Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Pajak dapat diartikan sebagai iuran rakyat kepada Negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan, dimana rakyat sebagai pembayar pajak tidak mendapatkan imbalan secara langsung kontra prestasi, namun imbalan yang diterima rakyat adalah pelayanan yang baik oleh negara baik secara fisik maupun nonfisik. Namun apabila mendengar kata “Pajak” sering kali masyarakat merasa resah dan masih banyak juga masyarakat yang tidak mengikuti Peraturan Perpajakan yang telah ditetapkan Pemerintah, bahkan adapula yang merasakan bahwa pajak itu adalah sebagai beban hidup sehingga banyak masyarakat yang menghindarinya.Padahal membayar pajak sesungguhnya adalah sebagai bentuk ucapan terima kasih masyakat kepada pemerintah yang telah menghidupi, menyedikan, menumbuh kembangkan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat.Untuk membiayai program-program pembangunan Pemerintah baik sektor fisik maupun non-fisik, maka dibutuhkan sumber pendanaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN.Pengeluaran atau belanja Negara itu meliputi Belanja Pemerintah Pusat dan Belanja Pemerintah Daerah. Belanja Pemerintah Pusat terdiri dari Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran Pembangunan.Penerimaan Perpajakan pada dasarnya terdiri dari penerimaan objek dalam negeri dan penerimaan pajak luar negeri.Penerimaan pajak dalam negeri terdiri 1 Universitas Sumatera Utara dari PPh, PPN, PPnBM, Bea Cukai, PBB dan pajak lainnya, sedangkan Pajak luar negeri terdiri dari Bea Masuk dan Pajak Ekspor. Kepatuhan membayar pajak pada Wajip Pajak Orang Pribadi PPh Pasal 25 didasarkan pada kepatuhan pelaporan SPT Tahunan.SPT digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang. Berdasarkan Undang- undang Perpajakan No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, pajak Penghasilan Pasal 25 merupakan besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak. Penanganan angsuran pembayaran pajak dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak DJP dan Palaksanaannya dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak KPP. Adapun cara-cara yang dilakukan untuk meningkatkan penerimaan sektor pajak antara lain dengan menyempurnakan sistem perpajakan,mengintensifikasikan penerimaan pemungutan pajak dan menciptakan aparatur perpajakan yang bersih dan berwibawa. Penyempurnaan sistem perpajakan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia yaitu dengan mengadakan pembaharuan dibidang perpajakan. Pembaharuan dibidang perpajakan tersebut dikenal dengan tax reform Reformasi Perpajakan, pembaharuan tersebut dimulai pada tahun 1983 yang ditempuh dengan mengeluarkan Undang-undang Perpajakan baru diantaranya adalah undang-undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan tersebut telah diubah beberapa kali yaitu: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 Universitas Sumatera Utara 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Suatu perubahan mendasar yang terjadi akibat Tax Reform 1983 tersebut adalah munculnya Self Assesment System dalam sistem perpajakan yang berlaku di Indonesia. Self Assesment System yaitu sistem pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutangnya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.Dalam Self Assesment system fiskus juga harus berperan aktif untuk melakukan pengendalian administrasi perpajakan. Peran aktif fiskus tersebut antara lain meliputi tugas untuk membina, meneliti, mengawasi dan menerapkan sanksi administrasi perpajakan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 disebutkan bahwa pajak adlah kontribusi wajib pajak kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang , dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan PPh Pasal 25 mengatur kewajiban Wajib Pajak yang perlu diawasi yakni pembayaran pajak dengan cara “Angsuran Pajak”. Dalam hal ini8 unit operasi Jenderal Pajak yaitu Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama mengupayakan peningkatan penerimaan pajak khususnya Pajak Penghasilan PPh Pasal 25 yang merupakan tugas dari Direktorat Jenderal Pajak. Pelaksanaan peningkatan penerimaan pajak khususnya Pajak Penghasilan PPh Pasal Universitas Sumatera Utara 25 yang merupakan tugas dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama menjadi sedikit terlambat karena masih ada Wajib Pajak yang belum juga mendaftar diri menjadi Wajib Pajak karena kurangnya pengetahuan wajib pajak dalam melakukan perhitungan Pajak Penghasilan PPh Pasal 25, oleh karena itu penulis mengangkat judul mengenai “Tata Cara Pelaporan dan Penyetoran Pajak Penghasilan PPh Pasal 25 Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Medan Belawan”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri