PNS yang bekerja 1 satu tahun penuh

63 masing-masing sebesar Rp185.946,00 didapat dari 5 lima persen dikalikan dengan penghasilan bruto. Selain biaya jabatan, iuran pensiun dan IHT juga sebagai pengurang penghasilan bruto sehingga diperoleh penghasilan neto untuk bulan Maret dan April masing- masing sebesar Rp3.292.239,00 sebulan, kemudian disetahunkan masing-masing menjadi Rp39.506.868,00. Penerapan PTKP masih sama dengan bulan Januari dan Febuari. PKP yang diterima untuk bulan Maret dan April masing-masing sebesar Rp21.026.868,00 yang dibulatkan ke bawah hingga ribuan rupiah penuh dikalikan tarif Pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan, sehingga PPh Pasal 21 terutang yang disetahunkan untuk bulan Maret dan April masing- masing sebesar Rp1.051.300,00. Jadi, PPh Pasal 21 terutang sebulan untuk bulan Maret dan April masing-masing sebesar Rp87.608,00 didapat dari PPh Pasal 21 terutang yang disetahunkan dibagi dengan 12 dua belas bulan. Dalam daftar permintaan gaji Drs. Wisnu Sanjaya, M. Eng jumlah PPh Pasal 21 terutang untuk bulan Maret dan April masing-masing sebesar Rp84.600,00 maka terdapat selisih hasil perhitungan antara perhitungan yang dilakukan oleh penulis dengan perhitungan yang dilakukan oleh Bendahara Pemerintah yaitu sebesar Rp3.008,00. Pada bulan Mei terjadi kenaikan gaji untuk PNS. Biaya jabatan untuk bulan Mei sampai dengan November masing-masing sebesar Rp205.218,00 didapat dari 5 lima persen dikalikan dengan 64 penghasilan bruto sebesar Rp4.104.360,00. Seperti pada penjelasan sebelumnya iuran pensiun dan IHT juga merupakan pengurang penghasilan bruto, sehingga diperoleh penghasilan neto pada bulan Mei sampai dengan November masing-masing sebesar Rp3.627.575,00 sebulan, yang kemudian disetahunkan menjadi Rp43.530.900,00. Penghasilan neto yang disetahunkan kemudian dikurangi dengan PTKP sehingga didapat PKP sebesar Rp25.050.900,00 kemudian dikalikan dengan tarif Pasal 17 Undang- Undang Pajak Penghasilan. PPh Pasal 21 terutang yang disetahunkan untuk bulan Mei sampai dengan November masing-masing sebesar Rp1.252.500,00. Jadi, PPh Pasal 21 terutang sebulan untuk bulan Mei sampai dengan November masing-masing sebesar Rp104.375,00. Didapat dari PPh Pasal 21 terutang yang disetahunkan dibagi dengan 12 dua belas bulan. Dalam daftar permintaan gaji pegawai jumlah PPh Pasal 21 terutang atas gaji yang diterima Drs. Wisnu Sanjaya, M. Eng untuk bulan Mei sampai dengan November masing-masing sebesar Rp100.983,00 maka terdapat selisih hasil perhitungan antara perhitungan yang dilakukan oleh penulis dengan perhitungan yang dilakukan oleh Bendahara Pemerintah yaitu sebesar Rp3.392,00. Jumlah PPh Pasal 21 terutang untuk bulan Desember menggunakan perhitungan Masa Pajak Desember. Penghasilan neto setahun sebesar Rp42.149.258,00 dikurangi dengan PTKP sebesar Rp18.480.000,00 Wajib Pajak itu sendiri, Wajib Pajak Menikah, dan 65 tanggungan 1 satu oraang anak sehingga menghasilkan PKP sebesar Rp23.669.258,00. Jumlah PPh Pasal 21 terutang untuk Masa Pajak Desember sebesar Rp104.401,00 didapat dari selisih antara PPh Pasal 21 terutang atas seluruh penghasilan tetap dan teratur setiap bulan yang diterima dalam tahun kalender yang bersangkutan yaitu sebesar Rp1.183.450,00 dengan PPh Pasal 21 terutang yang dihitung tiap Masa Pajak dalam tahun kalender yang bersangkutan yaitu Januari sampai dengan Masa Pajak November sebesar Rp1.079.049,00. Pada daftar permintaan gaji pegawai jumlah PPh Pasal 21 terutang untuk Masa Pajak Desember sebesar Rp100.983,00 maka terdapat selisih hasil perhitungan antara perhitungan yang dilakukan oleh penulis dengan perhitungan yang dilakukan oleh Bendahara Pemerintah yaitu sebesar Rp3.418,00. 2. Dari perhitungan yang dilakukan oleh penulis maka didapat perbedaan hasil Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262PMK.032010 dengan Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang berdasarkan daftar permintaan gaji PNS. Perbedaan hasil perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut ini: 66 Tabel 5.5 Perbandingan Hasil Perhitungan PPh Pasal 21 oleh Bendahara Pemerintah dengan PPh Pasal 21 yang dihitung berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262PMK.032010. No. Nama Bulan Hasil Perhitungan PPh Pasal 21 dalam Rupiah Selisih dalam Rupiah Penilaian Oleh Bendahara Pemerintah Oleh Penulis 1. Tutie Husadari Januari 71.312 74.171 2.859 Tidak tepat Febuari 71.312 74.171 2.859 Tidak tepat Maret 69.408 72.196 2.788 Tidak tepat 2. Edi Kusnandar, S.Pd April 4.750 6.146 1.396 Tidak tepat Mei 10.154 11.675 1.521 Tidak tepat Juni 10.154 11.675 1.521 Tidak tepat Juli 10.154 11.675 1.521 Tidak tepat Agustus 10.154 11.675 1.521 Tidak tepat September 10.154 11.675 1.521 Tidak tepat Oktober 10.154 11.675 1.521 Tidak tepat November 10.154 11.675 1.521 Tidak tepat Desember 10.154 - 10.154 Tidak tepat 3. Drs. Wisnu Sanjaya, M. Eng Januari 83.591 86.604 3.013 Tidak tepat Febuari 83.591 86.604 3.013 Tidak tepat Maret 84.600 87.608 3.008 Tidak tepat April 84.600 87.608 3.008 Tidak tepat Sumber: Data diolah 67 Tabel 5.5 Perbandingan Hasil Perhitungan PPh Pasal 21 oleh Bendahara Pemerintah dengan PPh Pasal 21 yang dihitung berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262PMK.032010. No. Nama Bulan Hasil Perhitungan PPh Pasal 21 dalam Rupiah Selisih dalam Rupiah Penilaian Oleh Bendahara Pemerintah Oleh Penulis 3. Drs. Wisnu Sanjaya, M. Eng Mei 100.983 104.375 3.392 Tidak tepat Juni 100.983 104.375 3.392 Tidak tepat Juli 100.983 104.375 3.392 Tidak tepat Agustus 100.983 104.375 3.392 Tidak tepat September 100.983 104.375 3.392 Tidak tepat Oktober 100.983 104.375 3.392 Tidak tepat November 100.983 104.375 3.392 Tidak tepat Desember 100.983 104.401 3.418 Tidak tepat Sumber: Data diolah 68

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan oleh penulis melalui Daftar Permintaan Gaji Pegawai, perhitungan PPh Pasal 21 terutang untuk PNS Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta yang dilakukan oleh Bendahara Pemerintah yang telah sama seperti perhitungan pada umumnya, tetapi penulis menemukan beberapa hal yang menyebabkan jumlah PPh Pasal 21 terutang yang dilakukan oleh Bendahara Pemerintah tidak tepat. Perhitungan jumlah PPh Pasal 21 terutang yang dilakukan oleh penulis berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262PMK.032010 terdapat perbedaan jumlah PPh Pasal 21 terutang dengan yang dilakukan oleh Bendahara Pemerintah. Penyebab terjadinya perbedaan jumlah PPh Pasal 21 terutang untuk masing-masing sampel adalah sebagai berikut: a. PNS perempuan dan berhenti bekerja di tahun berjalan. Pada tabel 5.2 untuk sampel pertama, jumlah PPh Pasal 21 terutang bulan Januari sampai dengan Maret yang dilakukan oleh Bendahara Pemerintah tidak tepat dengan jumlah PPh Pasal 21 yang dilakukan oleh penulis berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262PMK.032010. Jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang menurut penulis lebih besar dibandingkan PPh Pasal 21 terutang yang dilakukan oleh Bendahara Pemerintah. Hal ini dikarenakan Bendahara Pemerintah memasukan ASKES sebagai komponen pengurang penghasilan bruto. Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262PMK.032010 pengurang penghasilan bruto adalah biaya jabatan, 69 dan iuran yang terkait dengan gaji yang dibayarkan oleh PNS yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan yang terdiri dari iuran pensiun dan Iuran Hari Tuan IHT. Masa Pajak akhir, jumlah PPh Pasal 21 terutang yang dilakukan oleh Bendahara Pemerintah juga tidak tepat. Hal ini dikarenakan penentuan PPh untuk masa pajak akhir yang dilakukan oleh Bendahara Pemerintah sama seperti penentuan PPh Pasal 21 terutang untuk bulan Januari sampai dengan Maret. Sedangkan perhitungan yang dilakukan penulis, PPh Pasal 21 terutang untuk Masa Pajak Desember didapat dari selisih antara Pajak Penghasilan yang terutang atas seluruh Penghasilan Kena Pajak yang disetahunkan dengan akumulasi PPh Pasal 21 terutang pada Masa Pajak –Masa Pajak sebelumnya dalam tahun takwim yang bersangkutan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262PMK.032010 pasal 8 ayat 8. b. PNS yang mulai bekerja di tahun berjalan Pada tabel 5.3 menunjukkan perbedaan jumlah PPh Pasal 21 terutang, karena memasukkan ASKES sebagai komponen pengurang penghasilan bruto, sehingga jumlah PPh Pasal 21 terutang yang dilakukan oleh penulis lebih besar daripada jumlah PPh Pasal 21 terutang yang dilakukan oleh Bendahara Pemerintah. Masa Pajak Desember, jumlah PPh Pasal 21 terutang juga tidak tepat. Terdapat selisih jumlah PPh Pasal 21 terutang sebesar Rp10.154,00 dimana menurut penulis pada Masa Pajak Desember tidak ada Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang 70 sedangkan menurut Daftar Permintaan Gaji Pegawai Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang sebesar Rp10.154,00. Perbedaan hasil perhitungan untuk Masa Pajak Desember karena Bendahara Pemerintah menghitung PPh Pasal 21 terutang hanya untuk bulan Desember saja, sama seperti perhitungan pada bulan Januari sampai dengan November. Perhitungan untuk Masa Pajak Desember seharusnya berasal dari selisih antara Pajak Penghasilan yang terutang atas seluruh Penghasilan Kena Pajak selama 1 satu tahun takwim dengan akumulasi Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang pada Masa Pajak-Masa Pajak sebelumnya dalam tahun takwim yang bersangkutan. c. Sampel ketiga, PNS yang bekerja selama 1 satu tahun penuh Pada tabel 5.5, jumlah PPh Pasal 21 terutang untuk bulan Januari sampai dengan Desember yang dilakukan oleh Bendahara Pemerintah tidak tepat dengan jumlah PPh Pasal 21 yang dilakukan oleh penulis berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262PMK.032010. Hal ini disebabkan oleh hal yang sama seperti sampel-sampel sebelumnya, yaitu Bendahara Pemerintah memasukkan ASKES sebagai komponen pengurang penghasilan bruto. Pada Masa Pajak Desember pada tabel 5.5, jumlah PPh Pasal 21 terutang yang dilakukan oleh Bendahara Pemerintah tidak tepat dengan jumlah PPh Pasal 21 terutang yang dilakukan oleh penulis berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262PMK.032010. Terdapat selisih jumlah PPh Pasal 21 terutang sebesar Rp3.418,00 dimana hasil PPh Pasal 71 21 terutang yang dihitung oleh penulis lebih besar daripada PPh Pasal 21 terutang yang dihitung oleh Bendahara Pemerintah. Hal ini dikarenakan Bendahara menghitung PPh Pasal 21 untuk bulan Desember saja, sama seperti pada Januari sampai dengan bulan November. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262PMK.032010 PPh Pasal 21 terutang untuk Masa Pajak Desember adalah selisih antara Pajak Penghasilan yang terutang atas seluruh Penghasilan Kena Pajak selama 1 satu tahun takwim dengan akumulasi PPh Pasal 21 yang terutang pada Masa Pajak-Masa Pajak sebelumnya dalam tahun takwim yang bersangkutan. 72

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti pada Pegawai Negeri Sipil PNS di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta untuk masing-masing sampel, jumlah PPh Pasal 21 terutang yang dihitung oleh Bendahara Pemerintah tidak tepat. Penyebab terjadinya ketidaktepatan jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang yang dilakukan oleh Bendahara Pemerintah karena beberapa hal, antara lain: 1. Bendahara Pemerintah memasukkan ASKES sebagai komponen pengurang penghasilan bruto, sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262PMK.032010 pengurang penghasilan bruto adalah biaya jabatan dan iuran terkait dengan gaji yang dibayar oleh Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, atau Anggota POLRI kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, atau badan penyelenggara tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang dipersamakan dengan dan pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan. 2. Penghitungan PPh Pasal 21 terutang untuk Masa Pajak Maret sama dengan penghitungan PPh Pasal 21 terutang untuk setiap bulan. Penulis melakukan perhitungan yang berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262PMK.032010, besarnya PPh Pasal 21 terutang untuk Masa 73 Pajak Maret terdiri dari selisih antara PPh yang terutang atas seluruh Penghasilan Kena Pajak yang disetahunkan dengan akumulasi PPh Pasal 21 terutang pada Masa Pajak-Masa Pajak sebelumnya dalam tahun kalender yang bersangkutan. 3. Penghitungan PPh Pasal 21 terutang untuk Masa Pajak Desember sama dengan penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang untuk setiap bulan. Dalam perhitungan yang dilakukan oleh penulis berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262PMK.032010, besarnya PPh Pasal 21 terutang untuk Masa Pajak Desember terdiri dari selisih antara PPh yang terutang atas seluruh Penghasilan Kena Pajak selama 1 satu tahun kalender dengan akumulasi PPh Pasal 21 yang terutang pada Masa Pajak-Masa Pajak sebelumnya dalam tahun kalender yang bersangkutan.

B. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti tidak mendapatkan data daftar permintaan gaji pegawai pada bulan Januari, November dan Desember, tetapi berdasarkan wawancara dengan bagian penggajian data daftar permintaan gaji pegawai tersebut sama seperti pada bulan sebelumnya. Penulis juga tidak mendapatkan data daftar penerimaan gaji ke-13 sehingga penulis tidak dapat melakukan perhitungan PPh Pasal 21 terutang untuk tunjangan ke-13.