Mazhab Agama Analisis Yuridis Tndak Pidana Narkotika Yang dilakukan oleh Anak

43 Dunia tumbuh-tumbuhan dan hewan dengan cara campur tangan manusia dapat diperbaiki, tapi untuk manusia sangat berbeda. Secara teori kemungkinan dapat, tapi dalam praktek apakah mungkin ? Karena manusia bukan sapi atau ubi yang dapat diolah melalui percobaan-percobaan. Belum lagi diingat bahwa itu sama sekali tidak semuanya termasuk variant kurang seperti apa yang dimaksudkan dalam biologi; tadi sudah diterangkan bahwa diantara para penjahat juga terdapat macam-macam orang yang baik 89

5. Mazhab Agama

Dalam mazhab ini sebab timbulnya kejahatan dikaitkan dengan kepercayaan pada agama. Dengan kata lain , bahwa tingkah laku manusia ini erat kaitannya dengan kepercayaan. Yang beragama akan bertingkah laku lebih baik dari pada orang-orang yang tidak beragama. Pendapat ini dikemukakan berdasarkan penelitian dipenjara bahwa orang orang yang dipenjara kurang beragama, sebab kepercayaan kepada Tuhan kurang diyakini, secara pasif belum dapat merobah tingkah laku manusia. Toko dari aliran ini adalah A. Von Oettingen, H. Stursberg, F.A.K Krauss, L. Proal dan H.Joly di Prancis dan M. de Baests dari Belgia. Mereka ini umumnya berpendapat bahwa jumlah orang yang beribadah berkurang maka kejahatan akan bertambah, jadi terdapat hubungan sebab akibat. Terhadap aliran keagamaan ini W.A. Bonger memberikan kritikan, yakni menganut aliran ini memajukan lasan-alasan kurang teliti. Seandainya dua keadaan tadi memang bergerak kea rah yang sama, dengan demikian adanya hubungan antar dua hal tadi dapat dimengerti, tetapi hubungan sebab akibatnya belum. Dua-duanya dapat bergantung dari unsur yang ketiga. Berdasarkan penelitian sama sekali tidak terdapat hubungan antara kejahatan dengan kurangnya orang yang beribadah. Di dala bukunya “ The Principle of Criminology” E.H. Sutherland mengemukakan bahwa mishap pokok dalam kriminologi, terdiri dari Classical; Cartographic; Socialist; dan Sociological. 89 Edi Warman, Selayang pandang tentang kriminologi, Op.cit 1994, hal 51 44 Disamping ketiga tersebut, beliau menambahkan suatu uraian lain yang diuraikannya secara tersendiri yakni “the multiple factor theory”. Classical mendasarkan kejahatan pada hedemistic psychology. Perbuatan itu dilakukan berdasarkan pertimbangan: pleasure and pains; kesenangan atau kerusakan yang dirasakan dari suatu perbuatan. Mungkin dapat diseimbangkan dengan kesusahan yang dirasakan dari suatu perbuatan. Mungkin dapat diseimbangkan dengan kesusahan yang dirasakan dari perbuatan yang sama tadi. Si pelaku mempunyai kehendak yang bebas dan memilih dengan pertimbangan atas kalkulasi dan dianggap sebagai ketentuan yang sempurna dari sebab musabab kejahatan dan tidak diperlukan bagi penyelidikan tentang sebab musabab kejahatan. The Cartographic terutama memikirkan mula-mula dengan distribusi dari kejahatan didalam lingkungan tertentu dan wilayah-wilayah itu secara geografis dan sosiologis. Mereka sangat tertarik dalam segala kejahatan sebagai expresi yang perlu dari pada kondisi sosial. Socialist mengenal tiga typological yang terdiridari Lombrosian; mental testers dan pschiatris. Ketiga bagian ini mengatakan bahwa penjahat dan bukan penjahat terletak pada sifat tertentu kepada kepribadian, yang mengakibatkan seseorang tertentu dalam suatu keadaan tertentu berbuat kejahatan dan seorang lain tidak berbuat. The psychiatris adalah merupakan kelanjutan dari aliran Lombroso, tetapi tanpa bentuk khusus dari tanda badan. Thesis dari aliranini adalah bahwa susunan kepribadian tertentu pada seseorang terlepas dari criminal-culture akan mengabaikan tingkah laku kriminil, tetapi bagaimanapun susunan sosialnya ada. Sutherland mengatakan pula walau teori ini akan hilang, tetapi psikiatri sebagai ilmu pengetahuan tetap mempunyai tempat dalam kriminologi. 45 Selanjutnya sampailah pada sociological yang dalam menganalisa kejahatan banyak variasinya. Analisa sebab musabab kejahatan didalam bentuk ini secara sosiologi telah dimulai dengan cartographic dan dilanjutkan dalam sociological sehingga banyak sekali para ahli Eropa pada abad ke 19 yang walaupun mereka tidak termasuk system sekolah memberikan interprestasi kepada penjahat sebagai function environment, ialah ada beberapa macam konsepsi dari pada proses yang menyebabkan kejahatan karena faktor sosial. Paul Moedikno Moeliono membagi mazhab ini atas : a. Golongan Salahmu Sendiri. b. Golongan Tiada orang yang bersalah. c. Golongan Salah Lingkungan. d. Golongan Kombinasi. 90 Dalam penjelasan tentang kejahatan, Spiritualisme memiliki perbedaan yang mendasar dengan metode penjelasan kriminologi yang ada saat ini. Berbeda-beda dengan teori saat ini, penjelasa teori spiritualisme memfokuskan perhatiannya pada perbedaan antara kebaikan yang dating dari tuhan atau dewa dan keburukan yang dating dari setan. Seseorang yang telah melekukan suatu kejahatan dipandang sebagai orang yang telah terkena bujukan setan evildemon. Penjelasan tentang manusia pada yang gaib tersebut dapat kita peroleh dari berbagai literature sosiologi, aerkologi dan sejarah selama berabad-abad yang lalu. Sebagaimana kita ketahui, bagi orang- orang dengan kepercayaan primitive, bencana alam selalu dianggap sebagai hukuman dari pelanggaran norma yang dilakukan. Dalam pembanguna selanjutnya aliran spiritualisme ini masuk dalam lingkup pergaulan politik dan sosial kaum feodal. Landasan pemikiran yang paling rasional dari perkembangan ini adalah bahwa pada periode sebelumnya kejahatan dianggap sebagai permasalahan antara korban dan keluarga korban 90 Chainur Arrasyid, Suatu pemikiran tentang Psikologi Kriminal, Op.cit hal 45-48 46 dengan pelaku dan keluarganya. Akibatnya adalah konflik berkepanjangan antar keluarga yang dapat mengakibatkan musnahnya keluarga tersebut. Sebagai upaya pemecahan terhadap permasalahan tersebut, maka masyarakat membentuk lembaga-lembaga yang dapat menjadi dasar pembenar terhadap upaya pembalasan terhadap seseorang yang telah melakukan kejahatan. Konsep Carok misalnya dikenal dalam masyarakat Madura. Konsep perang tanding antara keluarga yang menjadi korban dengan keluarga pelaku merupakan wadah pembalasan dendam dan kerugian dari pihak korban. Dalam tersebut diatas ada suatu kepercayaan dalam masyarakat bahwa kebenaran akan selalu menang dan kejahatan pasti akan mengalami kebinasaan. Namun akibat lain dari kepercayaan ini adalah bila keluarga pelaku memenangkan pertaruhan tersebut maka mereka akan dianggap benar dan keluarga korban mengalami celaka ganda. Metode untuk membuktikan kesalahan seseorang dalam masyarakat primitive memiliki banyak model. Menceburka seseorang kedalam sungai dengan cara mengikatnya pada sebuah batu besar. Diyakini bahwa jika orang itu tidak bersalah, maka Tuhan akan menolongnya dari rasa sakit bahkan kematian. Namun jika orang orang tersebut bersalah, maka Tuhan akan memberikan kepadanya rasa sakit dan kematian yang amat menyiksa. Meski dalam kenyataan di masyarakat, dapat dilihat secara nyata bahwa penjelasan spiritual ini ada dan berlaku dalam berbagai bentuk tingkat kebudayaan, namun aliran ini memiliki kelemahan. Kelemahannya yaitu adalah bahwa penjelasan ini tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. 91 91 hal 19-21 47

2. Menurut teori Juvenile Deliquency