TRADISI MASYARAKAT INDONESIA SEBELUM MENGENAL AKSARA

24 Sejarah SMA/MA Jilid 1 Kelas X

Gambar 2.2 Seorang tetua Timor dari suku Nabuasa, Nusa Tenggara, tinggal mencerita- kan kembali asal-usul sukunya (Tradisi lisan).

Sumber: Indonesian Heritage, Bahasa dan Sastra.

secara turun-temurun. Oleh karena itu, suatu kisah sejarah yang dapat menjelaskan keberadaan suatu kolektif dianggap perlu, baik pada masyarakat sebelum maupun sesudah mengenal tulisan.

Pada masyarakat yang belum mengenal tulisan kisah sejarah disebarluaskan dan diwariskan secara lisan sehingga menjadi bagian dari tradisi lisan mereka. Sebuah tradisi lisan seringkali mengisahkan pengalaman masa lampau jauh ke belakang, sejak adanya manusia pertama bahkan sebelum adanya manusia sampai terciptanya suatu kolektif yang dikenal sebagai masyarakat atau pun suku bangsa.

Sebagai sebuah karya sejarah tradisional maka tradisi lisan tidak menggunakan prosedur penulisan sejarah ilmiah. Karya- karya yang disebarkan melalui tradisi lisan seringkali memuat sesuatu yang bersifat supra-natural di luar jangkauan pemikiran manusia. Dalam karya-karya tersebut antara fakta dan imajinasi serta fantasi bercampur baur.

Karya-karya dalam tradisi lisan biasanya dikenal sebagai bagian dari folklor. Tradisi lisan ini antara lain berupa mitos, legenda, dan dongeng. Tradisi lisan itu kemudian disebarkan dan diwariskan. Dalam pandangan sejarah modern tentunya cerita rakyat semacam itu tidaklah mengandung nilai sejarah. Akan te- tapi, bagi masyarakat tradisional hal itu dianggap sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Cerita itu kemudian dijadikan sebagian dari simbol identitas bersama mereka dan sebagai alat legitimasi tentang keberadaan mereka.

Bab 2 Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia Sebelum dan Sesudah Mengenal Aksara.

Penyebaran dan pewarisan tradisi lisan memiliki banyak versi tentang satu cerita yang sama. Hal ini menunjukkan dalam penyebaran dan pewarisan tradisi lisan telah terjadi pembiasan dari kisah aslinya, walaupun seringkali tokoh yang menjadi figur dalam cerita itu adalah tokoh sejarah. Hal ini disebabkan ingatan manusia yang terbatas dan adanya keinginan untuk memberikan variasi-variasi baru pada cerita-cerita itu. Oleh karena itu, kisah sejarah yang disalurkan lewat tradisi lisan itu akan terus menga- lami perubahan. Perubahan yang diakibatkan oleh imajinasi dan fantasi dari pencerita. Akibatnya, fakta sejarah itu makin kabur atau tenggelam sama sekali karena adanya penambahan atau pengurangan dari masing-masing nara sumber.

Contoh lainnya, yaitu epos tentang Hang Tuah, pahlawan Me- layu yang merupakan tokoh sejarah. Karena dijalin oleh berbagai tambahan dan penafsiran yang subjektif maka tokoh Hang Tuah mengalami proses metamorfosis menjadi tokoh dongeng. Hang Tuah digambarkan tidak pernah mati. Ia selalu hidup terus dan se- sekali muncul menolong bangsa Melayu. Tradisi lisan Hang Tuah ini akhirnya dinaskahkan. Akan tetapi, karena penulisannya tidak berazaskan ilmiah, kisah Hang Tuah menyimpang dari fakta seja- rah sesungguhnya dan menjadi dongeng atau cerita dalam rangka kesusastraan lama. Di Jawa tokoh-tokoh penyebar Islam pada masa awal penyebaran Islam yang dikenal sebagai para wali, kemudian juga dikenal sebagai tokoh legenda yang memiliki kemampuan supra-natural dan makamnya dianggap keramat dan ditafsirkan oleh masyarakat yang belum mengenal tulisan. Dalam pewarisan dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi, terdapat banyak keberpihakan dalam penafsiran dan penjelasan suatu peristiwa masa lalu, walaupun demikian, tradisi lisan memiliki fungsi yang penting bagi masyarakatnya. Tradisi lisan dalam bentuk mitos, legenda maupun dongeng melukiskan kondisi fakta mental dari masyarakat pendukungnya. Tradisi lisan juga merupakan sim- bol identitas bersama masyarakatnya sehingga tradisi lisan juga merupakan simbol solidaritas dari masyarakatnya. Tradisi lisan juga menjadi alat legitimasi bagi keberadaan suatu kolektif, baik sebuah marga, masyarakat maupun suku bangsa.

Sehubungan dengan hal itu, tradisi lisan tidaklah melukiskan kenyataan atau fakta yang sesungguhnya. Walaupun tokoh-tokoh dan waktu terjadinya peristiwa itu memang benar-benar ada, tetapi keseluruhan kisahnya banyak mengalami perubahan. Hal-hal yang pada awalnya merupakan fakta atau kenyataan, akhirnya menjadi bentuk mitos dan legenda karena adanya penambahan-penam- bahan atau pengurangan fakta sejarah. Dalam bentuk mitos dan legenda sulit sekali memisahkan antara fakta dengan kepercayaan yang ditafsirkan oleh masyarakat yang belum mengenal tulisan.

26 Sejarah SMA/MA Jilid 1 Kelas X

Gambar 2.3 Legenda “Lutung Kasarung” dari Jawa Barat, sejarah yang hingga kini selalu diceritakan.

Sumber: Indonesia Sastra Lisan Heritage: Sejarah Awal.

Dalam pewarisan dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi, terdapat banyak keberpihakan dalam penafsiran dan penjelasan suatu peristiwa masa lalu, walaupun demikian, tradisi lisan memi- liki fungsi yang penting bagi masyarakatnya. Tradisi lisan dalam bentuk mitos, legenda, maupun dongeng melukiskan kondisi fakta mental (mentifact) dari masyarakat pendukungnya. Tradisi lisan juga bisa merupakan simbol identitas bersama masyarakatnya sehingga tradisi lisan juga bisa menjadi simbol solidaritas dari masyarakatnya. Tradisi lisan ini juga menjadi alat legitimasi bagi keberadaan suatu komunitas yang manyangkut suku bangsa.

KEGIATAN 2.1