Jasa Analisa Laboratorium Kualitas Air dan Limbah

D. Jasa Analisa Laboratorium Kualitas Air dan Limbah

Layanan jasa analisis kualitas air dan limbah didasarkan pada akreditasi dengan sistem SNI ISO/IEC 17025:2008. Kemampuan BTPAL untuk memberikan jasa analisis tersebut di atas telah diverifikasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan nomor akreditasi LP-583-IDN sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 3.32.

Gambar 3.32. Sertifikat akreditasi ISO7015 BTPAL (sedang proses reakreditasi) Tahun 2017, laboratorium BTPAL sedang dalam tahap re-akreditasi oleh KAN. Proses re-

akreditasi telah sampai pada pelaksanaan tindakan perbaikan terhadap temuan hasil assessment dan menunggu jadwal sidang panitia teknis KAN untuk penetapan status akreditasi. Pada Tabel 3.15 disajikan customer BTPAL di bidang jasa analis kualitas air sampai dengan tahun 2017.

Tabel 3.15 Jenis customer pengujian hingga tahun 2017

Lembaga pemerintah

Perguruan Tinggi

Lain-lain

Realisasi kinerja dan capaian kinerja aspek layanan jasa teknologi pengolahan air dan limbah dari tahun ke tahun sejak 2014 terlihat meningkat. Dibanding tahun lalu, secara nominal, realisasi meningkat sekitar 10% dari Rp 100.367.786 menjadi Rp 110.000.000. Sedangkan persentase capaian meningkat drastic dari 26,5% menjadi 103,5%, namun ini karena ada penyesuaian target dari Rp 378.300.000 menjadi Rp 106.307.000.

Tabel 3.16 Perbandingan capaian PNBP tahun 2017 dengan beberapa tahun sebelumnya

103,5% Capaian Kinerja Program Layanan Teknologi Pengolahan Air dan Limbah tahun 2017 menuju

106.307.000 110.000.000

target akhir sesuai dokumen RENSTRA 2015-2019 adalah sebagai berikut:

3.2 Capaian Kinerja

3.2.1 Sasaran Program 1: Terwujudnya Inovasi Bidang TPSA Untuk Mendukung

Kemandirian Bangsa

3.2.1.1 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja

Sasaran Program

Indikator Kinerja

Target

Realisasi

Program/Kegiatan Mitra

Terwujudnya Terbangunnya Pilot Plant

DIPA APBN 2017 • SMK Al- Inovasi Teknologi

1 1 100

Kahfi, Pengolahan Air

Teknologi Pengolahan Air

• Survey

Bersih untuk Masyarakat • Koordinasi Sumbawa, Bersih untuk

NTB Masyarakat

(Technology Microbubble) • Konstruksi

• Instalasi • Pelatihan • Serah terima unit • Peresmian

3.2.1.2 Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun sebelumnya

Sasaran Program

Target

Tahun Realisasi

2015 100% Terwujudnya Inovasi di Bidang TPSA

Jumlah produk di Bidang TPSA

2016 100% untuk mendukung kemandirian bangsa

yang mendukung kemandirian

bangsa

2017 100%

3.2.1.3 Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan target jangka menengah/renstra

3.2.1.4 Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional

Sasaran Program

Realisasi Kinerja TA 2017

Standar Nasional

Terwujudnya Inovasi Terbangunnya 1 (satu) Pilot LIPI mengembangkan Sistem Teknologi Pengolahan Plant Teknologi Pengolahan Pengolah Air Kotor menjadi Air Air Bersih untuk

Air Bersih untuk Masyarakat Bersih 1200 Liter/Jam dan Air Minum 600 Liter/Jam dan Mesin

Masyarakat

dengan Microbubble

Pengolah Air Gambut menghasilkan

8 Galon Air Minum

3.2.1.5 Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan

Alternatif Program

Sasaran Faktor Peningkatan

Faktor Penurunan

Kinerja

Kinerja

Solusi Peningkatan Kinerja

Terwujudnya • Dukungan

• Distribusi tugas, Inovasi

(sejauh ini tidak ada

wewenang dan Teknologi

Pimpinan

penurunan kinerja.

tanggung jawab Pengolahan Air

• Dukungan Mitra

Terlihat jelas adanya

Daerah dengan Biro-Biro

kenaikan kinerja di

Bersih untuk • Dukungan dilingkup BPPT

Masyarakat Lembaga DPR-RI • Melakukan

banding tahun-tahun

Komisi VII inventarisasi • Dukungan SDM

sebelumnya)

kebutuhan teknologi yang pengalaman

air bersih bagi daerah dalam litbangyasa

• Kerjasama dengan Teknologi Air

Kementerian (TKDN >90%)

(KemenPDT)

3.2.1.6 Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya

Sasaran Program

SDM

Keuangan

Lab & Peralatan

Terwujudnya Inovasi Diperlukan peningkatan Dibutuhkan Revitalisasi Teknologi

peralatan Pengolahan Air

komitmen dan daya

fleksibilitas realisasi

workshop Bersih untuk

inovasi bagi SDM

anggaran untuk

pelaksanaan kegiatan Masyarakat

perekayasa/peneliti

pertama dan muda

sesuai peraturan yang berlaku

3.2.1.7 Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja

SK-2 Terbangunnya 1 (satu) Pilot Plant Teknologi Pengolahan Air Bersih untuk Masyarakat dengan Microbuble

Kegiatan Kegiatan

Paten dengan

Pertemuan Koordinasi

Publikasi terkait di BPPT

3.2.2 Sasaran Program 2: Termanfaatkannya Hasil Inovasi di Bidang TPSA yang Mendukung Kemandirian Bangsa

3.2.2.1 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja Pengukuran tingkat capaian kinerja indikator sasaran program kedua Tahun 2017 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator sasaran program yang telah ditetapkan dengan realisasinya. Hasil pengukuran kinerja indikator sasaran program tersebut diuraikan sebagai berikut:

Indikator Kinerja

Target Realisasi

Program / Mitra Kegiatan

Jumlah Inovasi di Bidang

1 1 100 Hasil inovasi PT. EGS TPSA yang Mendukung

teknologi survei Indonesia Kemandirian Bangsa dan

kelautan untuk Sudah Dimanfaatkan oleh

layanan jasa Pengguna: Jumlah Teknologi

pemetaan jalur Survey dan Observasi

kabel bawah laut Kelautan

3.2.2.2 Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun sebelumnya

Realisasi serta capaian kinerja tahun 2017 tidak dapat dibandingkan dengan capaian kinerja tahun sebelumnya (2015 dan 2016) karena target inovasi TPSA yang termanfaatkan pada tahun tersebut belum ada.

3.2.2.3 Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan target jangka menengah/renstra

Dari 7 (tujuh) target jumlah inovasi TPSA yang termanfaatkan pada jangka menengah (2015- 2019) telah tercapai 1 (satu) inovasi yang termanfaatkan yakni teknologi survei laut dengan K.R. Baruna Jaya III yang telah digunakan untuk pemetaan dasar laut dalam rangka rencana penggelaran kabel optik bawah laut yang akan menghubungkan Bali – NTB -NTT. Pada tahun 2018 target inovasi TPSA yang termanfaatkan sejumlah 1 (satu) hasil inovasi dibidang teknologi survei kelautan, sedangkan pada tahun 2019 target inovasi TPSA yang termanfaatkan sejumlah 5 (lima) inovasi yang terdiri dari 1 (satu) teknologi survei dan observasi kelautan, 1 (satu) teknologi pengolahan dan pemurnian nikel, 1 (satu) sistem dan teknologi monitoring kekuatan gedung bertingkat terhadap bencana gempa bumi, 1 (satu) teknologi pengelolaan sampah perkotaan, dan 1 (satu) teknologi pemantauan kualitas lingkungan perkotaan.

3.2.2.4 Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional Dalam memanfaatkan hasil inovasi teknologi survei kelautan mendukung pelayanan jasa Balai

Teksurla Kedeputian Bidang TPSA yang meliputi: pemanfaatan K.R. Baruna Jaya III untuk survei jalur kabel laut di Bali-NTB-Waingapu dan K.R. Baruna Jaya IV untuk survei kajian potensi perikanan di Laut Cina Selatan mengacu kepada standar Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) sebagai standar kelayakan kapal, dan mengacu pada standar nasional dari Pusdishidros , Badan Informasi Geospasial, Internation Hydrographic Organization (IHO) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk prosedur pelaksanaan survei kelautan.

3.2.2.5 Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan

Alternatif Program

Sasaran

Faktor Peningkatan

Faktor Penurunan

Kinerja

Kinerja

Solusi Peningkatan Kinerja

Termanfaatkann • ketersediaan SDM

• Revitalisasi kapal ya Hasil Inovasi

• Kondisi kapal yang

• Upgrading di Bidang TPSA

yang memiliki

sudah tua

kemampuan dan • peralatan survei Peralatan yang yang

• Peningkatan Mendukung

pengalaman survei laut

• kesiapan kapal, upaya Kemandirian

sebagian sudah

obsolete

peralatan survei dan pemeliharaan dan Bangsa

penunjangnya perawatan rutin • pelaksanaan survei

peralatan sesuai dengan target yang telah ditetapkan mitra

• Kerjasama dan networking yang telah

dibangun baik di dalam maupun di luar negeri

• Kerjasama lintas unit dan sistem matriks

yang diterapkan BPPT

3.2.2.6 Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya Efisiensi penggunaan SDM: penggunaan SDM yang relatif efisien tentunya menjadi prioritas

dalam pelaksanaan kegiatan ini. Hal ini disebabkan banyaknya kegiatan lain yang juga membutuhkan SDM. Dengan demikian kebutuhan akan tenaga ahli yang sesuai sangat penting untuk efisiensi penggunaan SDM. Sistem matriks SDM merupakan solusi untuk efisiensi SDM ini.

Efisiensi penggunaan keuangan: penggunaan anggaran yang sangat efisien melalui prioritasi penggunaan anggaran. Prioritas anggaran diarahkan untuk biaya mensukseskan kegiatan. Selain itu, prioritas anggaran untuk pengadaan bahan-bahan dan material hanya untuk menunjang kesuksesan kegiatan layanan jasa teknologi survei kelautan. Perjalanan dinas harus dioptimalkan dalam rangka pelaksanaan layanan jasa survei dan teknologi kelautan.

Efisiensi penggunaan mesin dan peralatan: penggunaan wahana KR Baruna Jaya BPPT dan peralatan survei pendukungnya yang dimiliki Balai Teksurla

3.2.2.7 Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja

3.2.3 Sasaran Program 3: Meningkatnya Kualitas Layanan Teknologi TPSA

Kualitas layanan teknologi TPSA diukur melalui survei IKM yang hasilnya dirangkum pada Tabel 3.17 . Hasil survei IKM ini merupakan indikator kinerja SP3.

Tabel 3.17 Hasil Survei Kepuasan Pengguna Layanan Bidang TPSA

Nama Responden

UNSUR PELAYANAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Layanan Teknologi Survei Kelautan

PT.EGS Indonesia (1) 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 PT. EGS Indonesia (2)

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 KKP (1)

4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 KKP (2)

4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 PT. Dok Dua Satu Nusatara

3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 BAKAMLA

3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 Jumlah Nilai Per Unsur

20 22 21 20 20 21 20 19 21 21 21 19 6 23 Nilai Rata-Rata (NRR) per Unsur

NRR tertimbang per Unsur= NRR per unsur x 0.071 (14 unsur pelayanan dengan bobot

Jumlah NRR IKM Tertimbang

Konversi IKM Unit Pelayanan = NRR IKM tertimbang x25

Mutu Pelayananan

Baik Layanan Teknologi Modifikasi Cuaca

Kinerja Unit Pelayanan

PLN WKSKT (1) 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 PLN WKSKT (2)

4 3 4 4 4 4 4 3 4 2 1 4 - 4 BPBD Sumsel (1)

3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 BPBD Riau (1)

3 3 3 3 3 3 3 3 3 - - 3 2 3 PJT 1 (1)

3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 PJT 1 (2)

3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 - 3 3 3 Jumlah Nilai Per Unsur

19 19 21 21 22 22 19 18 21 14 11 21 14 21 Nilai Rata-Rata (NRR) per Unsur

NRR tertimbang per Unsur= NRR per unsur x 0.071 (14 unsur pelayanan dengan bobot

Jumlah NRR IKM Tertimbang

Konversi IKM Unit Pelayanan = NRR IKM tertimbang x25

Mutu Pelayananan

Baik Layanan Teknologi Pengolahan Air dan Limbah

Kinerja Unit Pelayanan

CV Indus Chemica 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 PT Sure

3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 PT Priuk Perkasa Abadi

4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 PT Soode Senjaya Precision

4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 PT Indo Kida Plating

3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 PT Hotmal Jaya Perkasa

4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 Universitas Islam Negeri (UIN)

3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 Universitas Pelita Harapan (UPH)

3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 Jumlah Nilai Per Unsur

27 30 25 25 32 25 24 24 25 25 32 32 24 25 Nilai Rata-Rata (NRR) per Unsur

NRR tertimbang per Unsur= NRR per unsur x 0.071 (14 unsur pelayanan dengan bobot

Jumlah NRR IKM Tertimbang

Konversi IKM Unit Pelayanan = NRR IKM tertimbang x25

Mutu Pelayananan

Kinerja Unit Pelayanan

Sangat Baik

Keterangan nomor unsur pelayanan: 1 Prosedur Pelayanan, 2 Persyaratan Pelayanan, 3 Kejelasan Petugas, 4 Kedisiplinan Petugas, 5 Tanggung Jawab Petugas, 6 Kemampuan Petugas, 7 Kecepatan Pelayanan, 8 Keadilan Pelayanan, 9 Kesopanan dan Keramahan Petugas, 10 Kewajaran Biaya, 11 Kepastian Biaya, 12 Kenyamanan Lingkungan, 13 Kepastian Biaya, 14 Keamanan Pelayanan.

3.2.3.1 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja

Mitra Kinerja

Indikator Target

Realisasi

Program / Kegiatan

Indeks Kepuasan B B 100 1. Survei Palapa Ring Timur 1. PT. EGS Masyarakat

Sub-Marine Cable System di Indonesia terhadap Layanan

2. BRPL KKP Teknologi Survei

Perairan Bali – NTB –

3. Pusrikel KKP Kelautan

Waingapu

2. Survei Kajian Karakteristik 4. PT. Dua Satu Biologi Perikanan, Habitat

Nusantara Sumberdaya Dan Potensi

5. BAKAMLA Sumberdaya Ikan Di Selat Karimata, Laut Natuna (WPP 711)

3. Survei Hidro-Oseanografi di Area Galangan Kapal PT. Dok Dua Satu Nusantara

4. Survei Batimetri Perairan Sebelah Timur Kota Bontang Kalimantan Timur Pusat Riset Kelautan KKP

5. Kajian Potensi dan Dampak Pencemaran Laut di Perairan Indonesia

Indeks Kepuasan B B 100 1. Pengisian Waduk PLTA Ir. 1. PT. PLN Masyarakat

(Persero) terhadap Layanan

PM. Noor

Wilayah KSKT Teknologi

2. Pengisian Danau Toba

Sektor Barito Modifikasi Cuaca

3. Antisipasi Karhutla

2. Perum Jasa Tirta I

3. BNPB Indeks Kepuasan

B A 100 1. Penyusunan DED IPAL PT. 1. PT Cahaya Masyarakat

Optik Tunggal Sempurna Cipta terhadap layanan

2. Penyusunan DED IPAL PT. Cemerlang jasa teknologi

2. PT. Enviro pengolahan air

Natura Perisa Aroma

Karya Mandiri dan limbah

3. Pelatihan Teknologi

Bioremediasi di Industri 3. Institut

Migas

Teknologi

4. Analisa kualitas air dan

Yogyakarta

limbah

4. PT. PPLi

3.2.3.2 Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun sebelumnya

Perbandingan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap layanan teknologi TPSA pada tahun 2017 terhadap IKM tahun sebelumnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. IKM terhadap Layanan Teknologi Survei Kelautan Pada tahun 2017 IKM Layanan Teknologi Survei Kelautan yang meliputi 5 layanan dari 4 mitra, berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner yang menggunakan 14 unsur pelayanan, diperoleh nilai IKM unit pelayanan sebesar 81,06 (Mutu Pelayanan Baik). Dibandingkan dengan nilai IKM pada tahun 2016 (80,76) menunjukkan adanya kenaikan mutu pelayanan meskipun nilai IKM masih dalam range B (Baik). Mutu pelayanan tahun 2017 juga sama dengan tahun 2015 (Baik).

2. IKM terhadap Layanan Teknologi Modifikasi Cuaca Pada tahun 2017 IKM Layanan Teknologi Modifikasi Cuaca yang meliputi 3 layanan dari 4 mitra, berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner yang menggunakan 14 unsur pelayanan, diperoleh nilai IKM unit pelayanan sebesar 81,09 (Mutu Pelayanan Baik). Dibandingkan dengan nilai IKM pada tahun 2016 (73) menunjukkan adanya kenaikan mutu pelayanan meskipun nilai IKM masih dalam range B (Baik). Mutu pelayanan tahun 2017 juga sama dengan tahun 2015 (Baik).

3. IKM terhadap Layanan Teknologi Pengolahan Air dan Limbah Pada tahun 2017 IKM Layanan Teknologi Pengolahan Air dan Limbah yang meliputi 4 layanan dari 8 mitra, berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner yang menggunakan 14 unsur pelayanan, diperoleh nilai IKM unit pelayanan sebesar 83,2 (Mutu Pelayanan Sangat Baik/A). Dibandingkan dengan nilai IKM mutu pelayanan tahun 2016 (B) dan 2015 (B) mengalami kenaikan (A).

4. IKM TPSA terhadap layanan jasa teknologi Pada tahun 2017 IKM Layanan TPSA mencapai nilai 81.78 atau masuk kriteria Sangat Baik (A), mengalami peningkatan sejak tahun 2015 (76,72) dan tahun 2016 (78.59).

Peningkatan IKM Layanan TPSA Tahun 2015-

65 Balai Teksurla

Gambar 3.33 . Perbandingan Realisasi dan Capaian Kinerja Tahun 2015-2017

3.3.3.3 Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan target jangka menengah

Target jangka menengah Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap layanan teknologi bidang TPSA pada 2019 harus mencapai nilai antara 81,26-100 (A / Sangat Baik). Dibandingkan tahun 2017 dengan indikasi kenaikan nilai capaian IKM pada tiga layanan jasa teknologi bidang TPSA maka dapat diprediksi bahwa target IKM jangka menengah akan tercapai.

Mulai tahun 2018, layanan teknologi pengolahan air dan limbah tidak akan berkontribusi pada IKM TPSA dikarenakan penggabungan BTPAL ke Pusat Teknologi Lingkungan (PTL) sebagai konsekuensi dari reorganisasi BPPT berdasarkan Perka BPPT No. 12 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

3.2.3.4 Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional Dalam hal IKM terhadap layanan teknologi bidang TPSA tidak ada standar nasional yang dapat

digunakan untuk perbandingan. Namun pelaksanaan survei kepuasan pengguna layanan teknologi bidang TPSA berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat Terhadap Penyelenggara Pelayanan Publik.

3.2.3.5 Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan

Alternatif Program

Sasaran Faktor Peningkatan Kinerja

Faktor Penurunan

Kinerja

Solusi Peningkatan Kinerja

Meningkatnya • Keberhasilan layanan jasa teknologi

• Revitalisasi kapal Kualitas

• Kondisi kapal yang

dan pesawat Layanan Bidang

pengolahan air dan limbah disebabkan

sudah tua

oleh sumberdaya manusia yang • Perbaikan dan TPSA memiliki kemampuan dan pengalaman

• Kondisi pesawat yang

upgrading dalam melaksanakan kegiatan survei

rusak dan belum

laut, standar kesiapan kapal yang telah peralatan survei

memenuhi syarat BKI, kesiapan • Kemitraan dengan

dapat beroperasi

• Peralatan yang

peralatan survei dan penunjangnya,

TNI AU perencanaan yang detail, kerjasama

sebagian sudah

dan networking yang telah dibangun

obsolete

baik di dalam maupun di luar negeri, time delivery hasil pekerjaan yang tepat waktu, Harga yang sudah ditetapkan dengan PP Tarif tahun 2015

• Keberhasilan layanan jasa teknologi modifikasi cuaca disebabkan oleh profesionalisme Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) dalam menjalankan operasi TMC, BBTMC merupakan pelaku tunggal operator TMC di Indonesia dan tidak ada pesaing (kompetitor) lain yang melayani jasa serupa, nilai manfaat hasil TMC yang sudah mulai bisa dipahami oleh sejumlah pengguna jasa (khususnya dari para pengelola waduk PLTA dan irigasi), sehingga mereka mulai menerima konsep TMC dalam skema praktek pengelolaan sumberdaya air yang mereka rencanakan, hubungan yang terjalin dengan baik antara Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca dengan sejumlah pengguna jasanya

• Keberhasilan layanan jasa teknologi

pengolahan air dan limbah disebabkan oleh dukungan pimpinan, kepercayaan mitra swasta selama ini, dan dukungan sumberdaya manusia yang lebih berpengalaman.

3.2.3.6 Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya pada layanan jasa teknologi survei

kelautan, antara lain:

1. Efisiensi penggunaan SDM: banyaknya kegiatan lain yang membutuhkan ketersediaan SDM sehingga efisiensi penggunaan SDM dalam melaksanakan pelayanan jasa teknologi survei kelautan antara lain: melibatkan mahasiswa, mengikutsertakan SDM dari pihak klien baik sebagai tenaga survei maupun quality control, outsourcing SDM baik dalam honorer tahunan maupun per kegiatan survei (tenaga medik di laut).

2. Efisiensi penggunaan keuangan: dalam melakukan pelayanan jasa teknologi survei kelautan pengelolaannya menggunakan sistem PNBP dimana biaya operasional keseluruhannya menjadi tanggung jawab klien. Biaya perjalanan dinas dioptimalkan hanya dalam rangka pelaksanaan layanan jasa teknologi survei kelautan. Sisa biaya operasional pelaksanaan pelayanan jasa diprioritaskan untuk mendukung perbaikan dan pemeliharaan kapal dan peralatan survei.

3. Efisiensi penggunaan mesin dan peralatan: dalam hal melakukan pelayan jasa teknologi survei kelautan lebih memprioritaskan pemanfaatan K.R. Baruna Jaya BPPT dan mengoptimalkan peralatan survei yang ada, sehingga biaya penyewaan peralatan dapat dikurangi.

Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya pada layanan jasa teknologi modifikasi cuaca, antara lain:

1. Efisiensi Penggunaan SDM: Untuk mengefisienkan penggunaan SDM, BBTMC dalam kegiatannya juga bekerjasama dengan sejumlah perguruan tinggi di lokasi setempat.

2. Efisiensi Penggunaan Keuangan: BBTMC melakukan kerjasama untuk mencari sumber pendanaan lainnya guna menunjang kegiatan TMC, sebagai contoh pendanaan eksternal yang bersumber dari Dana Siap Pakai (DSP) bencana dari BNPB.

3. Efisiensi Penggunaan Laboratorium dan Peralatan: Perlu adanya revitalisasi armada pesawat guna mendukung kegiatan TMC, juga pengadaan berbagai alat penunjang keberhasilan cuaca yang lebih mutakhir.

Analisis efisiensi penggunaan sumber daya pada layanan jasa teknologi pengolahan air dan limbah, antara lain:

1. Efisiensi Penggunaan SDM: Upaya efisiensi terkait SDM telah dilakukan dengan melakukan pembagian dan pemerataan tugas. Namun demikian, masih terasa belum optimal karena beban pekerjaan memerlukan kemampuan spesifik yang tidak bisa ditanggung oleh semua orang. Untuk itu perlu langkah peningkatan kompetensi bagi SDM yang lain.

2. Efisiensi Penggunaan Keuangan: Efisensi keuangan dilakukan dengan melakukan perencanaan penggunaan sumber daya keuangan. Upaya-upaya lain yang sudah

dilakukan adalah dengan mengurangi perjalanan dinas yang tidak terlalu urgen. Perjalanan dinas harus jelas target atau outputnya.

3. Efisiensi Penggunaan Laboratorium dan Peralatan: Upaya efisiensi penggunaan sumber daya Lab dan peralatan dilakukan dengan meningkatkan koordinasi antar lab. Peminjaman alat antar Lab dimungkinkan. Akan dilakukan revitalisasi peralatan lab dan workshop untuk peningkatan kapasitas dan penggantian peralatan yang sudah tua.

3.2.3.7 Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja

Analisis kegiatan yang menunjang keberhasilan dan kegagalan pencapaian kinerja sasaran program pada layanan jasa teknologi bidang TPSA yang meliputi layanan teknologi survei kelautan, layanan teknologi modifikasi cuaca, layanan teknologi pengolahan air dan limbah antara lain:

Indeks Kepuasan Masyarakat dengan Mutu Pelayanan Baik (B)

Layanan Teknologi Layanan Teknologi Layanan Teknologi

Pengolahan Air dan Survei Kelautan

Modifikasi Cuaca

Limbah •Survei Jalur Kabel Optik

• Kegiatan Penyusunan DED Bawah Laut Palapa Ring

•Operasi TMC untuk

IPAL PT. Optik Tunggal Timur Cable System

Pengelolaan Sumberdaya

Sempurna dan IPAL PT. •Survei Karakteristik

Air untuk Pengisian Waduk

Natura Perisa Aroma Biologi Perikanan di WPP

PLTA Ir. PM. Noor dan

• Kegiatan Pelatihan 711 untuk Kementerian

Danau Toba

Teknologi Pengolahan Air Kelautan dan Perikanan

•Antisipasi Bencana Kabut

Asap Karhutla di Sumatera

dan Limbah “Teknologi

•Survei Hidro-Oseanografi Remediasi di Industri

Selatan, Riau, Kalimantan

di area galangan kapal PT. Migas” Dok Dua Satu Nusantara

Barat, Kalimantan Tengah

• Kegiatan analisa •Survei Batimetri di

pengujian sampel air Perairan Timur Bontang

limbah untuk Penempatan

• Kegiatan lainnya: Karang Buatan

Fitoremediasi di Lahan •SurveiPotensi dan

Tercemar Minyak PT. Dampak Pencemaran

Chevron Pasifik Indonesia Lingkungan di Perairan

(mekanisme BLU) Indonesia untuk BAKAMLA (Prestasi)

3.3 Capaian Kinerja Lainnya

3.3.1 Pengkajian dan Penerapan Teknologi Reduksi Risiko Bencana

3.3.1.1 Perjanjian Kinerja Tahun 2017

A. Perjanjian Kinerja Tahun 2017 Awal

No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target

Terwujudnya Inovasi Sistem dan Jumlah Prototipe Sistem dan

1 Teknologi Reduksi Risiko Bencana Teknologi Reduksi Risiko Bencana

1 Longsor

Longsor

2 Terwujudnya Inovasi Sistem dan Jumlah Prototipe Sistem dan Teknologi Monitoring Kekuatan

Teknologi Monitoring Kekuatan

1 Gedung Bertingkat Terhadap

Gedung Bertingkat Terhadap Bencana Gempa Bumi

Bencana Gempa Bumi

Jumlah Anggaran TA 2017

= Rp. 1.900.000.000,-

B. Perjanjian Kinerja Tahun 2017 Perubahan

No Sasaran Kegiatan

Indikator Kinerja

Target

1 Terwujudnya Inovasi Sistem dan Jumlah Prototipe Sistem dan

1 Teknologi Reduksi Risiko

Teknologi Reduksi Risiko Bencana Bencana Longsor

Longsor

2 Terwujudnya Inovasi Sistem dan Jumlah Prototipe Sistem dan

1 Teknologi Monitoring Kekuatan

Teknologi Monitoring Kekuatan Gedung Bertingkat Terhadap

Gedung Bertingkat Terhadap Bencana Gempa Bumi

Bencana Gempa Bumi

Jumlah Anggaran TA 2017 (Revisi) = Rp. 1.451.050.000,- Realisasi

= Rp. 1.402.011.460,- (96,62%)

Perubahan anggaran tidak mengurangi capaian target secara jenis dan kuantitas, yaitu 1 (satu) Prototipe Sistem dan Teknologi Reduksi Risiko Bencana Longsor dan 1 (satu) Prototipe Sistem dan Teknologi Monitoring Kekuatan Gedung Bertingkat Terhadap Bencana Gempa Bumi. Pengurangan anggaran tersebut di atas berpengaruh terhadap rencana kenaikan TRL dari TRL 5 menjadi TRL 6. Pada capaian ini prototipe di atas tetap pada TRL 5, hanya menggunakan improvisasi teknologi yang berbeda.

3.3.1.2 Uraian Kegiatan

A. Prototipe Sistem dan Teknologi Reduksi Risiko Bencana Longsor Pengembangan Prototype sistem telemetri menggunakan teknologi WSN (Wireless Sensor

Network) dan GSM. Satu set prototype yang terdiri dari 1 modul induk (koordinator) LEWS (Landslide Early Warning System) dan 1 modul anak (node) LEWS. Pengembangan prototype ini dilengkapi dengan Kajian Penempatan LEWS dan Desain Pusat kendali dan monitoring bencana.

PCB Modul Induk

PCB Modul Anak Prototipe Induk Prototipe Anak, Sensor Soil Moisture

B. Prototipe Sistem dan Teknologi Monitoring Kekuatan Gedung Bertingkat Terhadap Bencana Gempa Bumi

Prototipe ini merupakan peralatan yang mengukur kondisi kesehatan terhadap gempa bumi. Alat ini menggunakan sensor askselerometer. Data hasil pengukuran dikirim melalui kabel ke komputer server untuk diolah menggunakan aplikasi akuisisi data, pengolahan data, dan tampilan data.

sensor MMA7455

Arduino Mega ke VN-

100 Prototipe EQ Ready

Pengujian EQ Ready Analisis Data EQ ready

3.3.1.3 Capaian Kegiatan

A. Prototipe Sistem dan Teknologi Reduksi Risiko Bencana Longsor

Indikator 1

Prototype Sistem dan Teknologi Reduksi Risiko Bencana Longsor

Target Akhir:

Pilot Project Sistem dan

Teknologi Peringatan Dini Bencana Longsor

Purwarupa (Versi 1) (TRL = 5)

Purwarupa

Purwarupa

Pilot Plant

Pilot Project

Sistem Peringatan Dini Longsor

(Versi 2) (TRL

(TRL = 5)

Sistem

kerjasama BPPT, P2G LIPI dan ITB.

Sistem

Sistem Peringatan

Peringatan

Mitra : BNPB, BPBD

Modifikasi

Peringatan Dini Longsor

Dini Longsor

Dini Longsor

desain dan purwarupa

(versi 2)

Sistem Peringatan Dini Longsor

B. Prototipe Sistem dan Teknologi Monitoring Kekuatan Gedung Bertingkat Terhadap Bencana Gempa Bumi

Kajian kerentanan 5 gedung di DKI Jakarta: Metode survei semi detil gedung

100 110 90 N u m b e r o f F lo o r s v s C o lu m n W i d t h ( J a k a r t a S e is m ic a n d G r a v i t a t io n ) S e i s m ic

Indikator 2

bertingkat terhadap ancaman

C o lu mn id th m )

50 60 70 80 W (c

Span 8 m Span 9 m

Span 7 m Span 6 m Span 5 m

gempa, yang memperhitungkan:

15161718192021 G r a v it a t io n

Span 4 m Span 3 m

Desain Sistem dan Teknologi Monitoring Kekuatan Gedung

• tahun desain gedung, bentuk

N u m b e r o f F lo o r s

lantai, ditambah: Kajian lanjutan • dimensi kolom, kuat tekan beton,

gedung, fungsi gedung, jumlah

Bertingkat Terhadap bencana

kerentanan 3 gedung di

Gempa Bumi

selimut beton, dan dimensi DKI Jakarta terhadap tulangan dalam beton.

gempa bumi:

Kajian lanjutan

• Relatif cepat yaitu kurang lebih 2 •

ITC Roxy Mas

dan rekomendasi

gedung dalam 1 hari. Hasilnya •

Gedung Rektorat

Kajian lanjutan

Kajian lanjutan

hasil kajian

berupa prosentase kerentanan Universitas Trisakti

kerentanan 4 gedung

kerentanan gedung di

kerentanan

gedung terhadap ancaman •

Gedung OPMC

di DKI Jakarta

DKI Jakarta terhadap

gedung di DKI

Target Akhir:

gempabumi Telkom

terhadap gempa bumi.

gempa bumi. Jakarta terhadap gempa bumi.

Mitra: Pemda DKI Jakarta

Pilot Project Sistem dan

Teknologi Monitoring Kekuatan Gedung

bertingkat terhadap Bencana Gempa Bumi

Purwarupa (TRL 5) Purwarupa (TRL 5)

Purwarupa (TRL 5)

Pilot Plant

Pilot Project

Teknologi EQ Ready Pembuatan & uji EQ Ready

Pembuatan & uji EQ

Teknologi Monitoring

Teknologi Monitoring

Building : Building dengan mobile

Ready Building

Kekuatan Gedung

Kekuatan Gedung

• Pembuatan & pengujian akselerometer untuk deteksi

dengan beagle bone/

bertingkat terhadap

bertingkat terhadap

sensor sonar MMA percepatan

FPGA +

Bencana Gempa

Bencana Gempa

7455 & arduino untuk

deteksi percepatan

vectornav untuk

• Pembuatan meja getar

deteksi percepatan

versi 1

100 data/det

Kajian kerawanan kebakaran di kawasan permukiman & aplikasi

SIMKAR berbasis web

3.3.2 Pengkajian dan Penerapan Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Wilayah

3.3.2.1 Perjanjian Kinerja Tahun 2017

No Sasaran Kegiatan

Indikator Kinerja

Target

Terwujudnya inovasi teknologi Jumlah referensi teknis

1 eksplorasi sumberdaya wilayah identifikasi sebaran dan ketebalan

1 lahan gambut

lahan gambut

Jumlah Anggaran = Rp. 2.002.833.000,- Realisasi Anggaran = Rp. 1.979.288.600,- (98.82%)

3.3.2.2 Uraian Kegiatan Prototipe aplikasi teknologi penginderaan jauh optik, SAR dan UAV untuk delineasi lahan

gambut digunakan untuk memetakan luasan lahan gambut (horizontal) pada suatu wilayah secara cepat. Hal ini menjadi sangat penting mengingat hingga saat ini resolusi peta lahan gambut di Indonesia masih pada skala peta indikatif yaitu 1: 250.000.

Aplikasi teknologi geofisika berupa teknologi georadar digunakan untuk mendeteksi ketebalan lapisan gambut pada suatu lahan gambut secara cepat untuk menghasilkan peta gambut bersekala detil. Hal ini menjadi sangat penting karena hingga saat ini resolusi peta ketebalan lapisan gambut di Indonesia masih kasar dan perlu ditingkatkan resolusinya.

Mendefinisikan seluruh item dasar dari nilai manfaat ekosistem Valuasi Ekonomi Lahan Gambut serta membuat ringkasan rumus numeric dalam bentuk table, menjelaskan dimensi data dari seluruh basis data yang ada pada ekosistem Valuasi Ekonomi Lahan Gambut , juga mendapatkan bentuk Question Form untuk survey dalam mendapatkan nilai WTP dan WTA sebagai unsur nilai non used value dalam perhitungan untuk mendapatkan nilai TEV, serta menuangkan seluruh hasilnya kedalam bentuk system informasi berbasis web dengan visualisasi peta. WBS3 secara keseluruhan mengeluarkan nilai TEV dengan batasan nilai UV untuk perkebunan (karet dan sawit) dan NUV untuk nilai WTP. Nilai TEV yang dihasilkan merupakan nilai TEV total atas ketujuh kecamatan yang menjadi daerah survey WBS3 dengan satuan: (Rp/Th) juga nilai TEV dengan pembagi luas lahan gambut dari ketujuh kecamatan yang menjadi daerah survey WBS3, dengan satuan (Rp/Ha/Th).

3.3.2.3 Capaian Kegiatan

3.3.3 Pengkajian dan Penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca

3.3.3.1 Perjanjian Kinerja Tahun 2017

No Sasaran Kegiatan

Indikator Kinerja

Target

Terlaksananya Inovasi Teknologi Jumlah Desain Teknologi Mitigasi dan Armada Untuk Penanganan

Bencana Hidrometeorologi

1 Bencana Hidrometeorologi Di

1 Karhutla

Provinsi Rawan Bencana

Jumlah Anggaran = Rp 5.600.815,- Realisasi Anggaran = Rp 5.587.049.365,- (99.75%)

3.3.3.2 Uraian Kegiatan Prototype Early Warning System (EWS) untuk monitoring lahan gambut yang berhasil disusun

dalam kegiatan ini diberi nama SMOKIES yang merupakan singkatan dari “Sistem Monitoring Online Air Lahan Gambut Indonesia untuk Early Warning System Karhutla”. SMOKIES merupakan sebuah sistem yang didesain untuk pemantauan secara near-real time kandungan air lahan gambut di seluruh provinsi rawan bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Sistem ini dikembangkan guna membantu dalam memperoleh sistem peringatan dini (Early Warning System) kejadian bencana karhutla. Sistem ini juga akan dijadikan sebuah panduan dalam pengambilan kebijakan oleh Kementerian/Lembaga, Swasta dan pihak-pihak yang terlibat dalam penanggulangan karhutla. Selain itu, SMOKIES dapat digunakan sebagai dasar untuk memulai kegiatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk penanggulangan bencana sehingga akan dapat meningkatkan efektifitas dan akuntabilitas pemanfaatan TMC dalam penanggulangan bencana karhutla di Indonesia.

Tahapan dalam pembuatan SMOKIES adalah sebagai berikut:

Ujicoba SMOKIES dilakukan di Lokasi Lembah Gedung Geostech, Kawasan Puspiptek Serpong. Tujuan dari ujicoba peralatan ini untuk melihat kemampuan rancangan desain dalam mengukur level air dalam permukaan dan untuk melihat kestabilan desain dalam pengiriman data ke server milik BBTMC. Untuk melihat aplikasi SMOKIES dapat diakses melalui tautan http://wxmod.bppt.go.id/ews_smokies/

Di dalam kegiatan ini, SMOKIES telah berhasil terpasang di 2 (dua) Provinsi yang rawan bencana kebakaran hutan dan lahan yaitu di Sumatera Selatan (SMOKIES 1, 2) dan di Provinsi Kalimantan Tengah (SMOKIES 3,4).

3.3.3.3 Capaian Kegiatan Kegiatan tahun 2017 merupakan pelaksanaan tahun ketiga dari rencana jangka menengah 5

tahun dalam RENSTRA 2015-2019. Capaian Kinerja Program Inovasi Teknologi dan Armada Untuk Penanganan Bencana Hidrometeorologi di Provinsi Rawan Bencana pada tahun 2017 tunjukkan oleh gambar di bawah ini.

3.3.4 Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pengembangan Sumber Daya Mineral

3.3.4.1 Perjanjian Kinerja Tahun 2017

A. Perjanjian Kinerja Tahun 2017 Awal

No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target

Inovasi Teknologi Pengolahan dan Jumlah

Prototype

Teknologi

1 Pemurnian Mineral Nikel

Mineral Nikel

2 Jumlah Pilot Plant Teknologi Inovasi Teknologi Pengolahan dan Pengolahan

dan Pengelolaan Pertambangan Emas Pengelolaannya

Emas

1 Skala Kecil (PESK)

pada

Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK)

Jumlah Anggaran TA 2017

= Rp. 2.500.000.000,-

B. Perjanjian Kinerja Tahun 2017 Perubahan

No Sasaran Kegiatan

Indikator Kinerja

Target

1 Inovasi Teknologi Pengolahan Jumlah

1 dan Pemurnian Mineral Nikel

Mineral Nikel

2 Inovasi Teknologi Pengolahan Jumlah Pilot Plant Teknologi

1 dan Pengelolaan Pertambangan Pengolahan

dan Emas Skala Kecil (PESK)

Emas

Pengelolaannya

pada Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK)

Jumlah Anggaran TA 2017 (Revisi) = Rp 2.112.165.000 Realisasi

= Rp. 2.081.629.800 (98,6%).

Perubahan anggaran tidak mengurangi capaian target secara jenis dan kuantitas, yaitu 1 (satu) Prototype Teknologi Pengolahan dan Pemurnian Mineral Nikel dan 1 (satu) Pilot Plant Teknologi Pengolahan Emas dan Pengelolaannya pada Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK).

3.3.4.2 Uraian Kegiatan Kegiatan pertambangan emas skala kecil (PESK) telah menimbulkan dampak negatif terhadap

lingkungan dan kesehatan. Pada umumnya para penambang menggunakan bahan kimia berbahaya yaitu merkuri untuk mengolah bijih emas. Teknik pengolahan emas dengan merkuri ini disebut amalgamasi. Penerapan metode amalgamasi yang tidak terkontrol menyebabkan pencemaran air, tanah dan udara. Di beberapa daerah, kandungan merkuri di tanah dan udara telah mencapai konsentrasi yang tinggi yang sangat berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan bagi para penambang, keluarganya serta masyarakat yang hidup di sekitar lokasi PESK. Melihat permasalahan merkuri di sektor PESK tersebut, maka pemerintah Indonesia telah berupaya mencari solusi dengan cara melakukan koordinasi lintas institusi dan merangkul berbagai macam stakeholder seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM), asosiasi penambang rakyat, perguruan tinggi dan industri baik di tingkat nasional maupun internasional. Beraneka ragam pendekatan telah dilakukan meliputi pendekatan sosial, kelembagaan, regulasi dan teknologi. Aspek teknologi merupakan salah satu faktor kunci yang memiliki potensi untuk mengatasi masalah-masalah lingkungan, terutama merkuri, yang sering ditemukan di PESK. Hal ini dikarenakan banyaknya para penambang yang tidak mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan teknis dalam mengolah emas. Akibatnya mereka tetap menggunakan teknik amalgamasi dan beranggapan bahwa amalgamasi lah metode yang paling efisien dalam mengekstrak emas. Padahal masih ada teknik-teknik lain, yang lebih efektif dan memberikan hasil recovery emas yang jauh lebih tinggi. Oleh karena itu, diperlukan transfer teknologi pengolahan emas bebas merkuri kepada para penambang. Dengan mempertimbangkan aspek tersebut, BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) telah melakukan kajian-kajian teknis meliputi studi karakterisasi bijih di 3 lokasi PESK yaitu Kabupaten Lebak, Banyumas dan Pacitan. Kajian yang dilaksanakan sepanjang Tahun 2017 ini telah melahirkan rekomendasi-rekomendasi teknis pengolahan emas bebas merkuri berdasarkan karakteristik bijihnya. Sasaran akhir dari kegiatan ini adalah tersedianya DED (detailed engineering design) pengolahan emas bebas merkuri yang menjadi dasar dalam pembangunan pilot plant. Berikut di bawah ini disajikan diagram proses pengolahan emas bebas merkuri dan peralatan pilot plant skala 1500 kg.

3.3.4.3 Capaian Kegiatan Berdasarkan hasil detailed engineering design (DED) yang dibuat BPPT, telah

diimplementasikan dan dibangun satu pilot plant pengolahan emas bebas merkuri di desa Lebaksitu Kecamatan Lebak Gedong Kabupaten Lebak dengan pendanaan dari KLHK. Selanjutnya pada tahun 2018 kegiatan pengolahan emas di Lebak ini menjadi pilot project penghapusan penggunaan merkuri di pertambangan emas skala kecil.

Berikut ini salah satu pilot plant pengolahan emas bebas merkuri di desa Lebaksitu, Kec. Lebak Gedong, Kab. Lebak, Banten.

Peningkatan capaian kinerja pada program ini sesuai renstra adalah sebagai berikut:

Bukti pendukung kegiatan ini ditunjukkan oleh bebererapa berita di media online, seperti yang ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.

3.3.5 Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan

3.3.5.1 Perjanjian Kinerja Tahun 2017

A. Perjanjian Kinerja Tahun 2017 Awal

No. SASARAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET

Terwujudnya Inovasi Teknologi Jumlah Prototipe Teknologi

1 Pengelolaan Sampah, dan Pengelolaan Sampah dan Limbah

1 Limbah Padat Perkotaan

Padat Perkotaan

Terwujudnya Inovasi Teknologi Jumlah Pilot Plant Teknologi

1 Masyarakat

2 Pengolahan Air Bersih untuk Pengolahan Air Bersih untuk

Masyarakat (Teknologi Microbubble)

Terwujudnya Inovasi Teknologi Jumlah Pilot Plant Teknologi

3 Pemantauan Lingkungan Pemantauan Kualitas Lingkungan

1 Perkotaan

Air

Jumlah Anggaran TA 2017

= Rp. 4.851.178.000,-

B. Perjanjian Kinerja Tahun 2017 Perubahan

No. SASARAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET

Terwujudnya Inovasi Teknologi Jumlah Prototipe Teknologi

1 Pengelolaan Sampah, dan Pengelolaan Sampah dan Limbah

1 Limbah Padat Perkotaan

Padat Perkotaan

Terwujudnya Inovasi Teknologi Jumlah Pilot Plant Teknologi

2 Pengolahan Air Bersih untuk Pengolahan Air Bersih untuk

1 Masyarakat

Masyarakat (Technologi Microbubble)

Terwujudnya Inovasi Teknologi Jumlah Pilot Plant Teknologi

3 Pemantauan Lingkungan Pemantauan Kualitas Lingkungan

1 Perkotaan

Air

2 Pembangunan Pilot Project PLT

4 Tersusunnya Dokumen Teknis

Jumlah Dokumen Teknis

Pembangunan Pilot Project PLT Sampah

Sampah

5 Terbangunnya Pilot Plant Jumlah Pilot Plant Teknologi

4 Teknologi Pengolahan Air Siap

Pengolahan Air Siap Minum Minum Sistem Reverse Osmosis

Sistem Reverse Osmosis

Jumlah Anggaran TA 2017 (Revisi) = Rp. 7.851.178.000,- Realisasi

= Rp. 7.491.626.883,- (95,42%)

3.3.5.2 Uraian Kegiatan

A. Inovasi Teknologi Pengelolaan Sampah dan Limbah Padat Perkotaan Luaran kegiatan Inovasi Teknologi Pengelolaan Sampah dan Limbah Padat Perkotaan telah

menghasilkan 1 (satu) prototipe peralatan pre-treatment pengelolaan sampah perkotaan kapasitas 5 ton/hari yang terdiri dari peralatan (1) Mesin bagbreaker, (2) Mesin magnetic separator, (3) Mesin pencacah / shredder, (4) Mesin rotary screener, dan (5) Conveyor. Pengembangan prototipe ini meliputi tahapan kegiatan desain konseptual, basic design, konstruksi, dan operasi. Hasil pengembangan dari prototipe ini digunakan untuk mendukung roadmap teknologi pengolahan sampah secara termal (incinerator) yang telah ditetapkan oleh PTL.

B. Inovasi Teknologi Pemantauan Lingkungan Perkotaan Luaran Inovasi Teknologi (Pilot Plant) Sistem Pemantauan Lingkungan Perkotaan antara lain:

(1) terbangunnya pilot plant sistem informasi terintegrasi pemantauan kualitas lingkungan air dan udara; (2) uji kinerja sistem pemeliharaan sensor pemantau kualitas air secara otomatis; (3) uji kinerja sistem perangkap uap air pada sistem monitoring udara. Kegiatan Inovasi Teknologi Sistem Pemantauan Kualitas Lingkungan Perkotaan bertujuan untuk melaksanakan membangun pilot plant sistem pemantauan kualitas lingkungan perkotaan secara online dan real time; dan membangun pusat data pemantauan kualitas lingkungan.

C. Persiapan pembangunan pilot project PLT Sampah Dalam rangka Pembangunan Pilot Project Pembangkit Listrik Tenaga Sampah di Tempat

Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang di wilayah kota Bekasi yang dikelola oleh Pemprov DKI Jakarta. Maka, melalui penganggaran APBN-P 2017 telah diselesaikan kajian lingkungan dan desain PLTSa.

D. Pilot Plant Teknologi Pengolahan Air Siap Minum Sasaran dari kegiatan Inovasi Teknologi Pengelolaan Air dan Sampah Berbasis Masyarakat

adalah: (1) perencanaan dan evaluasi teknologi pengelolaan air dan sampah berbasis masyarakat; (2) konstruksi pengelolaan air berbasis masyarakat; (3) diseminasi teknologi pengelolaan air dan sampah kepada masyarakat. Inovasi teknologi ini diterapkan di 4 (empat) kabupaten di Sumatera Barat yaitu Bukit Tinggi, Tanah Datar, Pasaman, dan Pesisir Barat.

3.3.5.3 Capaian Kegiatan

A. Inovasi Teknologi Pengelolaan Sampah dan Limbah Padat Perkotaan

• Rencana

• Prototipe Alat

Pembangunan

Pengangkut

Pilot Project PLT

Sampah Sungai Sampah 50

(TRL -5)

ton/hari

Terwujudnya Inovasi Teknologi Pengelolaan

Sampah dan Limbah Padat

Perkotaan

• Pengoperasian Pilot

Project PLT Sampah

• Survey Sampah

50 ton/hari

Plastik

• Prototipe Alat Pre-

• Desain dan Proses treatment Pengolahan

Pengolah Sampah

Sampah Secara Termal

Plastik (TRL -3)

(TRL -6)

B. Inovasi teknologi Pemantauan Lingkungan Perkotaan

• Inovasi Teknologi

• Pusat Data Sistem

Pemantaun Kualitas

Informasi Pemantauan

Lingkungan di 15 DAS

Kualitas Lingkungan

Prioritas (KLHK) 2015 2016 (7) (3) (Air & Udara)

Terwujudnya Inovasi Teknologi Pemantauan

Kualitas Lingkungan

• Sistem Informasi

Perkotaan

Pemantauan Kualitas Lingkungan Terintegrasi

• Data Center

• Teknologi Sensor • Inovasi Teknologi

Pemantauan Kualitas Pemantauan Udara

• Inovasi Teknologi

Air Sungai (KLHK) Sistem Pemantauan Otomatis Kualitas Udara Online

Pembersih Sensor

(NIES)

C. Persiapan pembangunan pilot project PLT Sampah

Koordinasi, FGD, Sosialisasi, Perjanjian Kerjasama, Nota Kesepakatan

Tersusunnya Dokumen Teknis

2015 2016

2017

2018

2019

Pembangunan

Pilot Project PLT Sampah

Area TPST Bantar gebang

Dokumen AMDAL

Konstruksi PLT Sampah 50 ton

Pengoperasian PLT Sampah

Dokumen Desain

per hari (Listrik : 400 KW, Kalor 50 ton/hari

Sampah: 1.500 kcal/kg)

D. Pilot Plant Teknologi Pengolahan Air Siap Minum

3.3.6 Pengkajian dan Penerapan Teknologi Survei dan Observasi Kelautan

3.3.6.1 Perjanjian Kinerja Tahun 2017

No. Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Utama (IKU)

Target

1 2 3 4 1 Inovasi Teknologi Eksplorasi Jumlah Pengolahan Data Seismik 2D

1 Sumberdaya Kelautan

untuk Mendukung Eksplorasi Migas Revitalisasi Kapal Riset Baruna Jaya

dan Peralatan Survei Kelautan

Jumlah Anggaran

= Rp 122.550.588.000

Jumlah Anggaran Revisi = Rp 122,550,588,000 Realisasi Anggaran

= Rp 120,494,397,551 (98,32%)

3.3.6.2 Uraian Kegiatan

A. Pengolahan Data Seismik 2D untuk Mendukung Eksplorasi Migas Beberapa data seismik yang telah di olah dan di kelola diantaranya:

1. Pengolahan data seismik Karawang 2016, hasil sea trial 2016

2. Pengolahan data seismik Kangean 2015, hasil survei 2015

3. Inventarisasi data Madura 2009 dan BGR Seacause II 2006

4. Peminjaman data tambahan berupa data seismik dan sumur ke Pusdatin KESDM

5. Koordinasi dengan LEMIGAS untuk kerjasama pengolahan data dan sample batuan. Berikut contoh hasil pengolahan data pada sea-trial Karawang 2016 sampai dengan tahap migrasi menggunakan PSTM Kirchoff

B. Revitalisasi K.R. Baruna Jaya I dan Peralatan Survei Kelautan Kegiatan revitalisasi peralatan survey kapal Baruna Jaya yaitu pemasangan system multibeam laut dalam di K.R. Baruna Jaya 1. Selain itu kegiatan ini dimaksudkan untuk peningkatan teknologi survei dan obaservasi di kapal Baruna Jaya yang lainya. Pada tahun 2017 ada kegiatan revitalasisasi peralatan survei yang salah satunya adalah pengadaan system multibeam laut dalam yang di pasang secara permanen di K.R Baruna Jaya 1.

Berita Media Online dan Cetak

3.3.6.3 Capaian Kegiatan Kegiatan revitalisasi bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknologi survei kelautan

dalam rangka mendukung layanan teknologi TPSA. Melalui kegiatan ini telah dilakukan instalasi multibeam echosounder pada K.R. Baruna Jaya dengan kemampuan pemetaan hingga kedalaman laut 11 km. Teknologi survei kelautan ini merupakan yang pertama di Indonesia dalam rangka mendukung program kemandirian bangsa di bidang survei dan pemetaan laut dalam baik untuk mendukung instansi terkait maupun pihak industri maritimi.

3.4 Realisasi Anggaran

Pendanaan dari APBN difokuskan untuk mendukung daya saing sektor produksi, kelestarian dan peningkatan kemanfaatan sumber daya alam, penyiapan masyarakat menghadapi kehidupan global serta penguatan SDM serta peningkatan sarana dan prasarana IPTEK.

Dalam pelaksanaan progam dan kegiatan BPPT diperlukan kaidah pelaksanaan yang tertata dengan baik dan bersinergi antara satu dengan lainnya yang meliputi kerangka pendanaan, regulasi, kelembagaan dan evaluasi. Kerangka pendanaan ditujukan untuk mempertajam alokasi anggaran agar efektif dan efisien. Melalui mekanisme penyusunan kerangka pendanaan yang dilaksanakan yaitu dengan mempertimbangkan kegitan dan anggaran tahun sebelumnya, yang kemudian direview khususnya pada keberlanjutan program terhadap agenda pembangunan dengan melakukan perbaikan-perbaikan pada output/keluaran serta komponen-komponen dibawahnya. Dengan mempertimbangkan lingkungan strategis dan capaian pada visi dan misi maka dilakukan review baseline yang meliputi alokasi program, kegiatan dan output serta komponen yang berlanjut maupun yang baru; volumen target pada masing-masing tingkatan serta evaluasi terhadap output yang sudah tercapai menjadi hasil/outcome.

Perhitungan khususnya di tahun 2017 yang sudah dilakukan di awal tahun baik untuk biaya operasional maupun non operasional dengan dasar mempertimbangkan hasil kegiatan dan evaluasinya terhadap capaian kinerja yang sudah ditetapkan. Adapun perhitungannya yaitu dengan mempertimbangkan alokasi dari masing-masing program, yang merupakan kompilasi alokasi per kegiatan sebagai implikasi adanya anggaran di masing-masing output, sedangkan untuk tingkat komponen merupakan hasil perhitungan volume komponen dikalikan dengan satuan biaya dan inflasinya.

Alokasi baseline BPPT untuk 5 tahun kedepan sesuai dengan capaian visi dan misi dengan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia guna menjawab kebutuhan dan tantangan dilakukan melalui penyusunan skala prioritas anggaran. Alokasi anggaran yang efektif menjadi faktor penting dalam mewujudkan sasaran prioritas pembangunan. Dalam mendukung hal tersebut, alokasi anggaran difokuskan pada program dan kegiatan yang memegang peran penting dalam pencapaian prioritas nasional untuk mendorong pertumbuhan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, efisiensi dari belanja terkait operasional akan terus didorong sehingga alokasi yang terbatas menjadi lebih berdayaguna. Alokasi belanja pada prioritas didukung dengan rencana konkret yang berorientasi pada hasil dan manfaat (outcome dan impact). Dalam kaitan ini perencanaan program dan kegiatan pembangunan menjadi salah satu kunci keberhasilan dari penajaman alokasi pada prioritas tersebut. Rencana yang konkret tersebut bukan saja pada kegiatan yang mendukung pencapaian prioritas nasional melalui inovasi dan layanan teknologi.

Komponen anggaran merupakan input utama di dalam pelaksanaan program/kegiatan pengkajian dan penerapan teknologi di lingkungan kedeputian TPSA. Anggaran yang digunakan dalam kegiatan DIPA TPSA ini bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2017. Sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran tersebut disusun laporan realisasi anggaran, dimana akuntansi dan pelaporan keuangan merupakan elemen utama wujud pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas keuangan Negara.

Total anggaran di Kedeputian Teknologi Sumberdaya Alam (TPSA) tahun 2017 adalah sebesar Rp.207.636.535.000,- dengan realisasi penggunaan anggaran sebesar Rp.196.610.138.356 atau sebesar 98.23%. Rincian realisasi anggaran tersebut secara rinci disajikan pada Tabel 3.

18 di bawah ini.

Tabel 3. 18 Rincian realisasi anggaran Kedeputian TPSA

Realisasi Prosentase Kode

Pagu Anggaran

Pagu Anggaran

Pagu Anggaran

Penggunaan Penggunaan Kegiatan

Awal

Optimasi (1-n)

Akhir

Anggaran Anggaran

3493. PTPSW 2,500,000,000 497,167,000 2,002,833,000 1,979,288,600 98.82% 3508. PTPSM

Sub Total 15,400,000,000 1,982,783,000 13,417,217,000 12,954,556,743 96.55%

BBTMC 42,269,927,000 2,320,973,000 39,948,954,000 38,151,827,408 95.50% BTSK

149,316,608,000 3,038,626,000 146,277,982,000 145,055,272,000 99.16% BTPAL

650,000,000 147,395,000 502,605,000 448,482,205 89.23%

Sub Total 192,236,535,000 5,506,994,000 186,729,541,000 183,655,581,613

98.35%

TOTAL 207,636,535,000 7,489,777,000 200,146,758,000 196,610,138,356

98.23%

BAB

4 PENUTUP

4.1 Simpulan

Secara umum, seluruh kinerja TPSA TA 2107 dapat tercapai dengan baik dengan terpenuhinya target kinerja sesuai sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Selain itu, diperoleh capain kinerja program lain sebagai prestasi. Capaian kinerja tersebut mengacu kepada sasaran program, indikator kinerja dan target yang telah ditetapkan pada perjanjian kinerja TPSA TA 2017 yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Sasaran Program 1: Terwujudnya inovasi di bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam untuk mendukung kemandirian bangsa. Indikator Kinerja Sasaran Program adalah Jumlah Produk bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) yang mendukung kemandirian bangsa berupa terwujudnya 1 (satu) inovasi teknologi pengolahan air bersih yang sudah dimanfaatkan masyarakat di Sumbawa, NTB. Sasaran Program 2: Termanfaatkannya hasil inovasi di Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) yang mendukung kemandirian bangsa. Indikator Kinerja Sasaran Program 2 adalah Jumlah inovasi di Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) berupa 1 (satu) teknologi survei kelautan untuk pemetaan jalur kabel optik bawah laut dalam mendukung program Palapa Ring Timur Sub-Marine Cable System di Perairan Bali – NTB – Waingapu yang telah dimanfaatkan industri survei laut. Sasaran Program 3: Meningkatnya Kualitas Layanan Teknologi di Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA). Indikator Kinerja Sasaran Program 3 adalah Indeks Kepuasan Masyarakat. IKM IKM Layanan TPSA mencapai nilai 81.78 atau masuk kriteria Sangat Baik (A) melebihi target IKM 2017 dengan kriteria Baik (B) dan mengalami peningkatan sejak tahun 2015 (76,72) dan tahun 2016 (78.59).

Selain itu, diperoleh capain kinerja program lain untuk mendukung capaian target sasaran program jangka menengah (Renstra TPSA 2015-2019), yaitu:

• Pengkajian dan Penerapan Teknologi Reduksi Risiko Bencana (1 produk sistem dan

teknologi reduksi risiko bencana longsor dan 1 inovasi sistem dan teknologi monitoring kekuatan gedung bertingkat terhadap bencana gempa bumi)

• Pengkajian dan Penerapan Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Wilayah (1 produk

teknologi monitoring lahan gambut untuk mitigasi kebakaran lahan) • Pengkajian dan Penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca (1 produk teknologi mitigasi

bencana hidrometeorologi)

• Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pengembangan Sumber Daya Mineral (1 produk

teknologi pengolahan dan pengelolaan pertambangan emas skala kecil/PESK)

• Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan (1 inovasi teknologi pengelolaan

sampah perkotaan dan 1 inovasi teknologi pemantauan kualitas lingkungan perkotaan)

• Pengkajian dan Penerapan Teknologi Survei dan Observasi Kelautan (1 inovasi teknologi survei dan observasi kelautan)

Persentase realisasi anggaran TPSA tahun 2017 sebesar 98,23%, nilai ini meningkat dibandingkan dengan realisasi anggaran tahun 2016 (92,22%). Dengan capaian tersebut, kedeputian bidang TPSA telah memberikan kontribusi dalam mendukung langkah BPPT untuk mewujudkan visi dan misi BPPT yang telah ditetapkan. Demikian laporan ini disusun sebagai salah satu pertanggungjawaban kedeputian bidang TPSA TA 2017.

4.2 Tindak Lanjut

Berdasarkan hasil-hasil capaian tersebut, maka beberapa hal yang perlu dilakukan dalam peningkatan akuntabilitas kinerja TPSA untuk TA 2018-2019 adalah sebagai berikut:

1. Mempertahankan capaian kinerja yang sudah baik dan memperbaiki capaian kinerja yang belum sempurna dengan mendorong luaran kegiatan secara terus menerus di manfaatkan oleh mitra pengguna

2. Melakukan peningkatan dan perbaikan (revitalisasi) infrastruktur (sarana dan pra-sarana) untuk menunjang kegiatan inovasi dan perekayasaan teknologi lingkungan

3. Melakukan peningkatan manajemen kerja yang mencakup SDM, administrasi maupun anggaran.

4. Mendorong peningkatan kompetensi SDM dalam bentuk studi lanjut, training, keikutsertaan dalam seminar dan workshop.

LAMPIRAN A. SOP PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA

Standar Operasional Prosedur (SOP) Penyusunan Laporan Kinerja Kedeputian Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam

Keterangan No.

Pelaksana

Kegiatan

Deputi Kepala

BPPT Bidang

Direktur/

Kabag Prog

TPSA

Ketua Tim

Anggaran

Tim Penyusun 1 2 3 4 5 6 7

Memerintahkan ketua tim untuk membuat 1 dokumen LAKIP

Mengkoordinasikan Kepala unit kerja terkait 2 untuk menyelenggarakan rapat penyusunan

dokumen LAKIP Menyelenggarakan rapat penyusunan

Dilengkapi notulensi dan, atau 3 dokumen LAKIP

daftar hadir rapat

Memerintahkan Kabag Program & Anggaran untuk mempersiapkan segala sesuatu dalam

4 penyusun dokumen LAKIP bersama dengan Tim penyusunan dokumen LAKIP

Mempersiapkan Surat Tugas Tim

5 Penyusunan dokumen LAKIP Adanya surat tugas dari penanggungjawab kegiatan

Mengkoordnir perwakilan dari unit kerja/satker kedeputian TPSA untuk

6 mengumpulkan Data Penyusunan dokumen LAKIP

Melakukan pengumpulan dan pengolahan 7 data penyusunan dokumen LAKIP

Mempersiapkan Draft Awal dokumen 8 LAKIP bersama- sama dengan Tim

Penyusunan dokumen LAKIP Mengajukan Draft Awal dokumen LAKIP

9 kepada Kabag Pro

Menyetujui Draft Awal dokumen LAKIP untuk diajukan ke Direktur/ Ketua Tim

10 (Setuju di paraf atau tidak setuju dikembalikan ketim penyusun untuk

diperbaiki) Mengajukan Draft Awal dokumen LAKIP ke

11 Deputi Kepala BPPT bidang TPSA

Memerintahkan Ketua Tim untuk menelaah 12 draft awal dokumen LAKIP bersama dengan

unit kerja terkait Menyelenggarakan rapat untuk penelaahan

Dilengkapi notulensi dan, atau daftar hadir rapat

13 Draft Awal dokumen LAKIP

Mempersiapkan revisi dan perbaikan terhadap 14 dokumen LAKIP

Memerintahkan tim penyusun untuk 17 mempersiapkan Draft Akhir dokumen

LAKIP Menyusun Draft Akhir dokumen LAKIP

18 pasca revisi

Menyetujui Draft Akhir dokumen LAKIP untuk diajukan ke Direktur/ Ketua Tim

20 (Setuju di paraf atau tidak setuju dikembalikan ke tim penyusun untuk diperbaiki)

Mengajukan Draft Akhir dokumen LAKIP 21 yang telah di paraf Direktur/ Ketua Tim ke

Deputi Menyetujui Laporan Lakip Kedeputian untuk

22 selanjutnya diserahkan ke Biro Perencanaan

LAMPIRAN B. SK TIM PENYUSUN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAMPIRAN C. BUKTI PENDUKUNG SASARAN PROGRAM 1

1. MoU antara BPPT dan Kabupaten Sumbawa

2. PKS antara BPPT dan Kabupaten Sumbawa

3. Surat permohonan bantuan dan surat testimoni mitra

4. Surat berita acara serah terima barang

5. Pemberitaan Media Massa

Link: https://mataram.antaranews.com/berita/33297/bppt-melibatkan-smk-sumbawa-membangun-pengolahan- air

Link: https://www.samawarea.com/2017/09/smk-al-kahfi-kelola-air-minum-berkualitas-bantuan-bppt

LAMPIRAN D. BUKTI PENDUKUNG SASARAN PROGRAM 2

1. Perjanjian Kerjasama antara PT. EGS Indonesia dengan Balai Teksurla BPPT tentang Marine Survey Palapa Ring Timur

2. Berita Media Online

Website Tempo: https://bisnis.tempo.co/read/881501/bppt-kerahkan-baruna-jaya-untuk-riset-

palapa-ring-timur

LAMPIRAN E. BUKTI PENDUKUNG SASARAN PROGRAM 3