Membangun Negeri dengan Geologi

Membangun Negeri dengan Geologi

Geologi ternyata tidak melulu berurusan dengan bebatuan yang nampak di permukaan dan jauh di perut bumi. Ilmu yang tertuju pada ihwal kebumian ini di tangan Sampurno menjadi alat bantu untuk membangun negeri.

Foto: Deni Sugandi

S berjenis mini bus ini memasuki jalan kecil, berbelok, Perbincangan pun dimulai, dengan ditingkahi

elasa siang, menjelang tengah hari, 12 lain bebatuan dari Papua, Timor Leste, Tasikmalaya November 2013. Mobil hitam yang membawa Selatan, dan Cilegon. Juga koleksi benda-benda kuno kami memasuki kompleks perumahan di dari bebatuan dan barang-barang keperluan sehari- sekitar Dago, utara Kota Bandung. Mobil hitam

hari dari pedesaan.

dan berputar. Saat itu, kami tengah mencari rumah suara kelotok yang tertiup angin dan sesekali ahli geologi Sampurno. Setelah tanya sana-sini, ditimpali suara tekukur yang merdu terdengar. akhirnya kami menemukan jalan yang benar. Ternyata

Dengan kenyamanan itu, tidak terasa perbincangan

Sampurno tinggal di Jalan Bukit Dago Utara II No 8.

telah berjalan tiga jam lebih.

Setelah tiba di depan gerbang dan memijit tombol

Dari perbincangan sekian lama itu, kami mencatat

bel, Sampurno dan isterinya muncul dari balik pintu banyak hal yang dirasakan, dialami, dan dicita- yang tertutup. Mereka menemui kami, menjabat citakan Sampurno setelah bergelut dan bergulat tangan kami dengan hangat dan mempersilakan di dunia geologi. Latar belakang masa kecilnya masuk. Ruangan dipenuhi buku-buku dan bebatuan. serta awal mula ketertarikannya menggeluti dunia Kami diajak ke bagian belakang rumah, ke pelataran kebumian terungkap. Terbayang kekagumannya yang juga difungsikan sebagai garasi.

pada dosen-dosen geologi Belanda dan Eropa.

Di sana, ada dua set kursi. Di sana-sini kehijauan Perkaitan geologi dengan pembangunan sebagai tumbuhan terlihat, baik yang tumbuh di tanah bentuk sumbangsihnya bagi perkembangan geologi maupun di dalam pot. Bebatuan beraneka ukuran di Indonesia. dan warna terlihat. Perkakas sehari-hari dari daerah

pedesaan terlihat pula. Kami memilih salah satu Pandu ke Dunia Batuan

set kursi sebagai tempat kami berbincang dengan

Sam lahir di Semarang, 2 Desember 1934.

Sampurno, atau akrab disapa Sam.

Ayahnya M. Koetojo dan ibunya Moendijah. Sekolah

Saat ekskursi Geomorfologi di atas Gunung Batu, Lembang, 1985. Foto: Agus Laesanpura.

Rakyat, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah

kalau sudah begini bisa cerita dari mana asalnya,” Menengah Atas diselesaikan di tanah kelahirannya. dan mengajar. “Waktu kecil, zaman SD Belanda terlambat. Namun, diterima saja. Karena masih ujar Sam sembari menunjukkan koleksi bebatuannya

“Ini koleksi pribadi dari Papua. Ini ada lobangnya,

Sejak Sekolah Rakyat pada zaman penjajahan

sampai 3 tahun, saya itu suka mengamati guru-guru.

jarang mahasiswa.”

yang dipernis mengkilat, ditata di meja-meja yang Belanda dan berlangsung selama tiga tahun, tumbuh

Jadilah sejak tahun 1954, Sam tercatat sebagai ada di sekitar garasi itu. Sam menunjukkan antara rasa cintanya kepada cara guru-guru berpenampilan

Guru laki-laki suka pakai jas dan dasi, sementara guru

perempuan suka pake kain kebaya. Sandalnya tinggi. warga kampus Ganesha pada Jurusan Geologi, Mereka sangat rapi dan disiplin terhadap waktu,” Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (FIPIA), Universitas ujarnya mengenang.

Indonesia (UI) Bandung. Selama kuliah, ia tinggal di Demikian pula ketika SMP dan SMA, Sam sangat Jalan Westhoff, dekat Rancabadak, Bandung. Saat itu mengagumi keluasan ilmu dan keterampilan cara pun ia sangat terpikat dan mengagumi dosen-dosen menerangkan guru-gurunya. Katanya, “Guru SMP yang umumnya orang Eropa, terutama mengidolakan saya di Semarang, orang Cina, namanya Pak The. Th. H. F. Klompe (1903-1963). Waktu dia menjelaskan gunung dan segala macam

“Saya terkesima dengan Klompe. Dia di Indonesia itu kok dia tahu ya. Ada lagi yang memicu saya, guru tapi kalau geologi itu orientasinya ke Prancis dan

sejarah di SMA Semarang. Terpikatnya karena cara Jerman. Dia menceritakan stratigrafi, struktur, dan mengajarnya yang serba tahu sampai rinci, misalnya tektonik. Setiap kata-katanya menarik. Selain itu, mengenai Kerajaan Majapahit dan peran besar Gajah

dia sering membawa ekskursi, kadang-kadang naik

Mada.”

kereta api sampai ke Yogya atau Situbondo. Jadi, pada Saat itu pula, Sam bergiat dalam Pandu Rakyat Klompe, motif saya itu ilmu yang dikemukakan oleh Indonesia, atau Pramuka sekarang, yang digelutinya dia mengenai dunia. Bagaimana orang ini sampai hingga tahun 1953. Dalam kepanduan itu, Sam dan mengerti begitu, bagaimana caranya,” kenang Sam kawan-kawannya sering mengadakan perjalanan yang selama kuliahnya sangat menyenangi renang, ke luar daerah Semarang. Misalnya, ke Yogya atau bahkan pernah menjadi ketua Unit Renang ITB. Solo. Sering kali dalam kegiatan itu, Sam dan kawan-

Menurut pikirannya, seorang ahli geologi perlu kawan hanya memakai sepeda, ikut truk angkutan, dapat berenang karena tempat kerjanya tidak hanya

bahkan berjalan kaki.

di gunung tetapi sering pula di sepanjang sungai,

Setelah lulus SMA, sebenarnya Sam belum tahu danau, atau bahkan di laut. mau belajar apa dan ke mana. Namun, suatu saat ia membaca pengumuman BPM (Bataafsche Petroleum

Selain Klompe, Sam mengagumi D. de Waard. Dosen bersuara dan bertulisan kecil ini meskipun

Maatschappij) yang mengundang untuk belajar geologi. “Kemudian,” kata Sam, “Saya mendengar ditakuti mahasiswa, tapi mau menjelaskan. Oleh bahwa UI di Bandung (ITB) itu ada bagian sains karena itu, selama masa kuliah hingga kini, Sam yang dikembangkan Klompe menjelang tahun 1940- berpegang pada pedoman bahwa, “Kita itu an. Lalu saya mendaftar, padahal waktu itu sudah bagaimana caranya menyenangi ilmu dengan jalan Maatschappij) yang mengundang untuk belajar geologi. “Kemudian,” kata Sam, “Saya mendengar ditakuti mahasiswa, tapi mau menjelaskan. Oleh bahwa UI di Bandung (ITB) itu ada bagian sains karena itu, selama masa kuliah hingga kini, Sam yang dikembangkan Klompe menjelang tahun 1940- berpegang pada pedoman bahwa, “Kita itu an. Lalu saya mendaftar, padahal waktu itu sudah bagaimana caranya menyenangi ilmu dengan jalan

Selanjutnya, Sam pergi ke selatan Italia. Ia

bahwa untuk mencari ilmu kita harus mendekati menuju universitas yang ada di Kota Florence. sumber ilmu.”

Ia menemukan bahwa pengkajian geologinya

Menjelang akhir perkuliahan, tidak ada ujian tulis,

mirip dengan studi geologi di Indonesia, karena

melainkan ujian lisan dalam bahasa Inggris. Saat itu, samasama tidak menyebutkan bahwa batuan beku kata Sam, mahasiswa harus mengetuk pintu pintu itu dari sedimen. Tapi letak Florence agak di selatan. ruangan Klompe bila hendak diuji secara lisan. Tentu,

Akhirnya, Sam memilih Padova yang ada di utara. . Di

saat mengetuk si mahasiswa harus sudah menguasai sana geologinya ada petrologi, mineralogi, geologi, betul materi perkuliahan, karena bisa saja Klompe dan paleontologi dengan ketua bidangnya masing- meminta ujiannya hari itu juga. Selain itu, kata Sam, masing. “Klompe melihat dulu sepatu dan cara berpakaian

Antara tahun 1959 hingga 1962, Sam menjadi

si mahasiswa. Kalau tidak rapi, pasti ditangguhkan mahasiswa geologi pada Faculta di Scienze, Universitas ujiannya.”

Degli Studi, di Padova. Dari sana ia menggondol gelar

Setelah lulus dari ITB sebagai sarjana muda, Sam Dottore in Scienze Geologiche (doktor ilmu geologi) ingin melanjutkan studi. Ia membayangkan hendak dengan disertasi berjudul Studio Petrografico della mempelajari Alpen seperti yang sering ia dengar dari zona di Contatto di Val San Valentino, Adamello. uraian Klompe. “Dosen saya itu memberikan jalan

Saat studi di Italia itu, Sampurno merasa

yang harus saya ikuti, membukakan pintu. Pada saat kagum melihat karya Gb. Dal Piaz. Ahli geologi saya meneruskan studi, Prof Klompe sudah pindah ke

dan paleontologi Italia berkarya di bidang geologi

Thailand dan Malaysia,” ungkap penggemar musik teknik (engineering geology) dalam pembangunan keroncong ini.

bendungan, jalan raya, geologi perminyakan,

Sam yang bertekad kalau ada tawaran ke persediaan air, dan panas bumi. Kiprah Dal Piaz ini Amerika tidak akan diambilnya itu, akhirnya memilih menjadi dorongan tersendiri bagi Sam untuk kian melanjutkan studi ke Italia atas beasiswa dari mendalami ihwal geologi teknik.

Sampurno menjelaskan tentang karakteristik gerakan tanah di Cipeles, Sumedang, 1986, saat Ekskursi Geologi Teknik bersama mahasiswa Teknik

pemerintah Italia. Seminggu di negeri Leonardo Geologi, ITB. Foto: Budi Brahmantyo

Setelah lulus, ia tidak segera kembali ke

da Vinci itu barulah Sam belajar bahasa Italia. Indonesia. Sam diminta bekerja di sebuah perusahaan Selanjutnya, ia memilih dan memilah universitas yang

2 Maret 1959. Sam yang sebelumnya menjadi masalah utama yang dijumpai sebelum Borobudur cocok dengan keinginan belajarnya.

pertambangan yang ada di sana selama tiga bulan.

asisten dosen petrologi, kemudian mengajar di direstorasi adalah kemiringan dan melesaknya “Saya mencoba-coba universitas di Italia Utara. pertambangan Ylojarvi dengan sinar pantul.

Pekerjaannya menganalisa mineral logam dari

almamaternya itu. Mula-mula ia mengampu mata dinding candi di tingkat rupadatu, rembesan air dari Mula-mula, saya tanya konteks masing-masing

kuliah geologi ekonomi yang diajarkan oleh McDivitt dalam tubuh candi, dan pelapukan batu relief.” geologi pada universitas yang bersangkutan. Mana Batu untuk Membangun

Untuk bahan baku batuan untuk keperluan daerah penelitiannya. Saya menemukan di Milan,

dari Kanada. Setahun kemudian, pada tahun 1963,

Sepulang ke Indonesia pada tahun 1962,

pemugaran Borobudur, Sam mencari-cari lokasinya. aliran geologinya meyakini bahwa everything is

bersama rekan-rekan sejawatnya ia mulai merintis

Universitas Indonesia (UI) Bandung telah berubah

geologi teknik yang dikenal sebagai Kelompok Bidang

sedimentation. Granit pun katanya dari sedimentasi menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB) sejak

Mula-mula ia mendatangi Karangsambung dan Keahlian (KBK) Geologi Teknik dan Lingkungan dan menguji batuannya, tapi tidak cocok. Akhirnya, ia

memimpin Laboratorium Geologi Teknik ITB.

menemukan batuan berjenis andesit dari Gunung Pada tahun 1963 pula, Sam mulai terlibat dalam Mergi, di daerah timur Ungaran, Semarang. penelitian untuk kegiatan pemugaran Candi Borobudur

Penemuan itu dia buatkan laporannya dan kemudian yang mulai dikampanyekan penyelamatannya pada dia usulkan ke Lembaga Purbakala dan Peninggalan tahun tersebut. Sesuai dengan keahliannya, Sam Nasonal yang berkedudukan di Jakarta. memfokuskan pengamatannya pada Candi Borobudur

Melalui pertautannya dengan arkeologi itu pula,

dari tiga hal penting. Pertama, keadaan tanah tempat

Sam bertemu dengan Dra. Sri Wuryani, ahli arkeologi berdirinya Borobudur yang meliputi struktur tanah, jebolan Universitas Indonesia (UI), Jakarta. Sri yang

jenis, porositas, dan sebagainya. Kedua, bahan baku juga ikut meneliti Borobudur akhirnya menjalin kasih batuan untuk keperluan pemugaran. Ketiga, masalah

dengan Sam melalui tali pernikahan pada tahun 1964. penyediaan air untuk keperluan pemugaran serta Mereka dikaruniai tiga orang anak, yaitu Vedy, Niya,

proses pelapukan batuan candi.

dan Ista. Dari ketiga anak itu pasangan Sampurno-Sri Menurutnya, “Borobudur merupakan lambang Wuryani dianugerahi empat cucu laki-laki. kebesaran dinasti Syailendra dan keagungan agama

Atas dedikasinya untuk meneliti Borobudur antara Budha. Borobudur terletak pada suatu lingkungan 1962-1973, Sampurno menerima penghargaan dari

yang sangat serasi antara alam yang keras seperti Menteri P dan K Daoed Joesoef atas keterlibatannya

Sampurno saat menjadi

letusan Gunung Merapi dan kekerasan pegunungan dalam pemugaran Candi Borobudur. Bersama 27

narasumber dalam Sarasehan

Menoreh dengan alam yang indah dan subur, dan orang lainnya, Sam menerima penghargaan itu pada

Geologi Populer, 2013.

lingkungan binaan spiritual yang megah. Adapun

22 Februari 1983 di Yogyakarta.

Foto: Deni Sugandi.

Keterlibatannya dalam pemugaran Candi Seperti geologi untuk bendungan, jalan raya,

Hasil penelitiannya disampaikan ke instansi-instansi

Borobudur itu bisa dikatakan sebagai titik balik dalam

longsoran, pengadaan air bersih, pengembangan

terkait dan dipublikasikan pada Pertemuan Ilmiah

pemikiran dan karya Sampurno ke arah geologi wilayah dan kota, serta lokasi pembuangan sampah

Tahunan (PIT) IAGI.

teknik dan terapan. Ia menyatakan, “Kan dulu padat. Apalagi di Jurusan Geologi ITB, Sam dipercayai

Mengenai pertautan geologi dengan sejarah pun

Indonesia dijajah Belanda yang dalam keilmuannya untuk mengetuai Laboratorium Geologi Teknik dan

ia teliti. Pada PIT-IAGI tahun 1980, ia mengajukan

sangat teoritis. Kemudian ketika memasuki Pelita Lingkungan atau dikenal sebagai Kelompok Bidang

makalah yang berisi keruntuhan Kerajaan Majapahit

I, pola pikir semua orang Indonesia digiring ke Keahlian (KBK) Geologi Tata Lingkungan, pada tahun

ditinjau dari sisi geologi. Menurutnya, “Selama ini para

arah pembangunan. Pola pikir tersebut juga 1974.

ahli purbakala menyebutkan hancurnya Majapahit

mempengaruhi ilmuwan. Pertanyaan saya waktu

Dalam kelompok yang kemudian berubah

akibat datangnya agama Islam serta peperangan.

itu, bagaimana dengan geologi? Waktu itu kan saya menjadi Kelompok Keilmuan Geologi Terapan (KKGT)

Saya menyangsikan kesimpulan tersebut. Karena saya

masuknya ke geologi umum, lalu ke petrologi. What sejak tahun 2005 itu Sam mengajak mahasiswa-

lebih cenderung baranggapan bahwa hancurnya

next? Kalau hanya mengurusi teori batuan, tentu mahasiswa dan sejawatnya, antara lain Deny Juanda

Majapahit akibat banjir besar yang membawa lahar

Indonesia tak jadi membangun. Jadi, saya harus tahu

dan Bandono untuk mengedepankan applied

dari kompleks gunung api Arjuna-Anjasmoro ke

program pembangunan.”

geology. Sam mengakui, “Saya meminta kawan-

dataran Delta Brantas dengan membawa lumpur,

Dengan demikian, Sam kemudian mengaitkan kawan untuk memfokuskan diri pada geologi teknik,

pasir, dan batu-batu.”

antara geologi dengan pembangunan. Untuk sampai

kepada pariwisata yang ada kaitannya dengan

“Tidak mungkin,” kata Sam, “Sebuah pusat

ke sana, Sam mempelajarinya dan menganalisanya geologi, kepada kesuburan tanah, bencana alam, air

kerajaan besar lenyap tanpa meninggalkan relik.

sendiri. Menurutnya, “Next-nya itu aplikasi dari tanah.

Namun, untuk Majapahit, seolah lenyap begitu saja,

batu, tanah, dan segala macam. Saya sampai harus

Hal ini dapat dilihat dari rangkaian penelitiannya

ditinggalkan penghuninya. Ini tidak mungkin, kecuali

mengajar di Jurusan Pertanian Unpad, mengusulkan yang dilakukan dengan tema tersebut. Pada bulan

bahwa kerajaan ini memang dihancurkan bencana

pemetaan daerah transmigrasi, dan lain-lain. November 1973 secara pribadi ia meneliti daerah

alam.” Dengan demikian, ia menyatakan bahwa

Pokoknya, menurut saya, kalau meneliti ruang untuk longsor di Jawa Barat. Penyelidikan tersebut

pusat kerajaan Majapahit itu terlanda aliran pasir dan

manusia itu haruslah applied.”

mendapat tanggapan positif dari Dinas Pekerjaan

kerikil pendangkalan muara Kali Brantas.

Karena ia yakin ilmu itu harus berkembang. Umum Jawa Barat. Sejak bulan Mei 1975, ia meneliti

Perkembangan daerah Bandung Raya sebagai

Setelah mempelajari geologi umum, menurutnya, secara intensif delapan daerah longsor di Jawa Barat.

salah satu pusat pertumbuhan dan pembangunan

ahli geologi tertuju untuk mempelajari sektor-sektor Penelitian tersebut bekerja sama dengan PU Jawa

di Jawa Barat tak luput Sam teliti (PIT-IAGI 1981).

geologi umum, misalnya struktur dan paleontologi, Barat. Menurutnya, “Strategi pengembangan Bandung Sampurno saat ekspedisi Gletser Carstensz tahun 1992. disertai aplikasinya. “Nah, saya tampilkan petrologi,

Pada tahun 1976, Sam mencoba meneliti daerah Foto: Dok. pribadi. Raya, dipandang dari segi daya dukung alamnya

yaitu menguasai batuan untuk engineering. Untuk Padalarang, Jawa Barat. Di sana ia melakukan

barangkali perlu memenuhi kriteria bahwa tata

bahan bangunan, jalan, pabrik semen, keramik, penelitian untuk menerapkan metode pemetaan

Untuk menjelajahi bumi, Sam memaksudkannya bahkan membuat pipa dari lava basal Gunung geologi untuk lingkungan dengan unit, yang

air permukaan dan air tanah tetap lestari, udara

lingkungan tetap bersih dan suhu lingkungan tetap sebagai bagian dari perkuliahan, yaitu kuliah Tangkubanparahu,” ujarnya.

lapangan. Dalam pandangan Sam, “Kuliah lapangan Sejak tahun 1970, ia turut menerapkan ilmu Lingkungan Keteknikan (UGT). Metode ini kemudian

disebutnya sebagai Unit Geologi dengan Karakteristik

sejuk, serta perkembangan lingkungan tersebut tidak

mengundang longsoran dan erosi yang lebih besar diberikan secara komprehensif, yang terdiri atas geologi dalam berbagai bidang pembangunan. dicobakan kembali pada 1979 di Kota Semarang.

lagi.”

teori-teori berupa metode pemetaan dengan alat, selama dua minggu. Kemudian satu bulan sisanya,

Menjelajahi Bumi, Menyebarkan Informasi

mahasiswa diberi suatu daerah tertentu di sekitar Karangsambung yang harus dipetakan,” kata Sam

saat membimbing mahasiswa geologi ITB berkuliah dosennya, pada praktiknya Sam meniru kinerja yang lapangan di Karangsambung (Berkala ITB, 16 Agustus

Sebagai dosen, yang sangat mengagumi guru dan

dikaguminya itu. Bagi Sam, dosen memiliki profesi 1980). rangkap. Dosen, menurutnya, adalah seorang ahli cabang ilmu tertentu, sekaligus juga seorang guru

Dalam hal ini, bersama KBK Geologi Tata yang harus mendidik. Sebagai ahli geologi sekaligus Lingkungan, Sam menekankan visi mengenal

pendidik, Sam selalu mengedepankan ekskursi atau geologi di lapangan. Bersama kelompok tersebut penjelajahan bumi, penelitian, dan menuliskan hasil Sam sering ke lapangan, kadang-kadang dengan penelitian baik dalam bentuk ilmiah maupun populer.

naik sepeda, naik kereta api, bahkan berjalan kaki. Hal-hal tersebut dianggapnya sebagai sebentuk Upamanya mencari patahan di Purwakarta atau tanggung jawab seorang dosen.

mendaki Gunung Ungaran di Semarang. Dengan jalan tersebut, ia mengakui, “Kita mencoba belajar

“Kalau kita belajar geologi itu harus dari logika. sendiri. Kita mengikuti intuisi kita meskipun keliru. Kita harus menyimak uraian dosen, mengikuti Kita mengeluarkan teori sendiri. Dari situ kita sadar ekskursi, dan membaca penelitian dosen-dosen dari bahwa ekskursi itu penting. Di bawah bimbingan luar. Sumber-sumber tersebut harus betul-betul seseorang yang lebih tahu, kita akan lebih faham diikuti. Dari logika itu tentu masuk ke hati kita. Kalau

geologi di lapangan.”

Saat ekskursi Geologi Teknik

kita berpikir dan senang berpikir, akhirnya akan ada

bersama mahasiswa Geologi

jawaban menancap. Saya tidak mau ditipu asal

Dengan sering berekskursi ke lapangan,

ITB ke calon lokasi Bendungan

maka terbukalah kesempatan untuk mengamati,

Jatigede, 1986.

dari buku saja. Kita harus melihatnya ke lapangan,”

Foto: Budi Brahmantyo

terang Sam.

menemukan masalah, dan mencari solusinya. Itulah

Waste disposal site of Bandung City, Indonesia.” Tulisan tersebut disajikan pada kongres ke-6 International Association of Engineering Geology pada tahun 1990 dan dimuatkan dalam prosiding

Dalam bidang wisata, terutama perhelatan tersebut. Selain itu, tentu saja banyak lagi

tulisan ilmiah yang ditulis sendiri oleh Sam maupun

pada pengembangan model

bersama sejawatnya, mengingat Sam adalah anggota aktif Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) yang selalu

geowisata, Sam dan Budi

mengikuti Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) dan

Brahmantyo menulis “Geologi berkontribusi dengan menulis dan menyampaikan

makalah.

dalam Pariwisata” (1989).

Sebagai jembatan dengan masyarakat awam, Sam banyak menulis dalam bentuk tulisan ilmiah populer. Pada Harian Umum Pikiran Rakyat, tulisannya muncul untuk pertama kali pada tahun 1981, yaitu “Geologi Bandung Utara dan Peranannya.” Di Harian

jalan ilmiah, penelitian. Sam menjalani jalan ilmiah Umum Kompas, Sam mulai menulis pada 1982, yakni ini sering kali mula-mulanya dikerjakannya sendiri. Di dengan tulisan “Gunung Galunggung.” Di Republika, sini, ia mengakui, “To be geologist is quite interesting. tulisannya “Amankah Muria untuk PLTN?” dimuat Saya yang mencari, saya yang menemukan. Saya pada 1994. Selain memuatkan tulisannya, Pikiran bahagia dengan pilihan saya. Jadi, bukan melulu Rakyat, Kompas, Suara Pembaruan, Republika, berurusan dengan uang. Kita kan hidup meniru alam majalah Tempo, dan lain-lain sering memuatkan pula dan geologi itu tidak hanya batu, morfologi, tapi pendapat-pendapat Sam terkait hasil penelitiannya, the whole nature. Bahkan interaksi antar nature itu bencana alam yang sedang berlangsung, dan hal-hal sendiri.”

yang berkaitan dengan kebumian lainnya.

Untuk menyebarkan hasil penelitiannya, Sam

menempuh jalan tulisan agar khalayak menjadi tahu Di Masa Purnabakti

dan memahami dengan apa yang terjadi dengan

Sejak Desember 2004, Sam memasuki masa

Sampurno dan keluarga besarnya. Foto: Dok. pribadi.

bumi ini. Untuk khalayak terbatas, misalnya kalangan

purnabakti. Untuk memberikan penghargaan atas

ilmuwan, Sam menuliskan laporan hasil penelitiannya

kinerjanya, Departemen Teknik Geologi, Fakultas

dan menyajikannya dalam bentuk ceramah atau Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral, ITB,

diskusi. Pada KBK Geologi Tata Lingkungan ITB, Sam menyelenggarakan acara mengantar purnabakti Sam

mengadakan program ceramah rutin para ahli geologi

pada hari Sabtu, 18 Desember 2004, di Aula Barat

untuk menyampaikan hasil penelitian mereka.

ITB.

(sejak 1965), Universitas Pembangunan Nasional, Pompeii yang terletak di dekat Napoli, Italia, itu sering menuliskan hasil penelitian dalam bentuk purnabakti bertema “Lanskap Peradaban Manusia

Sam sendiri maupun bersama rekan sejawatnya

Pada acara itu diselenggarakan seminar

Yogyakarta (sejak 1964), Universitas Pakuan (Unpak), banyak korban berjatuhan. Kan terkubur 7 meter, laporan. Saat ikut terlibat meneliti keadaan Candi Sejak Zaman Purba Hingga Kini” yang menampilkan

Bogor (sejak 1980), Universitas Parahyangan (Sejak sehingga semuanya habis, rata dengan tanah. Sekian Borobudur antara 1963-1973, Sam menuliskan pemakalah Sampurno, Amwazi Idrus, A. Djumarma

1981), dan Itenas. Kini Sam masih bertahan sebagai ratus tahun kemudian, orang mencari dan menggali laporannya yang berjudul Penelitian Geologi terhadap

pengajar. Di Univeritas Parahyangan, sekarang Sam untuk jalan dan terowongan, dan menemukan Candi Borobudur dan Sekitarnya (1973). Demikian itu, saat itu diluncurkan pula buku kumpulan tulisan

Wirakusumah, dan Deny Juanda Puradimaja. Selain

mengajar mata kuliah geologi teknik dan mekanika ampiteater. Akhirnya ketahuan sedang menggali kota pula saat terlibat kerja sama antara Departemen Sam, Jejak Langkah Geologi, Dari Borobudur hingga

batuan. Sementara di Unikom, dia mengajar mata yang terkubur. Selanjutnya peneliti arkeologi, geologi, Geologi ITB dengan Proyek Survey Listrik Negara Punclut dan kumpulan kliping Sam bertajuk Kilas Balik

kuliah geologi lingkungan yang berasosiasi dengan arsitek mempunyai ide untuk merekonstruksi. Setelah (Perusahaan Umum Listrik Negara), Sam dan kawan- Pelangi Kehidupan Sampurno: Kumpulan Kliping

jadi sangat menyerupai waktu terkena letusan,” kawan menuliskan hasil penelitiannya dengan judul Artikel Koran dan Majalah, 1976-2002.

planologi.

terang Sam mengenai yang dipelajarinya itu. Geologi Daerah Calon Bendungan Saguling dan

Dalam kesehariannya kini, ia tetap memperlihatkan

Namun, di balik itu terbersit semacam kredo Sekitarnya – Citarum Hulu, Jawa Barat (1973). Laporan

Selama berkarier di ITB, Sampurno pernah

semangat belajar yang tinggi. Buktinya saat kami

wawancarai, dia merampungkan makalah berisi yang tertanam di benak dan hati Sampurno terkait Geologi Gerakan Tanah di Jawa Barat (1975) ditulis Sekretaris Departemen Geologi ITB (1968-1970),

memegang beberapa jabatan, antara lain

tentang peristiwa letusan Gunung Vesuvius yang dengan peran ilmu geologi. Secara menyakinkan ia Sam dan kawan-kawan setelah mengikuti penelitian Ketua Departemen Geologi (1970-1972), Ketua

mengubur kota Pompeii dengan abu, pasir, dan menyebutkan bahwa, “geology is everything. Urusan kerja sama Departemen Geologi ITB dengan Pemda Laboratorium Geologi Teknik dan Lingkungan,

kerikil setebal 8-7 meter. Gunung api yang berada sandang, pangan, dan papan, juga transportasi, Jawa Barat dan Jawatan PU Jawa Barat.

di Italia itu meletus pada tahun 79 Masehi. Makalah dan energi. Semuanya tercakup dalam geologi. Dan Dalam bidang wisata, terutama pada Studi Lingkungan Hidup (PSLH) ITB (sejak 1980), dan

Jurusan Geologi (Sejak 1974), anggota Peneliti Pusat

tersebut dia sajikan di Yogyakarta dan di Bandung, jangan lupa: ada falsafah di dalamnya.” ■ pengembangan model geowisata, Sam dan Budi lain-lain.

dalam bentuk ceramah.

Brahmantyo menulis “Geologi dalam Pariwisata”

Di luar ITB, sejak tahun 1963, dia terlibat sebagai

“Di situ ada hal-hal menarik yang saya temukan Penulis: Atep Kurnia

(1989). Untuk kegiatan di luar negeri, misalnya, Sam tenaga ahli di Badan Perencana Pembangunan waktu ekskursi ke sana. Saya ingin membagikan Pewawancara: T. Bachtiar, Atep Kurnia, Budi Kurnia dan kawan-kawan menyampaikan dan memuatkan Daerah (Bappeda) Jawa Barat. Ia juga pernah dan

pengalaman itu. Ingin mengetengahkan perilaku Fotografer: Deni Sugandi

kertas kerja “Geological Problems Sanitary Landfill masih menjadi pengajar di Universitas Padjadjaran

para ahli geologi di situ ke sini. Karena dari peristiwa

Lombok dan Sumbawa. Di Lombok, daerah yang bisa

Gunung Sangeangapi memberi atraksi

dijadikan wisata bumi antara lain, kawasan Taman Resensi Buku geomorfologi, geovulkanologi, dan geoarkeologi.

Nasional Gunung Rinjani, Pantai Selatan Kute-Tan- Di sini wisatawan dapat pula menikmati keindahan jung Aan, pegunungan kars di pantai selatan Tanjung

pantai dan sumber mata air panas Oi Pana Manangga Ringgit dan sekitar Kute, dan Gili matra. Sementara dan Oi Kalo. Sementara itu, di Pegunungan Bagian untuk Sumbawa, antara lain, kawasan Lingkar Tam- Tengah dijumpai perbukitan karst Jereweh, Brang bang Batu Hijau, Gunung Tambora dan Pulau Sa- Rea, dan Sekongkang Bawah. tonda.

Geowisata

di Bumi

Pada bab ke-5, “The Utilization of Geodiversity and Wisata bumi di Pulau Lombok lebih diperinci Geoheritage for Geopark”, Heryadi meningkatkan pada bab 3, “Geotourism of Lombok Island”. Dari pemanfaatan keragaman bumi NTB dengan konsep

Sejuta Sapi

sisi morfologi pantai dan fenomena bumi lainnya, taman bumi (geopark). Dari beberapa acuan yang Heryadi membagi objek wisata bumi di Lombok dibacanya, Heryadi memberi definisi geodiversity, menjadi tiga kawasan pantai. Pertama, kawasan geoheritage, dan geopark. pantai selatan yang terdiri dari kawasan Teluk Makaki;

Ketiga istilah tersebut menunjukkan

Oleh: Atep Kurnia Teluk Grupuk-Bumbung; dan Ekas-Tanjung Ringgit. derajat pentingnya keragaman geologi berikut Kedua, pantai barat yang terdiri dari Teluk Lembar, pengelolaannya. Bila geodiversity diartikan sebagai

Pengantap-Belongas; Mawun-Kuta-Tanjung Aan-

keberadaan alamiah fenomena geologi, maka ejak 2009, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)

Pantai Senggigi, gili matra yaitu Gili Meno, Gili Air,

memiliki gelar baru, yaitu Bumi Sejuta Sapi, dan Gili Terawangan, dan Sekotong. Ketiga, pantai geoheritage adalah fenomena geologi yang sangat tinggi nilainya karena menjadi bagian penting dari menggantikan gelar sebelumnya, Bumi Gora,

dinamika bumi. Dan, geopark adalah pemanfaatan yang khusus untuk Pulau Lombok. Gelar baru itu geoheritage yang dipadukan dengan keragaman diluncurkan untuk mengoptimalkan peternakan sapi

timur yang terdiri dari Gili Lawang dan Gili Sulat serta

Labuhan Lombok-Labuhan Haji.

yang telah berakar di tengah masyarakat Provinsi NTB. Ini seakan-akan melanjutkan tradisi berternak di

DATA BUKU

Selain kawasan pantai, Gunung Rinjani menjadi hayati dan budaya.

Dalam konteks NTB, untuk mewujudkan Geopark sana yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu.

Judul Buku

West Nusa Tenggara Geotourism

primadona wisata bumi di Lombok. Di kawasan Rinjani banyak ditemukan air terjun, antara lain Otak

Kokok Gading, Jerukmanis, Tiu Kelep, Sindanggile, Gunung Rinjani, Heryadi mengajukan beberapa geoheritage sebagai pendukungnya. Warisan Namun, sesungguhnya sejak ratusan tahun yang

Penulis

Heryadi Rachmat

Tebal

vi+118 halaman

dan Mayung Putih. Ada juga mata air panas Sebau

dan Torean. Ditambah pula kegiatan geotrek yang bumi yang diajukannya adalah Puncak Rinjani; Wisata karena keindahannya. Kini, perkembangan

lalu kawasan NTB dikenal pula sebagai Kepulauan

telah disediakan lintasannya (geotrail), yaitu lintasan Danau Segara Anak; Air terjun Otak Kokok Gading, wisata di wilayah NTB ini berpeluang untuk lebih

Penerbit

Museum Geologi

Aik Berik, dari arah selatan; Timbenuh, dari arah Jerukmanis, Tiu Kelep, dan Sindanggile; Mata air meningkat lagi dengan telah dikenalinya sejumlah

Tahun Terbit Agustus 2013

tenggara; Sembalun, dari arah timur; Torean, dari panas Sebau dan Torean; lintasan geologi dan pendakian ke puncak Rinjani; Tambora dan Satonda; potensi wisata bumi atau geowisata (geotourism)

utara; Senaru, dari utara; dan Santong, dari baratlaut.

sehingga banyak dikenal sebagai daerah tujuan

Semua lintasan tersebut menuju puncak Rinjani.

dan Lingkar Tambang Batu Hijau.

di sana. Perpaduan antara geowisata dengan wisata peternakan, juga-tentu saja-dengan wisata budaya, wisata bumi. Dengan demikian, Heryadi menyatakan

Dari buku ini kita jadi sadar bahwa setiap tak pelak lagi merupakan potensi besar untuk upaya inventarisasi dan identifikasi daerah tujuan

Sementara bab 4, “Geotourism of Sumbawa

daerah, setiap provinsi, yang ada di Indonesia pengembangan geopark di Bumi Sejuta Sapi itu.

wisata bumi NTB mutlak diperlukan.

Island”, secara khusus menggambarkan objek wisata bumi di Sumbawa. Dari yang telah dilakukan seharusnya melakukan hal sama. Kita harus sama-

penelitiannya, di sini ada Kawasan Pantai Selatan, sama mengidentifikasi semua potensi kebumian Mengidentifikasi keragaman ini bisa bertemali Tourism”. Bab ini menjelaskan hubungan antara

Bumi NTB sarat dengan keragaman geologi.

Bab kedua, “West Nusa Tenggara Geology and

yang ada di daerah kita masing-masing. Bila telah

dengan tumbuh-kembangnya wisata bumi di sana. kebumian NTB beserta identifikasi pemanfaatannya Tambora, Gunung Sangeangapi, dan Pegunungan teridentifikasi, tentu bisa dikembangkan menjadi wisata kebumian. Ujungnya pasti bisa bertaut dengan Salah seorang yang mengidentifikasi dan mengaitkan

Pegunungan Barat, Kawasan Teluk Saleh, Gunung

melalui wisata bumi. Di situ dikatakan, Provinsi NTB

Bagian Tengah. Di Kawasan Pantai Selatan, para

wisatawan dapat mengunjungi Pantai Hu’u, Pantai keragaman bumi NTB dengan pariwisata itu adalah realisasi pemanfaatannya sebagai taman bumi yang ahli geologi Heryadi Rachmat melalui bukunya, West utama ditambah kurang lebih 332 pulau kecil. Dari

terdiri dari Pulau Lombok dan Sumbawa sebagai pulau

Sape, Pantai Lunyuk, dan Teluk Senunu tempatnya mengintegrasikan keragaman geologi, hayati, dan Nusa Tenggara Geotourism.

sisi geologi, NTB terletak pada pertemuan Lempeng

budaya demi membangkitkan ekonomi masyarakat

pembuangan tailing Newmont.

Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Kedua lempeng

agar selalu sinambung.

Buku ini diterbitkan oleh Museum Geologi tersebut berinteraksi dan bertubrukan. Batas kedua

Di Pegunungan Bagian Barat dapat dikunjungi

pada Agustus 2013. Mulanya terbit dalam bahasa lempeng ini merupakan daerah yang sangat stabil.

Tambang Batu Hijau, Pantai Jelengga, Pantai Maluk,

Dan yang lebih penting, dengan jalan identifikasi tersebut, kita disadarkan pada kenyataan bahwa

Indonesia, dengan judul Geowisata Nusa Tenggara Pantai Sengkongkang, Pantai Mangkung, dan Pantai eksplorasi bukanlah jalan satu-satunya untuk Barat dan diterbitkan oleh IAGI Pengda Nusa Tenggara

Heryadi juga memberi batasan mengenai

Pesin. Sementara di Teluk Saleh, pengunjung dapat

pada Oktober 2011. Edisi berbahasa Inggris kali ini geotourism atau wisata bumi. Katanya, wisata bumi menelusuri Pulau Moyo yang menyajikan Pantai memanfaatkan keragaman bumi yang ada di sekitar

adalah perjalanan seseorang atau sekelompok orang

Tanjung Pasir, Air Terjun Matajitu, Gua Air Manis, kita. n

hasil penerjemahan Nenen Adriyani dan suntingan

Hermes Panggabean.

ke tujuan wisata objek-objek wisata kebumian,

Gua Liang Petang. Pegunungan Tambora pun tak

sehingga memperoleh keuntungan dari perjalanan

Peresensi adalah penulis, peneliti literasi, bergiat di Pusat Studi

ketinggalan. Di sini wisatawan dapat menikmati Sunda (PSS).

Buku setebal 118 halaman ini dibagi menjadi lima

itu. Objek-objek wisata yang dimaksud adalah wisata

keindahan bentang alam, geomorfologi, sejarah

bab. Bab pertama “Geotourism towards the Tourism kars dan gua, wisata gunung api, wisata sungai dan

pembentukan, geoarkeologi, padang pasir di

Vision of West Nusa Tenggara” membahas potensi danau, serta wisata pantai.

bibir kawah, Pulau Satonda, dan Pantai Sopanda

wisata bumi yang dipertautkan dengan visi pariwisata

Selanjutnya, Heryadi menyebutkan keaneka-

(Nangamiro).

NTB. Ya, karena bumi NTB kaya keragaman geologi

ragaman geologi yang bisa dikembangkan di Pulau

Esai Foto

Garut