KEHIDUPAN MANUSIA PURBA DI INDONESIA

B. KEHIDUPAN MANUSIA PURBA DI INDONESIA

Kata Kunci

Manusia purba, manusia kuno,

Manusia purba atau dikategorikan sebagai manusia yang hidup

fosil, Homo, nomaden, bercocok

pada masa tulisan atau aksara belum dikenal, disebut juga manu-

tanam.

sia prasejarah atau Prehistoric people. Manusia purba diperkirakan telah ada di bumi sejak 4 juta tahun yang lalu.

Manusia purba memiliki volume otak yang lebih kecil da- ripada manusia modern sekarang. Cara berpikirnya pun masih sederhana dan primitif. Serta hidupnya pun berkelompok. Tempat tinggal mereka adalah gua-gua dan pepohonan yang tinggi guna terhindari dari serangan binatang buas. Jadi, mereka belum me- miliki tempat tinggal permanen; dengan kata lain: mereka hidup berpindah-pindah (nomaden)

Untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, mereka biasa memakan buah-buahan dan tetumbuhan yang disediakan alam. Untuk dapat memakan daging, mereka berburu binatang dengan menggunakan perkakas dari batu. Batu ini pun dipergunakan untuk keperluan ritual keagamaan, seperti membuat dolmen, menhir, sarkofagus, dan punden berundak-undak. Oleh karena itu, masa ini disebut juga dengan manusia Zaman Batu.

Namun, karena tuntutan hidup makin banyak dan populasi bertambah, manusia purba pun harus pandai-pandai beradaptasi dengan alam-lingkungannya. Perkakas-perkakas untuk memenuhi

Gambar 4.12 Kehidupan ma- syarakat purba menurut lukisan seorang seniman.

Sumber : Encarta 2005.

Bab 4 Kehidupan Awal Masyarakat Purba di Indonesia

1. Jenis Manusia Purba di Indonesia

Seperti telah dibahas di atas bahwa di Indonesia banyak ditemukan fosil tengkorak dan tulang-belulang manusia purba. Manusia purba yang pernah hidup di Kepulauan Indonesia ini banyak jenisnya. Masing-masing mewakili zaman di mana ia hidup.

a. Meganthropus Paleojavanicus

Manusia purba jenis ini hidup pada masa paleolitikum. Meganth- ropus paleojavanicus artinya manusia-Jawa purba yang bertubuh besar (mega). Manusia purba ini diyakini merupakan makhluk

tertua yang pernah hidup di Pulau Jawa. Mereka diperkirakan hidup sekitar 1–2 juta tahun yang lalu. Fosil rahang bawah dan rahang atas manusia purba ini ditemukan oleh Von Koenigswalg di Sangiran pada tahun 1936 dan 1941. Von Koenigswalg mene- mukan bahwa Meganthropus ini memiliki rahang bawah yang tegap dan geraham yang besar, tulang pipi tebal, tonjolan kening yang mencolok dan tonjolan belakang kepala yang tajam serta sendi-sendi yang besar. Melihat kondisi fisiknya disimpulkan bahwa Meganthropus ini pemakan tumbuh-tumbuhan.

b. Pithecanthropus

4.13 Lembah Sangiran, situs peninggalan Meganthropus Paleojavanicus.

Sumber: Museium Geologi Bandung/Titian Ilmu.

104 Sejarah SMA/MA Jilid 1 Kelas X

Pithecanthropus artinya manusia kera, hidup di zaman Paleoli- tikum. Fosil ini pertama kali ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1891, yakni bagian rahang, gigi dan sebagian tulang tengkorak. Manusia kera ini berjalan tegak dengan dua kaki, dan diperkirakan hidup pada 700.000 tahun yang lalu. Dubois menemukan fosil Pithecanthropus di Trinil daerah Ngawi pada saat Sungai Bengawan Solo sedang kering, kemudian fosil tersebut dinamai Pithecanthropus erectus, artinya manusia kera yang berjalan tegak. Sekarang, nama ilmiah manusia purba Pithecanthropus erectus dikenal dengan nama Homo erectus. Pithecanthropus memiliki ciri-ciri tinggi badan antara 165-180 cm, volume otak antara 750-1300 cc dan berat badan 80-100 kg.

Dalam beberapa sumber penelitian diperkirakan Pithecan- thropus adalah manusia purba yang pertama kalinya mengenal api sehingga terjadi perubahan pola memperoleh makanan yang semula mengandalkan makanan dari alam menjadi pola berburu dan menangkap ikan.

Peralatan yang telah ditemukan pada tahun 1935 oleh Von Koenigswalg di daerah Pacitan tepatnya di daerah Punung adalah kapak genggam atau chopper (alat penetak) dan kapak perimbas. Kapak genggam dan kapak perimbas sangat cocok digunakan untuk berburu. Manusia purba yang menggunakan kapak geng- gam hampir merata di seluruh Indonesia, di antaranya di Pacitan, Sukabumi, Ciamis, Gombong, Lahat, Bengkulu, Bali, Flores dan Timor. Di daerah Ngandong dan Sidoarjo ditemukan pula alat- alat dari tulang, batu dan tanduk rusa dalam bentuk mata panah, tombak, pisau dan belati. Di dekat Sangiran ditemukan alat-alat berukuran kecil yang terbuat dari batu-batu indah yang bernama flakes (serpihan).

Manusia kera (Pithecanthropus) jenis lain yang berhasil dite- mukan antara lain: (1) Pithecanthropus mojokertensis atau manusia kera dari Mojo-

kerto, ditemukan di daerah Perning, Mojokerto, pada 1936 – 1941 oleh Von Keonigswalg. Fosil yang ditemukan berupa tengkorak anak-anak berusia sekitar 6 tahun. Walaupun di- temukan lebih muda dari Pithecanthropus erectus oleh Dubois, fosil Pithecanthropus mojokertensis ditafsir merupakan jenis manusia purba yang lebih tua usianya dibandingkan dengan yang lain.

(2) Pithecanthropus soloensis atau manusia kera dari Solo, ditemu- kan di daerah Ngandong, di lembah Sungai Bengawan Solo, antara tahun 1931-1934. Fosil penemuan Von Keonigswalg dan Weidenreich ini berupa 11 buah fosil tengkorak, tulang rahang, dan gigi.

Bab 4 Kehidupan Awal Masyarakat Purba di Indonesia

Fosil pithecanthropus ditemukan pula di Cina, tepatnya di gua Chou-ku-tien dekat Beijing. Fosil ini ditemukan oleh ilmu- wan Cina, Pei Wen-Chung, dan fosil itu dinamai Sinanthropus Pekinensis . Sinanthropus pun mempergunakan perkakas batu yang sejenis dengan perkakas batu dari Pacitan.

c. Homo sapiens

Homo sapiens merupakan manusia purba modern yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Homo sapiens disebut pula manusia berbudaya karena peradaban mereka cukup tinggi. Dibandingkan dengan manusia purba sebelumnya, Homo sapiens lebih banyak meninggalkan benda-benda berbudaya. Di- duga, mereka inilah yang menjadi nenek moyang bangsa-bangsa

Sumber: Museium Geologi Bandung/Titian Ilmu.

di dunia.

Fosil Homo sapiens di Indonesia ditemukan di Wajak, dekat

Gambar 4.14

Tulungagung, Jawa Timur, oleh Von Rietschoten pada tahun 1889. Fosil ini merupakan fosil pertama yang ditemukan di Indonesia, yang diberi nama Homo Wajakensis atau manusia dari Wajak. Fosil ini kemudian diteliti ulang oleh Eugene Dubois. Manusia purba ini memiliki tinggi badan 130-210 cm, berat badan 30-150 kg, dan volume otak 1350-1450 cc. Homo Wajakensis diperkirakan hidup antara 25.000 – 40.000 tahun yang lalu. Homo Wajakensis memiliki persamaan dengan orang Australia purba (Austroloid). Sebuah tengkorak kecil dari seorang wanita, sebuah rahang bawah, dan sebuah rahang atas dari manusia purba itu sangat mirip den- gan manusia purba ras Australoid purba yang ditemukan di Talgai dan Keilor yang rupanya mendiami daerah Irian dan Australia. Di Asia Tenggara ditemukan pula manusia purba jenis ini di antaranya di Serawak, Filipina, dan Cina Selatan.

Tengkorak Homo Sapiens

Berdasarkan penemuan-penemuan fosil tersebut, timbul per- tanyaan yang mendasar: apakah Homo sapiens (manusia modern, seperti kita) merupakan kelanjutan dari manusia Pithecanthro- pus (manusia kera)? Apakah keduanya masih dalam satu spesies yang sama? Pertanyaan-pertanyaan tersebut belum bisa dijawab oleh para ahli karena tidak adanya mata rantai yang dapat men- ghubungkan ”benang merah” antarkeduanya. Sedangkan agama monotheis (Islam, Kristen, Yahudi) menyatakan bahwa manusia (homo sapiens) merupakan keturunan Nabi Adam dan tidak ada sangkut pautnya dengan manusia purba manapun.

2. Jenis Manusia Purba di Luar Indonesia

Selain di Indonesia, fosil manusia purba juga ditemukan di luar In- donesia. Fosil manusia purba di luar Indonesia sebagai berikut:

a. Sinanthropus Pekinensis.

Fosil ini ditemukan oleh Prof. Devidson Black pada tahun 1927 di gua −gua dekat Chou−Kou−Tien ± 60 km di sebelah

106 Sejarah SMA/MA Jilid 1 Kelas X

Barat Daya kota Peking. Hasil penemuan menunjukkan ada- nya persamaan-persamaan dengan Pithecanthropus Erectus

b. Homo Africanus (Homo Rhodesiensis)

Ditemukan oleh Raymond Dart dan Robert Brom pada tahun 1924 di goa Broken Hill, Rhodesia (Zimbabwe).

c. Australopithecus Africanus

Ditemukan oleh Raymond Dart pada tahun 1924 di Taung, dekat Vryburg, Afrika Selatan.

d. Homo Heidelbergensis

Sumber:Encarta 2005.

Ditemukan oleh Dr. Schoetensack di desa Mauer dekat kota

Gambar 4.15 Fosil tengkorak

Heidelberg (Jerman).

Homo Erectus wanita di Beijing, Cina.

e. Homo Neanderthalensis

Ditemukan oleh Rudolf Virchow dan Dr. Fulrott di lem- bah Sungai Neander, dekat Dusseldorf, Jerman tahun 1956. Ciri −ciri manusia purba ini mendekati ciri−ciri Homo Wa- jakensis.

f. Homo Cro Magnon (Ras Cro - Magnon)

Ditemukan oleh Lartet di gua Cro Magnon dekat Lez Eyzies, sebelah Barat Daya Perancis tahun 1868.

KEGIATAN 4.2

Carilah pada koran, majalah atau internet, artikel atau berita yang membahas tentang penemuan fosil atau artefak masa purba. Temuan tersebut boleh berasal dari Indonesia atau pun luar negeri. Gunting atau fotokopilah artikel tersebut, lalu kumpulkan kepada guru!