papan yang dihasilkan karena semakin mudah untuk dipadatkan pada saat pengempaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kliwon dan Iskandar 2010
bahwa kerapatan akhir papan partikel dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis kayu kerapatan kayu, besarnya tekanan kempa, kadar perekat dan bahan
tambahan lainnya. FAO 1996 membagi papan partikel menjadi papan partikel berkerapatan
rendah di bawah 0,40 gcm
3
, papan partikel berkerapatan sedang 0,40-0,80 gcm
3
dan berkerapatan tinggi di atas 0,80 gcm
3
. Hasil penelitian menunjukkan bahwa papan partikel yang dihasilkan termasuk dalam kategori papan partikel
dengan kerapatan sedang.
b. Kadar Air
Berdasarkan pengujian kadar air yang dilakukan diperoleh hasil rata-rata kadar air papan partikel dari limbah batang kelapa sawit dengan variasi
perendaman awal dapat dilihat pada Gambar 6. Hasil pengujian yang lebih lengkap disajikan pada Lampiran 3.
Gambar 6. Nilai rata-rata kadar air papan partikel dari limbah batang kelapa sawit dengan perlakuan perendaman awal.
7,95 10,32
8,02 8,69
9,20 7,35
2 4
6 8
10 12
14
1 jam 2 jam
3 jam 24 jam 48 jam 72 jam
K a
d a
r A
ir
Air Panas Air Dingin
Perlakuan Perendaman Awal
SNI 03-2105 2006 :
Maks 14
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Gambar 6 terlihat bahwa nilai rata-rata kadar air berkisar antara 7,35 - 10,32 . Nilai kadar air paling tinggi diperoleh pada perlakuan
perendaman dalam air panas selama 2 jam, sedangkan nilai kadar air yang paling rendah pada perlakuan perendaman air dingin selama 72 jam.
Berdasarkan
SNI 03- 2105-2006, nilai kadar air papan partikel dengan perlakuan awal perendaman
telah memenuhi standar yang mensyaratkan nilai kadar air papan partikel maksimal 14 .
Perendaman awal yang dilakukan sebelum proses pembuatan papan dapat melarutkan zat ekstraktif yang terkandung dalam batang kelapa sawit sehingga
perekat lebih mudah masuk dan menutupi pori-pori partikel yang menyebabkan ikatan antara partikel dengan perekat menjadi lebih kuat dan uap air susah untuk
menembusnya. Hunt Garratt 1986 dalam Iswanto 2008 menyatakan bahwa akibat dari perendaman adalah terbentuknya ikatan yang lemah antara mulut
noktah dengan torus, adanya ikatan yang lemah pada saluran noktah akan meningkatkan penetrasi perekat terhadap kayu dan menyebabkan terisinya ruang-
ruang kosong dengan perekat. Dengan terisinya ruang-ruang kosong tersebut dapat menghambat air dan uap air untuk menembus dinding sel sehingga kadar air
papan yang dihasilkan lebih rendah dibanding kadar air papan tanpa perlakuan. Hadi 1991 dalam Setiawan 2004 menyebutkan bahwa perlakuan perendaman
dingin maupun panas pada kayu dapat menurunkan kadar air bahan tersebut. Proses pengeringan awal partikel diduga juga dapat mempengaruhi nilai
kadar air papan yang dihasilkan. Semakin rendah kadar air awal partikel yang digunakan maka kadar air papan yang dihasilkan juga akan semakin rendah. Pada
Universitas Sumatera Utara
penelitian ini partikel yang dikeringkan hingga 5 berpengaruh terhadap rendahnya nilai kadar air yang diperoleh.
Perbedaan nilai kadar air papan pada setiap perlakuan disebabkan beberapa faktor seperti ukuran partikel yang tidak seragam. Perbedaan ukuran
partikel yang digunakan akan menghasilkan papan yang tidak tertutup sempurna saat proses pengempaan. Ukuran partikel yang lebih seragam dan meratanya
perekat dalam pembuatan papan partikel akan menyebabkan ikatan antar partikel sangat kuat, sehingga tidak ada rongga-rongga yang memungkinkan air masuk ke
dalam papan partikel. Jumlah perekat yang digunakan juga dapat mempengaruhi nilai kadar air
papan yang dihasilkan. Semakin banyak perekat yang digunakan maka ikatan antar partikel akan semakin rapat sehingga air tidak bisa masuk. Widarmana
1977 dalam Pamungkas 2006 menyatakan bahwa kadar air papan akan semakin rendah dengan semakin banyaknya perekat yang diberikan. Hal ini
disebabkan karena ikatan antar partikel akan semakin rapat dan kompak sehingga air akan kesulitan menembus ruang antar partikel.
Daya Serap Air
Daya serap air menyatakan banyaknya air yang diserap oleh papan partikel dalam persen terhadap berat awalnya setelah contoh uji direndam dalam air
selama 24 jam. Nilai rata-rata daya serap air papan partikel dari limbah batang kelapa sawit dengan perlakuan perendaman awal berkisar antara 65,97-93,69
seperti terlihat pada Gambar 7. Hasil penelitian selengkapnya disajikan pada Lampiran 2.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7. Nilai rata-rata daya serap air papan partikel dari limbah batang kelapa sawit dengan perlakuan perendaman awal
Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa hasil paling baik diperoleh pada papan dengan perlakuan perendaman dalam air panas selama 3 jam yaitu sebesar 65,97
sedangkan daya serap air yang paling tinggi terdapat pada papan dengan perlakuan perendaman dalam air dingin selama 48 jam yaitu mencapai 93,69.
SNI 03-2105-2006 tidak mensyaratkan nilai daya serap air, namun demikian daya serap air merupakan sifat fisis papan partikel yang perlu diperhatikan karena
mempengaruhi kualitas papan partikel yang dihasilkan. Selain itu data daya serap air juga dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan aplikasi
penggunaan dari papan partikel ini, apakah layak digunakan pada eksterior atau hanya untuk interior. Berdasarkan hasil pengujian yang menunjukkan nilai daya
serap air yang tinggi, maka papan partikel ini direkomendasikan untuk keperluan interior saja.
Haygreen dan Bowyer 1996 menyatakan bahwa tingginya daya serap air papan partikel disebabkan oleh adanya ikatan hidrogen yang terdapat dalam
selulosa, hemiselulosa dan lignin pada partikel, sehingga air yang masuk ke dalam
82,67 86,20
65,97 89,06
93,69 89,90
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1 jam 2 jam
3 jam 24 jam
48 jam 72 jam
D aya
S e
r ap
Ai r
Air Panas Air Dingin
Perlakuan Perendaman Awal
Universitas Sumatera Utara
papan semakin banyak dan mengakibatkan daya serap airnya menjadi lebih tinggi. Penyerapan air terjadi berupa gaya absorbsi yang merupakan gaya tarik molekul
air pada ikatan hidrogen yang terdapat dalam selulosa, hemiselulosa dan lignin. Faktor lain yang mempengaruhi tingginya daya serap air papan partikel
adalah perekat yang digunakan. Ruhendi 1988 mengatakan penggunaan perekat urea formaldehida mempengaruhi tingginya daya serap air papan partikel dimana
ikatan yang dihasilkan tersebut tidak tahan air sehingga air mudah sekali merusak ikatan-ikatan antar perekat dan partikel.
Selain itu tingginya daya serap air juga bisa disebabkan oleh kemampuan partikel yang digunakan dalam mengikat air yang tinggi sehingga daya serap
airnya semakin tinggi pula. Batang kelapa sawit sebagai bahan baku dalam penelitian ini mengandung selulosa, hemiselulosa serta senyawa-senyawa lain
sangat mudah menyerap air sehingga higroskopisnya sangat ringgi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Febrianto dan Bakar 2004 yang mengatakan bahwa salah
satu masalah serius dalam pemanfaatan batang sawit adalah sifat higroskopis yang berlebihan
.
Tingginya nilai daya serap air papan partikel juga diduga disebabkan ukuran serbuk yang digunakan tidak seragam, sehingga dalam pencampuran
perekat dengan serbuk masih terdapat rongga sebagai jalan air untuk masuk ke papan. Akibatnya papan akan sangat mudah menyerap air. Haygreen dan Bowyer
1996 menyatakan bahwa geometri partikel merupakan salah satu yang menentukan sifat daya serap air yang dihasilkan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Djalal 1984 dalam Jatmiko 2006 yang menyatakan bahwa selain ketahanan
perekat terhadap air dan absorbsi bahan baku, terdapat beberapa faktor yang
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi besarnya penyerapan air papan partikel yaitu adanya saluran kapiler yang menghubungkan antar ruang kosong, volume ruang kosong diantara
partikel, dalamnya penetrasi perekat terhadap partikel dan luas permukaan partikel yang tidak ditutupi perekat
c. Pengembangan Tebal