Identifikasi Permasalahan Daerah yang Berhubungan dengan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah

2.6. Identifikasi Permasalahan Daerah yang Berhubungan dengan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah

Beberapa permasalahan yang berhubungan dengan prioritas pembangunan daerah tahun 2014 diantaranya sebagai berikut:

1 . Aksesibilitas dan kualitas layanan pendidikan .

Kebijakan alokasi anggaran pendidikan 20% dilaksanakan pada APBD Kabupaten Ciamis Tahun 2014, kebijakan tersebut perlu ditingkatkan proporsinya pada Tahun 2016. Aspek-aspek utama yang masih harus mendapatkan perhatian lebih adalah mengenai peningkatan mutu pelayanan dan pemerataan serta perluasan kesempatan pendidikan. Terkait dengan aspek pemerataan dan perluasan kesempatan pendidikan yaitu implementasi kebijakan pendidikan gratis khususnya untuk pendidikan dasar.

Tantangan pembangunan bidang pendidikan adalah meningkatkan RLS yang masih rendah, menuntaskan rehabilitasi ruang kelas yang rusak, menuntaskan wajar dikdas 9 tahun dan perintisan wajar 12 tahun, meningkatkan kualitas hasil pendidikan, meningkatkan pendidikan kejuruan yang berbasis potensi lokal serta meningkatkan kuantitas dan kualitas guru. Hal ini dapat diatasi dengan sinergitas program dan penggunaan dana pendidikan secara efektif dan efisien.

Permasalahan dalam kualitas dan kesempatan pendidikan sampai dengan Tahun 2014 adalah:

1. Masih rendahnya RLS dan belum optimalnya AMH, yang antara lain disebabkan oleh :

a. Kurangnya kemampuan ekonomi masyarakat, yang mengakibatkan relatif tingginya angka DO dan Angka Rawan DO.

b. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan.

c. Masih kurangnya dana Bantuan Operasional pendidikan terutama untuk tingkat pendidikan menengah.

d. Terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan, sehingga masih banyak anak yang tidak terakses pendidikan.

e. Masih banyaknya bangunan sekolah yang rusak terutama SD/MI.

f. Masih kurangnya tenaga pendidik terutama untuk guru produktif di SMK dan tenaga

g. Kependidikan (TU, Penjaga Sekolah, Pustakawan, Laboran).

h. Masih rendahnya angka melanjutkan sekolah dari SMP/MTS ke SMA/SMK/MA.

i. Masih rendahnya APK PAUD. j. Masih kurangnya tenaga pendidik PAUD yang memenuhi kualifikasi. k. Belum jelasnya status kepegawaian guru PAUD terutama guru PAUD non formal.

2. Aksesibilitas dan mutu pelayanan kesehatan Pembangunan bidang kesehatan harus lebih difokuskan pada peningkatan sarana pelayanan kesehatan sebagai upaya untuk meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH) melalui penurunan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI) serta Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Permasalahan yang masih ditemui di bidang kesehatan adalah masih terbatasnya sarana dan prasarana serta tenaga kesehatan, sementara tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan cenderung semakin meningkat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga masih relatif rendah, walaupun pembinaan terhadap desa sehat siaga terus dilakukan yang telah mencakup 265 desa/kelurahan. Selain daripada itu, AKI dan AKB masih relatif tinggi walaupun selama 5 tahun terakhir mengalami penurunan yang signifikan. Begitu juga kasus penyakit menular terutama DBD, HIV/ AIDS, TBC, dan Malaria masih tinggi, serta kasus gizi buruk masih ditemui walaupun cenderung menurun. Layanan spesialistik di sarana layanan rujukan masih terbatas. Ketersediaan dokter spesialistik belum optimal sehingga menjadi kendala untuk pemenuhan pelayanan kesehatan spesialistik dan persyaratan peningkatan tipe rumah sakit. Selain itu juga diperlukan verifikasi data kepesertaan untuk mendukung program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

3. Rendahnya daya beli masyarakat dan stabilitas ketahanan pangan Daya beli masyarakat merupakan salah satu komponen dari Indeks Pembangunan Manusia, sehingga perlu diperhatikan dalam rangka mendongkrak IPM Kabupaten Ciamis. Permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan daya beli adalah :

a. Masih rendahnya kualitas sumber daya manusia pengelola Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.

b. Masih lemahnya tingkat kemampuan permodalan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.

c. Kondisi perekonomian nasional yang belum stabil berpengaruh terhadap lemahnya investasi di Kabupaten Ciamis, di lain pihak pengembangan komoditas unggulan memerlukan padat modal sehingga tidak sebanding dengan harga produknya. Kaitan dengan hal tersebut hanya beberapa komoditas saja yang masih dipandang layak untuk dikembangkan.

d. Dengan diberlakukannya perdagangan global, belum diimbangi dengan kesiapan para pelaku usaha lokal, sehingga tingkat daya saing dengan produk impor semakin melemah.

e. Masih lemahnya posisi tawar produk pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan.

f. Masih belum tertatanya tataniaga produk pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan.

g. Masih minimnya sarana prasarana infratruktur penunjang kegiatan perekonomian masyarakat. Tantangan yang besar dalam pembangunan ketahanan pangan adalah adanya tingkat permintaan pangan dan diperlukannya ketersediaan pangan yang besar dan harus terus ditingkatkan sebagai implikasi dari jumlah penduduk Kabupaten Ciamis yang relatif besar dan terus mengalami pertumbuhan. Dengan demikian pembangunan ketahanan pangan dari sisi aspek ketersediaan dituntut untuk mampu meningkatkan kapasitas produksi dari waktu ke waktu, sementara di lain pihak ketersediaan lahan baik secara kuantitas maupun kualitas semakin terbatas. Peningkatan permintaan tidak hanya didorong oleh adanya pertumbuhan penduduk, tetapi juga peningkatan pendapatan perkapita, serta oleh adanya kesadaran akan kesehatan serta pergeseran pola makan.

Pencapaian AKG (Angka Kekurangan Gizi) yang belum terjadi secara merata baik antar golongan masyarakat maupun antar wilayah pedesaan dan perkotaan. Sistem distribusi pangan yang belum optimal menjadi salah satu pemicu timbulnya masalah pada subsistem ketersediaan pangan dan konsumsi.

Permasalahan yang dihadapi dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan masyarakat adalah:

a. Kondisi cuaca ekstrim mengakibatkan musim hujan sepanjang tahun, sehingga menyebabkan tanaman buah-buahan tertentu produksinya berkurang.

b. Semakin berkurangnya tenaga kerja penggarap lahan akibat generasi muda kurang berminat lagi pada bidang budidaya pertanian.

c. Munculnya beberapa penyakit hewan menular di beberapa desa yang berpotensi menyebar ke wilayah lainnya.

d. Masih rendahnya pengawasan lalu lintas ternak sehingga masih banyak ternak yang lolos masuk ke Kabupaten Ciamis tanpa dilengkapi dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) yang ditandatangan oleh Dokter Hewan berwenang setempat.

e. Untuk merangsang pembuahan dimusim berikutnya dilakukan pemeliharaan tanaman secara intensif.

f. Mengusulkan penetapan status pengelolaan lahan eks HGU kepada pemerintah pusat.

g. Rendahnya pengendalian mutu dan keamanan pangan.

h. Sistem distribusi pangan yang belum efisien.

i. Perkembangan harga yang masih sangat fluktuatif dan cenderung meningkat. j. Masih lemahnya dukungan infrastruktur produksi pangan. k. Rendahnya kondisi Nilai Tukar Petani. l. Sumberdaya dan kelembagaan petani masih tradisional. m. Belum optimalnya peningkatan nilai tambah produk pertanian. n. Keterbatasan dalam mengkases pembiayaan alternatif.

Ketahanan pangan lebih di fokuskan pada komoditas beras, jagung, kedelai dan ketersediaan protein hewani. Sasaran yang ingin dicapai antara lain meningkatnya produksi beras, jagung, kedelai, ternak dan ikan, terpenuhinya stok beras, tertatanya distribusi dan perdagangan beras, jagung, kedelai, ternak dan ikan dan menurunnya tingkat kehilangan pasca panen.

4. Iklim usaha, pelaku UMKM dan pengembangan destinasi wisata Kondisi UMKM di Kabupaten Ciamis saat ini ditengarai banyaknya koperasi

/KUD yang kondisinya sudah tidak sehat dan memprihatinkan, sehingga banyak yang sudah tidak beraktifitas lagi. Selain itu kurang dikuasainya manajemen umum oleh pengurus maupun anggota, dan kelembagaan Koperasi tersebut yang belum baik. Permodalan masih terbatas, dan aktiva serta likuiditas belum termasuk dalam standar koperasi yang sehat. Keterbatasan akses pembiayaan terhadap lembaga pembiayaan. Kemampuan berwirausaha kurang yang berdampak terhadap produktifitas dan nilai tambah.

Permasalahan yang dihadapi adalah :

1) Kondisi pelayanan perijinan kepada investor belum baik

2) Kualitas SDM pengelola Koperasi dan UMKM masih rendah.

3) Ketersediaan bahan baku industri kecil masih terbatas.

4) Kelancaran distribusi bahan pokok dan bahan strategis belum optimal.

5) Kondisi sarana prasarana pasar tradisional kurang memadai.

6) Daya saing produk paket wisata belum optimal.

5. Kemiskinan, pengangguran, dan ketenagakerjaan Permasalahan ketenagakerjaan di Kabupaten Ciamis adalah :

1. Jumlah pembina masih terbatas;

2. Kurangnya sarana dan prasarana penunjang untuk pembinaan keterampilan;

3. Kabupaten Ciamis bukan merupakan Daerah Kawasan Industri, sehingga penyerapan tenaga kerja di sektor swasta relatif rendah;

Jumlah Penduduk Kabupaten Ciamis pada Tahun 2014 berjumlah 1.180.211 orang, namun dari sisi kualitas pendidikan yang masih belum baik, akses kepada kesehatan yang masih kurang, pendapatan yang rendah, kebutuhan kalori belum mencukupi mengakibatkan masih tingginya angka kemiskinan. Dampak dari kemiskinan tersebut adalah ketidakcukupan pengeluaran/belanja, kesehatan yang rendah, pendidikan rendah atau buta huruf, terisolir secara sosial, rasa tidak aman, kurangnya kebebasan dan beraspirasi, serta ketidakberdayaan. Penurunan penduduk miskin harus dilakukan secara komprehensif yang melibatkan berbagai komponen/stakeholder.

Masalah kemiskinan dan pengangguran masih merupakan persoalan yang belum terselesaikan dari tahun-tahun sebelumnya, pada Tahun 2014 penduduk miskin Kabupaten Ciamis mencapai 99.610 orang. Munculnya permasalahan baru yang menyebabkan kecenderungan meningkatnya kemiskinan dan pengangguran yang disebabkan oleh faktor eksternal yaitu krisis ekonomi global yang menimbulkan pemutusan hubungan kerja, serta masih rendahnya tingkat pendapatan masyarakat khususnya kalangan petani akibat dari masih rendahnya nilai tukar produk pertanian dan fluktuasi harga produk pertanian.

Kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Ciamis menunjukkan perkembangan yang cukup berarti akan tetapi pertumbuhannya masih rendah. Hal ini menjadi tantangan di masa mendatang untuk lebih menciptakan lapangan kerja baru untuk menurunkan angka pengangguran yang masih tinggi.

Secara umum tingkat Partisipasi Angkatan Kerja mengalami penurunan hal ini disebabkan adanya Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil, dan Pengangkatan Tenaga Guru Kontrak. Sedangkan meningkatnya tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tahun 2014 didorong adanya program kegiatan pemberian kerja sementara Sistem Padat Karya.

Angka beban tanggungan kembali berkurang selama kurun waktu 2013-2014 hal ini disebabkan dibentuknya kelompok-kelompok usaha Pemberdayaan Kelompok Masyarakat yang sudah ada melalui pemberian bantuan modal.

Upaya-upaya pemberian kerja sementara Sistem Padat Karya dan pembentukan kelompok-kelompok usaha serta pemberdayaan kelompok usaha yang sudah ada sangat membantu dalam mengurangi Angka Pengangguran Terbuka.

Urusan ketenagakerjaan di Kabupaten Ciamis diarahkan pada meningkatkan kesempatan kerja melalui persiapan tenaga kerja berkualitas serta mendorong tenaga kerja mandiri untuk berpartisipasi di berbagai sektor. Peningkatan kemampuan tenaga

kerja salah satunya melalui pendidikan dan pelatihan melalui lembaga-lembaga pelatihan baik pemerintah maupun swasta. Lembaga pelatihan milik pemerintah di Kabupaten Ciamis sampai dengan Tahun 2014 berjumlah satu lembaga. Lembaga pelatihan swasta yang menyelenggarakan kursus komputer, kursus Bahasa Inggris dan lainnya sedangkan lembaga pelatihan pemerintah yaitu UPTD Kursus Latihan Kerja (UPTD-KLK) dengan instruktur dari Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Tasikmalaya, Lembaga Latihan Swasta (LLS), instansi terkait dan alumni pelatihan yang memenuhi kualifikasi.

Jenis pelatihan keterampilan yang dilaksanakan UPTD-KLK kurun waktu Tahun 2013 sampai Tahun 2014 adalah border, las listrik, bubut kayu, komputer, bengkel sepeda motor, perikanan, elektronik, processing hasil pertanian, menjahit, anyaman, pelatihan bagi narapidana dan fasilitasi/sarana usaha bagi kelompok dan perorangan dengan sumber dana dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi dan APBN.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, untuk mencapai terwujudnya kesejahteraan pekerja agar merasa aman dalam melaksanakan tugas, maka perusahaan memberikan fasilitasi standar kesejahteraan bagi pekerja dengan adanya peraturan perusahaan, terbentuknya unit kerja SPSI, terbentuknya lembaga kerjasama Bipartit, terbentuknya keselamatan dan kesehatan kerja, terbentuknya koperasi pekerja dan sistem pengupahan.

Tantangan di bidang ketenagakerjaan kedepan adalah ketersediaan tenaga kerja yang skillfull sesuai dengan tuntutan pasar kerja. Oleh karena itu lembaga-lembaga pelatihan harus mampu menyediakan berbagai macam diklat yang responsif pasar dan kompetitif.

6. Pemberdayaan masyarakat pengarustamaan gender serta pemuda dan olahraga Dalam rangka pembangunan sumber daya manusia guna terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas, pemberdayaan masyarakat merupakan hal yang penting dan strategis. Pembangunan SDM di Kabupaten Ciamis diarahkan untuk mewujudkan SDM yang mempunyai motivasi, berpengetahuan, berkemampuan, berkemauan untuk mengembangkan dirinya, serta mampu untuk hidup layak. Selama tahun 2009-2014 keberdayaan masyarakat Kabupaten Ciamis menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain keberdayaan perempuan, keberdayaan pemuda, tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan, peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat.

Tantangan pembangunan bidang pemberdayaan masyarakat kedepan adalah masih tingginya ketergantungan masyarakat terhadap bantuan pemerintah sehingga kurang dapat mengoptimalkan swadaya masyarakat. Disatu sisi, masih adanya persepsi konservatif terhadap peran perempuan dalam pembangunan namun disisi lain tuntutan kesetaraan gender semakin mengemuka sehingga perlu ruang aktualisasi bagi perempuan kedepan.

7. Bencana alam, perubahan iklim dan pengelolaan lingkungan hidup Permasalahan di bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup adalah :

a. Kegiatan usaha tani masih belum sepenuhnya memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air, sehingga tingkat erosi dan sedimentasi masih relatif tinggi. Hal ini berkaitan dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran petani, pemilikan lahan yang sempit, kultur masyarakat, serta belum lengkapnya peraturan yang mendukung upaya konservasi.

b. Kegiatan usaha tani masih belum sepenuhnya memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air, sehingga tingkat erosi dan sedimentasi masih relatif tinggi. Hal ini berkaitan dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran petani, pemilikan lahan yang sempit, kultur masyarakat, serta belum lengkapnya peraturan yang mendukung upaya konservasi.

c. Kualitas kadar air cenderung semakin menurun akibat pencemaran dari limbah domestik (sampah, limbah dari rumah tangga) dan limbah industri.

d. Sumberdaya tambang/bahan galian selama 5 tahun terakhir belum dikelola dan dimanfaatkan dengan optimal. Pada umumnya pemanfaatan bahan tambang/galian merupakan usaha-usaha rakyat baik perorangan, maupun kelompok/badan hukum, tetapi pada umumnya belum memiliki izin dan cenderung merusak lingkungan.

e. Kurangnya ketersediaan data potensi tambang/galian sehingga menjadi salah satu kendala rendahnya minat investasi di bidang tersebut.

f. Krisis energi nasional khususnya yang berkaitan dengan bahan bakar dari fosil sebagai sumber energi dampaknya sudah mulai dirasakan di daerah.

g. Belum tersedianya SDM Pengelola Laboratorium. Sebagai modal dasar pembangunan, sumber daya alam harus dimanfaatkan secara optimal dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Kabupaten Ciamis mempunyai keragaman potensi sumberdaya alam cukup besar yang dapat digunakan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat. Namun demikian, gangguan keamanan hutan terutama berupa pencurian, penjarahan dan perambahan hutan menunjukkan gejala semakin meningkat. Hal ini antara lain disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi masyarakat khususnya masyarakat sekitar kawasan hutan yang kurang menunjang. Masyarakat desa kawasan hutan pada umumnya masih dihadapkan pada masalah rendahnya akses terhadap layanan pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Sedangkan hutan rakyat arealnya semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya minat masyarakat untuk menanam kayu-kayuan. Sementara itu laju penebangan pohon juga semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya permintaan kayu untuk keperluan industri maupun bahan bangunan.

Usaha tani lahan kering khususnya di daerah berlereng menimbulkan resiko terjadinya erosi dan longsor. Kegiatan usaha tani tersebut saat ini masih belum sepenuhnya memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air, sehingga tingkat

erosi dan sedimentasi masih relatif tinggi. Hal ini berkaitan dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran petani, pemilikan lahan yang sempit, kultur masyarakat, serta belum lengkapnya peraturan yang mendukung upaya konservasi. Dalam lima tahun terakhir ini, gejala krisis air khususnya di musim kemarau dirasakan semakin meningkat, baik jumlahnya maupun kualitasnya. Sumber-sumber mata air sebagian telah hilang atau debitnya sangat kurang pada musim kemarau sebagai akibat kerusakan daerah tangkapan airnya. Kualitas kadar air juga cenderung semakin erosi dan sedimentasi masih relatif tinggi. Hal ini berkaitan dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran petani, pemilikan lahan yang sempit, kultur masyarakat, serta belum lengkapnya peraturan yang mendukung upaya konservasi. Dalam lima tahun terakhir ini, gejala krisis air khususnya di musim kemarau dirasakan semakin meningkat, baik jumlahnya maupun kualitasnya. Sumber-sumber mata air sebagian telah hilang atau debitnya sangat kurang pada musim kemarau sebagai akibat kerusakan daerah tangkapan airnya. Kualitas kadar air juga cenderung semakin

Tingkat pengelolaan sampah yang belum optimal didukung oleh kondisi prasarana persampahan yang masih kurang dan sarana prasarana persampahan yang ada kondisinya sebagian besar rusak : semua arm roll rusak (4 rusak sedang, 1 rusak berat) serta dump truk (2 baik, 14 rusak) sehingga timbulan sampah sebanyak 572,30 m3/hari hanya terangkut sebanyak 64 m3/hari (11,18%).

Tempat pemrosesan akhir sampah yang digunakan untuk melayani Kota Ciamis adalah TPA Handapherang di Kecamatan Cijeungjing yang kondisinya sudah melebihi daya tampung dan sudah melewati umur teknis. Selain itu, sistem pembuangan sampah yang terjadi di TPA Handapherang tersebut masih bersifat “Pembuangan Terbuka”/Open Dumping, sementara amanat perundang-undangan nomor 18 Tahun 2008 mensyaratkan bahwa TPA harus menggunakan sistem Sanitary Landfill.

Dalam hal pengolahan sampah, pemerintah daerah telah berupaya secara bertahap melakukan pengolahan sampah sebelum masuk ke TPA, tetapi dikarenakan pemahaman masyarakat yang belum optimal serta keterbatasan sumber daya manusia yang mempunyai keahlian dalam pengelolaan sampah secara terpadu maka upaya tersebut belum optimal dapat diimplementasikan. Namun demikian upaya-upaya menuju kearah pengelolaan sampah terpadu sudah mulai ditata sedemikian rupa, baik oleh Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Tata Ruang maupun oleh Badan Pengendalian Lingkungan Hidup. Diantara upaya tersebut adalah mendorong kelompok/organisasi masyarakat dalam mencari inovasi-inovasi pengolahan sampah; dua organisasi masyarakat yang sudah terbentuk adalah ASSBINDO yaitu koperasi yang bergerak dalam produksi kompos dan APABRIC yaitu asosiasi masyarakat yang bergerak di bidang pembuatan arang briket yang berasal dari sampah. Karakteristik sampah di Kabupaten Ciamis yang didominasi oleh organik, kertas dan plastik, memungkinkan untuk diolahnya sampah di pada sumbernya maupun sebelum masuk ke TPA.

Kondisi prasarana pengelolaan limbah domestik sampai dengan saat ini menunjukan bahwa Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) sebanyak 2 unit (Bojongmengger dan Purbahayu) masih aktif digunakan dan kerusakan yang terjadi di IPLT Bojongmengger telah selesai diperbaiki pada tahun 2009. Selain itu, kondisi sarana truk tinja yang tersedia sebanyak 2 unit juga dalam kondisi rusak sedang. Walaupun demikian, layanan yang tersedia masih belum dioptimalkan penggunaannya oleh masyarakat mengingat sosialisasi yang masih kurang kepada masyarakat mengenai keberadaan layanan untuk penyedotan limbah tinja. Cakupan pelayanan air limbah domestik pada tahun 2014 sebesar .......%, sedangkan yang tidak terlayani masih menggunakan kolam/kebun/sungai/lubang tanah/lainnya sebagai tempat pembuangan tinja.

Sumberdaya tambang/bahan galian belum dikelola dan dimanfaatkan dengan optimal. Pada umumnya pemanfaatan bahan tambang/galian merupakan usaha-usaha Sumberdaya tambang/bahan galian belum dikelola dan dimanfaatkan dengan optimal. Pada umumnya pemanfaatan bahan tambang/galian merupakan usaha-usaha

Kekeringan, banjir, tanah longsor, pencemaran lingkungan, sampah merupakan kejadian yang rutin terjadi di Kabupaten Ciamis. Sedangkan gempa bumi dan angin rebut merupakan bencana alam yang dapat terjadi insidentil. Berdasarkan kondisi tersebut maka pengendalian bencana alam yang bersifat rutin harus diantisipasi secara sinergis dan tuntas.

Penanganan pengelolaan bencana difokuskan pada sistem kelola penanganan bencana, dengan sasaran berkurangnya resiko kejadian bencana di Kabupaten Ciamis, tertanganinya bencana/wabah secara cepat dan akurat, dan meningkatnya pemahaman dan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana. Pada tahun 2014, telah disusun Rencana Penanggulangan Bencana Daerah (RPBD) dan Rencana Aksi Daerah (RAD) Penanggulangan Bencana Kabupaten Ciamis yang diharapkan dapat menjadi panduan dalam 5 tahun dan 3 tahun ke depan dalam penanganan bencana di Kabupaten Ciamis.

8. Ketersediaan dan kualitas infrastruktur wilayah dan perdesaan Infrastruktur wilayah dan perdesaan memiliki fungsi dan peranan yang cukup penting dalam pembangunan wilayah dan perdesaan sebagai pengarah pembentukan struktur tata ruang, pemenuhan kebutuhan wilayah dan perdesaan, pemacu pertumbuhan wilayah dan perdesaan serta pengikat wilayah dan perdesaan. Rendahnya pelayanan infrastruktur wilayah dan perdesaan baik dari segi ketersediaan dan kualitas masih merupakan persoalan besar di Kabupaten Ciamis yang harus segera diatasi karena dapat menghambat laju pembangunan daerah.

Beberapa permasalahan yang dihadapi antara lain berkaitan dengan kondisi jalan, jembatan dan irigasi yang rusak, rasio elektrifikasi rumah tangga yang baru mencapai 62,8% serta sarana dan prasarana dasar, khususnya rumah layak huni, air bersih, persampahan, yang belum memadai. Berdasarkan hasil evaluasi, maka pada Tahun 2014 pada aspek ketersediaan dan kualitas infrastruktur wilayah dan perdesaan akan mengoptimalkan aspek-aspek (a) sistem transportasi dalam mendukung aksesibilitas antar wilayah dan perdesaan, (b) kualitas dan kuantitas infrastruktur transportasi, (c) infrastruktur strategis di Kabupaten Ciamis, seperti bandar udara, pelabuhan laut, jalan kabupaten dan desa, serta (d) sistem pengelolaan, kualitas, kuantitas dan kontinuitas ketersediaan air baku untuk menunjang kegiatan rumah tangga, pertanian dan industry berskala kecil dan menengah.

9. Kapasitas keuangan daerah, kinerja aparatur dan tata kelola Pemerintahan Daerah dan pelayanan publik

Pembangunan bidang pemerintahan dari tahun ke tahun terus mengalami kemajuan dan peningkatan yang ditunjukkan oleh beberapa capaian kinerja pembangunan bidang aparatur, politik, hukum, serta ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. Kinerja pemerintahan adalah perwujudan good governance dengan ciri transparency (keterbukaan), faerness (kewajaran), responsibility (tanggung jawab yang jelas), dan efficiency (peningkatan efisiensi) di segala bidang. Saat ini upaya perwujudan good governance dilakukan melalui reformasi birokrasi antara lain dengan penataan organisasi, perbaikan pelayanan publik, dan perbaikan manajemen sumberdaya manusia aparatur.

Permasalahan yang dihadapi sebagai berikut :

1) Pelayanan kepada masyarakat belum mengoptimalkan pemanfaatan teknologi dan belum terintegrasi;

2) Terbatasnya kualitas dan kuantitas aparatur perangkat desa;

3) Masih terbatasnya kemampuan SDM pengelola keuangan;

4) Potensi keuangan daerah belum tergali secara optimal;

5) Pencapaian 15 SPM belum seluruhnya memenuhi target;

6) Kerjasama akademisi, swasta, pemerintah dan masyarakat belum optimal;

7) Belum optimalnya peran dan fungsi kelembagaan masyarakat desa, dan tatakelola pemerintahan desa;

8) Perangkat pengawas perijinan belum berjalan dengan optimal.

10. Kesenjangan pembangunan antar wilayah Beberapa permasalahan yang dapat menyebabkan ketimpangan pembangunan antar wilayah di Kabupaten Ciamis diantaranya :

1) Timpangnya penyediaan dan pemeliharaan berbagai sarana dan prasarana publik, terutama sarana dan prasarana dasar masyarakat yang berdampak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia,

2) Timpangnya kemampuan daerah dalam hal ketersediaan SDA, SDM, maupun sumber daya modal dalam melaksanakan pembangunan di wilayahnya masing-masing,

3) Timpangnya penyediaan sarana dan prasarana pada pusat-pusat ekonomi daerah yang berdampak pada timpangnya pertumbuhan ekonomi, timpangnya aksesibilitas dan mobilitas ekonomi masyarakat.

Tabel 2.66 Identifikasi Isu Penting dan Mendesak Nasional, Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Ciamis Tahun 2016

NO.

NASIONAL

PROVINSI JAWA BARAT

KABUPATEN CIAMIS

1. Mendukung kegiatan reformasi agraria untuk

dan kesempatan pengendalian pemanfaatan lahan pertanian,

1. Kualitas demokrasi.

3. Kualitas

pendidikan

pendistribusian bibit & pupuk, peningkatan biaya operasi & pemeliharaan irigasi dlm upaya peningkatan produktifitas pertanian dan nilai tambah petani untuk hidup layak dan lebih sejahtera

2. Mendukung penguatan konektifitas laut dan

2. Aksesibilitas dan mutu pelayanan industri padat karya, pemberantasan illegal

4. Pemerintahan yang akuntabel dan inovatif.

kesehatan masyarakat fishing dan pasar gelap ikan, peningkatan konservasi dan pemanfaatan budidaya laut, penguatan kapasitas SDM bidang kelautan, pemberdayaan masyarakat pesisir dan pulau- pulau kecil

3. Mendukung perlindungan dan konservasi

3. Daya beli masyarakat sumber daya alam, serta rehabilitasi hutan dan lahan kritis agar kita dapat mencegah pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

5. Keamanan dan ketertiban daerah

4. Mendukung program modernisasi pasar

4. Ketahanan pangan tradisional yang telah ada dan pembangunan pasar tradisonal serta peningkatan percepatan penyelesaian perizinan melalui PTSP dengan efisiensi menjadi maksimal 15 (limabelas) hari.

6. Kualitas kesejahteran aparatur berbasis kinerja

5. Mendukung optimalisasi pemanfaatan gas

kemiskinan, sebagai sumber daya energi, penguatan

7. Beberapa kebijakan pascapenetapan UU No. 23 Tahun

5.Penanggulangan

penganguran dan ketenagakerjaan infrastruktur energi, mengatasi kelangkaan listrik, dan pengembangan teknologi hemat energi

2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016

II - 120

6. Mendukung peningkatan pengelolaan potensi

6. Kemitraan Pemerintah Daerah, kekayaan alam dan keanekaragaman budaya,

8. Penataan Daerah Otonomi Baru.

Dunia Usaha dan Masyarakat penciptaan nilai tambah sektor industri dengan

dalam pembangunan muatan IPTEK, keterampilan, keahlian dan SDM yang unggul

7. Mendukung pencapaian target kunjungan

9. Harmonisasi produk peraturan perundang-undangan

7. Iklim usaha

wisatawan secara nasional.

daerah.

8. Tersedianya SDM yang unggul, dan penerapan

8. Fasilitasi dan pembinaan pelaku teknologi tepat guna kualitas berbagai jenis

10. Pengembangan Teknologi Informasi dalam berbagai

aspek.

UKM

hasil industri semakin baik yang pada akhirnya mendorong peningkatan pemerataan pendapatan dan kemampuan daya beli masyarakat

9. Mendukung peningkatan mendukung penguatan

9. Pengembangan destinasi wisata infrastruktur perhubungan dan maritim, infrastruktur energi, infrastruktur pariwisata, dan infrastruktur kedaulatan pangan

11. Sinergitas pembangunan desa-kota.

10. Tersedianya jaringan infrastruktur dan

10. Pemberdayaan masyarakat berkembangnya berbagai moda transportasi yang mengedepankan pelayanan cepat, tepat murah dan aman, akan mendorong efisiensi dan efektifitas kelancaran arus orang dan distribusi barang serta jasa yang dapat menekan ekonomi biaya tinggi dan menekan angka inflasi

10. Peran dan fungsi balai untuk pelayanan sosial

11. Peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat

11. Penanggulangan bencana dan pengelolaan lingkungan

hidup dalam rangka mitigasi dan adaptasi perubahan iklim

12.Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas 12.

Ketersediaan dan kualitas

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016

II - 121 II - 121

infrastruktur

wilayah dan

perdesaan

13.Pengembangan Perekonomian wilayah perbatasan

13. Kapasitas keuangan daerah

14.Pengembangan industri wisata Jawa Barat

14. Optimalisasi kinerja pemerintah daerah dan desa

15.Ketahanan Pangan

15.Kesenjangan pembangunan antar

wilayah

16.Peningkatan investasi 17.Peningkatan peran dan daya saing BUMD 18.Peningkatan Kerjasama Business to business 19.Kualitas, kuantitas dan cakupan pelayanan infrastruktur

dasar 23.Kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur strategis 24.Penurunan kualitas lingkungan hidup 25.Pengendalian dan pengawasan penataan ruang 26.Alih fungsi lahan 27.Pertumbuhan penduduk dan persebarannya 28.Kualitas dan aksesibilitas pendidikan dan kesehatan 29.Perluasan kesempatan kerja dan peningkatan kualitas

tenaga kerja 30.Kecepatan dan ketepatan penanganan bencana serta

adaptasi masyarakat terhadap bencana 31.Pelestarian nilai-nilai dan warisan budaya lokal 32.Penanggulangan penduduk miskin 33.Pencegahan dan penanganan masalah kesejahteraan

sosial (PMKS) 34.Pembangunan pusat seni, budaya dan stadion olahraga di

kabupaten/kota

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016

II - 122

Tabel 2.67 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Nasional, Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Ciamis Tahun 2016

NO. NASIONAL

PROVINSI JAWA BARAT

KABUPATEN CIAMIS

1. Pembangunan ekonomi dan

1. Kualitas dan kesempatan pendidikan peningkatan kesejahteraan rakyat

1. Tingkat Pengangguran Terbuka(TPT) Provinsi

Jawa Barat masih berada di atas TPT Nasional.

2. Perbaikan tata kelola pemerintahan

2. Tingkat kemiskinan berada dibawah rata-rata

2. Aksesibilitas dan mutu pelayanan kesehatan

tingkat kemiskinan nasional, namun perlu

masyarakat

upaya lebih untuk menurunkan tingkat kemiskinan sesuai dengan sasaran.

3. Penegakan Pilar Demokrasi

3. Memanfaatkan bonus demografi

3. Daya beli masyarakat

(meningkatnya proporsi penduduk usia produktif) yang terjadi bagi pertumbuhan ekonomi.

4. Penegakan hukum dan

4. Kesenjangan masih tinggi yang ditunjukkan

4. Ketahanan pangan

pemberantasan korupsi

dengan tingginya rasio gini dan kesenjangan pendapatan antarwilayah.

5. Penanggulangan kemiskinan, penganguran dan berkeadilan

5. Pembangunan inklusif dan

5. Pencapaian IPM Provinsi Jawa Barat hampir

sama/menyerupai pencapaian IPM Nasional.

ketenagakerjaan

6. Penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian

6. Kemitraan Pemerintah Daerah, Dunia Usaha dan

mengalami penurunan.

Masyarakat dalam pembangunan

7. Sebagian besar pinjaman masyarakat yang

7. Iklim usaha

dilakukan di Jawa Barat adalah bersifat konsumtif, sehingga perlu didorong pada sektor yang produktif.

8. Porsi belanja modal yang merupakan investasi

8. Fasilitasi dan pembinaan pelaku UKM

publik masih rendah.

9. Kontribusi Sektor Industri Pengolahan

9. Pengembangan destinasi wisata

terhadap total PDRB Jawa Barat mengalami penurunan.

10. Peningkatan produktivitas sektor pertanian

10. Pemberdayaan masyarakat

untuk meningkatkan kesejahteraan para

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016

II - 123 II - 123

11. Peningkatan investasi industri pengolahan 11. Penanggulangan bencana dan pengelolaan

untuk meningkatkan nilai tambah dan

lingkungan hidup dalam rangka mitigasi dan

memperluas lapangan kerja, terutama untuk

adaptasi perubahan iklim

meningkatkan pendapatan per kapita.

12. Peningkatan kualitas infrastruktur jalan dan

12. Ketersediaan dan kualitas infrastruktur wilayah dan

suplai kelistrikan.

perdesaan

13. Peningkatan porsi belanja modal pemerintah

13. Kapasitas keuangan daerah

perekonomian masyarakat.

14. Peningkatan fungsi intermediasi perbankan

14. Optimalisasi kinerja pemerintah daerah dan desa

untuk mendorong akses permodalan usaha (investasi).

15. Kesenjangan pembangunan antar wilayah

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016

II - 124

Tabel 2.68 Identifikasi Isu Strategis Nasional, Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Ciamis RPJMD 2014 - 2019

NO. NASIONAL

PROVINSI JAWA BARAT

KABUPATEN CIAMIS

1. Pembangunan ekonomi dan

1. Kualitas dan kesempatan pendidikan peningkatan kesejahteraan rakyat

1. Pertumbuhan penduduk dan persebarannya

2. Perbaikan tata kelola pemerintahan

2. Kualitas dan aksesibilitas pendidikan dan

2. Aksesibilitas dan mutu pelayanan kesehatan

kesehatan

masyarakat

3. Penegakan Pilar Demokrasi

3. Pengangguran dan ketenagakerjaan

3. Daya beli masyarakat

4. Penegakan hukum dan

4. Pertumbuhan ekonomi dan pemerataan

4. Ketahanan pangan

pemberantasan korupsi

kesejahteraan masyarakat

5. Pembangunan inklusif dan

5. Penanggulangan kemiskinan, penganguran berkeadilan

5. Kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur

dasar dan strategis

dan ketenagakerjaan

6. Kualitas dan lingkungan

hidup untuk

6. Kemitraan Pemerintah Daerah, Dunia Usaha

dan Masyarakat dalam pembangunan

Province

7. Kualitas demokrasi

7. Iklim usaha

8. Kecepatan dan ketepatan penanganan

8. Fasilitasi dan pembinaan pelaku UKM

bencana serta adaptasi masyarakat terhadap bencana

9. Pemerintahan daerah yang efektif dan efisien

9. Pengembangan destinasi wisata

10. Pelestarian nilai-nilai dan warisan budaya lokal 10. Pemberdayaan masyarakat

11. Pengembangan industri wisata Jawa Barat

11. Penanggulangan bencana dan pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka mitigasi dan adaptasi perubahan iklim

12. Penanggulangan penduduk miskin

12. Ketersediaan dan kualitas infrastruktur wilayah dan perdesaan

13. Pasar global dan Asean – China Free Trade

13. Kapasitas keuangan daerah

Area (ACFTA)

14. Pencegahan dan penanganan masalah

14. Optimalisasi kinerja pemerintah daerah dan

kesejahteraan sosial (PMKS)

desa

15. Alih fungsi lahan dari pertanian ke non 15.Kesenjangan pembangunan antar wilayah pertanian dan penertiban okupasi lahan tidur (HGU)

16. Ketahanan pangan

17. Keamanan dan ketertiban daerah

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016

II - 125

Tabel 2.69 Identifikasi Permasalahan untuk Penentuan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Kabupaten Ciamis

No Program Pembangunan Daerah RPJMD Faktor-faktor Penentu

1. Peningkatan aksesibilitas dan mutu pendidikan

1. Masih rendahnya RLS dan belum optimalnya AMH, yang antara

1. Peningkatan program

lain disebabkan oleh :

pendidikan dasar dan

a.Kurangnya

mengakibatkan relatif tingginya angka DO dan Angka Rawan

2. Peningkatan program

DO.

pendidikan non formal.

b. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan.

c. Masih kurangnya dana Bantuan Operasional pendidikan terutama untuk tingkat pendidikan menengah.

d. Terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan, sehingga masih banyak anak yang tidak terakses pendidikan.

e. Masih banyaknya bangunan sekolah yang rusak terutama SD/MI.

f. Masih kurangnya tenaga pendidik terutama untuk guru produktif di SMK dan tenaga l. Kependidikan (TU, Penjaga Sekolah, Pustakawan, Laboran). m. Masih rendahnya angka melanjutkan sekolah dari SMP/MTS ke

SMA/SMK/MA. n. Masih rendahnya APK PAUD.

o. Masih kurangnya tenaga pendidik PAUD yang memenuhi kualifikasi. p. Belum jelasnya status kepegawaian guru PAUD terutama guru PAUD non formal.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016

II - 126

2. Peningkatan aksesibilitas dan mutu pelayanan kesehatan

1. Masih terbatasnya sarana dan prasarana serta tenaga kesehatan,

1. Peningkatan sarana dan

sementara tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

prasarana kesehatan

cenderung semakin meningkat.

2. Peningkatan SDM

2. Perilaku hidup bersih dan sehat juga masih relatif rendah,

kesehatan

walaupun pembinaan terhadap desa sehat siaga terus dilakukan

3. Peningkatan sistem

yang telah mencakup 265 desa/kelurahan.

pengelolaan kesehatan

3. AKI dan AKB masih relatif tinggi walaupun selama 5 tahun terakhir mengalami penurunan yang signifikan.

4. Kasus penyakit menular terutama DBD, HIV/ AIDS, TBC, dan Malaria masih tinggi.

5. Kasus gizi buruk masih ditemui walaupun cenderung menurun.

6. Layanan spesialistik di sarana layanan rujukan masih terbatas. Ketersediaan dokter spesialistik belum optimal sehingga menjadi kendala untuk pemenuhan pelayanan kesehatan spesialistik dan persyaratan peningkatan tipe rumah sakit.

3. Pemberdayaan masyarakat, pengarusutamaan gender serta

1. Peningkatan partisipasi pemuda dan olahraga

1. Masih tingginya ketergantungan masyarakat terhadap bantuan

pemerintah sehingga kurang dapat mengoptimalkan swadaya

perempuan, masyarakat

masyarakat.

dan pemuda dalam

2. Masih adanya persepsi konservatif terhadap peran perempuan

pembangunan

dalam pembangunan namun disisi lain tuntutan kesetaraan gender semakin mengemuka sehingga perlu ruang aktualisasi bagi perempuan kedepan.

4. Pengembangan pariwisata dan dunia usaha

1. Kondisi pelayanan perijinan kepada investor belum baik

1.Optimalisasi pelayanan

2. Kualitas SDM pengelola Koperasi dan UMKM masih rendah.

perizinan

3. Ketersediaan bahan baku industri kecil masih terbatas.

2.Peningkatan kualitas

4. Kelancaran distribusi bahan pokok dan bahan strategis belum

sarana dan prasarana

optimal.

pariwisata

5. Kondisi sarana prasarana pasar tradisional kurang memadai.

6. Daya saing produk paket wisata belum optimal.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016

II - 127

5. Pengembangan pertanian, kehutanan dan perikanan

1. Kondisi cuaca ekstrim mengakibatkan musim hujan sepanjang

1. Optimalisasi pemanfaatan

tahun, sehingga menyebabkan tanaman buah-buahan tertentu

sarana dan prasarana

produksinya berkurang.

pertanian

2. Semakin berkurangnya tenaga kerja penggarap lahan akibat 2. Peningkatan akses

generasi muda kurang berminat lagi pada bidang budidaya

permodalan

pertanian.

3. Peningkatan kapasitas

3. Munculnya beberapa penyakit hewan menular di beberapa desa

SDM penyuluh

yang berpotensi menyebar ke wilayah lainnya.

4. Masih rendahnya pengawasan lalu lintas ternak sehingga masih banyak ternak yang lolos masuk ke Kabupaten Ciamis tanpa dilengkapi dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) yang ditandatangan oleh Dokter Hewan berwenang setempat.

5. Untuk merangsang pembuahan dimusim berikutnya dilakukan pemeliharaan tanaman secara intensif.

6. Mengusulkan penetapan status pengelolaan lahan eks HGU kepada pemerintah pusat.

7. Rendahnya pengendalian mutu dan keamanan pangan.

8. Sistem distribusi pangan yang belum efisien.

9. Perkembangan harga yang masih sangat fluktuatif dan cenderung meningkat.

10. Masih lemahnya dukungan infrastruktur produksi pangan.

11. Rendahnya kondisi Nilai Tukar Petani.

12. Sumberdaya dan kelembagaan petani masih tradisional.

13. Belum optimalnya peningkatan nilai tambah produk pertanian.

14. Keterbatasan dalam mengkases pembiayaan alternatif.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016

II - 128

6. Penanggulangan kemiskinan, pengangguran, dan

1. Peningkatan Bantuan ketenagakerjaan

1. Kemampuan pembina yang masih rendah;

2. Kurangnya sarana dan prasarana penunjang untuk pembinaan

Langsung bagi

keterampilan;

masyarakat miskin;

3. Kabupaten Ciamis bukan merupakan Daerah Kawasan Industri,

2. Pemberdayaan

sehingga penyerapan tenaga kerja di sektor swasta relatif

masyarakat miskin;

rendah;

3. Penguatan modal;

4. Krisis ekonomi global yang menimbulkan pemutusan hubungan

4. Kegiatan pro poor

kerja,

lainnya.

5. Masih rendahnya tingkat pendapatan masyarakat khususnya kalangan petani akibat dari masih rendahnya nilai tukar produk pertanian dan fluktuasi harga produk pertanian.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016

II - 129

7. Penanggulangan bencana dan pengelolaan lingkungan hidup

1. Kegiatan usaha tani masih belum sepenuhnya memperhatikan

1. Penyusunan dokumen

kaidah-kaidah konservasi tanah dan air, sehingga tingkat erosi

rencana kontinjensi;

dan sedimentasi masih relatif tinggi. Hal ini berkaitan dengan

2. Peningkatan desa tangguh

bencana; yang sempit, kultur masyarakat, serta belum lengkapnya 3.Peningkatan bantuan untuk peraturan yang mendukung upaya konservasi.

kurangnya pengetahuan dan kesadaran petani, pemilikan lahan

perlindungan korban

2. Kualitas kadar air cenderung semakin menurun akibat

bencana;

pencemaran dari limbah domestik (sampah, limbah dari rumah

4. Pembinaan pengendalian

tangga) dan limbah industri.

pencemaran lingkungan;

3. Sumberdaya tambang/bahan galian selama 5 tahun terakhir 5.Pemantauan kualitas belum dikelola dan dimanfaatkan dengan optimal. Pada

lingkungan; umumnya pemanfaatan bahan tambang/galian merupakan 6.Penyusunan kebijakan usaha-usaha rakyat baik perorangan, maupun kelompok/badan

pengencalian

hukum, tetapi pada umumnya belum memiliki izin dan cenderung

pencemaran;

merusak lingkungan.

7.Pembangunan/penertiban

4. Kurangnya ketersediaan data potensi tambang/galian sehingga

IPAL industri menjadi salah satu kendala rendahnya minat investasi di bidang 8.Penegakan hukum tersebut.

lingkungan

5. Krisis energi nasional khususnya yang berkaitan dengan bahan 9.Pemantauan kualitas bakar dari fosil sebagai sumber energi dampaknya sudah mulai

lingkungan

dirasakan di daerah.

10.Penertiban dan

6. Belum tersedianya SDM Pengelola Laboratorium.

pengendalian izin tambang/galian secara terpadu

11.Mencari sumbr energi terbarukan 12.Menyiapkan SDM pengelola kebersihan

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016

II - 130

8. Ketersediaan dan kualitas infrastruktur wilayah dan perdesaan

1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas jalan dan jembatan strategis kabupaten/kecamatan

2. Memperbaiki jaringan irigasi teknis dan semi teknis

3. Pembangunan dan rehabilitasi terminal dan

1. Rendahnya pelayanan infrastruktur wilayah dan perdesaan baik

subterminal

dari segi ketersediaan dan kualitas

4. Penyediaan fasilitas

2. Kondisi jalan, jembatan dan irigasi yang rusak,

keselamatan lalu lintas

3. Rasio elektrifikasi rumah tangga yang baru mencapai 62,8%

5. Pengembangan jaringan

serta sarana dan prasarana dasar, khususnya rumah layak huni,

ketenagalistrikan dan

air bersih, persampahan, yang belum memadai.

listrik Pra KS

6. Penyediaan jaringan air bersih pedesaan dan perkotaan

7. Pembangunan TPA dan penyediaan alat angkut persampahan

8. Penyediaan infrastruktur sanitasi di daerah

1. Optimalisasi pengelolaan Pemerintahan Daerah dan pelayanan publik

9. Kapasitas keuangan daerah, kinerja aparatur dan tata kelola

1. Pelayanan kepada masyarakat belum mengoptimalkan

pemanfaatan teknologi dan belum terintegrasi;

keuangan daerah;

2. Terbatasnya kualitas dan kuantitas aparatur perangkat desa

2. Peningkatan kinerja dan

3. Masih terbatasnya kemampuan SDM pengelola keuangan

tata kelola pemerintah;

sehubungan dengan

3. Peningkatan kualitas

4. Potensi keuangan daerah belum tergali secara optimal;

layanan publik.

2. Pencapaian 15 SPM belum seluruhnya memenuhi target;

3. Kerjasama akademisi, swasta, pemerintah dan masyarakat belum optimal

4. Belum optimalnya peran dan fungsi kelembagaan masyarakat desa, dan tatakelola pemerintahan desa;

5. Perangkat pengawas perijinan belum berjalan dengan optimal.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016

II - 131

10. Kesenjangan pembangunan antar wilayah

1. Timpangnya penyediaan dan pemeliharaan berbagai sarana

1. Pemerataan

dan prasarana publik, terutama sarana dan prasarana dasar

pembangunan antar

masyarakat yang berdampak pada peningkatan kualitas

wilayah;

sumber daya manusia,

2. Peningkatan SDM untuk

2. Timpangnya kemampuan daerah dalam hal ketersediaan SDA,

mendukung penyelesaian

SDM, maupun sumber daya modal dalam melaksanakan

pembangunan;

pembangunan di wilayahnya masing-masing,

3. Peningkatan sarana

3. Timpangnya penyediaan sarana dan prasarana pada pusat-

prasarana untuk

pusat ekonomi daerah yang berdampak pada timpangnya

mendukung pembangunan

pertumbuhan ekonomi, timpangnya aksesibilitas dan mobilitas

ekonomi.

ekonomi masyarakat.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016

II - 132