HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Statistik Deskriptif

Tabel 2 berikut ini menyajikan hasil pengolahan uji statistik deskriptif untuk variabel-variabel penelitian

Tabel 2. Statistik Deskriptif Data Penelitian

Variabel

Minimum Maximum

Mean

Std. Deviation

0,23444 STUDY

AGE

0,24139 EXPRNC

219,686 Sumber Data: Diolah oleh penulis (2016).

Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dilihat untuk variable usia dewan (AGE) memiliki rata-rata senilai 0,7011 atau 70,11%. Yang berarti, sebagian besar anggota dewan berusia lebih dari 40 tahun. Dimana, berdasarkan sampel yang diteliti terdapat

9 perusahaan pada masing-masing tahun terdapat dewan direksi yang tidak memiliki anggota dewan dengan usia dibawah 40 tahun.

Dilihat dari latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis (STUDY), terdapat rata-rata senilai 0,5364 atau 53,64% yang berarti lebih dari setengah anggota dewan memiliki latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis. Nilai rata-rata tersebut menunjukan bahwa latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis menjadi hal yang cukup penting dalam perusahaan.

Variabel pengalaman kerja (EXPRNC) adalah rata-rata pengalaman kerja yang dimiliki oleh dewan direksi. Variabel pengalaman kerja mempunyai rata-rata senilai 14,3110. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pengalaman dewan direksi adalah 14 tahun.

Variabel outside directors (OUTSIDE) memiliki nilai rata-rata 0,0866 atau 8,6%. Yang berarti sebagian besar perusahaan masih mengandalkan inside director dalam perusahaan. Menurut Surya dan Yustivanda dalam Kusumastuti et al. (2007) berdasarkan rekomendasi Code for Good Corporate Governance menunjukan bahwa paling sedikit 20% dari anggota dewan maupun komisaris adalah anggota independen. Dari 35 perusahaan sektor pertambangan yang diteliti, ditemukan ada 15 perusahaan yang memiliki direksi independen. Dan jika dilihat dari nilai rata-rata outside director, maka dapat dikatakan outside director pada sampel perusahaan sektor pertambangan dibawah rata-rata karena kurang dari dari 20%.

Untuk ukuran dewan (BSIZE) rata-rata perusahaan sampel memiliki anggota dewan sebanyak 4-5 orang. Berdasarkan sampel penelitian, PT. Bayan Resources (BYAN) memiliki jumlah anggota dewan terbanyak pada tahun 2013-2014 diantara perusahaan sektor pertambangan yang lain, yaitu sebanyak 10 orang. Pada variabel ukuran perusahaan (FSIZE) yang diukur dengan logaritma natural dari total asset perusahaan memiliki nilai rata-rata sebesar 26,8587 atau senilai sebesar Rp 7.867.054.407.541.

Untuk Tobin’s Q memiliki rata-rata yang bernilai 2,3943 yang berarti rata-rata perusahaan sektor pertambangan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi dibandingkan nilai buku perusahaan. Dari seluruh perusahaan sampel, terdapat 24 perusahaan untuk masing-masing tahun atau sekitar 69% perusahaan yang memiliki nilai Tobin’s Q yang tinggi yaitu di atas nilai rata-rata ( > 1 ) dan terdapat 11 perusahaan untuk masing-masing tahun atau sekitar 31% perusahaan yang memiliki nilai Tobin’s Q di bawah rata-rata (< 1). Maka rata-rata nilai perusahaan dianggap menarik, karena rasio Q diatas satu. Pada umumnya investor lebih memilih perusahaan yang memiliki rasio Q di atas satu, karena hal itu menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi.

4.2. Uji Asumsi Klasik

Untuk memperoleh model regresi yang baik, data harus lolos uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, multikolinearitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi (Ghozali, 2005). Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov Test menunjukan bahwa asum si normalitas terpenuhi, dimana signifikansi yang di peroleh lebih dari α (α = 0,05). Hasil uji multikolinearitas menunjukan data bebas dari gejala

multikolinearitas, dimana semua variabel independen yang dipakai memiliki nilai tolerance > 0,10 atau VIF < 10. Hasil uji heteroskedastisitas dengan uji scatterplot menunjukan grafik tidak membentuk pola, sehingga data lolos dari uji heteroskedastisitas. Demikian juga dengan uji autokorelasi, dengan menggunakan uji Durbin Watson menunjukan data masih dalam range aman sehingga tidak ada multikolinearitas, dimana semua variabel independen yang dipakai memiliki nilai tolerance > 0,10 atau VIF < 10. Hasil uji heteroskedastisitas dengan uji scatterplot menunjukan grafik tidak membentuk pola, sehingga data lolos dari uji heteroskedastisitas. Demikian juga dengan uji autokorelasi, dengan menggunakan uji Durbin Watson menunjukan data masih dalam range aman sehingga tidak ada

4.3. Pengujian Pengaruh Board Diversity Terhadap Nilai Perusahaan

Tabel 3.

Hasil Pengujian Hipotesis Untuk Variabel Tobin’s Q

Koefisien

Koefisien

Variabel Unstandarized

Kesimpulan Penelitian

Standardized

Sig.

B Beta

Signifikan (H 1 Diterima) AGE

Tidak Signifikan (H 2 Ditolak) STUDY

Signifikan (H 3 Diterima) EXPRNC

Signifikan (H 4 Diterima) OUTSIDE

Tidak Signifikan (H 5 Ditolak) BSIZE

Tidak Signifikan (Ditolak) FSIZE

Tidak Signifikan (Ditolak) 2 R 2 = 0,236 Adj R = 0,150 F= 2,742 Sig=0,015

*Significant at the 0,05 level. ** Significant at the 0,10 level. Sumber Data: Diolah oleh penulis (2016).

Dari hasil analisis regresi diatas, maka dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut:

TOBIN = 0,536 + 1,416 DIRWAN + 1,967 AGE - 3,419 STUDY + 0,464 EXPRNC + 0,81 OUTSIDE - 0,136 BSIZE - 0,156FSIZE.

Hasil analisis data menunjukan bahwa koefisien regresi pada variabel DIRWAN menunjukan hubungan positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa, semakin tinggi dieksi wanita, maka semakin tinggi nilai perusahaan. Koefisien variabel AGE menunjukan hubungan positif terhadap nilai perusahaan. Sehingga, semakin banyak direksi yang berusia di atas 40 tahun, maka dapat menaikan nilai perusahaan. Koefisien pada variabel STUDY menunjukan hubungan yang negatif. Hal ini berarti, semakin banyak direksi dengan latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis, maka dapat menurunkan nilai perusahaan. Koefisien Hasil analisis data menunjukan bahwa koefisien regresi pada variabel DIRWAN menunjukan hubungan positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa, semakin tinggi dieksi wanita, maka semakin tinggi nilai perusahaan. Koefisien variabel AGE menunjukan hubungan positif terhadap nilai perusahaan. Sehingga, semakin banyak direksi yang berusia di atas 40 tahun, maka dapat menaikan nilai perusahaan. Koefisien pada variabel STUDY menunjukan hubungan yang negatif. Hal ini berarti, semakin banyak direksi dengan latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis, maka dapat menurunkan nilai perusahaan. Koefisien

Dari tabel 3 dapat dijelaskan bahwa kemampuan variabel independen untuk menjelaskan variabel dependen sebesar 0,150 atau sebesar 15% (adjusted R 2 ).

Terlihat juga bahwa tingkat signifikansi uji F sebesar 0,015 atau kurang dari 5% sehingga secara keseluruhan atau bersama-sama variabel keberadaan direksi wanita, usia anggota dewan, pengalaman anggota dewan, direksi independen (outside director ), ukuran dewan dan ukuran perusahaan berpengaruh pada nilai perusahaan yang diukur dengan rasio Tobin’s Q. Dari uji t dapat dilihat bahwa seluruh variabel independen jenis kelamin, usia anggota dewan, pengalaman anggota dewan, direksi independen (outside director), ukuran dewan dan ukuran perusahaan terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi nilai perusahaan yang diukur menggunakan rasio Tobin’s Q.

4.4. Pembahasan

Berdasarkan tabel 3 secara parsial ditemukan variabel wanita dalam direksi (DIRWAN) terbukti memiliki pengaruh positif signifikan (pada tingkat signifikansi 10%) terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan rasio Tobin’s Q secara statistik.

Dengan demikian H 1 diterima, yang berarti semakin banyak anggota dewan berjenis kelamin wanita, semakin tinggi nilai perusahaan. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa pada jaman modern sekarang ini kemampuan wanita dalam menduduki jabatan tinggi di perusahaan tidak kalah dengan pria. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Carter et al. (2003) yang menyebutkan bahwa perusahaan dengan anggota dewan yang berjenis kelamin wanita banyak (dua orang atau lebih) memiliki nilai Dengan demikian H 1 diterima, yang berarti semakin banyak anggota dewan berjenis kelamin wanita, semakin tinggi nilai perusahaan. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa pada jaman modern sekarang ini kemampuan wanita dalam menduduki jabatan tinggi di perusahaan tidak kalah dengan pria. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Carter et al. (2003) yang menyebutkan bahwa perusahaan dengan anggota dewan yang berjenis kelamin wanita banyak (dua orang atau lebih) memiliki nilai

Variabel usia anggota dewan (AGE) secara statistik ditemukan memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan rasio Tobin’s Q, dengan demikian H 2 yang berbunyi usia anggota dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, ditolak. Seperti yang disebutkan dalam Palupi et al. (2015) semakin tua usia seseorang juga akan terjadi perubahan fisik dan mental yang dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan-kemampuan yang dimiliki. Hal ini berarti baik anggota dewan yang muda maupun tua sama-sama tidak mempengaruhi nilai perusahaan sektor pertambangan, untuk anggota dewan yang berusia tua kemampuan yang dimiliki sudah menurun, sedangkan anggota dewan yang berusia muda belum memiliki kemampuan yang memadai karena kurangnya pengalaman. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kusumastuti et al. (2007) yang menyatakan bahwa usia dewan direksi tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Berkaitan dengan tidak adanya pengaruh usia terhadap nilai perusahaan diduga semakin tua seseorang, semakin banyak masalah kesehatan yang dihadapi, yang pada akhirnya akan menyebabkan penurunan kemampuan intelektualnya (Siegler dan Costa dalam Prasetyaningrum 2005).

Variabel latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis (STUDY) ditemukan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur secara statistik dengan menggunakan rasio Tobin’s Q, oleh karena itu H 3 yang berbunyi proporsi anggota dewan yang memiliki latar belakang pendidikan ekonomi berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Shintawati (2011) yang menyatakan bahwa latar belakang pendidikan memiliki hubungan yang negatif terhadap nilai perusahaan. Ada kemungkinan latar belakang pendidikan dewan sesuai dengan jenis industri atau usaha perusahaan masing-masing. Hal ini dapat dilihat pada perusahaan sektor pertambangan sebagian besar memiliki direksi yang berlatar belakang pendidikan Variabel latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis (STUDY) ditemukan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur secara statistik dengan menggunakan rasio Tobin’s Q, oleh karena itu H 3 yang berbunyi proporsi anggota dewan yang memiliki latar belakang pendidikan ekonomi berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Shintawati (2011) yang menyatakan bahwa latar belakang pendidikan memiliki hubungan yang negatif terhadap nilai perusahaan. Ada kemungkinan latar belakang pendidikan dewan sesuai dengan jenis industri atau usaha perusahaan masing-masing. Hal ini dapat dilihat pada perusahaan sektor pertambangan sebagian besar memiliki direksi yang berlatar belakang pendidikan

Variabel pengalaman kerja direksi (EXPRNC) ditemukan memiliki pengaruh positif signifikan (pada tingkat signifikansi 10%) terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan rasio Tobin’s Q, oleh karena itu H 4 , yang berarti semakin berpengalaman seseorang dalam perusahaan, maka dapat meningkatkan nilai perusahaan, diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Widyaningsih (2012) yang menyatakan Pengalaman Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktifitas kerja karyawan. Apabila produktifitas naik maka nilai perusahaan akan naik. Hal ini dapat dikarenakan seorang dewan yang mempunyai pengalaman kerja yang tinggi, maka akan mempunyai wawasan yang baik dalam pekerjaannya, begitu pula dalam hal mengelola operasi perusahaan dan membuat rencana-rencana pendanaan ataupun investasi, atupun mengambil keputusan yang strategis dalam perusahaan.

Variabel outside directors (OUTSIDE) secara statistik ditemukan memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan pada nilai perusahaan yang diukur dengan rasio Tobin’s Q. Dengan demikian H 5 yang berbunyi proporsi outside directors mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, ditolak. Seperti yang dikatakan Kusumastuti et al. (2007) Hal menarik juga dapat dilihat berkaitan dengan independensi, yaitu bahwa terdapat fenomena di Indonesia yang memberikan jabatan komisaris kepada seseorang bukan berdasarkan kompetensi dan profesionalisme namun sebagai penghormatan atau penghargaan. Hal ini juga dapat dilihat berdasarkan jumlah outside directors yang lebih sedikit dibandingkan jumlah inside directors yang dimiliki perusahaan.

Selain itu, diketahui variabel control yaitu ukuran dewan (BSIZE) dan ukuran perusahaan (FSIZE) ditemukan sama-sama memiliki hubungan negatif dan tidak signifikan. Hal ini sejalan dengan penelitian Ujiyantho dan Pramuka (2007) dan Wijaya (2012) yang berarti besar kecilnya ukuran dewan tidak menjadi penentu Selain itu, diketahui variabel control yaitu ukuran dewan (BSIZE) dan ukuran perusahaan (FSIZE) ditemukan sama-sama memiliki hubungan negatif dan tidak signifikan. Hal ini sejalan dengan penelitian Ujiyantho dan Pramuka (2007) dan Wijaya (2012) yang berarti besar kecilnya ukuran dewan tidak menjadi penentu