Peran guru Pendidikan Agama Islam dalam mencegah radikalisme Islam di sekolah

C. Peran guru Pendidikan Agama Islam dalam mencegah radikalisme Islam di sekolah

Ternyata Guru Pendidikan Agama Islam yang ada di sekolah SMA Sejahtera 01 Depok masih belum menyadari bahwa radikalisme Islam yang keberadaaannya sering membuat orang resah kini berhasil masuk kesekolah melalui kegiatanan rohani Islam di sekolah.

Mereka mengatakan, radikalisme Islam tidak mungkin terjadi di sekolah karena guru PAI di sini tidak mungkin mengajarkan radikalisme Islam. Kalaupun ada mereka membawanya dari luar kemudian. Anggapan yang demikian mungkin sah-sah saja karena guru PAI merasa bahwa dirinya tidak mengajarkan radikalisme Islam terhadap siswa- siswinya di sekolah.

Faktor-faktor yang dijelaskan oleh guru PAI tentang radikalisme yang menyebar di sekolah juga bisa diterima karena memang pada kenyataannya radikalisme Islam dapat menjangkiti siapa saja. Faktor radikalisme Islam yang dapat dijelaskan oleh guru PAI di antaranya adalah sebagai berikut: sempitnya pengetahuan, terbatasnya sumber bacaan yang dijadikan referensi, faktor lingkungan, faktor pergaulan dan faktor tempat belajar agama siswa di luar sekolah.

Meskipun pihak sekolah terutama guru Pendidikan Agama Islam belum mengetahui bahwasanya radikalisme Islam telah berhasil masuk di sekolah melalui kegiatan rohis, guru Pendidikan Agama Islam menyadari bahwasanya melakukan pencegahan terhadap terhadap radikalisme Islam sangatlah penting karena kita tidak mengetahui bagaimana kehidupan siswa di luar sekolah.

Paling tidak jika guru PAI mengambil peran dalam mencegah radikalisme Islam, siswa mempunyai bekal pengetahuan sehingga jika

76 Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Radikalisme Islam di SMA Sejahtera 01 Depok 76 Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Radikalisme Islam di SMA Sejahtera 01 Depok

Dalam hal ini peran guru Pendidikan Agama Islam dalam mencegah radikalisme Islam di SMA Sejahtera adalah sebagai berikut:

1. Guru Pendidikan Agama Islam Sebagai Teladan Bagi Siswa

Guru adalah sosok yang seharusnya dapat dijadikan idola oleh siswa-siswinya karena sangat sayang jika seorang siswa mengidolakan seseorang yang dapat merusak kepribadiannya. Karena konsekuensi dari mengidolakan seseorang, ia akan meneladani tindak tanduknya.

Untuk meminimalisasi terjadinya kesalahan dalam memilih idola sudah seharusnya guru menjadi sosok yang dapat dijadikan idola oleh siswa-siswinya. Selama ini idola yang dicari oleh para remaja dilihat berdasarkan, ketampanan atau kecantikan, kekayaan, dll.

Seorang guru dapat menampilkan akhlak-akhlak mulia sebagaimana yang ditampilkan oleh bapak Imran Rosyadi. Beliau selalu menampilkan akhlak mulia seperti menjaga pandangannya ketika saat di depan nonmuhrim di depan guru perempuan misalnya. Karena menundukkan pandangan bukan berarti memalingkan muka. Bahkan beliau sangat menyimak pembicaraan jika beliau melakukan pembicaraan dengan guru perempuan tetapi ia tidak memberlakukannya di hadapan siswanya.

Saat pembelajaran di kelas beliau juga menampilkan akhlak- akhlak yang sangat terpuji seperti beliau sabar dalam menghadapi siswa- siswinya, tidak mudah marah, ramah, tegas tetapi tidak pernah membuat para siswa menjadi takut juga tidak membuat siswa menjadi ngelunjak.

Meskipun guru PAI tidak menampilkan seperti yang ditampilkan oleh kebanyakan orang yang dijadikan idola tetapi akhlak terpuji yang ditampilkan oleh seorang guru PAI dapat diterima oleh setiap orang karena nilainya yang universal sehingga lama kelamaan siswa akan meneladani sikap baik yang ditampilkan oleh guru PAI karena pada dasarnya setiap manusia akan menerima kebaikan meskipun hatinya menolak.

2. Guru Pendidikan Agama Islam Sebagai Pembimbing

Seorang Guru PAI yang berada di jenjang SMA harus mampu membimbing siswa siswinya menuju sesuatu yang baik. Karena dari segi usia mereka masih berada berada pada masa remaja (12-21 tahun)

safina Volume 2/Nomor 1/ 2017 safina Volume 2/Nomor 1/ 2017

Sebagaimana yang telah dikatakan oleh dalam buku yang dikutip oleh Desita yang mengungkapkan bahwa pada tahap kepercayaan sintetik konvensional peserta didik SMA dapat dengan mudah didoktrin termasuk dengan doktrin-doktrin yang bertentangan dengan nilai- nilai agama yang dipercayainya sehingga hal itu dapat membahayakan dirinya. Itulah sebab mengapa para peserta didik SMA sering dijadikan sebagai target rekruitmen anggota teroris. Jika ia telah tergabung dalam kelompok radikal, kelompok radikal tersebut akan dengan mudah memengaruhi cara peserta didik SMA dalam beragama. Jadi di satu sisi pada tahap kepercayaan sintetik-konvensional, perkembangan keagamaan peserta didik SMA dapat diarahkan dengan baik jika mereka bergabung dengan kelompok keagamaan yang membangun iklim beragama secara sehat.

Kemudian di sisi lain perkembangan keagamaan peserta didik SMA bisa menjadi buruk jika mereka bergabung dengan kelompok radikal dan hal itu dapat membahayakannya. Itulah problem perkembangan keagamaan peserta didik SMA saat ini yang harus benar-benar diperhatikan oleh berbagai pihak, khususnya guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA.

Oleh karena itu peran seorang guru PAI sangat dibutuhkan untuk menciptakan pandangan tentang Islam yang moderat, Islam yang damai terhadap pemikiran siswa dengan cara membimbingnya karena mengingat tahapan siswa yang dihadapinya masih berada di dalam tahap kepercayaan sintetik konvensional.

Bagi seorang guru, terutama sekali guru Pendidikan Agama Islam ia mempunyai banyak kesempatan jika ingin meluruskan pandangan- pandangan siswa yang salah , karena guru lebih mempunyai banyak waktu untuk bertemu dengan siswa setiap hari.

Mungkin guru Pendidikan Agama Islam bisa memanggilnya secara pribadi di waktu istirahat jika ia mendapati sikap siswa yang terindikasi ke dalam radikalisme Islam Atau meskipun guru PAI tidak mendapati sikap radikal ia dapat melakukan pencegahan sebelum semuanya terjadi karena radikalisme Islam sangat berpotensi terjadi di kalangan pemuda.

Sesuai dengan hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama

78 Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Radikalisme Islam di SMA Sejahtera 01 Depok

Islam banyak sekali faktor yang menyebabkan siswa terindikasi ke dalam radikalisme Islam. Begitu pula caranya sebenarnya juga banyak dan sangat mudah sebagaimana mudahnya radikalisme Islam masuk ke dalam pemikiran siswa.

Untuk mencegahnya guru tidak hanya melarang saja supaya siswa jangan sampai terpengaruhi oleh radikalisme Islam. Akan tetapi guru menjelaskan bahwa Islam itu toleran, Islam itu agama yang damai tanpa kekerasan, demikian dilakukan supaya siswa terbiasa bepikir kritis, dan supaya siswa tidak mudah terpengaruhi doktrin-doktrin yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin untuk menanamkan radikalisme Islam di dalam benak siswa.

Meskipun bukan guru mata Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) guru PAI juga berhak menganjurkan untuk menghargai dan menghormat sistem demokrasi yang ada yang sudah dibentuk di Indonesia, karena sistem tersebut sudah bagus, jadi tidak perlu diubah sebagaimana yang [ingin] dilakukan oleh segelintir dari kaum muslimin yang ingin mengubah sistem yang sudah mapan dengan menggantikannya dengan sistem yang Islami dalam pandangan mereka. Karena pada dasarnya di dalam Islam juga terdapat anjuran untuk mencintai negerinya masing-masing dan konsekuensi dari mencintai adalah mematuhi terhadap segala sesuatu yang sudah ditetapkan oleh negeri tersebut selama aturan-aturan yang ditetapkannya tetap pada koridor Islam, dan menghidari kerusakan–kerusakan yang dapat merugikan terhadap sesama makhluk Tuhan, terlebih lagi sesama kaum muslimin sebagaimana terhadap hadis yang mengatakan bahwa hubbul wathani minal imân, mencintai negeri adalah sebagian dari iman.

Arahan atau bimbingan yang diberikan oleh guru PAI akan membuka wawasan Islam siswa tentang bagaimana Islam agama yang sangat menganjurkan perdamaian dan keselamatan, untuk bertoleransi terhadap hal-hal yang berbeda. Bimbingan dan pengetahuan yang semacam ini sangat berguna untuk memberi bekal terhadap siswa buat masa depannya dan meluruskan pemikirannya terhadap agama Islam, serta menampilkan ajaran-ajaran agama Islam yang damai.

3. Guru Pendidikan Agama Islam Sebagai Pengintegrasi Materi- Materi ke dalam Nilai-Nilai Antiradikal

Guru merupakan kunci awal sukses tidaknya pembelajaran, tergantung terhadap seorang guru. Bahkan melalui mata pelajaran

safina Volume 2/Nomor 1/ 2017

Pendidikan Agama Islam guru mampu menjadikan siswa menjadi radikal dalam memahami Islam sekaligus guru juga mampu mencegah radikalisme Islam melalui mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Sebelum menganalisis tentang Guru PAI sebagai pengintegrasi materi-materi ke dalam nilai-nilai antiradikal, di sini peneliti perlu memberikan penekanan sekali lagi bahwa guru Pendidikan Agama Islam yang ada di SMA Sejahtera 01 Depok tidak menyetujui adanya radikalisme Islam. Oleh karena itu guru Pendidikan Agama Islam Bapak Imran Rosyadi berusaha semampu beliau untuk memasukkan sebagian materi-materi yang ada di dalam mata pelajaran PAI ke dalam nilai-nilai pendidikan antiradical. Untuk merealisasikannya, guru PAI di SMA dapat mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan antiradikalisme ke dalam pembelajaran PAI di SMA. Nilai-nilai pendidikan antiradikalisme tersebut dapat diadopsi dari kurikulum karakter di Negara Bagian Georgia berikut ini:

a. Citizenship, yaitu kualitas pribadi seseorang terkait hak-hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan warga bangsa. Misalnya hak dan kewajiban dalam memanfaatkan dan mengembangkan kemajuan IPTEK dengan prinsip kemaslahatan bangsa dan negara.

b. Compassion, yaitu peduli terhadap penderitaan atau kesedihan orang lain serta mampu menanggapi perasaan dan kebutuhan mereka.

c. Courtesy, yaitu berperilaku santun dan berbudi bahasa halus sebagai perwujudan rasa hormatnya terhadap orang lain.

d. Fairness, yaitu perilaku adil, bebas dari favoritisme maupun fanatisme golongan.

e. Moderation, yaitu menjauhi pandangan dan tindakan yang radikal dan ekstrem yang tidak rasional.

f. Respect for other, yaitu menghargai hak-hak dan kewajiban orang lain.

g. Respect for the Creator, menghargai segala karunia yang diberikan oleh Tuhan Sang Maha Pencipta dan merasa berkewajiban untuk selalu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan- Nya serta senantiasa bersyukur kepada-Nya.

h. Self control, yaitu mampu mengendalikan diri melalui keterlibatan emosi dan tindakan seseorang.

80 Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Radikalisme Islam di SMA Sejahtera 01 Depok 80 Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Radikalisme Islam di SMA Sejahtera 01 Depok

Guru Pendidikan Agama Islam yang ada di SMA Sejahtera 01 Depok yaitu bapak Imran Rosyadi, MM selalu memasukkan nilai- nilai pendidikan antiradikalisme ke dalam penyampaian materi meskipun beliau tidak mengetahui secara pasti bahwasanya ternyata ada kurikulum berkarakter antiradikal di Negara Bagian Georgia yang sangat efektif jika diterapkan untuk mencegah radikalisme Islam di sekolah (Sarmani & Hariyanto 2011, 54).

Untuk memasukkan nilai-nilai antiradikal ke dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam sebenarnya guru tidak dituntut untuk mengetahui terlebih dahulu bahwasanya telah terdapat kurikulum berbasis antiradikal di beberapa negara. Pada dasarnya guru PAI pasti mengetahui nilai-nilai pendidikan yang dapat digunakan untuk mencegah radikalisme Islam di sekolah karena nilai-nilai pendidikan antiradikalisme dapat dipahami oleh siapa saja. Sehingga tanpa mengetahui kurikulum tersebut guru PAI tetap dapat melakukan pencegahan radikalisme Islam di sekolah melalui materi-materi PAI.

Banyak sekali materi Pendidikan Agama Islam yang dapat diintegrasikan ke dalam nilai-nilai pendidikan antiradikal, baik materi yang ada di kelas X, XI maupun XII karena pada dasarnya tujuan PAI sangat mulia, sehingga jika mata pelajaran PAI dilaksanakan sesuai prosedurnya dari pemerintah maka bisa dipastikan bahwa materi- materi yang ada di dalam Pendidikan Agama Islam dapat mencegah radikalisme Islam.

Meskipun materi Pendidikan Agama Islam telah dirancang dengan sedemikian rupa sehingga materi tersebut dapat digunakan untuk mencegah radikalisme Islam, tetapi jika guru Pendidikan Agama Islam mendukung radikalisme Islam, materi-materi tersebut tidak dapat mencegah radikalisme bahkan malah menimbulkan radikalisme Islam melalui materi PAI.

Karena betapapun bagusnya suatu sistem atau materi tergantung pada bagaimana guru mengolah materi sebelum disampaikan terhadap siswa ketika proses pembelajaran di kelas berlangsung.

safina Volume 2/Nomor 1/ 2017

Dokumen yang terkait

UPAYA PAKSA PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA MASYARAKAT EFFORTS TO FORCE THE IMPLEMENTATION OF THE COURT RULING THE COUNTRY IN PROVIDING LEGAL PROTECTION TO THE COMMUNITY

0 0 13

KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU) DALAM PENANGANAN PERKARA PERSAINGAN USAHA (STUDI PERBANDINGAN DI INDONESIA DENGAN NEGARA- NEGARA COMMON LAW SYSTEM ) AUTHORITY OF THE BUSINESS COMPETITION SUPERVISORY COMMISSION (KPPU) IN CASE MANAGEMENT

0 0 20

SISTEM SYURO’ DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN ISLAM SYURO’ SYSTEM ‘ IN THE ORGANIZATION OF THE ISLAMIC

0 0 10

PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM PEMERIKSAAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA

0 1 15

RECOVERY ASSET HASIL TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM ASPEK KEBIJAKAN HUKUM PIDANA

0 0 19

KEBIJAKAN FORMULASI HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KEHUTANAN THE CRIMINAL POLICY FORMULATION AT LAW ENFORCEMENT PENAL FORESTRY

0 0 23

PELAKSANAAN PRINSIP KEADILAN DALAM PEMBERIAN GANTI RUGI PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM (Studi Kasus Pelebaran Jalan Raya di Kota Praya Kabupaten Lombok Tengah) PRINCIPLES OF JUSTICE IN LAND ACQUISITION GRANT OF COMPENSATION FOR PUBLIC INTEREST (CA

0 1 17

KEWENANGAN KEPALA DAERAH MENERBITKAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI HUTAN ADAT AUTHORITY OF THE HEAD OF PUBLISHING BUSINESS ESTATES LICENSES IN FOREST ADAT

0 0 14

KONSEP HUKUM PERTAMBANGAN RAKYAT (STUDI DI KABUPATEN LOMBOK BARAT)

1 1 14

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG CRIMINAL LAW POLICY FOR THE ERADICATION OF MONEY LAUNDERING OFFENCES

0 0 16