28 Aspek agama dalam perkawinan ialah, bahwa Islam memandang dan
menjadikan perkawinan itu sebagai basis suatu masyarakat yang baik dan teratur, sebab perkawinan tidak hanya dipertalikan oleh ikatan lahir saja, tetapi diikat juga
dengan ikatan batin dan jiwa. Walaupun pada dasarnya melakukan perkawinan itu adalah bertujuan
untuk selama-lamanya, tetapi adakalanya ada sebab-sebab tertentu yang mengakibatkan perkawinan tidak dapat diteruskan jadi harus diputus ditengah
jalan atau terpaksa putus dengan sendirinya, atau dengan kata lain terjadi perceraian antara suami istri.
1.2. Pengertian Perceraian Menurut Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dikatakan bahwa perkawinan dapat putus karena kematian, perceraian dan atas keputusan
Pengadilan Pasal 38 UU Nomor 1 Tahun 1974. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan stelah Pengadilan yang bersangkutan
berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara suami istri itu tidak akan dapat
hidup rukun sebagai suami istri. Tata cara perceraian di depan sidang Pengadilan diatur dalam perundang tersendiri Pasal 29 ayat 1, 2, dan 3 UU Nomor 1
Tahun 1974, gugatan perceraian diajukan kepada Pengadilan. Tata cara mengajukan gugatan tersebut diatur dalam peraturan perundangan tersendiri
Pasal 40 ayat 1, 2 UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
29 Pengaturan tata cara perceraian dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan tidak dirinci mengajukan gugatan tersebut serta alasan- alasan untuk perceraian.tapi hal tersebut diatur dalam Pasal 19 Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan memberikan 6 enam alasan perceraian yaitu:
1. Salah satu pihak berzinah atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan;
2. Salah satu pihak meninggalkan pihak yang lain selama 2 dua tahun berturut-turut tanpa izin pihak laindan tanpa alasan yang sah atau
karena hal lain diluar kemampuannya; 3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 lima tahun atau
hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung; 4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak yang lain; 5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat
tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami istri; 6. antara suami istri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran,
serta tidak ada harapan akan hidup rukun kembali dalam rumah tangga.
1.3. Pengertian Perkawinan Menurut Kompilasi Hukum Islam