Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak Usia 0 12

TUMBUH KEMBANG ANAK

USIA 0-12 TAHUN

Dr. ERNA SETIYANINGRUM, S.S.T., M.M., M.Pd.K.

BUKU AJAR TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 0-12 TAHUN

Dr. Erna Setiyaningrum, S.S.T., M.M., M.Pd.K.

Edisi Asli Hak Cipta © 2017, Indomedia Pustaka

Griya Kebonagung 2, Blok I2, No.14 Kebonagung, Sukodono, Sidoarjo Telp.

: 0812-3250-3457 Website : www.indomediapustaka.com E-mail : indomediapustaka.sby@gmail.com

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan menggunakan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penerbit.

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Setiyaningrum, Erna Tumbuh Kembang Anak Usia 0-12 Tahun/Erna Setiyaningrum

Edisi Pertama —Sidoarjo: Indomedia Pustaka, 2017

1 jil., 17 × 24 cm, 238 hal. ISBN 978-602-6417-11-4

1. Keperawatan

2. Tumbuh Kembang Anak

I. Judul

II. Penulis

Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan tuntuntannya, sehingga buku ‘Tumbuh Kembang Anak Usia 0-12 Tahun’. Susuanan pada buku ini membahas hal-hal pokok tentang tumbuh kembang, masalah perkembangan pada anak usia dini hingga sekolah usia 11 tahun. Bahasan tersebut perlu di utamakan karena merupakan dasar-dasar pengetahuan yang perlu dipahami oleh setiap tenaga kesehatan di lini terdepan termasuk bidan dan perawat yang memberikan asuhan pelayanan kesehatan pada anak usai dini dan sekolah dasar baik di puskesmas, klinik, maupun rumah sakit. Mahasiswa juga perlu memahami dasar-dasar pengetahuan ini sebelum, selama, dan setelah mereka lulus nanti. Buku ini terdiri dari 5 bab, yaitu:

1. Bab 1 membahas materi kosep dasar anak usia dini. Bab ini menguraikan tentang konsep dasar anak usia dini, perkembangan anak usia dini

dan permasalahan yang dapat terjadi pada anak usia dini.

2. Bab 2 tentang anak usia dini usia 0-6 tahun. Konsep tumbuh kembang pada anak usia 0-6 tahun di anggap sebagai patokan untuk

mengetahui apakah balita dapat tumbuh kembang sesuai dengan tahapan usianya.

3. Bab 3 menyajikan tentang anak usia 6-8 tahun. Konsep tumbuh kembang pada anak prasekolah, perkembangan anak prasekolah dan

permasalaha yang terjadi pada anak prasekolah.

iv

Tumbuh Kembang Anak Usia 0-12 Tahun

4. Bab 4 menyajikan tentang anak seklah dasar usia 8-11 tahun, tentang perkembangan dan permasalaha yang terjadi pada perkembangan anak usia dini pada usia 8-11 tahun.

5. Bab 5 tentang gambaran khusus anak usia dini pada usia 0-8 tahun, yang membahasa tentang perkembangan anak usia tersebut, permasalahan perkembangan.

Penyusunan buku ini merupakan petugas kesehatan yang berkecimpung di pelayanan kesehatan bayi, anak dan prasekolah. Ibu diharapkan agar buku ini dapat berguna bagi tenaga kesehatan (teruatama bidan, perawat, dan mahasiswa kebidanan/keperawatan) untuk melengkapi bacaan mata pelajaran.

Surabaya, September 2016

Penyusun

Ucapan Terimakasih

Penyertaan Tuhan Didalam Kehidupanku

Buku ini saya tulis sebagai ucapan syukur atas penyertaan Tuhan selama ini didalam hidup dan kehidupan saya. Penyertaan yang tanpa batasdari mulai saya lahir baru hingga hari ini. Berbagai pelanggaran telah saya lakukan selama ini, namun Tuhan begitu baik, selalu mengembalikan saya ketempat yang Tuhan mau. Hingga akhirnya saya merasa bahwa sebenarnya saya tidaklah pantas menerima segala anugrah yang sangat besar ini.

Saya bersyukur Tuhan telah memberikan saya keluarga besar yang begitu mencintai saya, Bapak Sudirun, Ibu Tri Haryati, adalah orang tua yang terbaik yang Tuhan kirim untuk melahirkan dan merawat saya. Candra Basuki Setiawan (Alm) dan Reny Tri Jayanti-Abdul Wahab Iswahyudi dan keluarga sebagai adik adik yang baik yang telah membantu saya terproses dalam hidup dan kehidupan saya. Suami terbaik yang Tuhan kirimkan dalam kehidupan saya Bayu Ario Nusantoro, dan anak anak tercinta yang pintar pintar, hebat hebat serta takut akan Tuhan yaitu Bagus Arizona Putra, Anjasmara Tirta Adi Kencana, Dyah Ayu Puspa Mawar Indah (Cantik). Serta keluarga besar Purwito Hadi Atmanto sebagai mertua terbaik, Kak Oky Soelanjari-Farid (Alm), Satriono Joelita-Sintje Natar, Goudy Asmara (Alm), Niko Suseno Jaya-Yeni Wastuti, yang telah banyak mensuport saya.

Ucapan terimakasih juga saya persembahkan kepada keluarga besar High Desert Billionares Suport Sistem yang telah banyak membentuk dan memproses karakter saya sehingga saya bisa menjadi percaya diri serta menginspirasi saya untuk menjadi penulis dan motivator, antara lain: Julianto Ekaputra-Yenny, dr. Roy Sugiowantono-Elsye, Nugroho, Ucapan terimakasih juga saya persembahkan kepada keluarga besar High Desert Billionares Suport Sistem yang telah banyak membentuk dan memproses karakter saya sehingga saya bisa menjadi percaya diri serta menginspirasi saya untuk menjadi penulis dan motivator, antara lain: Julianto Ekaputra-Yenny, dr. Roy Sugiowantono-Elsye, Nugroho,

Tumbuh Kembang Anak Usia 0-12 Tahun

Purwanto, Tjandra-Tanti, Boby-Menik, Lion-Anggraini, Tonny-Betsy, Alex-Lenny, Rina Staf, Agus-Ramanti, drg Bambang-drg Ari, Utami, Hari-Melly, Agung-Suyati- Puji,dan rekan rekan High Desert yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada tim saya yang telah membantu mensuport berbagai sumber dalam penulisan ini.

Sungguh saya mengucap syukur yang tak terhingga karena Tuhan telah mengirimkan orang orang terbaik dalam kehidupan saya. Mengisi hidup saya dengan sangat indah. Memberi kepercayaan diri yang sangat besar kepada saya bahwa “Tidak ada yang Mustahil didunia ini jika Tuhan Bersamadengan Kita.”

Hormat Kami,

Penulis

Bab 1

Konsep Dasar Anak Usia Dini

Kompetensi Dasar:

Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar pada anak usia dini.

Pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang dibahas dalam bab ini:

A. Konsep Dasar Anak Usia Dini

B. Penyakit Yang Menyertai Anak Usia Dini

C. Masalah Kesehatan Dan Gizi Anak Usia Dini

A. KONSEP ANAK USIA DINI

1. Definisi Anak Usia Dini

Terdapat beberapa definisi tentang anak usia dini. Definisi yang pertama, anak usia dini adalah anak yang berusia nol tahun atau sejak lahir sampai berusia kurang lebih delapan tahun (0-8)

(Nurihsan, 2007). 1 Sedangkan definisi kedua, menurut Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Butir 14 yang menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

1 Nurihsan, Juntika, 2007. Perkembangan Peserta Didik, Bandung: Sekolah Pasca Sarjana UPI

Tumbuh Kembang Anak Usia 0-12 Tahun

dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Definisi ketiga anak usia dini merupakan anak yang berada pada usia 0-6 tahun. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia nol sampai 6 atau 8 tahun yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani yang paling pesat, baik fisik maupun mental. Usia dini merupakan usia yang sangat penting bagi perkembangan anak sehingga disebut Golden Age. Anak usia dini belajar dengan caranya sendiri.

2. Ciri-ciri Anak Usia Dini

Anak pada masa usia dini memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu sebagai berikut: 1) Bersifat egosentris, Anak memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dari pengetahuan dan pemahamannya sendiri, serta dibatasi oleh perasaan dan pikirannya yang masih sempit. Anak sangat terpengaruh oleh akalnya yang masih sederhana sehingga tidak mampu menyelami perasaan dan pikiran orang lain. Anak belum memahami arti sebenarnya dari suatu peristiwa dan belum mampu menempatkan dirinya ke dalam kehidupan atau pikiran orang lain. Anak sangat terikat pada dirinya sendiri. Dia menganggap bahwa pribadinya adalah satu dan terpadu erat dengan lingkungannya, dan juga belum mampu memisahkan dirinya dari lingkungannya; 2) Relasi sosial yang primitive, ciri ini ditandai oleh kehidupan anak yang belum dapat memisahkan antara keadaan dirinya dengan keadaan lingkungan sosial sekitarnya. Artinya, anak belum dapat membedakan antara kondisi dirinya dengan kondisi orang lain atau anak lain di luar dirinya. Anak pada masa ini hanya memiliki minat terhadap benda-benda dan peristiwa yang sesuai dengan daya fantasinya. Dengan kata lain anak membangun dunianya dengan khayalan dan keinginannya sendiri; 3) Kesatuan jasmani dan rohani yang hampir tidak terpisahkan, anak belum dapat membedakan keduanya. Isi jasmani dan rohani anak masih merupakan kesatuan yang utuh. Penghayatan anak terhadap sesuatu dikeluarkan atau diekspresikan secara bebas, spontan dan jujur baik dalam mimik, tingkah laku, maupun bahasanya. Anak tidak dapat berbohong atau bertingkah laku pura- pura. Anak mengekspresikan segala sesuatu yang dirasakannya secara terbuka; 4) Sikap hidup yang fisiognomis, artinya secara langsung anak memberikan atribut/sifat lahiriah atu sifat kongkrit, nyata terhadap apa yang dihayatinya. Kondisi ini disebabkan karena pemahaman anak terhadap apa yang dihadapinya masih bersifat menyatu (totaliter) antara jasmani dan rohani. Anak belum dapat membedakan antara benda hidup dan benda mati. Segala sesuatu yang ada di sekitarnyaa dianggap memiliki jiwa yang merupakan makhluk hidup yang memiliki jasmani dan rohani sekaligus, seperti dirinya sendiri. Oleh karena itu, anak pada

usia ini sering bercakap-cakap dengan binatang atau boneka. 2 Anak usia dini (0-6 tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan.

2 Kartini Kartono. 1995. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: CV Mandar Maju.

Bab 1 Konsep Dasar Anak Usia Dini

Karena itulah pada usia dini dikatakan sebagai Golden Age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya.

Aspek yang sangat menonjol dalam cara belajar anak usia dini adalah rentang perhatian yang pendek (short attention span) dan orientasi perilakunya pada “sini dan kini” (here and now). Menurut Soegeng (2000) secara umum karakteristik anak usia dini atau prasekolah adalah: suka meniru, ingin mencoba, spontan, jujur, riang, suka bermain, selalu ingin tahu (suka bertanya) banyak gerak, suka menunjukkan akunya (egois), unik, dan lain-lain. 3

3. Karakteristik Umum Anak Usia Dini

Pandangan para ahli pendidikan tentang anak cenderung berubah dari waktu ke waktu dan berbeda satu sama lain sesuai dengan landasan teori yang digunakannya. Ada yang memandang anak sebagai makhluk yang telah terbentuk oleh bawaannya atau memandang anak sebagai makhluk yang dibentuk oleh lingkungannya. Ada juga ahli lain yang menganggap anak sebagai miniatur orang dewasa, dan ada pula yang memandang anak sebagai individu yang berbeda.

Maria Montessori (dalam Hurlock, 1978) berpendapat bahwa usia 3-6 tahun merupakan periode sensitif atau masa peka terhadap anak, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang , diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Masa sensitif anak pada usia ini mencakup sensitive terhadap keteraturan lingkungan, mengeksplorasi lingkungan dengan lidah dan tangan, sensitif untuk berjalan, sensitif terhadap objek-objek kecil dan detail, serta terhadap aspek-aspek sosial kehidupan. 4

Usia dini merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan perkembangan masa selanjutnya. Erickson mengemukakan bahwa “masa kanak-kanak merupakan gambaran manusia sebagai manusia. Perilaku yang berkelainan pada masa dewasa dapat dideteksi pada masa kanak-kanak”. Karakteristik Umum atau sifat-sifat Anak Usia Dini, sebagai berikut:

1) Unik, artinya sifat anak itu berbeda satu sama lainnya.

2) Egosentris, artinya anak lebih cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri.

3) Aktif dan Energik, artinya anak lazimnya senang melakukan aktivitas.

4) Rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal.

5) Eksploratif dan berpetualang, maksudnya terdorong oleh rasa ingin tahu yang kuat, anak lazimnya menjelajah, mencoba dan mempelajari hal-hal baru.

6) Spontan, artinya perilaku yang ditampilkan anak umumnya relatif asli dan tidak tertutupi sehingga merefleksikan apa yang ada dalam perasaan dan pikirannya.

7) Senang dan kaya dengan fantasi, artinya anak senang dengan hal-hal yang imajinatif.

8) Masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu.

3 Santoso, Soegeng dan Fasli, Gusnawirta. 2002. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Citra Pendidikan 4 Hurlock, Elizabeth. B. 1978. Child Development, Sixth Edition.New York: Mc.Graw Hill, Inc.

Tumbuh Kembang Anak Usia 0-12 Tahun

9) Daya perhatian yang pendek

10) Bergairah untuk belajar.

11) Semakin menunjukkan minat terhadap teman

4. Hakikat Perkembangan

a. Pengertian Perkembangan

Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi material, melainkan pada segi fungsional.

Menurut Yusuf Syamsu (2001: 15) 5 , perkembangan adalah perubahan-perubahan

yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).

Adapun menurut Oemar Hamalik (2004: 84) 6 , perkembangan merujuk kepada

perubahan yang progresif dalam organisme bukan saja perubahan dalam segi fisik (jasmaniah) melainkan juga dalam segi fungsi, misalnya kekuatan dan koordinasi.

b. Pertumbuhan dan Perkembangan

Secara singkat dapat diutarakan perbedaan kedua istilah perkembangan dan pertumbuhan adalah bahwa perkembangan (development), merupakan proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju yang bersifat psikis. Adapun pertumbuhan (growth), merupakan tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. Pertumbuhan merupakan tahapan perkembangan (a stage of development) yang bersifat fisik.

c. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Istilah pertumbuhan dan perkembangan seringkali digunakan seolah-olah keduanya mempunyai pengertian yang sama, karena menunjukan adanya suatu proses perubahan tertentu yang mengarah kepada kemajuan. Padahal sesungguhnya istilah pertumbuhan dan perkembangan ini mempunyai pengertian yang berbeda.

Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif, sebagai akibat dari adanya pengaruh luar atau lingkungan. Pertumbuhan mengandung arti adanya perubahan dalam ukuran dan struktur tubuh sehingga lebih banyak menyangkut perubahan fisik. Selain dari pengertian di atas, pertumbuhan dapat didefinisikan pula sebagai perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi- fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada diri individu yang sehat dalam fase- fase tertentu. Hasil dari pertumbuhan ini berupa bertambah panjang tulang-tulang

5 Yusuf Syams. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hlm 15 6 Hamalik, Oemar. 2004, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, hlm 84

Bab 1 Konsep Dasar Anak Usia Dini

terutama lengan dan tungkai, bertambah tinggi dan berat badan serta makin bertambah sempurnanya susunan tulang dan jaringan syaraf. Pertumbuhan ini akan terhenti setelah adanya maturasi atau kematangan pada diri individu.

Rendahnya derajat kesehatan dan gizi anak akan menghambat pertumbuhan fisik dan motorik anak yang juga berlangsung sangat cepat pada tahun-tahun pertama kehidupan anak. Gangguan yang terjadi pada pertumbuhan fisik dan motorik anak, sulit diperbaiki pada periode berikutnya, jika kondisi terus berlanjut, dapat mengakibatkan cacat permanen.

Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan adalah suatu perubahan fungsional yang bersifat kualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik maupun mental sebagai hasil keterkaitannya dengan pengaruh lingkungan. Perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu urutan-urutan perubahan yang bersifat sistematis, dalam arti saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara aspek-aspek fisik dan psikis dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Contoh, anak diperkenalkan bagaimana cara memegang pensil, membuat huruf-huruf dan diberi latihan oleh orang tuanya. Kemampuan belajar menulis akan mudah dan cepat dikuasai anak apabila proses latihan diberikan pada saat otot-ototnya telah tumbuh dengan sempurna, dan saat untuk memahami bentuk huruf telah diperoleh. Dengan demikian anak akan mampu memegang pensil dan membaca bentuk huruf.

Selain itu perubahan juga bersifat progresif, yang berarti bahwa perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan mendalam baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Contoh, perubahan pengetahuan dan kemampuan anak dari yang bersifat sederhana berkembang ke arah yang lebih kompleks. 7

Berkesinambungan merupakan ciri lain dari perubahan yang terjadi, artinya perubahan itu berlangsung secara beraturan atau berurutan, tidak bersifat meloncatloncat atau karena unsur kebetulan. Contoh, agar anak mampu berlari maka sebelumnya anak

harus mampu berdiri dan merangkak terlebih dahulu. 8 Melalui belajar anak akan berkembang, dan akan mampu mempelajari hal-hal yang baru. Perkembangan akan dicapai karena adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh pengalaman baru dan menimbulkan perilaku baru. Dari uraian pengertian perkembangan di atas perlu disadari bahwa pertumbuhan fisik mempengaruhi perkembangan psikis individu, karena pada suatu saat tertentu kedua istilah ini dapat digunakan secara bersamaan. Dengan kata lain, perkembangan merupakan hasil dari pertumbuhan, pematangan fungsi-fungsi fisik, pematangan fungsi-fungsi psikis dan usaha belajar. Psikologi perkembangan anak (early childhood development), hanya mempelajari perkembangan manusia sejak lahir hingga usia enam atau delapan tahun.

Berdasarkan hasil penelitian di bidang neurologi terbukti bahwa 50% kapasitas kecerdasan anak terbentuk pada kurun waktu empat tahun pertama sejak kelahirannya.

7 Hadis, F.A. 1996. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Proyek Pendidikan Tenaga Guru Ditjen Dikti Depdikbud. 8 Helms, D. B & Turner, J.S. 1983. Exploring Child Behavior. New York: Holt Rinehartand Winston.

Tumbuh Kembang Anak Usia 0-12 Tahun

Pada saat anak mencapai usia delapan tahun, maka perkembangan otak anak telah mencapai 80% perkembangan otak berada pada rentang usia tersebut. Pada saat anak dilahirkan ia sudah dibekali Tuhan dengan struktur otak yang lengkap, namun baru mencapai kematangannya saat setelah diluar kandungan. Bayi yang baru dilahirkan memiliki 100 miliar neutron dan bertriliun-triliun sambungan antarneutron. Melalui persaingan alami akhirnya sambungan-sambungan yang tidak atau jarang digunakan akan mengalami atrofi. Pemantapan sambungan terjadi apabila neuron mendapatkan informasi yang mampu menghasilkan letupan-letupan listrik. Letupan ini merangsang bertambahnya produksi myelin yang dihasilkan oleh zat perekat glial. Semakin banyak zat myelin yang diproduksi maka semakin banyak dendrite yang tumbuh, sehingga akan semakin banyak synapse yang berarti lebih banyak neuron-neuron yang menyatu membentuk unit-unit.

5. Memasuki Dunia Anak-Anak

a. Pemahaman Dunia Kanak-Kanak

Apabila hendak memahami kehidupan anak bayi dan anak-anak maka kita harus mengobservasi terhadap tingkah laku anak-anak tersebut. Sebab anak masih belum mampu bercerita tentang keadaannya sendiri dan belum mampu mengungkapkan kehidupan psikisnya.

Ketika anak-anak menjadi lebih dewasa, kita dapat melakukan observasi terhadap tingkah lakunya, dan bisa mendengarkan ceritanya tentang keadaan dirinya. Namun kita harus menyadari bahwa hampir tidak ada seseorang anak yang bersedia membukakan segenap perasaan dan isi hatinya kepada orang lain. Ada semacam keengganan, “ketakutan” atau rasa malu yang menghambat dirinya untuk membukakan isi perasaan dan fikirannya, sekalipun terhadap ibu sendiri atau terhadap orang tua.

Pengaruh kehidupan masa kanak-kanak sangat penting untuk membentuk pandangan hidup kita selanjutnya. Banyak masalah yang timbul dalam kenangan, misalnya hari pertama masuk sekolah, hari ulang tahun, kematiaan orang terdekat, atau satu perkelahian dengan seorang kawan. Sebab semua kenangan pengalaman pribadi akan memberikan nuansa warna bagi setiap peristiwa yang dialami.

Ada tiga pokok yang terdapat pada kehidupan anak manusia menuju kedewasaan. Pertama konsepsi atau conceptie dirinya, ada dalam kandungan ibunya, sebagai wujud atau sebagai organisme yang tumbuh. Kedua kelahirannya di dunia, yang memberikan kejutan-ketakutan-kesakitan, sehingga ia mengeluarkan jerit tangis melengking ketika harus meninggalkan rahim ibunya. Ketiga kemampuan realisasi diri menjadi pribadi atau person. Pada fase ketiga ini setiap individu menghayati eksistensinya sebagai pribadi yang berbeda dengan orang lain. Tanda-tanda kesadaran-diri itu menjadi semakin jelas dan makin kuat pada tiga tahun pertama, dan menjadi semakin kuat dengan bertambahnya umur sang anak.

Bab 1 Konsep Dasar Anak Usia Dini

b. Fase Pasif dan Fase Aktif

Pribadi anak yang pada suatu saat berusaha secara aktif untuk memberikan bentuk dan isi pada kehidupan sendiri itu pada mulanya ada dalam keadaan pasif atau bersifat pasif. Namun sampai batas-batas tertentu anak dengan bebas masih bisa menggunakan segala perlengkapan jasmaniahnya. Hal ini sangat bergantung pada fasilitas-fasilitas yang diberikan lingkungan dan orang tua yang mengasuh dirinya. Yaitu apakah lingkungan bisa menstimulir atau justru mengahambat pertumbuhan dan perkembangan segenap potensinya.

Fase kemudian pada saat anak bisa menghayati diri sendiri sebagai AKU atau person, dapat disebut sebagai fase aktif. Pada saat itu, anak mulai menyadari bahwa ia mempunyai kemauan.

6. Pembagian Fase-Fase Perkembangan

Adapun perkembangan jasmani dianggapnya penting ialah pertukaran gigi pada umur tujuh tahun, dan tumbuhnya tanda-tanda pubertas seperti perubahan suara, kumis, tanda- tanda kelamin sekunder lainnya yang timbul pada umur 14 tahun. Atas dasar itu pembagian dilakukan sebagai berikut:

1) Periode I: dari 0,0-7,0 tahun (periode anak kecil)

2) Periode II: dari 7,0-14,0 tahun (periode sekolah)

3) Periode III: dari 14,0-21,0 tahun (periode pubertas, masa peralihan dari usia anak menjadi dewasa)

a. Perkembangan Menurut Aristoteles

Aristoteles (384-322 S.M.) membagi masa perkembangan selama 21 tahun dalam 3 septenia (3 periode kali 7 tahun), yang dibatasi oleh 2 gejala alamiah yang penting; yaitu

1) pergantian gigi dan 2) munculnya gejala-gejala pubertas. Hal ini didasarkan para paralelitas perkembangan jasmaniah dengan perkembangan jiwani anak. Pembagian tersebut adalah sebagai berikut: 0-7 tahun disebut sebagai masa anak kecil, masa bermain 7-14 tahun masa anak-anak, masa belajar, atau masa sekolah rendah 14-21 tahun masa remaja atau pubertas, masa peralihan dari anak menjadi orang dewasa

b. Perkembangan Menurut Charlotte Buhler

Charlotte Buhler membagi masa perkembangan sebagai berikut: Fase pertama, 0-1 tahun: masa menghayati obyek-obyek diluar diri sendiri, dan saat melatih fungsi-fungsi. Terutama melatih fungsi motorik; yaitu fungsi yang berkaitan dengan gerakan-gerakan dari badan dan anggota badan.

Fase kedua, 2-4 tahun: masa pengenalan dunia obyektif di luar diri sendiri, disertai penghayatan subyektif. Mulai ada pengenalan pada AKU sendiri, dengan bantuan bahasa dan kemauan sendiri. Anak tidak mengenal dunia luar berdasarkan

Tumbuh Kembang Anak Usia 0-12 Tahun

pengamatan obyektif, melainkan memindahkan keadaan batinnya pada benda- benda diluar dirinya. Karena itu ia bercakap-cakap dengan bonekanya, bergurau dan berbincang-bincang dengan kelincinya; seperti kedua binatanag dan benda permainan itu betul-betul memiliki sifat-sifat yang dimilikinya sendiri. Fase ini disebut sebagai fase bermain dengan subyektivitas yang sangat menonjol

Fase ketiga, 5-8 tahun: masa sosialisasi anak. Pada saat ini anak mulai memasuki

masyarakat luas (misalnya taman kanak-kanak, pergaulan dengan teman sepermainan dan sekolah rendah). Anak mulai belajar mengenal dunia belajar secara obyektif. Dan ia mulai belajar mengenal arti prestasi dan tugas-tugas kewajiban.

Fase keempat, 9-11 tahun: masa sekolah rendah. Pada periode ini anak mencapai

obyektivitas tertinggi. Kegiatan mencoba dan bereksperimen yang didorong dengan rasa ingin tahu yang besar. Pada akhir fase ini anak mulai “menemukan diri sendiri”, yaitu secara tidak sadar mulai berfikir tentang diri pribadi. Pada waktu itu anak sering kali mengasingkan diri

Fase kelima, 14-19 tahun: masa tercapainya sikap ke dalam batin sendiri dengan sikap

keluar kepada dunia obyektif. Untuk kedua kali dalam kehidupannya anak bersikap subyektif (subyektivitas pertama terdapat pada fase kedua, yaitu usia 3 tahun) akan tetapi subyektivitas kedua kali dilakukan secara tidak sadar.

Setelah berumur 16 tahun, pemuda dan pemudi mulai belajar melepaskan diri dari persoalan tentang diri sendiri. Ia lebih mengarahkan kedalam kehidupan yang lebih konkrit. Lambat laun akan terbentuk penyesuaian. Diantara subyek dan obyek mulai terbentuk menjadi satu. Maka berakhir masa perkembangan anak dan perkembangan dewasa lalu memasuki masa kedewasaan.

c. Perkembangan Menurut Kohnstamm

Dalam bukunya “ Persoonlijkheid in wording” (kepribadian yang tengah berkembang), membagi masa perkembangan dalam beberapa fase, sebagai berikut:

1) Masa bayi atau masa vital

2) Masa anak kecil, masa estetis

3) Masa anak sekolah, masa intelektual

4) Masa pubertas dan adolesensi, masa sosial

5) Manusia yang sudah matang Menurut Kohnstamm, manusia selalu dalam proses pembentukan dan perkembangan

yang akan tidak kunjung selesai terbentuk. Maka proses “menjadi seseorang pribadi” merupakan tugas yang tidak kunjung selesai dalam kehidupan manusia. Pengertian pribadi menurut Kohnstamm mengandung sifat-sifat normatif artinya mengandung persyaratan dan cita-cita atau harapan tertentu.watak dan pribadi seorang dewasa tidak dapat selalu berpautan dengan semua pengalaman pada masa kanak-kanak.

Bab 1 Konsep Dasar Anak Usia Dini

d. Perkembangan Menurut Oswald Kroh

Oswald Kroh, membagi masa perkembangan dalam 3 fase, berdasarkan batas-batas yang tegas dan ditandai atau dibatasi oleh dua masa “Trotzalter” atau masa mendatang. Yaitu:

1) Dari lahir sampai masa menentang pertama, 0-4 tahun. Disebut pula sebagai masa kanak-kanak pertama.

2) Dari masa-menentang pertama sampai pada masa menentang kedua, 4-14 tahun. Disebut pula sebagai masa keserasian atau masa bersekolah.

3) Masa menentang kedua sampai akhir muda. Disebut pula sebagai masa kematangan, 14-19 tahun. Batas fase ketiga ini adalah akhir masa remaja.

Pada masa Trotzalter timbul antara lain sikap-sikap melawan, memberontak, agresif, keras kepala, dorongan kuat untuk menuntut pengauan Aku-nya, emosi-emosi yang meledak-ledak, yang diselingi duka hati, rasa sunyi, kebingungan, dan gejala-gejala emosional yang kuat lainnya. Trotzalter menjumpai pertama kali pada tahun ke-3 sampai permulaan ke-4 dan kedua kalinya pada masa pubertas. Bagi anak perempuan terjadi umur 12 tahun dan pada anak laki-laki 14 tahun.

e. Perkembangan Menurut Hackel

Menurut teori orang membedakan 4 periode dalam masa perkembangan anak yaitu:

1) Masa perampokan/penggarongan dan masa perburuan, sampai kira-kira usia 8 tahun. Pada masa ini anak-anak memperlihatkan kesukaan menangkap macam- macam binatang dan serangga, main panah-panahan dan ketapel-pelanting, membangun teratak; main selinap, mengendap-endap dan memburu kawan- kawannya.

2) Masa pengembalaan, ± 8-10 tahun. Pada usia ini anak suka sekali memelihara ternak dan binatang jinak. Misalnya memelihara kelinci, merpati, bajing, kucing, anjing, kambing, domba, ayam, dan lain-lain. Dengan penuh kasih sayang anak- anak menimang-nimang dan membelai binatang pelihraannya.

3) Masa pertanian, ± 11-12 tahun. Pada usia ini anak meperlihatkan kesukaan menanam macam-macam tetumbuhan dan kegiatan berkebun.

4) Masa perdagangan, ± 13-14 tahun. Anak gemar sekali mengumpulkan macam- macam benda, serta bertukar atau jual beli perangko, uang receh, kartupos bergambar, manik-manik, batu-batuan, dan lain-lain.

f. Perkembangan Menurut William Stern

Pada lazimnya seorang anak muda disebut sebagai dewasa apabila ia telah mencapai umur 21 tahun. Karena pada usia ini ia dianggap sanggup berdiri sendiri, dan bisa bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas hidupnya. Dengan pengalaman dan kemampuannya ia dianggap sanggup menjadi seorang pribadi atau person, yaitu seorang manusia “dewasa baru”. Dia dianggap bisa mandiri, dan menjadi manusia

Tumbuh Kembang Anak Usia 0-12 Tahun

“yang dicita-citakan” menurut pola angan-angannya; yaitu seorang manusia baik atau buruk menurut kriteria normatif sendiri. Pada saat inilah benar-benar dimulai proses pendidikan diri sendiri. Apakah dia menjadi bertambah sempurna dan semakin kaya hidup kejiwaannya, ataukah menjadi lebih buruk dan jahat, semuanya dipengaruhi oleh pilihannya sendiri dan pengalaman hidupnya. Untuk itu diperlukan pengembangan kemampuan:

1) Mengontrol diri sendiri

2) Kepatuhan pada disiplin

3) Kejujuran dan keberanian untuk melakukan instropeksi atau mawas diri Dengan kemampuan tersebut akan timbul kesadaran anak untuk tanggung jawab dan

pementukan diri sendiri menjadi pribadi yang berwatak.

g. Perkembangan Menurut Johan Amos Comenius

Johan Amos Comenius (1592-1671) dalam bukunya “Didactica Magna” membagi periode perkembangan sebagai berikut:

1) 0-6 tahun, periode sekolah-ibu

2) 6-12 tahun, periode sekolah-bahasa-ibu

3) 12-18 tahun, periode sekolah-latin

4) 18-24 tahun, periode universitas Dalam hal ini Comenius lebih menitiberatkan aspek pengajaran dari proses pendidikan

dan perkembangan anak. Tahun pertama 0-6 tahun disebut sebagai periode sekolah- ibu, karena hampir semua usaha bimbingan-pendidikan (perawatan dan pemeliharaan) berlangsung ditengah keluarga. Terutama pada aktivitas ibu sangat menentukan proses pertumbuhan dan perkembangan anak.

Usia 6-12 tahun disebut periode sekolah-bahasa-ibu, karena pada periode ini anak baru mampu mengahayati setiap pengalaman dengan pengertian bahasa sendiri (bahasa ibu). Bahasa ibu dipakai sarana komunikasi dengan orang lain.

Pada usia 12-18 tahun anak mulai diajarkan bahasa latin, sebagai bahasa kebudayaan yang dianggap paling kaya dan paling “tinggi” kedudukannya saat itu. Periode sekolah-latin ini kemudian ditunjukkan dengan periode Universitas, dimana anak mengalami proses budaya dengan menghayati nilai-nilai ilmiah, disamping mempelajari macam-macam ilmu pengetahuan.

h. Perkembangan Menurut (Mudzakir & Sutrisno 1997: 87)

Ia berpendapat bahwa sejak lahir sampai dewasa individu melewati empat tahapan, yaitu:

a. Tahap I: dari 0,0 sampai kira-kira 3,0 tahun disebut dengan fullungs (pengisian) periode-1, dimana pada periode ini anak kelihatan pendek gemuk.

Bab 1 Konsep Dasar Anak Usia Dini

b. Tahap II: dari kira-kira 3,0 tahun sampai kira-kira 7,0 tahun; yang disebut dengan streckungs (rentangan) periode-I, dimana pada periode ini anak kelihatan langsing, memanjang, dan meninggi.

c. Tahap III: dari kira-kira 7,0 sampai kira-kira 13,0 tahun; yang disebut dengan fullungs periode-2, pada masa ini anak kelihatan pendek gemuk kembali.

d. Tahap IV: dari kira-kira 13,0 sampai kira-kira 20,0 tahun; yang disebut dengan masa streckungs periode-2, dimana pada masa ini anak kelihatan langsing kembali.

i. Perkembangan Menurut Hurlock

a. Tahap I: fase prenatal (sebelum lahir), terhitung mulai masa konsepsi sampai proses kelahiran, yaitu sampai sekitar sembilan bulan (280 hari).

b. Tahap II: infancy (bayi baru lahir, orok), terhitung sejak lahir sampai usia 10 atau

14 hari.

c. Tahap III: babyhood (bayi), mulai dari 14 hari sampai 2 tahun.

d. Tahap IV: childhood (kanak-kanak), mulai dari 2 tahun sampai masa remaja (puber)

e. Tahap V: adolesence/puberty, mulai usia 11 atau 13 tahun sampai 21 tahun. Pada tahap adolesence ini terbagi tiga golongan yaitu: (a) pre-adolescence, pada umumnya wanita usia 11-13 tahun, sedangakan pria lebih lambat dari itu; (b) early adolescence, pada usia 16-17 tahun; dan (c) late adolescence, masa perkembangan yang terakhir hingga masa usia kuliah.

j. Perkembangan Menurut Sumiati Ahmad Mohammad

a. Tahap I: mulai dari 0-1 tahun, disebut masa bayi

b. Tahap II: mulai dari 1-6 tahun, disebut masa prasekolah

c. Tahap III: mulai dari 6-10 tahun, disebut masa sekolah

d. Tahap IV: mulai dari 10-20 tahun, disebut masa pubertas

e. Tahap V: mulai dari 20-40 tahun, disebut masa dewasa

f. Tahap VI: mulai dari 40-65 tahun, disebut masa setengah umur (prasenium)

g. Tahap VII: mulai 60 tahun ke atas, disebut masa lanjut usia (senium).

7. Prinsip-Prinsip Perkembangan

Prinsip perkembangan yang aktif terletak didalam diri anak sendiri. Gejala perkembangan dikendalikan oleh pembawaan, bakat dan kemauan anak. Jiwa anak yang dinamis memberikan kekuatan atau daya pada tingkah lakunya, dan mendorong fase-fase perkembangan secara berturut-turut. Watak dan pribadi seorang dewasa tidak selalu dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, khususnya pengalaman pada masa kanak-kanak. Beberapa prinsip perkembangan dicantumkan sebagai berikut:

a. Pertumbuhan Sebagai Proses “Menjadi”

Pertumbuhan dan perkembangn pada setiap organisme itu mempunyai prinsip sebagai berikut: selalu berproses untuk “menjadi”. Perkembangan yang dinamis didasari oleh:

Tumbuh Kembang Anak Usia 0-12 Tahun

1) Faktor-faktor hereditas (pembawaan kodrati)

2) Dirangsang oleh pengaruh lingkungan atau alam sekitar, dan

3) Diperlancar oleh usaha belajar Dengan kemauannya anak mampu melakukan seleksi atau pilihan juga mampu melatih

fungsi-fungsinya dengan satu kebebasan. Dan dikemudian hari anak akan berusaha menjadi pribadi menurut konsep, cita-cita dan keinginan sendiri. Sehubungan dengan kebebasan anak yang leluasa memilih satu pola hidup tertentu, mengarah pada satu tujuan hidup tertentu. Namun anak selanjutnya akan memahami, bahwa kebebasannya dibatasi oleh faktor-faktor hereditas atau pembawaan kodrati, dan dibatasi dengan kondisi lingkungannya.

b. Paduan Antara Dorongan-Dorongan Mempertahankan Diri Dan Pengembangan Diri

Pada setiap orang terdapat dorongan fisik dan psikis untuk mempertahankan diri dan mempertahankan hidupnya. Dorongan mempertahankan diri berpadu dengan dorongan mengembangkan diri itu artinya: apa yang sudah dicapai oleh seseorang berkat perkembangan dirinya, akan dipertahankan (tidak dilepaskan), dan dijadikan miliknya. Berkat dorongan mempertahankan diri tersebut seseorang akan menyimpan segala pengalaman yang berguna. Paduan antara dorongan mempertahankan diri dan pengembangan diri ini merupakan proses sintense-integrasi baru.

c. Individualitas Anak Dan Perbedaan Individual

Ciri-ciri karakteristik yang tampak sejak lahir itu cenderung kuat dan tetap bertahan sampai usia dewasa sekalipun terdapat perbedaan sedikit-sedikit. Misalnya saja seorang bayi yang menjerit dengan suara melengking untuk disusui, akan bertingkah laku dalam menuntut perhatian orang tuanya pada usia anak-anak. Kemudian dilanjutkan dengan menggetarkannya suara bentakan dan teriakannya ketika anak tersebut mulai pandai berbicara.

Individualitas anak memiliki ciri-ciri karakteristik dan punya sistem nilai sendiri, yang patut dihargai dan diperhitungkan dalam usaha merawat, mengasuh, dan mendidik anak. Dan perbedaan fisik serta psikis anak yang didukung pula oleh perbedaan sistem nilai anak mengakibatkan perbedaan respons atau reaksi masing-masing anak terhadap pengaruh lingkungan, usaha bimbingan, dan upaya pendidikan.

d. Anak Sebagai Makhluk Sosial

Anak merupakan pribadi-sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya. Anak ingin dicintai, ingin diakui dan dihargai. Hanya dalam komunikasi dan relasi dengan orang lain (dengan guru, pendidik, pengasuh, orang tua, anggota keluarga, kawan sebaya, kelompoknya dan lain-lain) dia bisa berkembang

Bab 1 Konsep Dasar Anak Usia Dini

menuju pada kedewasaan. Hubungan anak dengan orang dewasa juga dengan orang tua adalah relasi yang timbal balik dan saling pengaruh mempengaruhi. Jadi setiap tingkah laku anak dikaitkan dengan satu kader-refrensi manusiawi. Individu sosial dengan tingkah laku sosial selalu dikomunikasikan dengan manusia lain. Baik individualitas anak maupun ciri sosialnya atau sosialitas anak itu sama pentingnya.

e. Hukum Konvergensi Dari William Stern

Dalam setiap perkembangan anak, faktor hereditas atau endogin dan faktor lingkungan atau milieu (faktor eksogin atau faktor sosial) itu bekerjasama. Kedua-duanya saling terlibat dan berpengaruh satu sama lain, kedua faktor tersebut memberikan proses perkembangan anak. Pengaruh paling besar selama perkembangan anak pada lima tahun pertama ialah pengaruh orang tuanya. Pribadi orang tua merupakan faktor yang besar pengaruhnya pada pembentukan pribadi anak.

f. Pemenuhan Kebutuhan Sebagai Sumber Dinamika Aktivitas Anak

Menurut teori equilibrium, setiap individu selalu berusaha mencari kondisi keseimbangan dengan jalan mengatasi kesulitannya berupa iritasi, frustasi, dan barikade-barikade dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.

g. Penggunaan Fungsi-Fungsi Secara Spontan Sebagai Kemampuan Tumbuh

Sejak masa bayi, anak senantiasa menunjukkan usaha untuk maju dengan bantuan segenap peralatan fisik dan psikisnya, untuk mencapaik kemungkinan baru yang terletak didepannya. Anak tersebut benar-benar adalah seorang yang giat dalam memajukan perkembangan pribadinya. Maka ciri khas dari perkembangan kemampuan atau kapasitas anak ialah:

1) Kecenderungan untuk menggunakan semua kapasitas, kemungkinan, kekuatan, dan kemampuannya secara spontan dan aktif

2) Mekanisme perkembangan anak sudah sejak semula dilengkapi dengan self-starter yang dinamis.

h. Tempo dan Ritme Perkembangan yang Khas

Tempo perkembangan dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor kesempatan dari luar. Faktor luar atau ekstern antara lain berupa pemeliharaan jasmaniah dan rohaniah yang cukup sehat dan memadai.

i. Kematangan dan Masa Peka

Hampir semua fungsi jiwani memerlukan periode berlatih atau periode belajar. Kadang kala periode tersebut berlangsung pendek namun berlaku agak lama. Misalnya pada proses bercakap-cakap. Yang menarik perhatian kita pada umumnya adalah:

1) Dalam melatih fungsinya anak memerlukan stimulus dari luar

Tumbuh Kembang Anak Usia 0-12 Tahun

2) Tidak membutuhkan dorongan dari orang tuanya. Karena anak dilatih secara spontan dan dengan usaha kemampuan sendiri.

Proses kematangan (maturation) ditandai dengan kematangan potensi-potensi dari organisme, baik yang fisik maupun yang psikis, untuk menuju perkembangan yang maksimal. Sehubungan dengan kematangan dan kepekaan anak mengusahakan agar pada saat kematangan tidak terjadi rintangan yang mengahambat perkembangan fungsi- fungsi tersebut.

j. Perkembangan Sebagai Proses Diferensiasi

Maksud dari proses diferensiasi adalah ada prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan. Sejak bayi dilahirkan telah mempunyai gambaran total atau gambaran lengkap hanya saja gambaran tersebut masih kabur dan samar-samar. Dari perkembangan sepanjang pertumbuhan anak berangsur-angsur bagiannya bertambah nyata, jelas, dan kompleks.

k. Masa Trotzalter

Masa perkembangan anak berlangsung dua kali dalam masa perkembangan anak, yang pertama usia ± 3-4 tahun, dan yang keuda kalinya pada permulaan masa pubertas sekitar umur 12-15 tahun. Saat-saat pemberontakan dan penentangan ini dikenal sebagai TROTZALTER (usia keras kepala, usia tegar). Ciri yang sangat menonjol pada periode trotzalter ialah usia keras kepala dan suka menentang. Hal ini disebabkan karena anak sedang dalam fase menemukan diri sendiri AKU-nya, dan tengah menghayati kemampuan diri serta harga-diri.

Berkat penemuan tersebut anak ini ingin mencoba segala potensi dan kemampuannya yang ditunjukkan pada dunia luar. Anak menjadi tidak puas dengan otoritas orang tua atau pengasuhnya yang dianggap selalu mengatur pribadinya, sehingga anak mencoba menerapkan sikap baru yang biasanya disertai dengan luapan-luapan emosi yang kuat antara lain: rasa marah (agresi), kecenderungan memberontal, menentang, keras kepala, tegar, rasa kebingungan, kecaman-kecaman pedas terhadap orang tua, keengganan, sikap mogok, bimbang hati, berduka hati.

Dan sesekali anak ingin memberontak, membantah, dan menentang segala sesuatu yang dirasakan sebagai kurang memuaskan akan tetapi pemberontak anak didorong oleh:

1) Keinginan menuntut hak-haknya, serta

2) Menuntut pengakuan atas status dan martabat dirinya. Sikap memberontak dan menentang merupakan gejala perkembangan yang wajar setiap

perkembangan individu anak. Masa menentang dianggap sebagai saat pancaroba, penuh

Bab 1 Konsep Dasar Anak Usia Dini

badai-badai emosi yang tidak menentu. Trotzalter disebut sebagai masa peralihan (masa transisi) dalam proses perkembangan, yaitu peralihan dari masa kanak-kanak pindah ke masa pubertas remaja.

l. Perjuangan Sebagai Ciri Dari Perkembangan

Anak biasanya menghormati dan mencintai orang tuanya. Akan tetapi kadang-kadang ia menjadi marah oleh perbuatan dan larangan orang tua. Pada umumnya anak-anak merasa senang ditengah kawan sebayanya. Namun ada kalanya konflik dan berkelahi dengan kawan sepermainan. Pada stadium ini seringkali dia bertingkah berlebihan. Begitu besarnya minat anak oleh suatu kegiatan (misalnya belajar, menulis, berjalan, bermain-main, dan lain-lain), sehingga kejadian-kejadian lain diabaikan sama sekali. Sepanjang menuju ke arah kematangannya, anak pasti pernah menderita, berduka hati, terjatuh atau terluka-luka ada kalanya ia mengalami trauma psikis atau luka jiwa. Ciri hidup yang sehat dicirikan oleh kemampuan manusia-anak dan orang dewasa-untuk mengulangi atau mengatasi kepedihan ketegangan, kemalangan, dan duka derita dengan rasa tawakal, keberanian, ketabahan, dan kemauan besar untuk mengatasi segala ujian hidup. Dengan begitu dia akan mampu mengambil sari manfaat semua pengalaman menuju pada proses kedewasaan, pematangan diri, realisasi-diri, transendensi-diri, dan penyempurnaan dari pada tingkat insani.

m. Pemulihan Diri dan Revisi Kebiasaan

Kemampuan lain yang ikut membantu proses perkembangan anak ialah: kemampuan anak untuk memikul kemalangan dan derita, dan kemampuannya untuk memulihkan diri atau menyembuhkn diri sendiri dari kemalangan dan duka lara. Dalam perkembangan anak terdapat apa yang disebut sebagai saat-saat kritis, dimana bisa berlangsung titik patah atau breaking point. Pada peristiwa sedemikian pengalaman-pengalaman tertentu akan meninggalkan akibat buruk berupa cedera rokhaniah yang parah pada anak, yang sukar dipulihkan. Contohnya: seorang anak yang lambat sekali dalam kemampuan membaca, setiap kali mendapatkan ejekan, olokan, cemoohan dan tekanan tertentu dari orang tua atau sodaranya (kira-kira pada usia 6-8 tahun).

Pada saat kematangan fungsi-fungsi tertentu dimana anak secara otomatis melatih fungsi tersebut, anak tidak hanya mampu berprestasi dalam usahanya akan tetapi dia juga sanggup meningkatkan dan memperbaiki aktivitasnya. Bahkan juga mengubah sama sekali beberapa kebiasaan tingkah laku. Contohnya: seorang bayi yang biasanya bangun pada jam 4 pagi, dan sering mengejutkan ibunya dengan tangis melengking, setelah mencapai usia 4 tahun akan sulit dibangunkan pada jam 8 pagi. Seorang anak laki-laki yang jorok pada usia 10-12 tahun, tiba-tiba jadi seseorang yang rapi dan cermat pada usia 18 tahun. Fenomena yang diungkapkan disebut sebagai perkembangan dari fungsi revisi terhadap kebiasaan-kebiasaan, yang memiliki nilai praktis bagi usaha pendidikan dan kedisiplinan pada anak.

Tumbuh Kembang Anak Usia 0-12 Tahun

Sehubungan dengan kekurangan-kekurangan pada diri anak-anak (misalnya malas bangun pagi, acuh tak acuh dan jorok, kurang minat membaca, takut bergaul dengan anak gadis, dan lain-lain), orang tua tidak perlu terlampau khawatir dengan kekurangan anaknya.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

1) Motivasi belajar anak

Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar, misalnya adanya sekolah yang tidak terlalu jauh, buku-buku, suasana yang tenang serta sarana lainnya.

2) Gizi anak

Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak. Untuk tumbuh kembang diperlukan zat makanan yang adekuat seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air yang harus dikonsumsi secara seimbang dengan jumlah yang sesuai kebutuhan pada tahapan usianya. Kekurangan makanan yang bergizi akan menyebabkan retardasi pertumbuhan anak, sedangkan kelebihan makanan juga tidak baik, karena dapat menyebabkan obesitas. Kedua keadaan ini dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas anak.

Ada beberapa komponen zat gizi yang dibutuhkan pada makanan atau nutrisi, yaitu: •

Karbohidrat Merupakan sumber energi yang tersedia dengan mudah disetiap makanan, karbohidrat harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan sekitar 15% dari kalori yang ada maka dapat menyebabkan terjadinya kelaparan dan berat badan menurun. Dalam mendapatkan jumlah karbohidrat yang cukup maka bisa didapatkan dari susu, padi-padian, umbi-umbian, ketela, kentang, jagung, buah- buahan, sukrosa, sirup dan tepung.

• Protein Merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan protoplasma sel, selain itu tersedianya protein dalam jumlah yang cukup penting untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan untuk keseimbangan osmotik. Protein ini terdiri dari 24 asam amino diantaranya 9 asam amino essensial dan selebihnya asam amino non essensial. Jumlah protein dalam tubuh harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Apabila tersedia dalam jumlah kurang akan menyebabkan kelemahan, oedem, dapat kwashiorkor bila kekurangan protein saja, bila protein diserai kalori menyebabkan marasmus. Komponen zat gizi protein dapat diperoleh dari susu, telur, daging, ikan, unggas, keju, kedelai, kacang buncis, dan padi-padian.

Bab 1 Konsep Dasar Anak Usia Dini

• Lemak Lemak merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin A,D,E,K

yang larut dalam lemak, komponen lemak terdiri dari lemak alamiah sekitar 98% diantaranya trigliserida, dan gliserol sedangkan 2% nya adalah asam lemak bebas diantaranya monogliserida, digliserida, kolesterol dan fosfo lipid termasuk lesitin, sefalin, serebrosid. Lemak ini merupakan sumber yang kaya akan energi, sebagai pelindung organ tubuh seperti pembuluh darah saraf, organ dan lain-lain terhadap suhu tubuh, dapat membantu rasa kenyang (penundaan waktu pengosongan lambung).

• Vitamin Vitamin merupakan senyawa organik yang digunakan untuk mengkatalisator metabolisme sel yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan serta dapat mempertahankan organisme.

• Mineral Mineral merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam kelompok mikro, yang terdiri dari kalsium, klorida, chromium, kobalt, tembaga, jodium, besi, magnesium, mangan, kalium, natrium, sulfur dan seng.

• Air Air merupakan kebutuhan nutrisi yang sangat penting, mengingat kebutuhan

air pada balita relatif tinggi yaitu 75-80% dari berat badan dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 55-60%. Air bagi tubuh berfungsi sebagai pelarut, sebagai medium ion, transport nurien, dan produk buangan dan pengaturan suhu tubuh. Sumber zat air dapat diperoleh dari air dan semua makanan.

3) Lingkungan Pengasuhan

Pada lingkungan pengasuhan interaksi ibu dan anak sangat mempengaruhi perkembangan anak. Lingkungan atau orang tua mempunyai pengaruh lebih besar dalam kecerdasan motorik kasar anak. Lingkungan dapat meningkatkan atau menurunkan saraf kecerdasan anak terutama pada masa-masa pertama kehidupannya. Dalam mengasuh anak orang tua cenderung menggunakan pola asuh tertentu. Menurut Gerungan (2002) terdapat 3 macam pola asuh orang tua yaitu demokratis, otoriter dan permisif. 9 • Pola Asuh Demokratis (otoritatif)

Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orang tua pada anak yang memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orang tua. Pola asuh ini cocok dan baik diterapkan pada orang tua kepada anak-anaknya. Orang tua bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Suasana pola asuh demokratik yaitu

9 Gerungan, W.a, 2002. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco

Tumbuh Kembang Anak Usia 0-12 Tahun

pengasuh harus peka terhadap isyarat-isyarat bayi, tidak memaksakan kehendak pengasuh, penuh kasih sayang dan kegembiraan, menciptakan rasa aman dan nyaman, memberi contoh tanpa memaksa, mendorong keberanian untuk mencoba berkreasi, memberikan penghargaan atau pujian atas keberhasilan atau perilaku yang baik, memberikan koreksi bukan ancaman atau hukuman bila anak tidak dapat melakukan sesuatu atau ketika melakukan kesalahan.