Pengkajian preoperasi mengenai fungsi ginjal yaitu ginjal terlibat dalam eksresi obat-obat anestesi dan metabolitnya. Status asam basa dan metabolisme
juga merupakan pertimbangan penting dalam pemberian anestesia. Pembedahan dikontraindikasikan apabila pasien menderita nefritis akut, insufisiensi renal akut
dengan oliguri atau anuria, atau masalah-masalah renal akut lainnya, kecuali kalau tindakan merupakan satu tindakan penyelamat hidup atau amat penting untuk
memperbaiki fungsi urinari, seperti pada obstruksi uropati Brunner Suddarth, 2002.
Pengkajian preoperasi hepar penting dalam biotransformasi senyawa- senyawa anestesia. Karena itu, segala bentuk kelainan hepar mempunyai efek
pada bagaimana anestetik tersebut dimetabolisme. Karena penyakit hepar akut berkaitan dengan mortalitas bedah yang tinggi, perbaikan fungsi hepar praoperatif
amatlah diperlukan Brunner Suddarth, 2002.
4.1.2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada tahap preoperatif menurut Brunner 2002 mencakup:
1. Ansietas yang berhubungan dengan pengalaman bedah anestesi, nyeri
dan hasil akhir dari pembedahan. 2.
Defisit pengetahuan mengenai prisedur dan protokol praoperatif dan harapan pascaoperatif.
Universitas Sumatera Utara
4.1.3. Perencanaan dan implementasi
Tujuan: tujuan utama pasien bedah dapat meliputi, menghilangkan ansietas praoperatif dan peningkatan pengetahuan tentang persiapan preoperatif dan
harapan pascaoperatif.
4.1.4. Intervensi Keperawatan
1 Ansietas yang berhubungan dengan pengalaman bedah anestesi, nyeri
dan hasil akhir dari pembedahan. a.
Mengidentifikasi sumber rasa cemas
b.
Membantu pasien memakai mekanisme koping yang efektif
c. Membantu pasien untuk melakukan kegiatan yang bisa mengurang rasa
cemas, misalnya mendengarkan musik, relaksasi progresif, imajinasi
terbimbing dan sebagainya.
d. Melibatkan sistem pendukung pasien seperti keluarga dan orang yang
berarti baginya.
e. Memberikan obat-obatan yang bisa mengurangi rasa cemas seperti
diazepam Valium 5-15 mg IVIMoral, midazolam Versed 1-4 mg
IVIM, dan obat-obat lain yang dapat mengurangi kecemasan.
2 Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan tidak ada informasi
mengenai rutinitas perioperatif. a.
Melakukan penyuluhan kesehatan terkait rutinitas perioperatif. b.
Memberikan informasi yang singkat dan jelas tentang pembedahan. c.
Menjelaskan prosedur pembedahan kepada pasien dan keluarganya.
Universitas Sumatera Utara
4.1.5. Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, pasien: a.
Mengungkapkan bahwa perasaan cemas berkurang, merasa nyaman, nampak relaks, dan memakai mekanisme koping yang efektif
b. Berpartisipasi dan mengikuti instruksi serta rutinitas perioperatif,
menjelaskan rasional dan intervensi perioperatif
4.1.6. Persetujuan Tindakan
Secara hukum pembedahan tidak boleh dilakukan sebelum pasien memahami perlunya prosedur tersebut, tahap-tahap yang harus dilalui, risiko,
hasil yang diharapkan, dan terapi alternatifnya. Memberi informasi pada klien merupakan tanggung jawab utama dokter, persetujuan tidak bisa diinformasikan
jika pasien dalam keadaan bingung, tidak sadar, mengalami gangguan mental, atau dibawah pengaruh obat penenang. Seluruh format persetujuan harus
ditandatangani oleh pasien sebelum perawat memberi obat-obatan preoperatif Potter Perry, 2005.
Idealnya, dokter telah memperoleh persetujuan sebelum pasien masuk ke rumah sakit atau ke tempat bedah keliling. Penjelasan dokter bedah harus
didiskusikan oleh anggota tim kesehatan yang memenuhi syarat. Struktur format persetujuan memungkinkan dokter menulis informasi yang berkaitan dengan
pembedahan. Tanda tangan pasien pada format persetujuan menunjukkan bahwa pasien telah diberikan informasi lengkap tentang prosedur yang akan
dilaksanakan. Perawat sering menjadi saksi saat pasien menandatangani lembar
Universitas Sumatera Utara
persetujuan dan memeriksa ketepatan tanggal, waktu, dan tanda tangan yang terdapat dalam dokumen dan semuanya harus ditulis menggunakan tinta Potter
Perry, 2005. Pasien yang buta huruf dapat memberi persetujuannya dengan
menggunakan tanda asalkan tetap disaksikan dengan benar, sebagai saksi perawat boleh memastikan kembali bahwa pasien telah mendapat informasi yang tepat.
Setelah format persetujuan tindakan dilengkapi, perawat memastikan bahwa format tersebut diletakka di dalam rekam medik pasien dan rekam medik pasien
tersebut dibawake ruang operasi bersama-sama dengan pasien Potter Perry, 2005.
4.2.Keperawatan Pascaoperatif 4.2.1. Pengkajian
1. Sistem pernafasan
Sangat penting untuk mengkaji status pernafasan segera pascaopeerasi. Kepatenan jalan nafas dan fungsi pernafasan yang adekuat harus dipastikan.
Komplikasi yang bisa segera muncul adalah obstruksi jalan nafas, hipoksemia, hipoventilasi, aspirasi, dan laringospasme Baradero, Dayrit, Siswadi, 2009.
2. Cairan dan elektrolit
Pasien bisa kehilangan cairan tubuh karena perdarahan intraoperasi atau karna hiperventilasi. Hilangnya banyak darah harus diganti dengan transfusi darah
atau pemberian penggantian darah, koloid, dan kristaloid. Volume cairan tubuh bisa dipertahankan dengan pemberian salin normal atau ringer laktat intravena
Baradero, Dayrit, Siswadi, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Pasien yang diberikan cairan infus harus dipantau adanya tanda edema paru dipsnea, batuk produktif, atau tanda intoksikasi air perubahan tingkah
laku, bingung, kulit basah dan hangat, defisit natrium. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit harus dipantau. Ekstra kalium perlu diberikan untuk mengganti
kalium yang hilang lewat sekresi slang nasogastrik Baradero, Dayrit, Siswadi, 2009.
3. Sistem gastrointestinal
Mual dan muntah adalah dua gangguan yang lazim dialami pasien pascaoperasi. Dua gangguan ini dikaitkan dengan anestesia umum, obesitas,
pembedahan abdomen, pemakaian obat opiat, analgesik, adanya riwayat mabuk perjalanan, dan faktor psikologis.
Hampir semua pembedahan mengakibatkan rasa nyeri. Nyeri terjadi akibat luka, penarikan, dan manipulasi jaringan serta organ. Apabila pasien mengeluh nyeri
pascaoperasi, perawat tidak boleh langsung menafsirkannya sebagai nyeri insisi, perawat harus mengkaji nyeri yang dialami pasien. Nyeri adalah suatu
pengalaman yang sangat subjektif dan hanya pasien yang tahu tentang nyeri yang dialaminya Baradero, Dayrit, Siswadi, 2009.
4. Status neurologis
Status neurologis dapat ditentukan dengan mengamati tingkat kesadaran pasien. Respons terhadap stimulus verbal atau stimulus yang menyakiti harus
didokumentasikan. Respon pupil terhadap cahaya dan persamaan respon kedua pupil juga harus dkaji. Komplikasi mayor sistem saraf yang bisa timbul segera
Universitas Sumatera Utara
karena anestesia umum adalah somnolen yang berlanjut dan kelemahan otot Baradero, Dayrit, Siswadi, 2009.
5. Sistem kardiovaskuler
Trombosis vena dan embolisme paru adalah dua komplikasi yang timbul kemudian. Pemantauan terhadap tanda-tanda vital, cairan IV, dan haluaran urine
secara ketat harus dilakukan. Trombosis vena diakibatkan karena pembentukan darah beku dalam pembuluh darah vena di pelvis dan tungkai bawah yang bisa
menganggu sirkulasi darah. Embolisme paru terjadi karena darah beku atau sebagian dari darah beku bisa lepas dari dinding vena dan ikut dengan sirkulasi
darah menuju ke jantung dan sirkulasi pulmona, kemudian bisa menyumbat salah satu pembuluh darah pulmonal embolisme pulmonal Baradero, Dayrit, Siswadi,
2009.
4.2.2. Diagnosa Keperawatan