lebih besar memiliki banyak individu serat yang utuh sehingga akan menghasilkan papan partikel dengan kekuatan yg lebih besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Bowyer dkk,2003 bahwa partikel ideal untuk mengembangkan kekuatan dan stabilitas dimensi adalah partikel serpih tipis dengan ketebalan seragam dengan
perbandingan tebal dan panjang yang tinggi.
b. MOR
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata MOR papan partikel dari limbah batang kelapa sawit dengan perekat UF sangat bervariasi seperti terlihat
pada Gambar 10. Hasil MOR selengkapnya disajikan pada Lampiran 3.
Gambar 10. Nilai rata-rata MOR papan partikel dari limbah batang kelapa sawit dengan perlakuan perendaman awal
Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata MOR papan partikel berkisar antara 103-223 kgcm
2
. Nilai yang diperoleh menunjukan bahwa semua papan partikel yang dihasilkan telah memenuhi SNI 03-2105-2006 yang
mensyaratkan nilai MOR papan partikel minimal 82 kgcm².
168,90 223,23
123,17 166,91
103,42 150,54
20 40
60 80
100 120
140 160
180 200
220 240
1 jam 2 jam
3 jam 24 jam
48 jam 72 jam
MO R
k g
c m
2
Air Panas Air Dingin
Perlakuan Perendaman Awal
SNI 03-2105 2006 :
≥ 82 kgcm
2
Universitas Sumatera Utara
Nilai MOR paling tinggi diperoleh pada papan dengan perlakuan perendaman air panas selama 2 jam yaitu sebesar 223 kgcm
2
. Hal ini menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan tidak terlalu singkat dan tidak terlalu
lama. Sedangkan nilai MOR terendah didapat pada perlakuan perendaman air dingin selama 48 jam yaitu sebesar 103 kgcm
2
. Perendaman awal yang dilakukan dapat menekan zat yang terkandung
dalam bahan baku sehingga proses perekataan menjadi lebih baik dan menghasilkan papan yang lebih baik hal ini dibuktikan dengan hasil yang telah
memenuhi standar. Hadi 1991 menyatakan bahwa pelarutan zat ekstraktif dengan cara merendam partikel dalam air panas dapat menurunkan sudut kontak
perekat .sudut kontak yang kecil menunjukkan naiknya daya alir perekat sehingga perekatannya menjadi lebih baik .hal ini menyebabkan kualitas papan partikel
yang dihasilkan menjadi lebih baik. Faktor lain yang mempengaruhi tingginya nilai MOR papan partikel yang
dihasilkan adalah bentuk partikel limbah BKS yang digunakan rata-rata bersifat memanjang. Hal ini diduga dapat mempererat ikatan antar partikel saat
pengempaan. Maloney 1993 mengatakan bahwa nilai MOR dipengaruhi oleh jenis perekat, daya ikat perekat dan panjang partikel. Partikel dengan ukuran
memanjang memungkinkan banyaknya bagian yang saling menopang dalam papan partikel sehingga lebih kuat. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan
Haygreen dan Bowyer 1996 yang menyatakan bahwa bentuk dan ukuran partikel akan berpengaruh terhadap kekuatan dan stabilitas dimensi papan partikel.
Pada penelitian ini kerapatan bahan baku yang rendah juga merupakan faktor yang mempengaruhi nilai MOR yang dihasilkan. Kerapatan bahan baku
Universitas Sumatera Utara
yang rendah akan memudahkan proses pemadatan pada saat pengempaan sehingga akan menghasilkan papan yang lebih padat dan kuat. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Koch 1985 dalam Nuryawan 2007 bahwa faktor yang mempengaruhi nilai MOR papan partikel adalah BJ kayu, geometri partikel,
orientasi partikel, kadar perekat, kadar air dan prosedur kempa.
c. Kekuatan Rekat Internal Bond