2. Fase Pascaoperatif
a. Komunikasi dari informasi pascaoperatif
Menyebutkan nama pasien, menyebutkan jenis pembedahan, menggambarkan faktor-faktor intraoperatif, menggambarkan keterbatasan fisik, melaporkan tingkat
kesadaran praoperasi pasien, dan mengkomunikasikan alat yang diperlukan b.
Pengkajian pascaoperasi ruang pemulihan Menentukan respon langsung terhadap intervensi pembedahan
c. Unit bedah
Mengevaluasi efektifitas dari asuhan keperawatan di ruang operasi, menentukan tingkat kepuasan pasien dengan asuhan yang diberikan selama periode
perioperatif, menentukan status psikologis pasien, dan membantu dalam pelaksanaan pemulangan.
d. Di rumahklinik
Gali persepsi pasien tentang pembedahan dan tentukan persepsi keluarga tentang pembedahan.
Smeltzer Bare, 2002.
4. Konsep Asuhan Keperawatan Preoperatif dan Pascaoperatif 4.1.Keperawatan Preoperatif
4.1.1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang dilakukan pada tahap preoperatif ini meliputi pengumpulan data subjektif yaitu: usia, alergi iodin, medikasi, lateks,
larutan antiseptik atau larutan pencuci kulit, plester, obat dan zat lain yang sedang dipakai obat dari dokter, rokok, alkohol, tinjauan sistem tubuh,
pengalaman pembedahan yang dulu dan yang sekarang, latar belakang
Universitas Sumatera Utara
kebudayaan termasuk kepercayaan, keyakinan, agama, dan psikososial Baradero, Dayrit, Siswadi, 2009.
1. Usia
Usia bisa mempengaruhi pembedahan dan hasi pascaoperasi. Pada usia 30- 40 tahun, kapasitas fungsional dari setiap sistem tubuh menurun sekitar
1 setiap tahunnya. 2.
Alergi Pasien harus dikaji untuk mengetahui adanya alergi terhadap iodin, lateks,
obat-obatan, larutan antiseptik, atau larutan pencuci kulit dan plester. Povidon iodin dipakai untuk mencuci kulit, apabila pasien ragu-ragu
apakah ia alergi terhadap iodin atau tidak, tanya apakah ia alergi terhadap kerang. Iodin juga dipakai sebagai media kontras untuk pemeriksaan
tertentu yang bisa dilaksanakan pada tahap intraoperatif. 3.
Obat dan zat yang digunakan Data ini penting sekali karena zat atau obat-obatan ini dapat menimbulkan
efek yang tidak baik pada anestesia dan berisiko menimbulkan komplikasi intraoperasi dan pascaoperasi
4. Riwayat medis
Pemeriksaan ulang terhadap sistem tubuh sangat penting untuk mengetahui status imunologis, endokrin, kardiovaskuler, pernafasan,
ginjal, gastrointestinal, neurologis, muskuluskeletal, dan dermatologis.
Universitas Sumatera Utara
5. Status nutrisi
Pasien dengan gangguan nutrisi berisiko tinggi mengalami komplikasi karena pembedahan atau anestesia. Individu yang cenderung memiliki
nutrisi yang tidak adekuat adalah mereka yang lanjut usia, yang mengalami gangguan gastrointestinal, atau malignansi. Individu yang
malnutrisi juga tidak mempunyai cadangan karbohidrat dan lemak. Protein dalam tubuh akan dipakai untuk menghasilkan energi, mempertahankan
fungsi metabolik, dan memperbaiki sel. Oleh karena itu, kekurangan protein bisa mengakibatkan penyembuhan luka yang lambat, dehisensi
luka terbuka, dan infeksi 6.
Pengalaman pembedahan terdahulu dan sekarang Pengertian pasien mengenai pembedahan yang akan dilaksanakan dan
rutinitas praoperasi dan pascaoperasi harus dikaji. Disamping itu, perlu juga informas dari pasien mengenai pengalamannya tentang pembedahan
yang akan dijalaninya. Data ini bisa membuat dokter bedah, ahli anestesi, dan perawat sadar akan respons pasien dan komplikasi yang mungkin bisa
timbul. 7.
Latar belakang budaya dan agama Kebudayaan dan kepercayaan bisa mempengaruhi respon seseorang
terhadap kesehatan, sakit, pembedahan, dan kematian.
Universitas Sumatera Utara
8. Psikososial
Pengkajian psikososial yaitu data subjektif dan objektif. Pengetahuan dan persepsi pasien tentang pembedahannya dapat ditanyakan langsung pada
pasien. Pengetahuan pasien tentang pembedahannya perlu diketahui oleh perawat agar perawat dapat memberi penjelasan lebih lanjut.
Pemeriksaan fisik dan diagnostik yang dilakukan oleh perawat meliputi pemeriksaan head to toe. Pada tahap preoperatif, data objektif dikumpulkan
dengan dua tujuan yaitu memperoleh data dasar untuk digunakan sebagai pembanding data pada tahap intraoperatif dan tahap pascaoperatif dan mengetahui
masalah potensial yang memerlukan penanganan sebelum pembedahan dilaksanakan Baradero, Dayrit, Siswadi, 2009.
Pengkajian preoperasi mengenai status sistem pernafasan perlu dikaji dengan teliti. Terganggunya ventilasi karena efek dari anestesia serta
meningkatnya sekresi mukus bisa engakibatkan atelektasis dan pneumonia. Untuk menghindari komplikasi dan mengidentifikasi pasien yang berisiko tinggi, perlu
dilakukan pengkajian praoperasi terhadap status pernafasan Baradero, Dayrit, Siswadi, 2009.
Pengkajian preoperasi mengenai kardiovaskuler, yang terpenting adalah dari pasien dengan penyakit kardiovaskuler adalah kebutuhan untuk menghindari
perubahan posisi secara mendadak, imobilisasi berkepanjangan, hipotensi atau hipoksia, dan terlalu membebani sistem sirkulasi dengan cairan atau darah
Brunner Suddarth, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Pengkajian preoperasi mengenai fungsi ginjal yaitu ginjal terlibat dalam eksresi obat-obat anestesi dan metabolitnya. Status asam basa dan metabolisme
juga merupakan pertimbangan penting dalam pemberian anestesia. Pembedahan dikontraindikasikan apabila pasien menderita nefritis akut, insufisiensi renal akut
dengan oliguri atau anuria, atau masalah-masalah renal akut lainnya, kecuali kalau tindakan merupakan satu tindakan penyelamat hidup atau amat penting untuk
memperbaiki fungsi urinari, seperti pada obstruksi uropati Brunner Suddarth, 2002.
Pengkajian preoperasi hepar penting dalam biotransformasi senyawa- senyawa anestesia. Karena itu, segala bentuk kelainan hepar mempunyai efek
pada bagaimana anestetik tersebut dimetabolisme. Karena penyakit hepar akut berkaitan dengan mortalitas bedah yang tinggi, perbaikan fungsi hepar praoperatif
amatlah diperlukan Brunner Suddarth, 2002.
4.1.2. Diagnosa Keperawatan