Langlang Bumi
Langlang Bumi
Sinabung pada 2013 meletus lagi. Berdasarkan laporan dari petugas resmi di PVMBG, Badan Geologi, status Sinabung
Memburu
dinaikkan dari Waspada menjadi Siaga pada 15 September 2013 yang sempat diturunkan kembali menjadi Waspada
Letusan
pada 29 September dan naik kembali menjadi Siaga pada 3 November 2013. Pada 24 November 2013 status Sinabung dinaikkan lagi dari Siaga menjadi Awas
Sinabung
(level IV, tertinggi) hingga akhir Desember 2013. Beberapa letusan cukup besar yang
Oleh: Ronald Agusta
ditandai dengan lama letusan lebih dari
10 menit atau tinggi kolom abu mencapai lebih dari 1000 meter, kadang disertai lontaran awan panas pada periode Awas ini terjadi pada 24, 25 dan 26 November
2013, dan 25, 30, dan 31 Desember 2013. Tulisan langlang bumi ini merupakan hasil liputan penulisnya pada 28 Oktober hingga 1 November 2013 saat status Sinabung masih Waspada. Selamat
membaca!.
Kepulan putih letusan Sinabung mengarah ke timur. Foto: Ronald Agusta.
Peta Lintasan Langlang Bumi Gunung Sinabung Peta diolah dari data SRTM oleh: Hadianto
Simpanglayang Pancurbatu
Sibolangit
G. Sibayak
Lau Kawar Berastagi
G. Sinabung Kabanjahe
Tigabinanga
Tigapanah
Laut Cina Selatan
Samudera Pasifik
Laut Jawa Samudera Hindia
Petani menyaksikan letusan. Foto: Ronald Agusta.
unung Sinabung meletus lagi akhir saya dan ahli gunung api Syamsul Rizal Wittiri, Esoknya, pukul delapan di pagi yang cerah, rombongan anak sekolah yang diliburkan sedang Oktober 2013. Inilah letusan kedua mengunjungi pos PGA Sinabung di Desa Ndokum
aktif tipe B menjadi tipe A. Tim Geomagz memburu G meletus sekali saja. “Tidak berulang-ulang, karena jika tiga PGA, Sinabung diabadikan dari kejauhan. Langit
kami meluncur kembali ke PGA Sinabung. Di tengah
menyusuri Lau Kawar.
gunung api di Tanah Karo itu setelah Siroga, Kecamatan Simpangempat, Kabupaten Karo.
perjalanan, kami sempat mengabadikan gunung
letusan pertama pada tahun 2010 dan
Dari situ, kami menuju bukit di antara Lau Kawar mengubah statusnya dari gunung api bahwa ingin rasanya Sinabung itu dibom, agar
Saat di perjalanan, pengemudi sempat bercanda
dengan kepulan putih yang mengarah ke timur
dengan latar depan kebun jeruk. Di pelataran lantai
dan Gunung Sinabung, untuk mengabadikan rekahan dan longsoran di lereng gunung. Tampak asap
Sinabung antara Senin-Jumat, 28 Oktober-1 berulang-ulang dapat merusak mata pencaharian,” begitu biru saat itu. Petugas pos terlihat di depan mengepul-epul. “Bila batuan dan tanah di lereng tak November 2013. Perburuan tersebut bermaksud ujarnya sambil tersenyum.
kuasa lagi menahan semburan uap panas dari dalam untuk menangkap momen letusan Sinabung
komputer dan seismograf.
gunung, maka materialnya bisa menghambur ke arah melalui kamera dan berdiskusi dengan petugas pos
Kira-kira setelah dua puluh menit perjalanan
Rekahan di Lau Kawar
danau,” ujar Armen.
dari Berastagi, kami berhenti di Simpangempat, dan
Pengamatan Gunung Api (PGA) di seputar letusan yang terjadi. Sekelumit hasil perjalanan itu disajikan selanjutnya dijemput menuju PGA. Hanya sekitar lima
Ditemani Armen Putra, pengamat Gunung api
Di bukit itu ada sebuah warung. Penunggu
Sinabung, Tim Geomagz meluncur ke Lau Kawar, warung dan Almada Sitepu (35) yang menggendong dalam “Langlang Bumi” kali ini.
menit berkendara dari Simpangempat, kami tiba di
pos PGA Sinabung. Di pos, selain tiga pengamat, ada
danau di sisi barat laut Gunung Sinabung di anak terus memandang ke arah gunung. Almada,
Menuju Pos PGA Sinabung
cukup panjang di sisi gunung yang berhadapan sekolahnya diliburkan itu bertutur, Sabtu (26/10), Senin, 28 Oktober 2013, pukul tujuh malam yang
lima anggota Tim Tanggap Darurat Gunung Sinabung
Kecamatan Namanteran. Di sini ada rekahan yang guru bahasa Inggris dan Jepang SMP Satu Atap yang
yang dikirim PVMBG, Badan Geologi, dari Bandung.
langsung dengan Lau Kawar. Kawanan kerbau menjelang matahari terbenam, ketika Sinabung dingin, dengan menggunakan angkutan pedesaan, untuk liputan esok harinya.
Terhimpunlah data dan analisis tentang Sinabung
berlatar belakang Sinabung terlihat. Demikian pula meletus hingga mengepulkan abu sejauh lima
Danau Lau Kawar, sisi barat laut Gunung Sinabung. Foto: Ronald Agusta.
kilometer ke atas, ia sedang menggendong anaknya
kepulan abu letusan terlihat jelas. Tengah hari itu,
di dalam rumah.
kami kemudian berhenti di depan sebuah gereja yang berornamen adat Karo. Kengerian berkecamuk, saat
“Tiba-tiba terasa gempa, lalu aku segera ke luar
melihat letusan dari jarak yang cukup dekat.
rumah. Getarannya bukan main, gruduk-gruduk suaranya besar sekali. Lalu aku turun ke halaman,
Tim Geomagz kemudian mengitari lereng gunung
kujumpai nenek-nenek yang langsung memegang di daerah Bekrah, hingga bertemu bukaan lahan yang tangan aku. Gemetar dia!” ujarnya mengulang cukup jelas untuk melihat letusan dari jarak yang pengalamannya.
lebih dekat. Banyak batuan berserakan di sekitar itu.
Kata Almada, “Menurutku, gara-gara gempa Sekitar seratus meter dari situ, terlihat petani sedang menyaksikan letusan Sinabung. belakangan ini, gempa Aceh, terus gempa Nias. Gempa Nias itu, Pak, pas kami sedang duduk di kedai
Perburuan terus berlanjut ke arah selatan hingga
kopi. Cangkir sampai melompat setinggi ini. Itulah menemui bekas longsoran lahar dingin, sisa letusan Pak, menurut kami yang memicu dia, bergeser lapisan
Sabtu lalu, yang sudah dibersihkan dari badan jalan
tanah itu, membuat gunung ini aktif kembali,” di daerah Sukameriah, Kecamatan Payung. Tampak sambungnya sambil merekahkan jempol dan telunjuk
truk pengangkut material yang dimuntahkan Gunung
sekitar enam sentimeter, menceritakan mengapa Sinabung, masih bekerja di tengah letusan siang itu. Sinabung meletus.
Sekitar pukul satu siang, letusan terlihat berhenti, meninggalkan abu hitam di awan, yang tertiup angin
Meletus Lagi
ke arah barat daya.
Baru sekitar sepuluh menit meninggalkan bukit di antara Lau Kawar dan Sinabung, di daerah
Setelah makan siang di daerah Sukameriah, kami
Sigaranggarang, tiba-tiba Armen yang duduk di melanglang Desa Mardinding, yang terletak di barat daya lereng Sinabung, Kecamatan Payung. Rumah- kursi belakang mengangkat ponselnya. Petugas pos rumah panggung berdinding papan ala adat Karo di ujung telepon mengatakan ada letusan baru, di terlihat banyak di desa ini. Di bawah dinding gunung, daerah barat. Kami menengok ke arah jendela kanan kendaraan, tapi letusan itu tak terlihat.
ada pula danau kecil, yang dipakai sebagai sumber air bagi warga desa. Desa ini begitu tenang, tak tampak
Perjalanan dilanjutkan untuk mengejar letusan kepanikan, walaupun Sinabung baru saja meletus. sampai ke Sukanalu. Tetapi masih tak terlihat. Armen
Rupanya debu letusan belum hinggap di sana.
menyarankan untuk berbelok ke kanan memotong jalan ke Simacem. Mengikuti jalan desa di lereng
Sejak di Mardinding, kami memutuskan untuk melalui Tiga Pancur, yaitu ketinggian di perbukitan,
yang terdekat dengan puncak, dari arah utara ke titik pandang yang jelas ke Sinabung. Dari ketinggian selatan mengitari gunung, kami mengikuti saran inilah saya melihat betapa suburnya Tanah Karo. Di Armen. Benar saja, sesampainya di daerah Bekrah, puncak bukit itu ada sebuah warung di tepi lembah.
Menutup mulut dengan masker. Foto: Ronald Agusta.
Pemiliknya bernama Anto, berasal dari Pulau Jawa. Ia
Hari hampir sore. Kami beranjak lagi meninggalkan menyajikan kopi khas tanah Karo.
Saya dan Syamsul memutuskan segera meluncur
Petani yang menunjukkan pada kami, tanaman
ke sana. Jalanan menurun, meliuk-liuk tajam,
cabai yang nyaris mati. Seorang ibu yang sedang Lau Kawar. Sekitar lima belas menit perjalanan, di
persimpangan jalan yang ditunjuk Anto terlihat.
menjemur bawang merah di tempat yang lebih teduh
pinggir jalan di Desa Naman, Kecamatan Namanteran,
sekumpulan ibu-ibu berkerumun di depan kantor hembusan angin pegunungan sambil menyaksikan
Cukup lama kami bertiga di Tigapancur menikmati
Setelah berbelok ke kiri, tiba-tiba di depan banyak
agar terlindungi dari abu. Seorang anak sedang
Sinabung yang berdiri kokoh. Sekitar pukul empat membantu ibunya menyiram cabai. Juga petani yang koperasi. Mereka adalah para pengungsi dari Desa
orang berhamburan ke luar rumah, menghalangi
sore, barulah Tim Geomagz beranjak meluncur ke jalan. Seorang di antaranya menunjuk-nunjuk tetap menyemprotkan antihama pada tanaman yang Gurukenayan, Sukameriah, Bekrah, Simacem, pos PGA Sinabung.
ke langit. Kami pun mendongak, kepulan abu
sudah kecoklatan.
Sukanalu, Sigaranggarang, Kutagugung, dan Desa
membubung ke langit. Ya, pagi itu sekitar pukul
Kutaraya.
Menjelang matahari tenggelam, sekembali ke delapan lebih, Sinabung meletus lagi. Segera
Sampai tengah hari kami berada di Desa
penginapan di Berastagi, Anto pemilik warung di kendaraan saya hentikan dan mencari lahan parkir di
“Kami disuruh mengungsi oleh pemerintah Tigapancur, menelepon saya. Katanya, ada letusan jalanan yang sempit itu.
Batukarang, di barat daya Sinabung. Dari situ, kami
daerah, kadang malam kadang siang, karena kalau baru. Karena hari sudah gelap, kami memutuskan
pun beranjak ke dataran tinggi Tigapancur. Di tengah
perjalanan ke selatan itu, terlihat pemandangan hujan lebat bisa longsor,” ujar seorang ibu di tempat
kontras dengan Desa Batukarang, yaitu hamparan kembali lagi ke sana esok pagi, untuk meliput desa- pengungsian. “Jantung kami sudah lemah semua,
Dengan sedikit berlari untuk mendekat, kami
tadi siang kami lari dari ladang jam dua belas, desa yang yang dihujani abu vulkanik.
mengabadikan reaksi warga desa terhadap letusan
huma dan kebun yang hijau bersih tergelar. Arah angin
itu. Ada warga yang segera menutup mulutnya
memang tidak dapat diduga, kadang berhembus ke karena kami diberi kabar untuk waspada, untuk
Reaksi Warga
dengan masker. Ada pula yang menutup rambutnya
barat daya, dan mungkin suatu ketika angin bisa mengosongkan kampung,” sambungnya. Siang itu
Rabu, 30 Oktober 2013. Pagi-pagi benar, kami berhembus ke sini, ke selatan, mengantarkan abu padi, kentang, jagung, tomat, cabe, kopi, dan jeruk
dengan sarung. Sapi yang termangu seolah mencium
bau kepulan abu vulkanik. Petani yang terpaku
milik mereka sudah rusak semua.
langsung meluncur ke Tigapancur. Sekitar pukul
vulkanik.
diam melihat kebunnya diselimuti abu. Seorang ibu
tujuh pagi, saya dan Syamsul telah berada di warung,
segera mengeluarkan kedua anaknya dari rumah
Siang itu kami beristirahat di warung Anto dan Pulang dan Harapan
pinggir lembah yang berhadapan langsung dengan sambil mengacungkan lengan menunjuk langit. Dua
Jumat, 1 November 2013, pukul enam pagi, kami Sinabung. Di puncak gunung tampak kepulan abu perempuan segera keluar dari gudang penyimpanan
tetap waspada. Menjelang sore, Geomagz mampir
kembali ke PPGA. Di Desa Surbakti, kami melihat meninggalkan Sinabung untuk kembali ke Bandung. berwarna putih masih membubung ke langit. Langit hasil panen. Ada pula lelaki yang tetap mencuci
cerah. Kata Anto, menjelang pukul empat dini hari, Karena khawatir Sinabung meletus lagi lebih besar,
jejeran petani sedang memanen bawang daun.
terjadi letusan yang cukup lama dan besar, sehingga Mereka bersimpuh duduk di tanah, memilah-milah kami menyusuri jalan antara Berastagi-Medan.
kendaraan dari abu dini hari seolah tak peduli pada
abunya masih terlihat. daun bawang, sambil bernaung di bawah payung- Namun, hamparan tanah yang dipenuhi pepohonan
datangnya letusan baru.
hijau dan pemandangan yang indah di sepanjang Anto melanjutkan, “Akibatnya, Desa Batukarang, lurus di jalanan berdebu ke Desa Batukarang. Di
Setelah itu, Geomagz kembali bergerak meluncur
payung yang berwarna-warni. Mereka bekerja seakan
berkejaran dengan waktu. Setelah mampir ke PPGA perjalanan pulang ini kerap mengenyampingkan di Kecamatan Payung, dihujani abu. Bila ingin ke sana,
Sinabung, menjelang mentari tenggelam, kami kekhawatiran itu dan memunculkan harapan. Bapak tinggal mengikuti jalan ini menuruni lembah. seperti petani yang tetap membajak tanah yang
sana pun beragam reaksi warga yang kami rekam,
Ya, harapan agar bencana segera berlalu. Semoga Saat ada persimpangan, ambil jalan yang ke kiri. Ikuti
kembali ke Berastagi.
tidak terjadi letusan yang lebih hebat. Semoga jalan itu terus, nanti bakal tiba di Desa Batukarang.” tidak ada korban bila terjadi longsor atau banjir Kamis pagi, 31 Oktober 2013, setelah dua lahar dingin yang menerjang kampung dan ladang.
warnanya telah berubah bercampur abu vulkanik.
Kembali ke Lau Kawar
hari meliput Sinabung, kami memutuskan untuk Semoga pula abu vulkanik yang menghambur itu mengunjungi Gunung Sibayak, berjarak sekitar 20 dapat lebih menyuburkan dataran tinggi yang indah kilometer ke arah timur Berastagi. Inginnya dapat ini. Semua harapan itu beralasan. Betapa tidak, di melihat Sinabung dari ketinggian Sibayak. Tapi apa sebagian besar waktu yang kita alami, gunung api itu, daya, kabut pagi itu cukup tebal sehingga pandangan
meski ada kalanya mendatangkan bahaya, bahkan tidak jelas. Kawah Sibayak hanya terekam di sela-sela bencana, tetapi lebih banyak diam dan memberikan
kabut.
begitu banyak manfaat kepada kita. ■ Dari Sibayak, kami mengunjungi Bukit Gundaling Penulis adalah fotografer dan trainer jurnalistik.
di Berastagi. Konon dari atas bukit yang banyak dihiasi bangunan bekas penjajah Belanda, dapat melihat Sinabung dengan jelas. Ternyata di sana pun kabut masih bersimaharajalela, sehingga Sinabung tidak terekam jelas dari sana.
Menjelang tengah hari, kami meluncur ke PPGA Sinabung. Di sana kami bertemu dengan ahli gunung api Indyo Pratomo, yang menyempatkan diri dari Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) IAGI di Medan untuk mengunjungi pos pengamatan di Tanah Karo ini. Setelah makan siang, ditemani Indyo, kami mengunjungi Lau Kawar, untuk melihat lagi rekahan Sinabung yang cukup panjang menganga dan mengepulkan asap dari lerengnya. Namun, sayang, kabut belum menghilang, sehingga lereng gunung
Mengabadikan letusan dari jarak dekat. Foto: Ronald Agusta.
tak terlihat.
3°16'00" LS
3° 16' 00" LS
PETA RELIEF GUNUNG SINABUNG DAN SEKITARNYA,
KABUPATEN KARO, SUMATERA UTARA
98°19'00" BT
98° 33' 30" BT