Universitas Sumatera Utara
- Kelurahan Bagan Deli : 15 lingkungan
- Kelurahan Belawan Sicanang : 20 lingkungan
Puskesmas Belawan merupakan puskesmas induk yang ada di Kecamatan Medan Belawan. Puskesmas induk ini dibantu oleh 5 puskesmas pembantu Pustu yang
masing-masing terletak di setiap kelurahan.
5.2. Karakteristik Responden Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Karakteristik Frekuensi n
Persentase Umur tahun
Remaja Akhir 17-25 47
49.0 Dewasa Awal 26-35
46 47.9
Dewasa Akhir 36-45 3
47.9
Usia Kehamilan
Trimester 1 9
9.4 Trimester 2
23 24.0
Trimester 3 64
66.7
Sudah Memiliki Anak
67 69.8
Belum Memiliki Anak 29
30.2
Pendidikan
Rendah Tidak Sekolah, SD 21
21.9 Sedang SMP, SMA
70 72.9
Tinggi akademi, Perguruan Tinggi 5
5.2
Pekerjaan
Tidak Bekerja 80
83.3 Bekerja
16 16.7
Penghasilan
1jt 38
39.6 1jt - 3jt
52 54.2
3jt 6
6.3
Total 96
100.0
Dari hasil analisis tabel 5.1 dapat diketahui bahwa umur responden terbanyak berada pada rentang usia 17-25 tahun sebanyak 47 orang 49, sedangkan paling
sedikit pada rentang usia 36-45 tahun sebanyak 3 orang 3.
Universitas Sumatera Utara
Responden dengan usia kehamilan pada trimester pertama sebanyak 9 orang 9.4, trimester kedua sebanyak 23 orang 24, dan trimester ketiga sebanyak 64
orang 66.7. Distribusi ibu-ibu hamil yang sudah memiliki anak sebanyak 67 orang 69.8, sedangkan yang belum memiliki anak sebanyak 23 orang 30.2.
Dapat diketahui bahwa jenjang pendidikan terbanyak pada ibu-ibu hamil yaitu SMP dan SMA sebanyak 70 orang 72.9. Sedangkan pada akademi dan perguruan
tinggi hanya sebanyak 5 orang 5.2 dan pada SD ataupun tidak sekolah sebanyak 21 orang 21.9.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu-ibu hamil tidak memiliki pekerjaan selama satu tahun terakhir yaitu sebanyak 80 orang atau 83
dari total responden, sedangkan ibu-ibu hamil yang memiliki pekerjaan hanya 16 orang atau 16.7 dari total responden.
Sebagian besar responden yang memiliki penghasilan per bulan sebesar satu juta rupiah – tiga juta rupiah sebanyak 52 orang
54.2, kurang dari satu juta rupiah sebanyak 38 orang 39.6, dan lebih dari tiga juta rupiah hanya sebanyak 6 orang 6,3.
5.3. Hasil 5.3.1. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil
Tingkat pengetahuan ibu dalam penelitian ini dinilai dengan mengajukan 11 pertanyaan tentang pemberian makanan pendamping ASI. Pertanyaan tersebut akan
diberi skor dan total skor akan didistribusikan menjadi tiga tingkat pengetahuan yaitu baik, cukup dan kurang. Hasil penelitian menunjukkan responden diperoleh data
bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 47 orang 49 berpengetahuan kurang. Responden yang berpengetahuan cukup sebanyak 22 orang 22.9 dan
berpengetahuan baik 27 orang 28.1. Dari data di atas maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan Ibu-ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Belawan masih
tergolong kurang. Penilaian tingkat pengetahuan ibu-ibu hamil tentang makanan pendamping ASI dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2 Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Makanan Pendamping ASI
Tingkat Pengetahuan Jumlah
Baik 2728.1
Cukup 2222.9
Kurang 4749.0
Total 96100.0
5.3.2. Peran Petugas
Dalam penelitian ini peran petugas puskesmas dinilai dengan mengajukan 9 pertanyaan pada responden. Setiap pertanyaan akan diberi skor. Penilaian peran
petugas akan dibagi menjadi baik dan kurang. Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 64 orang 66.7 responden menyatakan peran petugas kesehatan masih kurang,
sedangkan hanya sebanyak 32 orang 33.3 responden menyatakan sudah baik. Dari hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa peran petugas Puskesmas Belawan masih
tergolong kurang. Penilaian peran petugas kesehatan ini ditunjukkan pada tabel 5.3 berikut ini
Tabel 5.3 Peran Petugas Kesehatan di Puskesmas Belawan dalam Sosialisasi Makanan Pendamping ASI
Peran Petugas Jumlah
Baik 3233.3
Kurang 6466.7
Total 96100.0
Universitas Sumatera Utara
5.3.3. Peran Petugas dengan Pengetahuan Ibu Tabel 5.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Peran Petugas
Kesehatan
Peran Petugas Kesehatan
Tingkat Pengetahuan Total
Baik Cukup
Kurang Baik
2074.1 940.9
36.4 3233.3
Kurang 725.9
1359.0 4493.6
6466.7 Total
27100 22100
47100 96100
Berdasarkan data tabulasi silang antara peran petugas kesehatan dan tingkat pengetahuan ibu hamil, didapatkan bahwa responden yang memiliki tingkat
pengetahuan baik dan menyatakan peran petugas kesehatan baik sebanyak 20 orang 74, sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang dan
menyatakan peran petugas kesehatan kurang 44 orang 93.
5.3.4. Umur dengan Pengetahuan Ibu Tabel 5.5 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Umur
Umur tahun Tingkat Pengetahuan
Total Baik
Cukup Kurang
Remaja Akhir
36-45
933,3 940.9
2961.7 4749
Dewasa Awal
26-35
1866.7 1359.1
1531.9 4647.9
Dewasa Akhir
17-25
- -
36.4 33.1
Total 27100
22100 47100
96100 Berdasarkan data tabulasi silang antara umur dan tingkat pengetahuan ibu hamil,
didapatkan data bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik mayoritas berada pada usia dewasa awal sebanyak 18 orang 66.7 dan responden yang
Universitas Sumatera Utara
memiliki tingkat pengetahuan kurang mayoritas berada pada usia remaja akhir sebanyak 29 orang61.7.
5.3.5. Pendidikan dengan Pengetahuan Ibu Tabel 5.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Pendidikan
Pendidikan Tingkat Pengetahuan
Total Baik
Cukup Kurang
Rendah 13.7
418.2 1634
2121.9 Sedang
2385.2 1881.8
2961.7 7072.9
Tinggi 311.1
- 24.3
55.2 Total
27100 22100
47100 96100
Berdasarkan data tabulasi silang antara pendidikan dan tingkat pengetahuan ibu hamil, diperoleh data bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik dan kurang
mayoritas berada pada tingkat pengetahuan sedang SMP atau SMA sebanyak 23 orang 85.2 dan 29 orang 61.7.
5.3.6. Pekerjaan dengan Pengetahuan Ibu Tabel 5.7 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Pekerjaan
Bekerja Tingkat Pengetahuan
Total Baik
Cukup Kurang
Tidak 1970.4
2195.5 4085.1
8083.3 Ya
829.6 14.5
714.9 1616.7
Total 27100
22100 47100
96100
Berdasarkan data tabulasi silang antara pekerjaan dan tingkat pengetahuan ibu hamil, dapat diperoleh data bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik
sebagian besar tidak bekerja yaitu sebanyak 19 orang 70.4. Responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang juga sebagian besar tidak bekerja yaitu sebanyak
40 orang 85.1.
Universitas Sumatera Utara
5.3.7. Anak dengan Pengetahuan Ibu Tabel 5.8 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Ada atau Tidak
Ada Anak Sebelumnya
Anak Tingkat Pengetahuan
Total Baik
Cukup Kurang
Ada 2592.6
1881.8 2451.1
6769.8 Tidak
27.4 418.2
2348.9 2930.2
Total 27100
22100 47100
96100
Berdasarkan data tabulasi silang antara ada atau tidaknya anak dengan tingkat pengetahuan Ibu hamil di atas, dapat diperoleh data bahwa ibu hamil yang
berpengetahuan baik dan sudah memiliki anak sebelumnya sebanyak 25 orang 92.6, sedangkan ibu hamil yang berpengetahuan kurang dan tidak memiliki anak
sebelumnya sebanyak 23 orang 48.9.
5.4. Pembahasan
Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil tentang makanan pendamping ASI di wilayah kerja Puskesmas Belawan pada tahun 2014
umumnya berpengetahuan kurang. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang makanan pendamping ASI yang tergolong baik hanya sebanyak 27 orang 28.1 dan tingkat
pengetahuan yang tergolong cukup sebanyak 22 orang 22.9. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang makanan pendamping ASI yang tergolong kurang meliputi 47 orang
49 atau hampir dari setengah total responden. Hal ini menunjukkan ibu-ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas ini belum memiliki pengetahuan yang baik tentang
makanan pendamping ASI. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Siemeulue Timur, Kabupaten Siemeulue, Provinsi
Aceh. Penelitian tersebut menyatakan bahwa tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang makanan pendamping ASI pada daerah tersebut mayoritas baik yaitu sebesar 79.2.
Wahyuni, 2013
Universitas Sumatera Utara
Makanan pendamping ASI merupakan makanan yang diberikan pada bayi mulai dari umur 6 bulan sebagai tambahan ASI yang tidak lagi mencukupi asupan nutrisi
bayi. Makanan pendamping ini sebaiknya diberikan secara tepat. Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini merupakan salah satu faktor risiko yang dapat
meningkatkan morbiditas pada bayi. Depkes RI Berdasarkan sumber data sekunder yang penulis dapatkan dari petugas kesehatan
dan kader puskesmas, praktik pemberian makanan pendamping ASI dini di Kecamatan Medan Belawan masih banyak. Hal ini dikarenakan ibu-ibu beranggapan ASI saja
tidak cukup sebagai makanan bayi mereka. Anggapan tersebut dihubungkan dengan seringnya ataupun cepatnya bayi kembali menangis sesudah diberi ASI. Ibu-ibu
beranggapan seringnya bayi menangis merupakan tanda bahwa bayi tidak kenyang sehingga bayi diberikan makanan padat walupun masih berusia kurang dari 4 bulan.
Praktik pemberian makanan pendamping ASI dini juga dilakukan karena anjuran orang tua responden. Orang tua responden menyarankan anak mereka untuk
memberikan makanan pendamping ASI secara dini dengan anggapan agar bayi kenyang dan sehat. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian Pardosi 2009 yang
menyatakan bahwa sebagian besar ibu memberikan makanan tambahan pada bayi kurang dari 6 bulan dengan alasan agar bayi menjadi sehat sebanyak 89.1 dan agar
bayi menjadi kenyang sebanyak 86.9. Tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi terjadinya praktik pemberian makanan pendamping ASI dini pada bayi. Pada penelitian yang dilakukan Ginting di Puskesmas Barusjahe
menyatakan bahwa tingkat pengetahuan ibu akan makanan pendamping ASI merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi pemberian makanan
pendamping ASI dini. Penelitian tersebut menyatakan bahwa ibu yang memiliki tingkat pengetahun dalam ketegori tidak baik telah memberikan makanan pendamping
ASI dini pada bayi dengan usia kurang dari 6 bulan sebanyak 97.9, sedangkan ibu dengan kategori tingkat pengetahuan yang baik telah memberikan makanan
pendamping ASI dini kepada anaknya hanya 40.4. Hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian di Puskesmas Barusjahe tersebut menyatakan bahwa ibu
yang memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori tidak baik memiliki risiko untuk
Universitas Sumatera Utara
memberikan makanan pendamping ASI dini pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan sebesar 2,425 kali lebih besar. Ginting, 2012
Pemberian makanan pendamping ASI dini pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang makanan
pendamping ASI, namun dapat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain. Faktor- faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yang dapat mempengaruhi pemberian makanan pendamping ASI dini pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan yaitu tingkat pengetahuan dan
sikap ibu. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pemberian makanan pendamping ASI dini pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan yaitu dukungan
keluarga, peran petugas kesehatan, dan sosial budaya. Ginting, 2012 Analisis data pada tabel 5.3 dapat memberikan informasi bahwa peran petugas
kesehatan di Puskesmas Belawan dalam sosialisasi makanan pendamping ASI masih tergolong kurang. Dari total 96 responden, sebanyak 64 orang 66.7 menyatakan
peran petugas kesehatan dalam sosialisasi makanan pendamping ASI masih kurang, sedangkan hanya 32 orang 33.3 responden yang menyatakan peran petugas
kesehatan sudah baik. Penelitian di Puskesemas Barusjahe tahun 2012 menyatakan hal yang sama yaitu peran petugas kesehatan yang tergolong baik pada wilayah ini hanya
mencapai 32 dan yang tergolong tidak baik mencapai 68. Ginting, 2012 Tabel 5.4 menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik
dan menyatakan peran petugas kesehatan baik sebanyak 20 orang 74, sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang dan menyatakan peran petugas
kesehatan masih kurang sebanyak 44 orang 93. Hal ini menunjukkan bahwa ibu- ibu hamil yang berpengetahuan baik cenderung menyatakan bahwa peran petugas
kesehatan sudah baik dalam sosialisasi program makanan pendamping ASI, sedangkan ibu-ibu hamil yang berpengetahuan kurang cenderung menyatakan bahwa peran
petugas kesehatan masih kurang dalam sosialisasi program makanan pendamping ASI. Hal tersebut menunjukkan adanya kecenderungan antara peran petugas kesehatan
dalam sosialisasi program makanan pendamping ASI dengan tingkat pengetahuan ibu. Sesuai dengan penelitian yang telah dilakuakan oleh Ginting 2012, pengetahuan
yang baik dapat menentukan pemberian makanan pendamping ASI yang baik.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Barusjahe ini juga menyatakan bahwa dari 68 ibu yang menyatakan peran petugas kesehatan dalam kategori tidak baik sebanyak 58
orang 85.3 telah memberikan makanan pendamping ASI dini kepada bayi usia kurang dari 6 bulan. Sebaliknya, ibu yang menyatakan peran petugas kesehatan dalam
kategori baik hanya sebanyak 10 orang 31.3 yang telah memberikan makanan pendamping ASI dini kepada bayinya. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada
hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pemberian makanan pendamping ASI dini. Hubungan tersebut dinyatakan bahwa peran petugas kesehatan dalam
kategori tidak baik mempunyai risiko sebesar 2,73 kali untuk memberikan makanan pendamping ASI pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan sehingga baik tingkat
pengetahuan ibu maupun peran petugas kesehatan memiliki pengaruh dalam pemberian makanan pendamping ASI dini pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan.
Ginting, 2012 Data tabulasi silang pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa mayoritas ibu dengan
pengetahuan makanan pendamping ASI yang baik berada pada usia dewasa awal dan ibu dengan pengetahuan makanan pendamping ASI yang kurang berada pada usia
remaja akhir. Pada kelompok usia dewasa akhir semua responden berpengetahuan kurang. Hal ini menunjukkan usia ibu hamil dan tingkat pengetahuan ibu hamil tidak
memiliki kecenderungan yang berarti. Hal ini dapat dilihat yaitu pada usia yang paling tua yitu dewasa akhir, tingkat pengetahuan ibu akan makanan pendamping ASI adalah
kurang. Hal ini mungkin disebabkan usia responden yang tidak berdistribusi normal atau tidak tersebar secara merata pada tiap kelompok usia yang ada. Sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Ginting 2012, bahwa tidak ada pengaruh secara bermakna antara umur ibu dengan pemberian makanan pendamping ASI dini pada usia kurang
dari 6 bulan. Penelitian di Puskesmas Barusjahe ini menunjukkan bahwa 85 ibu dengan usia 35 tahun kebawah memberikan makanan pendamping ASI dini pada anak
meraka yang berusia kurang dari 6 bulan dan ibu dengan usia di atas 35 tahun juga memberikan makanan pendamping ASI dini kepada anak mereka yang berusia kurang
dari 6 bulan sebanyak 86.7. Tabel 5.6 juga menunjukkan bahwa tidak ada kecenderungan yang bermakna
antara pendidikan ibu dengan tingkat pengetahuan ibu. Hasil analisis data
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa ibu dengan tingkat pengetahuan makanan pendamping ASI yang baik dan buruk mayoritas berasal dari ibu dengan tingkat pendidikan sedang yaitu
SMP atau SMA. Hasil uji statistik oleh Ginting 2012 juga menunjukkan hal yang sama yaitu tidak ada pengaruh secara bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan
pemberian makanan pendamping ASI di Puskesmas Barusjahe. Tidak adanya kecenderungan yang dapat dihasilkan pada analisi tabel 5.6 mungkin dapat juga
disebabkan karena distribusi tingkat pendidikan yang tidak merata. Hal ini dapat dilihat pada karakteristik responden dengan pendidikan yang tinggi hanya 5 orang
5,2 dari total 96 orang responden. Analisa data pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa tidak adanya kecenderungan
antara tingkat pengetahuan ibu dengan pekerjaan ibu karena tingkat pengetahuan ibu yang baik dan buruk sebagian besar berasal dari ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah
tangga. Penelitian yang dilakukan Sua’di 2010 menyatakan bahwa pekerjaan ibu tidak memiliki pengaruh terhadap pemberian makanan pendamping ASI. Hal ini
sejalan dengan data yang telah dianalisa pada tabel 5.7. Tidak adanya kecenderungan antara pekerjaan ibu dengan tingkat pengetahuan mungkin disebabkan karena
distribusi ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja tidak tersebar secara merata. Tabulasi silang antara ada atau tidaknya anak dan tingkat pengetahuan ibu tentang
makanan pendamping ASI pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa ibu yang sudah memiliki anak sebelumnya mempunyai pengetahuan yang baik tentang makanan
pendamping ASI sebanyak 25 orang 92.6 dari total 27 ibu yang berpengetahuan baik. Hal ini menunjukkan ibu yang sudah memiliki anak sebelumnya cenderung
memiliki pengetahuan yang baik tentang makan pendamping ASI. Ibu dengan pengetahuan makanan pendamping ASI yang baik akan mengurangi risiko pemberian
makanan pendamping ASI dini pada bayi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Soedibyo 2007 dalam Banjarnahor 2010 di Unit Pediatri Rawat
Jalan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Penelitian tersebut menyatakan bahwa responden ibu yang berusia lebih dari 30 tahun mayoritas sudah memiliki anak lebih
dari satu sehingga mempunyai pengalaman tentang pemberian makanan pendamping ASI sesuai dengan usia bayi dan tidak lagi memberikan makanan pendamping ASI
Universitas Sumatera Utara
kepada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan melainkan memberikan ASI saja secara eksklusif sesuai dengan usia pada bayi mereka.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengambilan data yang telah dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai dengan Desember 2014 di Puskesmas Belawan, Medan, pada 96
responden, maka melalui analisa data dan pembahasan hasil penelitian, peneliti dapat mengemukakan beberapa hal yang menjadi kesimpulan :
1. Mayoritas ibu-ibu hamil memiliki tingkat pengetahuan tentang makanan pendamping ASI yang kurang 49.
2. Mayoritas ibu-ibu hamil menyatakan peran petugas kesehatan di Puskesmas Belawan masih kurang 66.7.
3. Ibu-ibu hamil yang memiliki pengetahuan tentang makanan pendamping ASI dalam kategori baik, cenderung menyatakan peran petugas kesehatan sudah
baik 74. 4. Ibu-ibu hamil yang memiliki pengetahuan tentang makanan pendamping ASI
dalam kategori baik, cenderung telah memiliki anak 93.
6.2. Saran
Beberapa hal yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Perlu dilakukan lebih banyak penelitian di Kecamatan Medan Belawan
karena masih sedikitnya informasi mengenai keadaan kesehatan masyarakat di wilayah ini.
2. Penelitian mengenai makanan pendamping ASI perlu diperluas sehingga kita dapat lebih mengetahui mengapa masih banyak ibu-ibu yang memberikan
makanan pendamping ASI terlalu cepat dan masih rendahnya pemberian ASI eksklusif.
3. Perlu peningkatan kegiatan edukasi pada ibu-ibu hamil tentang makanan pendamping ASI secara lebih dini agar praktik pemberian makanan ASI dini
dapat dicegah terutama pada ibu-ibu yang belum memiliki anak.