen Kehutanan.
Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Subhan dan Sumanna. 1994. Pengaruh Dosis Fosfat dan Mulsa Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Kubis (Brassica olearaceae var. Cavitata L, Cv,
Gloria Ocena. Buletin Penelitian Hortikultura. 27 (4):80-90.
Syaifuddin, Pranowo, D. 2007. Pengaruh Interval Pemberian Air dan Pemberian
Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Pembunggaan Jarak Pagar (Jatropha
curca L.) Jurnal Agronomi. 15(2):22-36.

Universitas Sumatera Utara

Triwiyatno, E.A. 2003. Bibit Sukun Cilacap. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Umboh A,H. 1997. Petunjuk Penggunaan Mulsa. PT Penebar Swadaya. Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Desa
Paropo, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi. Penelitian dilakukan selama
3 bulan, dimulai bulan November 2015 sampai Januari 2016.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit sukun
(A. communis Forst) umur 3 bulan dan mulsa daun pandan berukuran
40 cm x 40 cm. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cangkul,
kamera digital, alat tulis, kalkulator, gunting, penggaris, benang, kalifer, Microsoft
Excel dan Software image J .
Metode Penelitian
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) non faktorial :
1. Faktor pertama (Faktor K) adalah tutupan tanah terdiri dari 5 jenis
persentase luasan terbuka (mulsa pandan), yaitu :
K1 : Tutupan tanah dengan luasa terbuka 100% (kontrol)
K2 : Tutupan tanah dengan luasan terbuka 75%
K3 : Tutupan tanah dengan luasan terbuka 50%
K4 : Tutupan tanah dengan luasan terbuka 25%
K5 : Tutupan tanah dengan luasan terbuka 0%
Semua perlakuan diulang sebanyak 5 kali sehingga jumlah sukun yang
ditanam adalah 25 bibit.

Universitas Sumatera Utara

Pertimbangan penggunaan RAK (blok) dalam penelitian ini yaitu
berdasarkan:
a. Ketinggian masing – masing blok yang berbeda sehingga tidak dapat
diprediksi di blok bagian mana unsur hara dan air tersuplai lebih banyak
maupun lebih sedikit.
b. Kesuburan tanah yang dapat diasumsikan berbeda pada blok karena berada
di lapangan.
c. Kondisi bebatuan yang berbeda pada setiap blok.
Model umum rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yij = µ + τi + βj + Ɛij
Keterangan :
Yij = Nilai hasil pengamatan tanaman sukun pada ulangan ke-i dan perlakuan
mulsa daun pandan ke-j
µ

= Rataan umum pertumbuhan sukun

τi

= Pengaruh perlakuan mulsa daun pandan ke-i

βj

= Pengaruh ulangan tanaman sukun ke-j

Ɛij = Pengaruh galat percobaan pada perlakuan mulsa daun pandan ke-i dan
ulangan tanaman sukun ke-j
Pada pengolahan data dilakukan dengan uji F pada sistem Microsoft Excel.
Jika ANOVA berpengaruh nyata terhadap uji F, maka dilanjutkan dengan uji
lanjutan berdasarkan uji jarak DMRT (Duncan Multiple Range Test) taraf 5 %.
Prosedur Penelitian
1. Penyediaan Bibit
Bibit sukun yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bibit yang

Universitas Sumatera Utara

berasal dari daerah Tanjung Morawa. Bibit sukun berumur 3 bulan dalam keadaan
fisik dan kesehatan yang baik sebanyak 25 bibit, yang akan ditanam di DTA
Danau Toba, Desa Paropo, Kecamatan Silahi sabungan Kabupaten Dairi.
2. Penanaman
Dilakukan penanaman bibit sukun di DTA Danau Toba, Desa Paropo
dengan lubang tanam ukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm dan jarak tanam adalah
5 m x 5 m ditanam dengan melepas plastik polybag agar akar dapat menembus
tanah. Bibit sukun yang telah ditanam diberi label sesuai dengan perlakuannya.
3. Pemberian Tutupan Tanah
Disiapkan anyaman daun pandan yang sudah disesuaikan kerapatannya
yaitu 0 %, 25 %, 50 %, 75 % dan 100 %. Mulsa anyaman daun pandan yang
sudah diberi perlakuan diletakkan dipermukaan tanah pada batang utama bibit
sukun.
Parameter Pengamatan
a.

Pertambahan Tinggi tanaman (cm)
Pengambilan data pertambahan tinggi tanaman dilakukan dua minggu
sekali. Pengukuran dilakukan sejak hari pertama penelitian. Tinggi
tanaman diukur mulai dari pangkal sampai titik tumbuh tertinggi dengan
menggunakan benang dan penggaris.

b.

Pertambahan Diameter batang (cm)
Pengambilan data pertambahan diameter tanaman dilakukan dua minggu
sekali. Pengukuran dilakukan sejak hari pertama penelitian. Diameter
tanaman diukur dengan menggunakan kalifer yang diambil pada suatu titik

Universitas Sumatera Utara

yang telah ditentukan yaitu pangkal batang yang kemudian diberi tanda
agar memudahkan pengukuran.
c.

Jumlah Daun
Pengukuran Jumlah jumlah daun diambil datanya dari setiap bibit sukun
pada saat pengambilan data terakhir. Pengamatan daun dihitung mulai dari
daun yang paling bawah hingga daun yang berada disekitar pucuk
tanaman yang sudah terbuka sempurna.

d.

Luas daun (cm2)
Pengukuran luas daun diambil saat pengambilan data terakhir dari setiap
bibit sukun dan daun yang diukur pada daun ke-2 pada setiap bibit sukun.
Daun diambil fotonya secara vertikal kemudian hasilnya di-scan untuk
mendapatkan pengukuran luas dengan menggunakan program Image J.
Proyeksi pengukuran luas daun tanpa melihat sudut kemiringan.

e.

Luas Tajuk (cm2)
Pengukuran luas tajuk diambil saat pengambilan data terakhir dari setiap
bibit sukun. Tajuk diambil fotonya secara vertikal dari atas, kemudian
hasilnya di-scan untuk mendapatkan pengukuran luas tajuk menggunakan
program Image J. Proyeksi pengukuran luas daun tanpa melihat sudut
kemiringan

f.

Persen hidup bibit (%)
Pengukuran persen hidup bibit dilakukan pada saat akhir pengukuran.
Persen hidup bibit sukun dihitung dengan membandingkan jumlah bibit
yang hidup dengan jumlah bibit sukun yang ditanam. Pengukuran persen
hidup dapat dihitung dengan persamaan:

Universitas Sumatera Utara

Pi = ni x100%
N
Keterangan:
Pi = Persen tumbuh bibit
ni = Jumlah bibit yang hidup
N = Jumlah bibit yang ditanam

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pertambahan Tinggi Tanaman
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 3 bulan di lapangan
untuk parameter pertambahan tinggi, maka diperoleh hasil seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Pertambahan Tinggi Bibit Sukun dengan Perlakuan Mulsa Anyaman
Daun Pandan
Perlakuan
Tinggi (cm)
K1 (Luasan terbuka100%)
3,02 a
K2 (Luasan terbuka 75%)
4,24 ab
K3 (Luasan terbuka 50%)
7,3 c
K4 (Luasan terbuka 25%)
8,02 c
K5 (Luasan terbuka 0%)
6,36 bc
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menandakan
bahwa perlakuan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 1 pada parameter
pertambahan tinggi, terdapat perbedaan nilai pertambahan tinggi dari setiap
perlakuan. Rata-rata pertambahan tinggi mulai dari yang terbesar terdapat pada
perlakuan K4 (luasan terbuka 25%) yaitu sekitar 8,02 cm, K3 (luasan terbuka 50%)
sekitar 7,3 cm, K5 (luasan terbuka 0%) sekitar 6,36 cm, K2 (luasan terbuka 75%)
sekitar 4,24 cm dan rata-rata pertambahan tinggi terendah terdapat pada perlakuan
K1 (kontrol/tanpa tutupan tanah) yaitu sebesar 3,02 cm. Pemberian mulsa daun
pandan memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi bibit sukun.
Hasil uji DMRT 5% menunjukkan bahwa perlakuan K4 tidak berbeda nyata
dengan perlakuan K3, namun berbeda nyata dengan perlakuan K1, K2, dan K5.
Pertambahan Diameter Tanaman
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 3 bulan di lapangan
untuk parameter pertambahan diameter, maka diperoleh hasil seperti pada Tabel 2

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Pertambahan Diameter Bibit Sukun dengan Perlakuan Mulsa Anyaman
Daun Pandan
Perlakuan
Diameter (cm)
K1 (Luasan terbuka 100%)
0,096 a
K2 (Luasan terbuka 75%)
0,132 ab
K3 (Luasan terbuka 50%)
0,208 c
K4 (Luasan terbuka 25%)
0,216 c
K5 (Luasan terbuka 0%)
0,176 bc
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menandakan
bahwa perlakuan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 2 pada parameter
pertambahan diameter, terdapat perbedaan nilai pertambahan diameter dari setiap
perlakuan. Rata-rata pertambahan diameter mulai dari yang terbesar terdapat pada
perlakuan K4 (luasan terbuka 25%) yaitu sekitar 0,216 cm, K3 (luasan terbuka
50%) sekitar 0,208 cm, K5 (luasan terbuka 0%) sekitar 0,176 cm, K2 (luasan
terbuka 75%) sekitar 0,132 cm dan rata-rata pertambahan diameter terendah
terdapat pada perlakuan K1 (kontrol/tanpa tutupan tanah) yaitu sebesar 0,096 cm.
Hal tersebut menunjukan bahwa penggunaan mulsa organik memberi pengaruh
yang lebih baik bagi tanaman sukun dibandingkan tanpa pemberian tutupan tanah.
Pemberian mulsa daun pandan memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan
diameter bibit sukun. Hasil uji DMRT 5% menunjukkan bahwa perlakuan K4
tidak berbeda nyata dengan perlakuan K3, namun berbeda nyata secara signifikan
dengan perlakuan K1, K2, dan K5.
Jumlah Daun
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 3 bulan di lapangan
untuk parameter jumlah daun, maka diperoleh hasil seperti pada Tabel 3.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3. Pertambahan Jumlah Daun Bibit Sukun dengan Perlakuan Mulsa
Anyaman Daun Pandan
Perlakuan
Jumlah Daun (Helai)
K1 (Luasan terbuka 100%)
3,6 a
K2 (Luasan terbuka 75%)
5,8 b
K3 (Luasan terbuka 50%)
5,6 b
K4 (Luasan terbuka 25%)
6,2 b
K5 (Luasan terbuka 0%)
5,2 b
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menandakan
bahwa perlakuan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%

Hasil jumlah daun bibit sukun disajikan pada Tabel 3. Hasil yang
diperoleh dapat dilihat bahwa rata-rata pertambahan jumlah daun mulai dari yang
terbanyak terdapat pada perlakuan K4 (luasan terbuka 25%) yaitu sekitar 6,2 helai,
K2 (luasan terbuka 75%) sekitar 5,8 helai, K3 (luasan terbuka 50%) sekitar 5,6
helai, K5 (luasan terbuka 0%) sekitar 5,2 helai dan rata-rata jumlah daun terendah
terdapat pada perlakuan K1 (kontrol/tanpa tutupan tanah) yaitu sebesar 3,6 helai.
Pemberian mulsa daun pandan memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan
jumlah daun pada bibit sukun.

Hasil uji DMRT 5% menunjukkan bahwa

perlakuan K2, K3, K4, dan K5 tidak berbeda nyata namun berbeda nyata secara
signifikan dengan perlakuan K1.
Luas Daun
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 3 bulan di lapangan
untuk parameter jumlah daun, maka diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Luas Daun Bibit Sukun dengan Perlakuan Mulsa Anyaman Daun Pandan
Perlakuan
Luas Daun (cm2)
K1 (Luasan terbuka 100%)
64,2288 a
K2 (Luasan terbuka 75%)
288,6946 b
K3 (Luasan terbuka 50%)
231,5704 b
K4 (Luasan terbuka 25%)
296,8064 b
K5 (Luasan terbuka 0%)
182,0128 ab
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menandakan
bahwa perlakuan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%

Universitas Sumatera Utara

Hasil luas daun bibit sukun disajikan pada Tabel 4. Hasil yang diperoleh
dapat dilihat bahwa rata-rata luas daun mulai dari terbesar terdapat pada perlakuan
K4 (luasan terbuka 25%) yaitu sekitar 296,806 cm2, K2 (luasan terbuka 75%)
sekitar 288,694 cm2, K3 (luasan terbuka 50%) sekitar 231,570 cm2, K5 (luasan
terbuka 0%) sekitar 182,012 cm2 dan rata-rata luas daun terkecil terdapat pada
perlakuan K1 (kontrol/tanpa tutupan tanah) yaitu seluas 64,228 cm2. Pemberian
mulsa daun pandan memberikan pengaruh nyata terhadap luas daun bibit sukun.
Hasil uji DMRT 5% menunjukkan bahwa perlakuan K4, K3 dan K2 tidak berbeda
nyata, namun berbeda nyata dengan perlakuan K1 dan K5.
Luas Tajuk
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 3 bulan di lapangan
untuk parameter luas tajuk, maka diperoleh hasil seperti pada Tabel 5.
Tabel 5. Luas Tajuk Bibit Sukun dengan Perlakuan Mulsa Anyaman Daun Pandan
Perlakuan
Luas Tajuk (cm2)
K1 (Luasan terbuka 100%)
267,8046 a
K2 (Luasan terbuka 75%)
955,4484 b
K3 (Luasan terbuka 50%)
912,2182 b
K4 (Luasan terbuka 25%)
1021,9048 b
K5 (Luasan terbuka 0%)
738,4206 ab
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menandakan
bahwa perlakuan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%

Hasil luas tajuk bibit sukun disajikan pada Tabel 5. Hasil yang diperoleh
dapat dilihat bahwa luas tajuk rata-rata terbesar terdapat pada perlakuan K4
(luasan terbuka 25%) yaitu sekitar 1021,905 cm2, K2 (luasan terbuka 75%) sekitar
955,448 cm2, K3 (kerapatan 50%) sekitar 912,128 cm2, K5 (luasan terbuka 0%)
sekitar 734,420 cm2 dan rata-rata luas tajuk terkecil terdapat pada perlakuan K1
(kontrol/tanpa tutupan tanah) yaitu seluas 267,804 cm2. Pemberian mulsa daun
pandan memberikan pengaruh nyata terhadap luas tajuk bibit sukun. Hasil uji

Universitas Sumatera Utara

DMRT 5% menunjukkan bahwa perlakuan K4, K3 dan K2 memberikan pengaruh
tidak berbeda nyata, namun berbeda nyata dengan perlakuan K1 dan K5.
Persen Hidup
Persen hidup bibit sukun adalah persentase jumlah bibit sukun yang
ditanam dengan jumlah bibit sukun setelah pengamatan. Persen hidup bibit sukun
dapat dilihat pada tabel 6 berikut:
Tabel 6. Persen Hidup Bibit Sukun
Perlakuan
K1
K2
K3
K4
K5
Ket: √ = Hidup

U1






U2






Ulangan
U3






U4






U5






Persen hidup dari bibit sukun dari hasil penelitian ini adalah 100 %.
Pembahasan
Pengaplikasian mulsa organik daun pandan pada bibit sukun merupakan
salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman bibit sukun agar
berjalan dengan baik, membantu tanaman sukun lebih mudah dalam menyerap air,
menjaga suhu dan kelembaban tanah serta menciptakan kondisi tanah yang sesuai
bagi bibit sukun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jumin (2005) bahwa salah satu
teknik budidaya yang dapat mengurangi terjadinya evaporasi adalah penggunaan
mulsa. Mulsa dapat menekan pertumbuhan gulma, mereduksi penguapan, dan
kecepatan alir permukaan, sehingga kelembaban tanah dan persediaan air dapat
terjaga.
Hasil pengamatan dan pengukuran yang telah dilakukan serta hasil analisis
ragam menunjukkan bahwa mulsa daun pandan memberikan pengaruh nyata

Universitas Sumatera Utara

terhadap semua parameter pengamatan yaitu, pertambahan tinggi, pertambahan
diameter, jumlah daun, luas daun dan luas tajuk. Pemberian mulsa daun pandan
adalah faktor eksternal yang diberikan kepada tanaman untuk membantu
pertumbuhan tanaman. Mulsa daun pandan mampu menahan dan menyimpan air
dalam waktu yang cukup lama, sehingga mampu menjaga kelembaban tanah,
memiliki aerasi dan drainase yang baik serta meningkatkan penyerapan air tanah.
Kemampuan mulsa daun pandan mampu menjadi penyedia air di dalam tanah
yang diperlukan oleh tanaman. Mulsa daun pandan yang mengandung air dan
lembab dapat memicu pertumbuhan akar tanaman di dalam tanah. Jumlah akar
yang ada dengan kondisi tak jenuh air menyebabkan penyerapan hara menjadi
optimal sehingga proses fisiologis akan berlangsung lebih baik dan dapat
mengimbangi pertumbuhan dan perkembangan tanaman sukun.
Mulsa daun pandan membantu proses fotosintesis tanaman sukun
dikarenakan bahan baku untuk melakukan fotosintesis sangat memenuhi terutama
dengan ketersediaan air sehingga hasil fotosintesis berupa karbohidrat dapat
tersuplai dengan baik ke seluruh bagian tubuh tumbuhan seperti pada batang yang
terlihat pada pertambahan tinggi dan diameter batang serta daun yang terlihat pada
pertambahan jumlah daun, luas daun dan luas tajuk yang masing-masing
berpengaruh nyata. Hal ini dijelaskan oleh Jasminani (2008) adanya air yang
cukup akan menyebabkan lebih banyak tersedia unsur hara dalam larutan air
tanah, akibatnya proses penyerapan unsur hara dan fotosintesis berjalan dengan
lancar sehingga pertumbuhan tanaman menjadi meningkat. Hal ini diperkuat
dengan pernyataan Gardner, et al. (1991) bahwa masalah penting pertama untuk
proses diferensiasi (penebalan dinding sel) adalah ketersediaan karbohidrat. Hasil

Universitas Sumatera Utara

asimilasi yang tersedia lebih dari cukup bagi kebutuhan untuk pertumbuhan secara
normal, merupakan akibat adanya faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan
tanpa menghambat fotosintesis. Faktor-faktor yang lebih membatasi pertumbuhan
dibandingkan membatasi fotosintesis, seperti kekurangan air, berakibat adanya
proses diferensiasi.
Penerimaan air oleh tanaman berbanding lurus dengan luas daun yakni
semakin sedikit air yang diterima oleh tanaman maka luas dan pertumbuhan daun
akan semakin kecil. Pengaruh kekurangan air selama tingkat vegetatif ialah
berkembangnya daun-daun yang lebih kecil. Hal ini sesuai juga dengan
pernyataan Goldsworthy dan Fisher (1992) bahwa indeks luas daun yang
merupakan ukuran perkembangan tajuk, sangat peka terhadap cekaman air, yang
mengakibatkan penurunan dalam pembentukan dan perluasan daun, peningkatan
penuaan dan perontokan daun atau keduanya. Perluasan daun lebih peka terhadap
cekaman air daripada penutupan stomata, selanjutnya dikatakan bahwa
peningkatan penuaan daun akibat cekaman air cenderung terjadi pada daun-daun
yang lebih bawah, yang paling kurang aktif dalam fotosintesis dan dalam
penyediaan asimilat, sehingga kecil pengaruhnya terhadap hasil.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa keberhasilan pertumbuhan
tanaman sukun menggunakan mulsa anyaman daun pandan tergolong berhasil
dikarenakan jumlah bibit tanaman sukun yang mengalami kematian adalah 0 bibit
artinya persen hidup tanaman sukun dalam penelitian ini adalah sebesar 100 %.
Persen hidup tanaman sukun yang mencapai 100% tidak terlepas juga dari
kemampuan tanaman sukun yang dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah,
memiliki toleransi rentang iklim dan toleransi ragam tanah, relatif toleran terhadap

Universitas Sumatera Utara

kekeringan dan tahan naungan serta penyebarannya yang mampu tumbuh di
dataran Sumatera. Penelitian Siregar (2010) juga menyatakan bahwa tanaman
sukun dapat tumbuh dengan baik sampai pada ketinggian 1100 mdpl tanpa ada
perbedaan dari segi produktivitas dan kualitas pohon yang dihasilkan sedangkan
ketinggian daripada DTA Danau toba ± 906

mdpl. Hal ini sesuai dengan

penelitian Hendalastuti dan Rojidin (2006) bahwa dapat tumbuh dengan baik
dengan ketinggian lebih dari 350-1400 mdpl dengan produktivitas yang cukup
tinggi dengan suhu 12o C – 33o C dengan topografi beragam, dataran berbukit dan
bergelombang dengan kelerengan lebih dari 16 %. Hal ini diperkuat juga dengan
pendapat Pitojo (1999) yang menyatakan sukun relatif kuat terhadap keadaan
iklim. Iklim mikro yang sangat ideal bagi pertumbuhan sukun adalah di tempat
terbuka dan banyak menerima panas sinar matahari.
Penggunaan mulsa pada bibit sukun menunjukkan bahwa pertumbuhan
tanaman bibit sukun dengan tutupan tanah (mulsa) berjalan lebih baik
dibandingkan dengan bibit sukun tanpa mulsa. Hal ini terlihat di setiap parameter
yang diukur baik pertambahan tinggi, pertambahan diameter, pertambahan jumlah
daun, luas daun dan luas tajuk, tanaman sukun yang diberi mulsa daun pandan di
setiap perlakuannya selalu lebih baik pertumbuhannya dibandingkan tanaman
sukun yang tidak diberi mulsa daun pandan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Rukmana (2005) bahwa pemberian mulsa organik pada tanah akan pengaruh yang
baik bagi perbaikan sifat fisik tanah, meningkatkan penyerapan air tanah,
mengurangi kisaran suhu tanah, dapat mengendalikan pertumbuhan gulma,
mempertinggi kadar humus tanah dan memperbaiki aerasi dan drainase tanah

Universitas Sumatera Utara

sehingga akar dapat berkembang dengan baik dan pertumbuhan tanaman akan
lebih subur.
Fungsi mulsa daun pandan dalam menahan air, menjaga kehilangan air
dari tanah, memelihara temperatur dan kelembaban tanah serta mengurangi
terjadinya evaporasi menunjukkan keberhasilan terhadap tanaman sukun. Proses
fisiologis pada tanaman sukun yang tidak diberi mulsa tidak berjalan baik bila
dibandingkan dengan tanaman sukun yang diberi mulsa karena ketersediaan air di
dalam tanah rendah sehingga tanaman menyerap air dalam jumlah yang sedikit
dan proses fotosintesis menjadi terhambat . Hal ini sesuai dengan pernyataan
Syaifuddin dan Pranowo (2007) yang menyatakan bahwa, perlakuan tanpa mulsa
menyebabkan perubahan kandungan air tanah cukup besar, sehingga terjadi defisit
air yang menghambat pertumbuhan tinggi tanaman. Cekaman air akan
menyebabkan suhu daun meningkat, stomata menutup, dan fotosintesis menurun,
sebagai akibatnya respirasi meningkat yang dapat mengurangi hasil asimilasi
netto.
Keseluruhan

parameter

yang

diukur

baik

pertambahan

tinggi,

pertambahan diameter, pertambahan jumlah daun, luas daun dan luas tajuk
tanaman sukun dengan perlakuan K1 (tanpa mulsa) nilainya lebih kecil bila
dibandingkan dengan tanaman yang diberi mulsa dengan berbagai kerapatan,
menandakan bahwa tanaman sukun mengalami kekurangan air akibat dari tidak
adanya mulsa sehingga meningkatkan evaporasi pada tanah dan pertumbuhan
tanaman

mengalami

abnormal.

Hal

ini

sesuai

dengan

pernyataan

Islami dan Utomo (1995) bahwa kekurangan air pada tanaman terjadi karena
ketersediaan air dalam media tidak cukup dan transpirasi yang berlebihan atau

Universitas Sumatera Utara

kombinasi kedua faktor tersebut. Tanaman dapat mengalami cekaman
(kekurangan air) walaupun di dalam tanah air cukup tersedia di lapangan.
Defisiensi air yang terus menerus menyebabkan perubahan irreversible (tidak
dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati.
Tanaman sukun dengan perlakuan tanpa mulsa terganggu pertumbuhannya
karena pada tanah yang tidak diberikan mulsa pertumbuhan gulma lebih cepat
sehingga terjadi kompetisi dalam menyerap unsur hara dan air di dalam tanah
serta kondisi suhu tanah lebih cepat meningkat diikuti proses penguapan air di
dalam tanah yang juga terjadi lebih cepat, untuk itu diperlukan mulsa sebagai
bahan penutup tanah untuk menekan pertumbuhan gulma dan menjaga
kelembaban tanah. Sesuai dengan pernyataan Hamdani (2009) bahwa mulsa
merupakan material penutup tanah tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk
menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit
sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan optimal yang didukung juga
oleh pernyataan Subhan dan Sumanna (1994) bahwa pemberian mulsa organik
akan memberikan suatu lingkungan pertumbuhan yang baik bagi tanaman karena
dapat mengurangi evaporasi, pencegah penyinaran langsung matahari yang
berlebihan terhadap tanah serta kelembaban tanah dapat terjaga, sehingga tanaman
dapat menyerap air dan unsur hara dengan baik.
Hasil sidik ragam menunjukan bahwa mulsa daun pandan dengan
berbagai kerapatan memberikan pengaruh nyata terhadap semua parameter yang
diamati seperti pertambahan tinggi tanaman, pertambahan diameter batang,
pertambahan jumlah daun, luas daun dan luas tajuk. Berdasarkan hasil uji DMRT
(Duncan Multiple Range Test) menunjukan bahwa perlakuan terbaik terhadap

Universitas Sumatera Utara

pertumbuhan bibit sukun adalah pada perlakuan K4 dengan kerapatan mulsa 75%
dan K3 dengan kerapatan 50%.
Tabel 7. Korelasi Antar Parameter Tanaman
Parameter
Tinggi tanaman
Diameter batang
Jumlah daun
Luas daun
Luas tajuk

Tinggi
tanaman
1
0,87551
0,69977
0,49321
0,50419

Diameter
batang

Jumlah
daun

Luas
daun

Luas
Tajuk

1
0,52055
0,35371
0,35539

1
0,82701
0,83098

1
0,96046

1

Keterangan: 0.00-0.199 : Sangat rendah ; 0.20-0.399 : Rendah ; 0.40-0.599 : Cukup Kuat
0.60-0.799 : Kuat ; 0.80-1.000 : sangat kuat

Korelasi menunjukkan hubungan antar dua variabel parameter. Analisis
korelasi yang dilakukan, didapat hasil bahwa pemberian mulsa anyaman daun
pandan pada bibit sukun menunjukkan hubungan antar parameter tanaman yang
ada. Tabel 7 menunjukkan bahwa korelasi antara luas daun dengan luas tajuk
memiliki hubungan yang sangat kuat dengan nilai tertinggi yaitu dengan nilai R
0,96046. Korelasi antara pertambahan tinggi dengan pertambahan diameter,
jumlah daun dengan luas daun dan jumlah daun dengan luas tajuk memiliki
hubungan yang sangat kuat juga. Korelasi antara pertambahan tinggi dengan
jumlah daun menunjukkan hubungan yang kuat. Korelasi antara pertambahan
diameter dengan jumlah daun, pertambahan tinggi dengan luas tajuk dan
pertambahan tinggi dengan luas daun menunjukkan hubungan yang cukup kuat.
Nilai R terendah yaitu 0,35371 yaitu korelasi antara pertambahan diameter dengan
luas daun. Sifat positif ini menunjukkan bahwa semua parameter yang diamati
saling memberikan hubungan karena pada dasarnya semua parameter yang
diamati adalah proses pertumbuhan tanaman yang setiap bagian tanaman saling
berhubungan.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian mulsa daun pandan terhadap tanaman sukun memberikan
pengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati : pertambahan tinggi,
pertambahan diameter, pertambahan jumlah daun, luas daun dan luas tajuk.
Tanaman sukun yang diberi perlakuan mulsa daun pandan dengan berbagai
kerapatan pertumbuhannya lebih baik daripada tanaman sukun tanpa mulsa
(kontrol).
Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemberian mulsa daun
pandan terhadap tanaman sukun, agar dapat diperoleh hasil yang lebih baik bagi
setiap persentase kerapatan mulsa daun pandan yang diberikan.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Sukun (A. communis)
Tanaman sukun merupakan tanaman yang memiliki kemampuan bertahan
hidup dari kondisi cekaman lingkungan yang tinggi. Klasifikasi Sukun Artocarpus
communis menurut Triwiyatno (2003) adalah kingdom: Plantae (tumbuhtumbuhan); divisi: Spermatophyta (tumbuhan berbiji); subdivisi: Angiospermae
(berbiji tertutup); kelas: Dicotyledonae (biji berkeping dua); ordo: Urticales;
famili: Moraceae; genus: Artocarpus; spesies: Artocarpus communis.
Syarat Tumbuh Tanaman Sukun (A. communis)
Tanaman sukun baik dikembangkan di dataran rendah hingga ketinggian
1200 mdpl yang bertipe iklim basah. Curah hujan antara 2.000-3.000 mm per
tahun. Tanaman sukun relatif toleran terhadap pH rendah, relatif tahan kekeringan
dan tahan naungan. Tanaman sukun masih mampu tumbuh dan berbuah pada
tempat yang mengandung batu karang dan kadar garam agak tinggi serta sering
tergenang air. Tanaman sukun dapat tumbuh pada semua jenis tanah seperti tanah
podsolik merah kuning, tanah berkapur dan tanah berpasir (regosol), namun akan
lebih baik apabila ditanam pada tanah alluvial yang gembur, bersolum dalam,
banyak mengandung humus, tersedia air tanah yang cukup dangkal (Pitojo, 1992).
Sukun toleran terhadap curah hujan yang sedikit maupun curah hujan yang
tinggi antara 80 - 100 inchi per tahun dengan kelembaban 60 % - 80 %, namun
lebih sesuai pada daerah-daerah yang cukup banyak mendapat penyinaran
matahari. Tanaman sukun tumbuh baik di tempat yang lembab panas, dengan
temperatur antara 15° C - 38° C (Irwanto, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Tanaman sukun memiliki toleransi yang cukup longgar terhadap rentang
iklim. Sukun dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim basah maupun iklim
kering. Tanaman sukun lebih suka tumbuh di tempat terbuka, dan mendapat sinar
matahari penuh. Sukun juga memiliki toleransi terhadap ragam tanah. Sukun
mengkehendaki tanah yang memiliki air tanah dangkal dengan kadar garam yang
rendah. Tanah dengan kadar humus yang tinggi akan lebih menjamin tingkat
pertumbuhan dan produksi buahnya (Purwantoyo, 2007).
Sukun dapat tumbuh baik pada daerah tropis basah, cocok pada iklim
yang panas (suhu 20o C - 40o C) dan lembab (curah hujan 2000 - 3000 mm). Batas
letak lintangnya kira-kira antara 170o LU dan LS. Pohon sukun lebih cocok di
dataran rendah sekitar ekuator (dibawah mdpl). Iklim makro yang sangat ideal
untuk pertumbuhan sukun adalah tempat terbuka dan banyak menerima sinar
matahari. Di daerah yang ternaung atau daerah yang sering berkabut kurang cocok
untuk pertumbuhan sukun. Indikator kesesuaian iklim tanaman sukun adalah
apabila tanaman kluwih dapat tumbuh makan sukun juga dapat tumbuh
(Dephut, 2003).
Penyebaran Tanaman Sukun
Sebaran tanaman sukun di Kepulauan Indonesia meliputi Sumatera (Aceh,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Nias, Lampung), Pulau Jawa (Kepulauan
Seribu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Madura, P. Bawean,
Kepulauan Kangean), Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi
(Minahasa, Gorontalo, Bone, Makasar, Malino), Maluku (Seram, Buru Kai,
Ambon, Halmahera Dan Ternate), dan Papua (Sorong, Manokwari, pulau-pulau
kecil di daerah “Kepala Burung” (Pitojo, 1992).

Universitas Sumatera Utara

Klasifikasi Pandan Duri (Pandanus tectorius)
Klasifikasi Tanaman Pandan Duri adalah kingdom: Plantae; sub divisi:
Angiospermae; kelas: Monokotiledon; ordo: Pandanales; famili: Pandanaceae;
genus: Pandanus; spesies: P. tectorius. Pandan duri (Pandanus tectorius) adalah
salah satu keanekaragaman tumbuhan hutan yang dapat digunakan sebagai bahan
baku untuk industri kerajinan, antara lain anyaman. Produk anyaman yang
dihasilkan dari bahan tumbuhan diperlukan pengetahuan dan keterampilan dalam
mengenal tumbuhan yang memiliki serat yang panjang dan kuat. Salah satu ragam
tumbuhan yang memenuhi kedua persyaratan tersebut ialah pandan duri yang
merupakan bagian dari suku pandan-pandanan (Pandanaceae), terutama dari
marga Pandanus (Arista et al., 2014).
Peranan Mulsa Terhadap Tanaman
Definisi mulsa (mulch) menurut Umboh (1997) adalah suatu bahan atau
material yang secara sengaja diletakkan pada permukaan tanah pertanian.
Selanjutnya dikemukakan klasifikasi mulsa sbb:
1. Mulsa organik yaitu bahan sisa pertanian seperti jerami, batang jagung, batang
kacang, daun pisang, daun pandan, pelepah batang pisang, daun tebu, alangalang, serbuk gergaji. Mulsa daun kering termasuk mulsa organik.
2. Mulsa non organik berupa batu kerikil, batu koral, batu kasar, batu bata dan
batu gravel.
3. Mulsa kimia sintetis yaitu mulsa plastik transparan, mulsa plastik hitam, mulsa
plastik perak dan mulsa plastik perak hitam (mpph).
Secara umum fungsi mulsa diatas adalah untuk memperbaiki sifat fisik tanah,
memperbaiki aerase dan drainase tanah sehingga akar dapat berkembang dengan

Universitas Sumatera Utara

baik dan pertumbuhan tanaman akan lebih subur.
Penggunaan mulsa bertujuan untuk mencegah kehilangan air dari tanah
sehingga kehilangan air dapat dikurangi dengan memelihara temperatur dan
kelembaban tanah. Aplikasi mulsa merupakan salah satu upaya menekan
pertumbuhan gulma, memodifikasi keseimbangan air, suhu dan kelembaban tanah
serta menciptakan kondisi yang sesuai bagi tanaman, sehingga tanaman dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik (Mulyatri, 2003).
Salah satu teknik budidaya yang dapat mengurangi terjadinya evaporasi
adalah penggunaan mulsa. Mulsa dapat menekan pertumbuhan gulma, mereduksi
penguapan, dan kecepatan alir permukaan, sehingga kelembaban tanah
dan persediaan air dapat terjaga. Penggunaan mulsa ditujukan untuk mencegah
terjadinya pemadatan tanah, terutama pada lapisan tanah bagian atas,
mengurangi fluktuasi suhu tanah, dan mencegah terjadinya kontak langsung
antara buah dengan tanah yang dapat menyebabkan buah-buahan menjadi busuk
(Jumin, 2005).
Pemberian mulsa organik pada tanah memberikan pengaruh yang baik
bagi perbaikan sifat fisik tanah, meningkatkan penyerapan air tanah, mengurangi
kisaran suhu tanah, dapat mengendalikan pertumbuhan gulma, mempertinggi
kadar humus tanah dan memperbaiki aerasi dan drainase tanah. Manfaat
pemberian mulsa organik membuat akar dapat berkembang dengan baik dan
pertumbuhan tanaman akan lebih subur (Rukmana 2005).
Pengaruh jenis mulsa terhadap suhu tanah dan kelembaban tanah
menunjukan bahwa perbedaan suhu tanah antara perlakuan tanpa mulsa dan mulsa
jerami pada pagi hari tidak berbeda, tetapi mulsa plastik hitam perak menunjukan

Universitas Sumatera Utara

suhu tanah yang lebih tinggi. Mulsa jerami menunjukan suhu yang lebih rendah
pada sore hari dibandingkan dengan suhu tanah tanpa mulsa dan mulsa plastik
hitam perak (Hamdani, 2009).
Mulsa organik lebih disukai terutama pada sistem pertanian organik.
Pemberian mulsa organik seperti jerami akan memberikan suatu lingkungan
pertumbuhan yang baik bagi tanaman karena dapat mengurangi evaporasi,
pencegah penyinaran langsung matahari yang berlebihan terhadap tanah serta
kelembaban tanah dapat terjaga, sehingga tanaman dapat menyerap air dan unsur
hara dengan baik (Subhan dan Sumanna, 1994). Dekomposisi dari bahan mulsa
organik akan mensuplai unsur hara bagi tanaman dan kondisi lingkungan serta
mempermudah mineral dari bahan organik untuk digunakan oleh tanaman
(Kumalasari et al., 2015).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan tanaman merupakan hasil interaksi yang kompleks antara
faktor internal (dalam) dan eksternal (luar). Faktor internal meliputi intrasel
(sifat genetik/hereditas) dan intersel (hormonal dan enzim). Faktor eksternal
meliputi air tanah dan mineral, kelembaban udara, suhu udara, cahaya dan
sebagainya.
Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman:
1. Sifat menurun atau hereditas. Ukuran dan bentuk tumbuhan banyak
dipengaruhi oleh faktor genetik. Faktor genetik dapat digunakan sebagai dasar
seleksi bibit unggul.
2. Hormon pada tumbuhan. Hormon merupakan hasil sekresi dalam tubuh yang
dapat memacu pertumbuhan, tetapi ada pula yang dapat menghambat

Universitas Sumatera Utara

pertumbuhan. Hormon-hormon pada tumuhan yaitu auksin, giberilin, gas
etilen, sitokinin, asam abisat dan kalin.
Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman:
1. Cahaya matahari. Cahaya jelas pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman.
Cahaya merupakan sumber energi fotosintesis. Daun dan batang tumbuhan
yang tumbuh ditempat gelap akan kelihatan kuning pucat. Tumbuhan yang
kekurangan cahaya menyebabkan batang tumbuh lebih panjang, lembek dan
kurus, serta daun timbul tidak normal. Panjang penyinaran mempunyai
pengaruh khusus bagi pertumbuhan dan reproduksi tumbuhan.
2. Temperatur.

Temperatur mempengaruhi

pertumbuhan dan reproduksi

tumbuhan. Perubahan temperatur dari dingin atau panas mempengaruhi
kemampuan fotosintesis, translokasi, respirasi dan transpirasi. Temperatur
yang terlalu dingin atau terlalu tinggi pertumbuhan akan menjadi lambat atau
terhenti sama sekali pada beberapa tumbuhan apabila lingkungan, air,
temperatur, dan cahaya tidak memungkinkan untuk tumbuh.
3. Kelembaban atau kadar air. Tanah dan udara yang kurang lembah umumnya
berepengaruh baik terhadap pertumbuhan karena meningkatkan penyerapan
air dan menurunkan penguapan atau transpirasi.
4. Air dan unsur hara. Air merupakan senyawa yang sangat penting bagi
tumbuhan. Fungsi air antara lain sebagai media reaksi enzimatis, berperan
dalam fotosintesis, menjaga turgiditas sel dan kelembapan. Kandungan air
dalam tanah mempengaruhi kelarutan unsur hara dan menjaga suhu tanah.
(Triwiyatno, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Peranan Air Pada Pertumbuhan Tanaman
Air seringkali membatasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
budidaya. Respon tumbuhan terhadap kekurangan air dapat dilihat pada aktifitas
metabolismenya, morfologinya, tingkat pertumbuhannya, atau produktivitasnya.
Pertumbuhan sel merupakan fungsi tanaman yang paling sensitif terhadap
kekurangan air. Kekurangan air akan mempengaruhi turgor sel sehingga akan
mengurangi pengembangan sel, sintesis protein, dan serta sistesis dinding sel
(Gardner et al., 1991).
Kekurangan air pada tanaman terjadi karena ketersediaan air dalam media
tidak cukup dan transpirasi yang berlebihan atau kombinasi kedua faktor tersebut.
Tanaman dapat mengalami cekaman (kekurangan air) walaupun di dalam tanah
air cukup tersedia di lapangan. Defisiensi air yang terus meneruskan
menyebabkan perubahan irreversible (tidak dapat balik) dan pada gilirannya
tanaman akan mati. Kebutuhan air bagi tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain jenis tanaman dalam hubungannya dengan tipe dan perkembangannya,
kadar air tanah dan kondisi cuaca (Islami dan Utomo, 1995).
Selain intensitas cahaya matahari, ketersediaan air juga penting terhadap
daya tumbuh tanaman untuk menghasilkan luas daun dan berat kering total
tanaman yang optimum (Nurkhasanah, 2013). Air sangat berfungsi bagi
pertumbuhan tanaman, khususnya air tanah yang digunakan oleh tumbuhan
sebagai bahan melalui proses fotosintesis. Air diserap tanaman melalui akar
bersama dengan unsur hara yang larut di dalamnya, kemudian diangkut melalui
pembuluh xylem (Lakitan, 1993).
Sel tanaman yang telah kehilangan air berada pada tekanan turgor yang

Universitas Sumatera Utara

lebih rendah daripada nilai maksimumnya, disebut menderita stress air. Hal ini
merupakan suatu istilah yang menyesatkan karena stress mempunyai defenisi
yang tepat dalam mekanika dan dapat dengan mudah diukur (Fitter, 1981).
Keadaan Umum Danau Toba
Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia, dengan luas
permukaan ±112.970 ha dengan perairan terdalam berkisar 435 m terletak pada
ketinggian 995 di atas permukaan laut. Danau Toba terletak antara 2o - 3o LU dan
98o - 99o BT. Dasar danau kebanyakan terdiri dari batu-batuan dan pasir. Pada
bagian tertentu terdapat endapan lumpur dan daerah sekitar Danau Toba
dikelilingi oleh perbukitan. Danau Toba juga merupakan danau terbesar di Asia
Tenggara. Danau Toba mempunyai luas permukaan lebih kurang 1.100 km2
dengan total volume air sekitar 1.258 km3 (Amnte, 2012).
Danau Toba terbentuk sebagai akibat terjadinya runtuhan (depresi)
tektonik vulkanis yang dahsyat pada zaman Pleiopleistosen. Kaldera raksasa ini
mempunyai ukuran panjang: 87 km, lebar: 27–31 km dan luas: 1.100 km².
Ketinggian permukaan air Danau Toba yang pernah diamati dan dicatat adalah
sekitar ± 906 meter dpl (diatas permukaan laut). Pulau Samosir yang terdapat
ditengah - tengah danau mempunyai ukuran panjang: 45 km, lebar 19 km dan luas
640 km². Kedalaman air Danau Toba berkisar 400 – 600 meter dan bagian
terdapat di depan teluk Haranggaol ± 460 meter dan disamping Tao Silalahi yang
relatif memiliki area yang luas ± 445 meter (LIPI,2010).
Geografis Kecamatan Silahisabungan
Secara geografis Kecamatan Silahisabungan berada di wilayah pinggir
Kabupaten Dairi dan berada di pinggiran Danau Toba yang berbatasan langsung

Universitas Sumatera Utara

dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Samosir. Sebelah Utara Kecamatan
Silahisabungan berbatasan dengan Kabupaten Karo, sebelah Selatan berbatasan
dengan Kecamatan Parbuluan, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten
Samosir dan Danau Toba, dan sebelah Barat dengan Kecamatan Sumbul dan
Kecamatan Pegagan Hilir. Arealnya sebagian besar terdiri dari pegunungan yang
bergelombang dan hanya s

Dokumen yang terkait

Penggunaan Berbagai Jenis Kompos Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 68 50

Sebaran Sukun Persepsi Masyarakat Terhadap (Artocarpus Communis Forst) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba Di Nagori Purba Saribu, Kecamatan Haranggaol Horison, Kabupaten Simalungun

0 44 62

Pertumbuhan Stek Akar Sukun (Artocarpus communis Forst.) Berdasarkan Perbedaan Jarak Akar Dari Batang Pohon

4 84 47

Penggunaan Berbagai Jenis Kompos Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 0 9

Respon Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst) Terhadap Penggunaan Mulsa Daun Pandan Sebagai Mulsa Organik Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba

0 0 10

Respon Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst) Terhadap Penggunaan Mulsa Daun Pandan Sebagai Mulsa Organik Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba

0 0 2

Respon Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst) Terhadap Penggunaan Mulsa Daun Pandan Sebagai Mulsa Organik Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba

0 0 2

Respon Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst) Terhadap Penggunaan Mulsa Daun Pandan Sebagai Mulsa Organik Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba

0 1 9

Respon Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst) Terhadap Penggunaan Mulsa Daun Pandan Sebagai Mulsa Organik Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba

0 1 3

Respon Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst) Terhadap Penggunaan Mulsa Daun Pandan Sebagai Mulsa Organik Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba

0 0 9