Hal yang Ada Sekarang dan Gagasan
Hal yang Ada Sekarang dan Gagasan
Di atas disinggung gagasan membangun terowongan serbaguna, gagasan yang bagus. Anggap saja pengarah bagi pemikiran selanjutnya menghadapi masa depan. Sebenarya, ada hal yang pernah membuat saya berpikir-pikir keras. Itu tak lain gara-gara tidak terduga-duga muncul di depan saya seorang mantan mahasiswa di ITB. Ia berniat menggandeng saya dalam tugas berhadapan dengan yang ia rasakan berat, yaitu mengelola tempat pembuangan sampah akhir (TPA) limbah BBB, bahan beracun dan berbahaya. Gawainya sudah ada dan mulai digunakan! Jadi, fait accompli.
Danau Sunter timur. Foto: Oki Oktariadi.
Selama berhari-hari saya benar-benar seperti menyambangi kantor BMKG di Jalan Cemara, “dihantui”. Karena barangnya sudah berfungsi, lalu Bandung, yaitu pada pada 1 Oktober 2013. apa yang harus saya lakukan dan bagaimana caranya? Apa yang tersedia adalah pernalaran yang didasarkan
Saya mendengar bahwa di daerah Bandung
pada keahlian yang saya miliki. Tempat BBB di dan sekitarnya hanya ada tiga sukat hujan, yaitu di daerah berpenduduk. TPA itu memang agak jauh lapangan terbang Husen Sastranagara, di halaman dari permukiman, tetapi di dekatnya ada alur kecil kantor BMKG, dan di Lembang. Tidak sempat cermati yang ujungnya masuk ke sungai induk. Saya hanya sukat dewasa ini, tetapi dari jarak yang tidak terlalu mengandalkan profesionalisme, sebagai seorang dekat saya melihat kemiripan dengan yang lama, anggota Association of Engineering Geologists yang kecuali berubah sedikit. berpusat di Amerika Serikat sejak bertahun-tahun.
Saya mengerti jika tindakan BMKG hanya
Apa yang selalu saya ingat tertera dalam Code of Ethics mengelola tiga sukat didasarkan pada lingkup asosiasi itu dan berbunyi, di antaranya, sbb: ‘It shall tugas, dan pertimbangan kemanfaatan dalam
be considered unprofessional to make any statement hubungan kerja. Karena BMKG ditempatkan dalam that is not based on sound knowledge’. Maka itu, lingkungan Kementerian Perhubungan, tempat sukat
Ciliwung hulu.
setelah saya pelajari semua yang dihadapkan kepada juga disesuaikan dengan lingkungan kewenangan.
Foto: Oki Oktariadi.
saya, saya membuat laporan. Bahan isinya didasarkan Di Kantor BMKG selain sukat hujan juga terdapat pada ‘ilmu yang saya miliki’, sesuai dengan asas itu. perlengkapan lain yang diperlukan. Sukat yang di Hal yang juga jadi pedoman pasal yang berbunyi to Lembang saya kira berada di halaman Teropong
bersenggat, bergaris-garis dengan jarak antargaris 1 tonjolan, tepatnya di pinggir jalan raya. Di Bogor, the best of my ability and to the best of my believe, Bintang, karena di ITB, dulu, bidang meteorologi
cm, dan garis tebal desimeter. Itulah garis penunjuk ada jalan raya menjulur lurus dari Istana Bogor sejauh kemampuan dan sejauh keyakinan saya.
dan geofisika di bawah satu atap dengan astronomi.
ketinggian muka-air sungai, atau dalam hal bendung
lebih-kurang ke arah barat kemudian membelok ke
Manggarai, saluran air yang berasal dari pintu air utara, lurus menuju ke jembatan Satuduit. Di dekat Semua pihak juga tahu, pemantauan terus-
Semua itu tindakan yang masuk akal.
jalan yang membelok itu dulu berdiri tugu P. Tentu menerus harus dilakuan. Pokok perhatian tertuju
Katulampa. Meskipun bukan sungai alam, saluran dari
Katulampa di sepanjang jalan menuju ke Manggarai, saja ada alasan, mengapa tugu atau pilar P ada di kepada curah hujan, karena itu yang jadi sarana ‘pengamatan titik’, Inggrisnya point observation.
Kita tahu, data curah hujan diperoleh dari
memperoleh banyak air dari daerah kanan-kirinya, sana. Tak lain, alasan banglas, karena dari sana pengangkutan semua barang yang dapat larut. Jika data untuk Bandung Raya yang ada hanya dari
apalagi setelah semua terbangun. Jadi, dapat kiranya orang dapat memandang dengan tiada halangan ke Titik pemantauan juga di dekat alur kecil tadi. Sukat tiga titik, tentu saja hal itu tidak akan mencukupi.
sejumlah titik lain yang bertugu tingkat-tinggi. Entah hujan tersedia. Yang kedua, memantau limpasan dari Jumlah sebesar itu, jelas tidak mungkin menghasilkan
kita bayangkan betapa besar jumlah air asal-limpasan
apa alasannya, di awal 1950-an, saat kita sudah TPA BBB, yang setiap saat dapat memberi isyarat, gambaran yang kita ingin tahu. Juga untuk daerah
yang kini melewati ambang di Manggarai.
merdeka, tugu itu lenyap dan sebagai penggantinya kalau-kalau ada sesuatu kelainan yang mengarah ke Jabotabek, saya kira tidak lebih baik, meskipun Ibu
Di atas disinggung tujuan sistem pengelolaan air muncul air mancur, ‘tanpa potongan’ alias jelek. sesuatu yang memerlukan tindakan cepat. Sampai kota Negara.
permukaan yang bertujuan membuat Batavia jadi
Itulah contoh, bahwa kita tak hirau sejarah, tidak di sini tamatlah babak kisah keterlibatan saya dalam
layak huni. Dulu, nama Bovenstad (Kota-Atas) dengan
Weltevreden (artinya, sangat puas), Benedenstad urusan TPA BBB tersebut. paham yang disebut tugu trianggulasi. Meskipun ada
Setiap kali ada berita banjir di Jakarta tidak
(Kota-Bawah) dan sekitarnya penuh dengan nama GPS unduhan dari Internet, fakta lapangan (ground Kini yang muncul sesuatu yang besar. banyak orang yang tidak dapat membayangkan apa
ketinggalan disebut ‘angka’ dari Katulampa. Saya kira
truth) tetap berguna. Kini air mancur itu juga sudah
Belanda. Belanda merencanakan semua, karena
Meskipun kali ini saya bukan pribadi dihadapkan yang dimaksudkan dengan itu. Kita perlu tahu duduk
sudah berabad-abad bergumul dengan air, dan disingkirkan.
Ada hubungan antara pilar trianggulasi peringkat jangan menggunakan setiap kesempatan sebagai
pada soalan yang sebenarnya, saya berpendirian perkaranya. Untuk itu kita perlu menyimak sejarah.
sebagian negerinya di bawah paras atau muka laut.
alasan untuk mendapatkan proyek. Seperti kita lihat,
Bendung dan pintu air di Katulampa berdiri di
Negeri itu, selain bernama Holland (Negeri Cekung), tertinggi di Kota Bogor yang mudah dijangkau
itu dengan pengukuran topografi. Dalam proses banyak tindakan berujung jadi beban piutang bangsa.
waktu Belanda mulai membangun tata-kelola (sistem
juga Nederland (Negera Bawah).
Cikal-bakal tata kelola air itu muncul ketika Sebagai bangsa yang sudah 68 tahun merdeka, selanjutnya, dipastikan penempatan bendung modal berupa alaman sudah sangat mencukupi. Dalam kaitan ini ‘bangunan air’ yang paling awal
pengelolaan) untuk membuat Batavia layak huni.
Belanda di tahap dini bersiap-siap menciptakan Ciliwung dan pintu air Katulampa berdasarkan
bantuan titik P itu. Tapak bendung Katulampa adalah Untuk menghadapi masa depan kita, siasat kita harus
berdiri adalah bendung dan pintu air. Bendung adalah
sistem bagi seluruh daerah, termasuk ibu kota, yang
terbaik. Saya belum merunut sejarah, tetapi yang mengandalkan daya cipta sendiri,
penghalang aliran Ci Liwung, sungai terpenting
ketika itu bernama Batavia. Sebagai acuan pangkal,
Perhatian Pemerintah DKI Jakarta tertuju pada yang menguasai ibu kota. Dengan itu sebagian
sudah pasti pilar P di depan Istana Bogor sudah
didirikan Priok peil. (Perhatikan, itu ucapan Belanda,
cara mengatasi banjir. Pangkal banjir adalah curahan liran Ci Liwung disadap, airnya diperuntukkan untuk
yang jika Melayu tentu ‘periuk’). Itu tanda atau lenyap.
Bendung berguna untuk menyadap sejumlah tahun 2011 angka curah hujan Indonesia tidak lagi digali sepanjang tepi kiri jalan besar Buitenzorg-
air dari langit. Saya kaget ketika tahu bahwa sejak mengelola tata air ibu kota, dengan saluran yang
markah untuk menentukan muka-air laut (atau paras
laut) rerata. Itu pula titik awal atau pangkal semua air sungai. Sudah pasti di sana juga ditempatkan tersedia secara lengkap.
Batavia (sekarang Bogor-Jakarta). Air mengalir
ukur-mengukur, dan dari sana pula tindak selanjutnya
sebuah sukat. Pihak yang berkewajiban mengelola—
menyebar ke seluruh pelosok untuk membangun termasuk memantau—ketinggian air di bendung Badan Meteorologi dan Geofisika masih ada,
menuju pintu air di Manggarai dekat Jatinegara.
yang disebut jejaring trianggulasi. Semua titik yang maupun sukat hujan adalah pihak ‘irigasi’. Dalam tetapi beban tugas bertambah dan namanya lebih
Berapa banyak air yang terlibat dalam penataan
perkembangan zaman, kita mengenal ‘Pengairan’, panjang, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
ini perlu diketahui. Untuk itu, di semua titik penting
menonjol dimanfaatkan, seperti puncak gunung.
karena ‘mengairi’ dalam bahasa Indonesia dan irigere Geofisika (BMKG). Ada saat saya banyak berhubungan
perlu ada gawai guna mendapatkan angka. Jadi
dengan kelembagaan yang dulu kantornya di Jalan di Katulampa dan Manggarai terdapat gawai itu, pembangunan jejaring itu. Ada titik berperingkat dalam bahasa Latin maksudnya sama. Gereja Inggris ini, kini di daerah Kemayoran, bekas selain sukat hujan (penakar hujan, rain gauge)
Tidak hanya puncak gunung yang berguna dalam
Seperti lazimnya kini, setiap berita yang disebarkan lapangan terbang. Saya sekali berkunjung ke sana. untuk mengukur curahan hujan. Selain itu, ada
tertinggi, titik P, singkatan Primair (pratama) yang
ditempatkan sebagai triangulasi bukan di puncak oleh berbagai media, mulai dari radio, koran, TV Kini yang yang dapat saya lakukan hanyalah sebatas papan duga, juga di Manggarai. Bentuknya papan
gunung, melainkan di suatu lingkungan yang tiada hingga Internet, jika ada banjir di Jakarta, yang gunung, melainkan di suatu lingkungan yang tiada hingga Internet, jika ada banjir di Jakarta, yang
Darat (yang juga mengurusi lalulintas di sungai) tidak
bekerja. Dalam pengawasan gunung api berbahaya,
yang kita hadapi, seperti juga dapat disaksikan akhir-
terlepas dari soal curahan hujan.
kepetingan itu tampak jelas karena berkaitan besar
akhir ini. Sebagai dedasarnya saya sebut ekapraya,
serta lamanya curahan hujan dengan aliran lahar.
dan itu tak lain adalah apa yang dengan ‘bungkus
Beberapa ruas jalan, baik jalan raya, jalan tol, dan jalan keretapi, yang rentan gerakan tanah.
Dari segi-pandang luas, tali-hubungan Badan
asing’ dewasa ini sudah didengung-dengungkan, Sebagai seorang yang pernah bertahun-tahun synenergy, yang tidak semua orang memahami Geologi dan BMKG memang perlu dibina. Di zaman penjajahan, dalam lingkungan Badan Geologi,
apalagi menghayati.
bertugas menangani ihwal gerakan-tanah, saya tahu ruas jalan keretaapi yang rentan terdapat di antara keterdapatan sukat hujan dimulai di kantor-pusatnya di Bandung, berlanjut ke semua pos pengawasan
Apa sebenarnya ekapraya atau synenergy itu?
dekat Ciganea. Sejak beberapa tahun yang lalu, gunung api di seluruh negeri. Ketika itu, di Gunung
Bogor-Sukabumi, antara Sukabumi-Lampegan, dan
Pelaksanaan mewujudkan Jakarta bebas banjir tidak
mungkin tiba-tiba. Sebaiknya hal itu dilakukan lewat
jalan tol Jakarta-Bandung jadi pilihan karena jarak Merapi, Jawa Tengah, terdapat empat pos, masing-
tiga atau empat tahapan. Berturut-turut tahap
diperpendek dan jalan itu bebas-hambatan. Di ruas masing dengan sukat hujan. Instansi yang juga
ancangan, kemudian disusul tahap pemantapan,
Purbaleunyi, khusus di sekitar km 90-92, diketahui mengurus sukat hujan adalah Pengairan dan Camat. Komunikasi berlangsung lewat ‘telepon
dan yang terakhir tahap pelaksanaan kerja. Ini tentu
tanahnya selalu bergerak. Pangkal penyebabnya
Kebun teh, Puncak. Foto: Oki Oktariadi.
hanya usulan, karena gambaran permasalahan
adalah air dalam tanah yang jadi pemicu gerakan bila
ontel’ dan pergerakan lahar—jika mengancam—
sudah mantap, yaitu membangun sistem, bukan
kadarnya meningkat, yaitu di kala ada hujan.
setiap saat diberitahukan kepada pihak berwenang.
Perkara gerakan tanah sudah disinggung. Dalam kemudian berdengung di telinga adalah ketinggian
kelembagaan baru dengan anggaran sendiri.
Direktorat Jenderal Pengairan, termasuk Pusair menghadapi gerakan tanah, ketika itu andalan air di bendung Katulampa. Kadang-kadang ada
atau Pusat Penelitian dan Pengembangan Air adalah didasarkan pada angka curahan, karena iklim tambahan, tentang ‘kiriman air dari Bogor’. Akhir- sendiri, karena sejak tahap tiga, ‘sistem merekacipta’-
Itu sebabnya tahap keempat tidak harus berdiri
pihak yang sangat berkepentingan seperti tersurat masih ‘normal’. Jawa Barat musim hujan memiliki akhir ini juga disebut-sebut perkara ‘rob’, istilah yang
pada namanya. Bahasan mengenai perkara banjir dua puncak, November dan Maret, dan yang kami berasal dari Semarang untuk pasang naik, terutama
lah yang bekerja. Dengan kata lain, setelah tahap
lakukan hanya menunggu telepon di saat gawat. saat bulan purnama. Tetapi biasanya tanpa disertai kerja merekayasa semua pesusun (komponen),
pemantapan berakhir peralihan mulus ke pelaksanaan
Jakarta sudah terwakili sejarah bendung dan pintu-air
angka besaran, karena orang tidak memilikinya. Dalam upaya berekapraya ini Kementerian
Katulampa di atas, yang semua dalam kewenangan
masing-masing dalam kerangka kewenangan.
instansi urusan pengairan ini.
Negara Lingkungan Hidup perlu ikut serta, meskipun
Hal yang sangat penting dan segera harus dimulai
Pihak yang secara organisasi juga sangat banyak perkara sukat hujan masih perlu dipastikan. Hal
Berekapraya Merekacipta Jakarta Bebas Banjir
berhubungan dengan air adalah Badan Geologi ini disebabkan karena sifat kementerian ini yang Di atas diuraikan peran data dasar dan tindakan
adalah membangun hubungan kerja antarpihak yang
berbeda dengan yang lain yang bersifat keteknikan. Belanda sejak awal. Sejak kita merdeka, kita seakan- yang paling berkepentingan adalah Pemerintahan
ada dan semuanya memiliki kepentingan. Pihak
sebagai bagian dari Kementerian ESDM. Kepentingan
timbal-balik terdapat di antara Pemerintah DKI Air itulah pokok yang jadi pangkal kerja yang datanya akan tak hirau akan hal itu. Kita cenderung menyikapi
dan badan atau instansi yang kini bernama Badan digamak (diperoleh angkanya, di-assess) dengan semua yang kita hadapi sebagai hal ‘wajar’, seperti diperoleh terutama dari hulu Daerah Aliran Sungai
DKI. Sumber banjir ialah air dari langit, dan curahan
Geologi. Dalam hubungan ini apa yang perlu sukat, dinasab dengan angka dari papan duga. Di kita temukan dalan ungkapan Belanda op zijn (DAS) Ciliwung yang termasuk Provinsi Jawa Barat
ditampilkan adalah yang berikut. Dulu setiap bor- waktu mendatang, semua sukat dari jenis swarekan, achterpoten terecht komen, jatuh di kaki belakang. (Jabar), sehinga Pemda Jabar terlibat.
dalam ada arsipnya di Badan Geologi. Itu sebabnya dan dengan bantuan pengindera (sensor) semua Itu kiasan yang kita temukan jika kucing jatuh dari
Tim Data Dasar disebut di atas dapat membuat terhubung dengan papan-pantau. Ihwal papan ketinggian berapa pun, jatuhnya pasti dengan kaki
gambaran trimatra cekungan artois Jakarta. Berbagai pantau perlu diagendakan, karena kehadirannya belakang. Dengan kata lain, ‘Toh semua beres’.
Hal yang tidak boleh dilewatkan adalah letak Kota
Bogor yang sangat khas, dari dua sudut pandang,
gejala seperti menurunnya tanah, cemaran lapisan selain di operation room DKI, bisa saja ada yang
Pada tahun 1960-an badan yang bernama terletak di legih (pemisah air) dua sungai besar, Ci pembawa air tersebab penyelesaian sumur bor yang memerlukan. Inilah inti sistem ekapraya yang Kopro Banjir masih sering terdengar. Pada hemat Liwung dan Ci Sadane. DAS dua sungai itu perlu
rupabumi dan iklim. Dari segi rupabumi, kota itu
tidak sempurna, dsb., masih diikuti oleh Badan dimaksud, yang tujuan akhirnya kelak merupakan saya, itu pertanda bahwa sejarah tata kelola air Ibu
Geologi, entah selanjutnya.
bagian dari Sistem Gawar Dini Banjir DKI (Megapolitan
kota terputus dalam segala seginya. Pemutusnya Jakarta Early Flood-Warning System).
mendapat perhatian khusus, tersebab ada di tiga
provinsi, DKI, Jawa Barat dan Banten yang dilaluinya.
Tidak hanya Jakarta yang mengalami
Lingkup kegiatan berekapraya cukup luas, kepada konsultan (asing), dengan pembiayaan yang
adalah Masa Pembangunan ketika semua diserahkan
Jadi, kalau dilihat dari segi kepamongprajaan ada tiga
perkembangan sangat cepat, juga semua bidang
kegiatan yang lain. Sekadar ilustrasi tambahan, terutama pada tahap awal. Saya pikir upaya sumbernya juga dari luar. Semua berkembang terus,
pemerintahan daerah yang terlibat, yaitu DKI, Jawa
catatan pribadi, dipungut secara sambil-lalu, berekapraya juga memiliki segi yang bisa dan sejarah terlalu rumit untuk dirunut.
Barat, dan Banten.
mengenai Kompleks Perumahan Bintaro Jaya. dimanfaatkan untuk keperluan mendidik para calon
Untuk menghadapi masa yang ada di depan, kita Itu contoh kompleks yang muncul sejak dua ahli, S2 dan S3. Jadi, hal yang juga perlu jalinan
Dari segi iklim, Bogor adalah kota basah, dan
itu karena hujan jatuh sepanjang tahun. Meskipun
harus pandai-pandai menelusuri benang yang harus
dasawarsa yang lalu. Perumahan yang dibangun dengan perguruan tinggi. ■
sekarang iklim berubah, letak kota tetap, tetapi
jadi harapan. Tidak mungkin soalan itu diserahkan
oleh pengembang swasta di batas barat DKI itu, kini
luasnya berubah karena membesar. Hujan tercurah
kepada orang-seorang atau sebarang pihak. Kita
menyatu dengan Bumi Serpong Damai. Persediaan Penulis adalah Geologiwan senior
sepanjang tahun karena angin yang membawanya
harus segera bertindak. Siapa yang harus mulai
air Bintaro Jaya mengandalkan sumur-bor. Rupanya
tetap terpaksa naik gunung.
tidak terlalu jadi masalah. Pada hemat saya, yang
ada upaya memantau perkembangan penyadapan
terpenting sebagai ancangan adalah menemukan
Dari segi sejarah, ‘juru kunci air’ adalah
air tanah lewat sumur-pantau. Apakah ada instansi
usulan kongkret. Anggap saja, tulisan ini sebagai kelembagaan yang kini bernama Badan Meteorologi,
yang mengikutinya? Itu hanya satu segi kecil dalam
salah satunya. Semenjak apa yang saya uraikan di Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Upaya
tata kelola air di masa mendatang. Pada masa kini,
atas, sumber daya manusia sudah berlipat ganda, menemukan anjungan keserempakan gerak dan
perkara air tanah adalah urusan Badan Geologi dan
dan ilmu serta teknologi sifatnya sudah mendunia.
langkah, kesepakatan dasar air dari sudut nasional
itu bermuara dalam bentuk peta hidrogeologi.
tidak hanya urusan Kementerian Perhubungan,
Sebelum menginjak ke bagian yang pokok, hemat
Tugas Badan Geologi juga mengurus penjagaan
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, organisasi
saya yang dapat digunakan adalah keyakinan bahwa
gunung api. Di pedalaman DKI hanya ada sebuah yang
payung BMKG. Direktorat Jenderal Perhubungan
Guna memenuhi kebutuhan akan air domestik, air tanah dangkal (shallow aquifer syetem) telah lebih Jakarta belum dapat sepenuhnya mengandalkan dulu dimanfaatkan untuk sumber air baku penduduk, fasilitas pengolahan air bersih yang bersumber dari baik di perkotaan maupun di pedesaan. Sejak saat air permukaan. Sebagai contoh, pada pertengahan itu, air tanah dalam jadi sumber air baku untuk air 1990 produksi pengolahan air tercatat sebesar 347 minum di beberapa kota di Jawa. Pada masa itu
Air Tanah
juta m 3 per tahun yang diperkirakan hanya mampu pemerintah kolonial Belanda pun memandang perlu melayani 25-30% dari total kebutuhan domestik dan
dan Pembangunan Bawah Tanah
melakukan pengelolaan air tanah dan memasukkan 45% dari jumlah kebutuhan industri dan kegiatan topik air tanah dalam serangkaian peraturan tentang
komersial lainnya. Oleh sebab itu kebutuhan akan air di Jawa dan Madura. air tanah menjadi besar (Maathuis, d.r.r., 2000).
Jakarta
Kini, pertumbuhan penduduk dan ekonomi
Pemenuhan kebutuhan akan air tanah untuk industri
yang terus meningkat berimbas pada pemanfaatan
dan komersial diperoleh dari sumur bor dalam (deep
air tanahnya yang diperkirakan mencapai 80%,
wells).
sedangkan industri memiliki ketergantungan terhadap
Oleh: Haryadi Tirtomihardjo
Sejak awal kelahirannya, Jakarta telah menjadikan
air tanah hingga 90% dari seluruh total kebutuhan
air. Akibatnya, di Jakarta terjadi penurunan kuantitas, akarta, ibu kota Republik Indonesia, terus
air tanah sebagai sumber pemenuhan kebutuhan air
J merupakan sumber air yang penting untuk ibu kota
kualitas, dan lingkungan air tanah seperti debit air tanah yang menurun secara drastis, pencemaran
berkembang dengan sangat pesat sehingga kini akan membangun infrastruktur di bawah
air tanah, dan amblesan tanah. Keadaan ini dan tanah. Sejak awal berdirinya, air tanah
pengaruhnya terhadap bangunan bawah tanah perlu
diketahui secara lebih terinci dan dilibatkan dalam ini. Jumlah penduduk dan aktivitas pembangunan
pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan ruang bawah tanah Jakarta.
telah menyebabkan tekanan pada air tanah Jakarta. Penggunaan air tanah dari dasawarsa ke
Cekungan Air Tanah dan Sistem Akuifer
dasawarsa yang terus meningkat hingga saat ini telah menimbulkan beberapa dampak penting, baik
Jakarta secara umum beriklim tropis. Musim kuantitas maupun kualitas, yang perlu segera diatasi.
kemarau berlangsung pada Juni, Juli, Agustus, dan Konservasi air tanah telah dilakukan dan perlu terus
September; dan musim penghujan berlangsung pada dilakukan untuk mengatasi dampak tersebut.
Januari, Februari, Maret, dan Desember. Menurut FAO (2004), curah hujan bulanan rata-rata di wilayah
Jakarta sebagai pusat pertumbuhan ekonomi ini sekitar 150 mm/bulan; curah hujan paling tinggi, dan industri di Indonesia pun kini dituntut untuk
300 mm/bulan, terjadi pada Januari dan Februari; dan mampu menata ruang di bawah tanahnya. Dalam
curah hujan terendah, yakni 43 mm/bulan, terjadi kaitan ini, upaya konservasi air tanah Jakarta perlu
pada Augustus. Temperatur udara harian maksimum menjadi perhatian, karena pembangunan di bawah
C, dan minimum antara tanah Jakarta jangan sampai berbenturan dengan
antara 28,8 o
C dan 32,4 o
C, sedangkan rata-ratanya antara upaya konservasi air tanah tersebut. Untuk itu, bukan
22,8 o
C dan 24,0 o
26,2 o
C dan 27,0 o C.
saja kondisi batuan di bawah tanah Jakarta yang terlebih dahulu harus diketahui, melainkan juga
Menurut BMG tahun 2005, kini BMKG, distribusi keadaan air tanahnya. Informasi terkini tentang air
curah hujan (CH) tahunan rata-rata tertinggi, lebih tanah dan kendala yang mungkin ditimbulkannya
dari 3.000 mm/tahun, dijumpai di bagian selatan dalam pembangunan bawah tanah Jakarta mutlak
cekungan, yaitu di sekitar daerah Depok, yang diperlukan dan dipahami terlebih dahulu oleh semua
berkurang secara bertahap ke arah utara. Masih pihak yang terkait pembangunan tersebut.
menurut sumber yang sama, CH paling rendah,
Peta geologi wilayah Jakarta.
kurang dari 1.500 mm/tahun, terjadi di daerah
Penduduk, Kebutuhan akan Air dan Peran Air
Peta Cekungan Air Tanah (CAT) Jakarta tanpa skala, berbatasan dengan
dataran pantai wilayah Tangerang, dan CH tahunan
Tanah
CAT Karawang-Bekasi di sebelah timur, CAT Bogor di selatan, dan CAT Serang-Tanggerang di barat, dengan garis warna biru menunjukkan batas
rata-rata berkisar antara 1.500 - 2.000 mm. Inilah
domestik) maupun untuk industri sangat besar.
Penduduk Jakarta terus tumbuh dengan pesat.
CAT, mengandung informasi tentang potensi atau produktivitas air tanah
segi hidrometeorologi atau sumber air yang berasal
Dengan mengambil standar keperluan air WHO
Jakarta pada 1950 dihuni sekitar 1,5 juta jiwa yang
yang ditunjukkan oleh warna peta, yaitu: produktivitas/potensi sangat
dari atmosfer atau air meteorik –termasuk air hujan–
meningkat lebih dari tujuh kalinya pada 2010 menjadi yang mempengaruhi keberadaan air tanah di wilayah
untuk perkotaan, 150 liter/orang/hari, Jakarta
tinggi-tinggi, warna biru tua-biru; sedang-rendah (hijau-hijau muda),
pada 2010 (jumlah penduduk 9.607.800 jiwa)
sangat rendah – daerah langka air tanah (kuning – coklat).
Jakarta.
11,5 juta jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 14.469 jiwa per km 2
memerlukan 1,441 miliar liter/hari atau 1,441 juta
. Pertumbuhan penduduk pada
Air meteorik yang jatuh di wilayah Jakarta
penduduknya. Air dari sumur bor yang dibangun dalam perjalanannya menjadi air tanah-bidang yang diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun
meter kubik (m )/hari atau 526 juta m /tahun. Pada
periode 2000-2010 sekitar 1,4% per tahun yang
2012, kebutuhan air domestik itu naik menjadi 1,490
menjadi kajian hidrogeologi-sangat dipengaruhi oleh
juta m 3 /hari atau 544 juta m 3 per tahun. Angka-
pada 1848 di Benteng Fort Prins Hendrik Batavia,
berikutnya. bentang alam, tutupan lahan, dan kondisi batuan
angka tersebut belum memperhitungkan kebutuhan
daerah sekitar Masjid Istiqlal Jakarta kini, selain
Jumlah penduduk dan aktivitas pembangunan sumber air bagi kebutuhan Jakarta juga merupakan air untuk industri dan kegiatan komersial lainnya di bawahnya. Bentang alam Jakarta dibagi menjadi yang terus meningkat, kebutuhan akan air untuk
awal pemanfaatan air tanah pada sistem akuifer sehari-hari di Jakarta. Jumlah kebutuhan akan air ini tiga satuan, yaitu Satuan Dataran Aluvial Pantai di Jakarta, baik untuk penduduk sehari-hari (kebutuhan
utara, Satuan Kipas Volkanik Bogor di selatan, dan
akan terus meningkat di masa mendatang.
dalam (deep aquifer system) di Indonesia. Ada pun dalam (deep aquifer system) di Indonesia. Ada pun
Jumlah Sumur Produksi dan Pengambilan Air Tanah Jakarta 2012
Kadang-kadang digunakan istilah akuifer semi tertekan untuk akuifer
Kota
Kecamatan
Jumlah sumur
Qabs
Qabs
yang dibatasi oleh lapisan akuitar
[m 3 /hari]
[juta m 3 /tahun]
kurang sempurna atau akuitar yang
Cempaka Putih
masih mampu mengalirkan air.
Gambir
Parameter akuifer lainnnya yang
Kemayoran
penting adalah konduktivitas dan
35 Jakarta Pusat 1.061,56
Menteng
Penampang CAT Jakarta dari Selatan ke Utara memperlihatkan empat kelompok akuifer I
transmisivitas. Konduktivitas (k),
Sawah Besar
(tidak tertekan), II, III, dan IV (tertekan atasm tengah, dan bawah), akuitar (lapisan berwarna
sering disebut koefisien permeabilitas
Senen
hijau) dan ilustrasi sumur bor pada beberapa lokasi terpilih berikut kedalamannya, batuan
atau permeabilitas batuan adalah
Tanah Abang
dasar/alas, daerah imbuhan dan daerah lepasan.
kemampuan batuan dalam meloloskan
air dinyatakan dalam satuan panjang per
Satuan Volkanik Muda di selatan dari barat ke timur.
waktu (misal: m/detik). Konduktivitas
Cipayung
Sedangkan tutupan lahan di daerah Jakarta sendiri tersusun oleh dua jenis, yaitu konduktivitas vertikal
pada saat ini didominasi oleh sumber daya buatan dan konduktivitas horizontal. Transmisivitas (T)
23 seperti bangunan rumah dan perkantoran. Adapun 1.854,95
Durensawit
28 batuan di wilayah Jakarta disusun oleh endapan 2.447,35
adalah kemampuan akuifer dalam mengalirkan air,
Jatinegara
34 Kuarter, berumur kl. 2 juta juta tahun yang lalu (tyl) 1.760,38
dinyatakan dalam satuan kuadrat panjang per waktu
Jakarta Timur
Kramatjati
35 hingga kini, berupa endapan rawa, sungai, dan 3.537,49 diperoleh dari perkalian antara konduktivitas dengan pematang pantai, serta kipas volkanik. Di beberapa
(misal: m /detik). Secara sederhana, transmisivitas
Makasar
21 ketebalan akuifer. 1.090,42
Matraman
Pasar Rebo
Subtotal -2
Sistem Akuifer dan Transmisivitasnya (Soefner, 1985 dalam Haryadi, d.r.r., 2012).
Cilincing
Sistem akuifer
Kedalaman [m bmt]
Transmisivitas [m 2 /hari]
Kelapa Gading
Sistem akuifer tidak tertekan
0 - 40
Jakarta Utara Pademangan
Sistem akuifer tertekan atas
Sistem akuifer tertekan tengah
140 - 200
Tanjung Priok
Sistem akuifer tertekan bawah
200 - 250
Kebayoran Baru
Pasar Minggu
tempat, terutama di bagian barat dan selatan,
Dalam sistem hidrogeologi Jakarta, akuitar
Mampang Prapatan
ditemukan batuan berumur Kuarter Bawah (kl. 2 juta yang dibentuk oleh endapan Holosen (kl. 11.000
20 tyl) hingga Tersier (lebih tua dari 2 juta tyl). 651,41 tyl - sekarang) dan aquifer yang dibentuk oleh
Setiabudi
Secara hidrogeologi, pembentukan air tanah batuan kipas volkanik berumur Pleistosen Atas (kl.
Jakarta Selatan Pasanggrahan
Kebayoran Lama
terjadi dalam suatu sistem yang disebut cekungan
2 juta – 11.000 tyl) merupakan satuan yang dapat
Tebet
air tanah (CAT), demikian pula di Jakarta. CAT Jakarta
diidentifikasi dengan mudah. Secara umum, sangatlah
terdiri atas beberapa sistem akuifer dan akuitar yang sulit atau bahkan tidak mungkin mengidentifikasi
Pancoran
setiap unit akuifer dan akuitar yang dijumpai dalam
Jagakarsa
masing-masing memiliki kedalaman, ketebalan dan
transmisivitas tertentu bergantung batuan penyusun, 4,04
urutan (sekuen) endapan laut dan non laut berumur
posisi, geometri, dan hubungan di antaranya. Akuifer 6.255,89
Kuarter. Akibatnya, sekuen tersebut sulit dibedakan,
Cengkareng
73 (Inggris: aquifer) merupakan lapisan batuan yang 4.082,71
dan merupakan sistem akuifer-akuitard yang sangat
Grogol
80 mampu menyimpan dan mengalirkan air tanah 4.926,15
kompleks. Untuk alasan praktis, dalam pembagian
Kalideres
dalam jumlah ekonomis, sedangkan akuitar (aquitard) 58
sistem akuifer yang dibentuk oleh endapan Kuarter,
Kebonjeruk
sebaliknya, yaitu lapisan batuan yang tidak mampu mengacu kepada Soekardi (1987), digunakan acuan
Jakarta Barat
Kembangan
atau kurang mampu menyimpan dan mengalirkan air 61 Palmerah
kedalaman berikut: 0-40 meter di bawah muka tanah
tanah secara ekonomis. Secara umum akuifer dibagi setempat (m bmt), 40-140 m bmt, 140-200 m bmt,
Tamansari
menjadi akuifer tertekan yang umumnya berada dan 200-250 m mt sebagai pembatas.
Tambora
lebih dalam, yaitu akuifer yang dibatasi oleh akuitar
Alas sistem akuifer-akuitar ini dibentuk oleh
yang sempurna di bagian atas dan bawahnya, dan endapan Miosene (kl. 23 juta s.d 5 juta tyl) yang
akuifer tak tertekan yang biasanya dijumpai lebih tersingkap di sekitar batas selatan cekungan. Endapan dangkal, yaitu akuifer yang bagian atasnya tidak cekungan tersebut terdiri atas endapan Kuarter yang dibatasi oleh akuitar. Di masyarakat umum, air tanah memiliki ketebalan mencapai sekitar 300 m. Ketebalan akuifer tak tertekan yang biasanya dijumpai lebih tersingkap di sekitar batas selatan cekungan. Endapan dangkal, yaitu akuifer yang bagian atasnya tidak cekungan tersebut terdiri atas endapan Kuarter yang dibatasi oleh akuitar. Di masyarakat umum, air tanah memiliki ketebalan mencapai sekitar 300 m. Ketebalan
tanah berkembang secara intensif sejak 1968 dengan
kerugian atau ancaman bagi lingkungan. Dampak
bagian tengah sampai 250 m 2 /
10,3 juta m 3 volume air tanah per tahun diambil dari tersebut antar lain berupa penurunan jumlah air tanah
hari di dekat pantai. Konduktivitas
sistem akuifer produktif melalui 325 sumur bor yang yang cukup mencolok, penyusupan air laut ke dalam
horizontal (kh) rata-rata sekitar 1,3
terdaftar. Volume pengambilan air tanah maksimum sistem air tanah di darat (intrusi air laut) sehingga
m/hari dengan kisaran 0,4-2,1 m/
sekitar 33,8 juta m 3 terjadi pada 1994 yang dipompa kadar garam (salinitas) air tanah di beberapa tempat
hari. Konduktivitas vertikal (kv)
melalui 3.018 sumur produksi. Terjadi penurunan meningkat, dan amblesan tanah.
rata-rata sekitar 2×10 -4 m/hari.
pengambilan air tanah yang cukup berarti dari 22,6
Jumlah air tanah di Jakarta telah mengalami perubahan dari waktu ke waktu yang terus menurun.
Faktor an-isotropy (kh/kv) adalah
juta m 3 per tahun pada 1997 hingga 16,4 juta m 3
sekitar 5.000 untuk sebagian besar
krisis ekonomi. Namun, pada periode setelah itu, daerah sekitar pantai, sedangkan Hal ini diketahui berdasarkan turunnya muka air pengambilan air tanah terus meningkat setiap kh/kv sekitar 500 atau 100 dimiliki tanah (MAT) yang diukur pada sumur, baik sumur tahunnya hingga mencapai 23,6 juta m 3 pada 2004. oleh sistem akuifer paling atas atau dangkal milik penduduk, maupun sumur dalam
per tahun pada 1999. Hal ini mungkin disebabkan
Volume pengambilan air tanah dan jumlah sumur produksi di Jakarta 1879-2004.
atau sumur bor melalui pemantauan secara berkala.
di sekitar batas bagian selatan CAT
Data terakhir, yakni 2012, menunjukkan volume
pengambilan air tanah yang naik kembali menjadi Istilah MAT freatik digunakan untuk MAT dari akuifer sebedar 45,55 juta m 3 yang diambil melalui sebanyak tak tertekan, dan MAT piezometrik untuk MAT dari
Jakarta.
akuifer tertekan. Dalam hal ini, data tentang MAT setiap lapisan akuifer yang terutama disusun oleh
Penggunaan Air Tanah
1.887 sumur bor produksi.
yang runut dari waktu ke waktu sangatlah penting.
Menurut Schmidt dan Haryadi (1985), pada 1918
Menurut Soetrisno, d.r.r. (1997), pada 1910, dan lempungan berkisar antara 1,0-5,0 m, secara jumlah pengambilan air tanah (Qabs) yang berasal
lapisan pasir halus dengan sisipan sekuen lanauan
Dampak Penggunaan Air tanah
ketika masa awal pemanfaatan air tanah di Jakarta,
Pengambilan air tanah sejauh ini telah muka piezometrik di daerah Jakarta Utara berada total hanya sekitar 20% dari keseluruhan sekuen.
menimbulkan beberapa dampak yang menimbulkan pada 12,5 m di atas muka laut (m.aml). Kedudukan Transmisivitas keseluruhan endapan Kuarter 100-150 m, 150-200 m, 200-250 m, dan 250-300 m
dari sistem akuifer kedalaman 0-60 m, 60-100 m,
setebal 250 m diperkirakan berkurang ke arah utara tercatat sekitar 3,42 juta m 3 /tahun. Pengambilan air
Tabel Batasan Kandungan Unsur Kimia Air Tanah yang Bersifat Korosif Terhadap Beton (Mathelumual, B.C., 2007)
Unsur yang
Sifat Korosif
Tabel Kecepatan Amblesan Tanah di Daerah Jakarta (Abidin, d.r.r., 2009)
No.
Sangat Kuat Metode
Kecepatan Amblesan Tanah [cm/tahun]
>60 mg/L Leveling survey
1982-1991
0-9
2 CO2 agresif
15-30 mg/L
30-60 mg/L
>60 mg/L GPS survey
15-30 mg/L
30-60 mg/L
>1500 mg/L InSAR
100-300 mg/L
300-1500 mg/L
200-600 mg/L
600-3000 mg/L
>3000 mg/L
dirundung sungai dan sumber air lainnya yang kualitasnya terus memburuk. Keadaan yang telah menjadi bahan
Ancaman gejalanya memerlukan teknik dan pengetahuan khusus. dari
pembicaraan sehari-hari ini kita sebut sebagai dampak
Seringkali kita baru melihat dampaknya secara nyata
lingkungan di permukaan akibat pertumbuhan kota
ketika kerusakan yang terjadi telah melampaui batas
Bawah ambang. Pada tahapan ini akan sulit bagi kita untuk Jakarta
Jakarta.
Pemerintah Daerah dan warga DKI pun telah
menanggulanginya.
melakukan sejumlah upaya untuk mengatasi masalah
Bentuk nyata akibat dari dampak ini adalah turunnya
muka air tanah, amblesan tanah (land subsidence), kalau 5 abad kemudian desa yang mereka dirikan akan tanpa kita sadari, dampak pertumbuhan kota Jakarta
Para pendiri desa Jakarta tidak pernah membayangkan dampak lingkungan di permukaan tersebut. Akan tetapi,
pencemaran di Teluk Jakarta, penurunan kualitas air
menjadi kota besar dan salah satu kota penting di sumur warga Kota Jakarta, dan pemanasan di bawah
tercinta ini tidak hanya di permukaan melainkan juga di
dunia. Perkembangan Jakarta dari desa hingga menjadi permukaan. Dampak lingkungan bawah permukaan ini megapolitan seperti saat ini telah membawa banyak hal warga beradaptasi dengan lingkungan permukaan
bawah permukaan. Di sela-sela kepenatan dan kesibukan
disebabkan oleh pembebanan kota akibat pembangunan yang positif bagi perkembangan wilayah di utara Jawa Jakarta, ancaman dampak buruk di bawah permukaan
yang menerus dan peningkatan pengambilan air tanah. Barat. Namun, pada saat bersamaan, perkembangan ibu kota ini juga harus diwaspadai sebelum menjadi
Peningkatan pengambilan air tanah terjadi akibat
itu memacu timbulnya permasalahan pelik, baik dalam tekanan kebutuhan air penduduk ibu kota. Hal ini telah bidang biogeofisik, maupun sosial, ekonomi, dan budaya.
risiko nyata yang sulit diatasi.
dirasakan secara nyata oleh sebagian warga kota Jakarta,
namun mungkin hanya sedikit yang menyadari bahwa Permasalahan dan dampak perubahan itu dapat
Perubahan yang Tak Kasat Mata
Tidak hanya Italia dengan menara Pisanya. Indonesia pun memiliki menara
hal tersebut terjadi akibat terus berlangsungnya proses dirasakan oleh hampir seluruh warga DKI Jakarta dapat dirasakan oleh seluruh warga secara langsung
Dampak bawah permukaan memang sulit untuk
miring akibat amblesan tanah di Jakarta. Kemiringan terus berlangsung
secara perlahan seperti diperlihatkan pada foto yang diambil pada tahun
maupun para pendatang. Sehari-hari Jakarta disergap
2005 dan 2012. Foto Museum Bahari, Jakarta Utara. (Kiri, Dok. LPM ITB
degradasi lingkungan di bawah permukaan.
kemacetan, dilingkupi udara yang semakin panas, dan 2005, kanan: Dok. LIPI 2012). Adakah usaha-usaha pemantauannya selama ini?
karena sifatnya yang tidak kasat mata. Dampak ini
berlangsung perlahan tapi pasti. Untuk melihat
Ada, antara lain oleh pemerintah daerah DKI Jakarta, Badan Geologi dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Ada, antara lain oleh pemerintah daerah DKI Jakarta, Badan Geologi dan Lembaga Ilmu Pengetahuan
Peristiwa ini dikenal sebagai intrusi air laut. Volume antara 30-50 m di bawah muka laut (m.bml) pada penyusupan air laut sekitar 2,0 juta m 3 /tahun pada
1990. Hasil pemantauan MAT Jakarta selama periode
pertengahan 1980 (Schmidt & Soefner, 1988).
1982-1994 menunjukkan adanya penurunan MAT
Salinitas air tanah pada sistem akuifer tak tertekan pada setiap sistem akuifer. Muka air tanah freatik meningkat mulai dari kurang dari 500 mikromhos/
umumnya turun dengan relatif kecil, sekitar 0,40 m/ sentimeter ( μS/cm) di bagian selatan hingga 2.500 μS/ tahun selama 10 tahun. Adapun MAT piezometrik cm di bagian utara seiring dengan arah umum aliran cenderung turun dengan kecepatan 0,5-1,5 m/tahun
air tanah. Di daerah pantai, salinitas ini meningkat
untuk akuifer tertekan bagian atas, dan turun 0,6-1,2
jadi 10.000 μS/cm. Tipe air tanah Ca-Na-HCO3 secara
m/tahun untuk akuifer tertekan bagian bawah.
bertahap berubah menjadi tipe Na-Cl seiring dengan Peta sebaran lokasi MAT freatik dan MAT meningkatnya salinitas. Demikian juga kadar zat piezometrik telah dibuat berdasarkan data hasil padat terlarut dalam air tanah (total dissolved solid,
pengukuran pada Desember 2011 oleh Taat Setiawan,
TDS) yang dinyatakan dalam ppm atau setara dengan d.r.r.. Hasilnya menunjukkan telah hadirnya kerucut miligram/liter (mg/L) umumnya naik. Ukuran lainnya penurunan MAT (cone of groundwater depression) yang digunakan berkaitan dengan salinitas air tanah – suatu indikasi telah terjadinya degradasi air tanah adalah daya hantar listrik (electric conductivity, EC) air yang berbahaya bagi lingkungan – dengan sebaran tanah, dinyatakan µS/cm, dan kandungan klorida (Cl - ) sbb: 1) pada sistem akuifer tidak tertekan di timur laut
Peta muka air tanah pada sistem akuifer tidak tertekan .
Peta muka air tanah pada sistem akuifer tertekan .
dalam air tanah (dalam ppm atau mg/L). Berdasarkan (daerah Cilincing dan Kelapagading, MAT mencapai standar baku, air tanah yang layak untuk air minum 3,0 m bml); 2) pada sistem akuifer tertekan di barat adalah air tanah yang memiliki TDS maksimum 1000 laut (daerah Penjaringan, MAT 53 m. bml), dan 3) di mg/L, dan kadar Cl - paling banyak 250 mg/L. bagian timur daerah dataran (daerah Cakung, MAT
Taat Setiawan, d.r.r. (2011) telah menentukan
kawasan penyebaran salinitas air tanah, baik air Hingga sekitar 1970, sejumlah volume air tanah tanah pada sistem akuifer dangkal (kedalaman antara dilepaskan ke laut di utara Jakarta karena landaian 0-40 m. bmt) maupu air tanah artesis (kedalaman hidraulik air tanah – garis batas antara MAT dan antara 40-140 m.bmt) berdasarkan EC, TDS, dan muka air laut - dominan mengarah ke pantai. Setelah
40 m.bml).
kadar khlorida (Cl - ) air tanah di CAT Jakarta. Hasilnya, periode 1970, ketika pengambilan air tanah mulai teridentifikasi tiga kawasan atau zona air tanah. melonjak, landaian hidraulik air tanah berbalik, Pertama, zona air tanah tawar dicirikan dengan EC
Peta salinitas air tanah pada sistem akuifer tidak tertekan .
Peta salinitas air tanah pada sistem akuifer tertekan
Indonesia (LIPI) melalui unit-unit satuan kerjanya antara
air tanah itu bersifat murah, mudah, menerus dan
Penurunan kualitas air tanah inipun tanpa kita sadari
lain Pusat Penelitian Geoteknologi. Pusat penelitian bersih. Hasil penelitian aspek sosial pada para warga
telah menjadi sumber pencemar di wilayah lainnya.
ini mencoba merangkai penelitian mengenai dampak Jakarta yang telah lebih dari 40 tahun tinggal di kota
Mengikuti hukum gaya tarik bumi, air tanah akan
lingkungan bawah permukaan akibat pertumbuhan kota ini menyatakan bahwa air sumur merupakan sumber
bermuara di laut. Dapat kita bayangkan, apa yang terjadi
Jakarta sejak tahun 2006 hingga saat ini. Penelitian ini penyediaan kebutuhan utama penduduk akan air bersih.
jika air tanah kota yang telah tercemar ini telah sampai di
memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi, mengingat
Hal ini memperlihatkan bahwa warga masih melihat dan
laut. Hal ini akan menyebabkan pesisir teluk Jakarta pun
belum banyaknya penelitian sejenis di Indonesia merasakan bahwa hingga saat ini sumurnya masih tetap
akan ikut tercemar.
maupun dunia. Jarangnya penelitian di wilayah seperti jernih, tidak pernah kering dan tidak berubah rasanya.
Pencemar yang seringkali tidak kita antisipasi
ini disebabkan karena dampak ini seringkali baru terasa
Persepsi masyarakat seperti baru saja disebutkan
dan dapat bergerak jauh adalah unsur-unsur nutrisi,
pada saat pertumbuhan penduduk kota telah mencapai di atas umum dijumpai meskipun sebenarnya hasil- dalam hal ini nitrat. Kandungan nutrisi yang berlebih Monster Ancol. Seorang petugas Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, lebih dari 10 juta perwilayah kota atau disebut sebagai hasil pengukuran menunjukkan kandungan bakteri dan
di wilayah pesisir akan menyebabkan ledakan populasi tengah menunjukkan sample hewan yang selama ini meresahkan warga di megapolitan.
biota dalam air pada kurun waktu tertentu. Kita pernah nitrat dalam air yang dikonsumsi warga yang berasal Youtube dengan video berjudul “Monster Air di Pantai Ancol”. Salah satu penyebab utama dari dampak ini adalah dari sumur mereka itu telah melampaui ambang batas.
mendengar kasus mengenai monster Ancol yang Setelah LIPI melakukan penelitian lebih lanjut, ternyata hewan tersebut adanya pengambilan air tanah yang terus menerus. Suatu
mengindikasikan adanya ledakan populasi binatang termasuk kelompok isopoda jenis cirolana. Di beberapa daerah, hewan sumber resmi menyebutkan bahwa pengambilan air baiknya sistem sanitasi di lingkungan warga. Padahal,
Kondisi ini seringkali dituding sebagai akibat dari tidak
pesisir secara mendadak. Pusat Penelitian Oseanografi- tersebut diolah sebagai cemilan atau rempeyek serta makanan untuk ikan tanah di kota Jakarta pada 2010 mencapai 22 juta meter
LIPI menyatakan bahwa hewan tersebut termasuk di balik itu, ada fenomena lain yang harus diwaspadai, dan umpan pancing. (Harian Rakyat Merdeka, Rabu, 19/11/08). JPNN kubik atau setara dengan antrian 4.400 mobil tanki air yaitu meningkatnya temperatur bawah permukaan
kelompok isopoda jenis cirolana. Hewan ini di beberapa
berkapasitas 5000 liter sepanjang 40 km atau sepanjang akibat perubahan iklim dan pemanasan kota (urban heat
daerah dapat diolah sebagai cemilan atau rempeyek serta
jalan Tol Jagorawi.
island). Temperatur di bawah permukaan yang semakin
makanan untuk ikan dan umpan pancing. Walaupun
Peningkatan pengambilan air tanah ini mungkin meningkat dapat membuat perkembangbiakan bakteri
demikian, tetap saja kita harus mengantisipasi ledakan
juga disebabkan persepsi masyarakat bahwa pengambilan
semakin pesat.
populasi makhluk hidup di wilayah pesisir ini pada populasi makhluk hidup di wilayah pesisir ini pada
Fenomena amblesan tanah atau penurunan muka tanah (land subsidence) telah terjadi di sebagian daerah Jakarta. Dari hasil penelitian diketahui bahwa daerah yang permukaan tanahnya turun ini secara umum relatif berimpit dengan daerah kerucut penurunan muka air tanah (cone of groundwater depression). Adanya amblesan tanah di daerah Jakarta terkait erat dengan kondisi geologi bawah permukaan tanah dan jumlah pengambilan air tanah yang besar pada sistem akuifer potensial, yakni sistem akuifer pada kedalaman 40-140 m.bmt. Penghitungan model geoteknik sangat mendukung hipotesis bahwa pengambilan air tanah merupakan penyebab utama amblesan tanah terukur (10-99 cm selama periode 1978-1989, lebih dari 50 cm
pada zona seluas sekitar 150 km 2 ). Hasil simulasi meyakini bahwa total penurunan tanah pada kondisi tidak terkontrol dapat meningkat lima kali angka penurunan tanah hasil pengukuran.