Aturan Peralihan dalam UUDS 1950

32 Latar Belakang Sejarah NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - BUKU X Ketentuan2 Peralihan Pasal 142 Peraturan2 undang2 dan ketentuan2 tata-usaha jang sudah ada pada tanggal 17 Agustus 1950, tetap berlaku dengan tidak berubah sebagai peraturan2 dan ketentuan2 Republik Indonesia sendiri, selama dan sekadar peraturan2 dan ketentuan2 tata-usaha atas kuasa Undang2 Dasar ini. Pasal 143 Sekadar hal itu belum ternjata dari ketentuan2 Undang2 Dasar ini, maka undang2 menentukan alat2 perlengkapan Republik Indonesia jang mana akan mendjalankan tugas dan kekuasaan alat2 perlengkapan jang mendjalankan tugas dan kekuasaan itu sebelum tanggal 17 Agustus 1950 ja’ni atas dasar perundang-undangan jang masih tetap berlaku karena pasal 142. Pasal 144 Sambil menunggu peraturan kewarganegaraan dengan undang2 jang tersebut dalam pasal 5 ajat 1, maka jang sudah mendjadi warganegara Republik Indonesia ialah mereka jang menurut atau berdasar atas persetudjuan perihal pembagian warganegara jang dilampirkan kepada Persetudjuan Perpindahan memperolah memperoleh kebangsaan Indonesia, dan mereka jang kebangsaannja tidak ditetapkan oleh Persetudjuan tersebut, jang pada tanggal 27 Desember 1949 sudah mendjadi warganegara Indonesia menurut perundang-undangan Republik Indonesia jang berlaku pada tanggal tersebut. Pada masa Pemerintah Soeharto, UUD 1945 diperlakukan sakral sebagai kitab yang tak dapat diubah atau diperdebatkan sehingga tidak ada pembahasan kritis, apalagi wacana perubahan UUD 1945.

C. Sejarah Aturan Tambahan 1. Aturan Tambahan dalam Pembahasan

BPUPK Pasal-Pasal Aturan Tambahan dalam UUD 1945 merupakan sebuah jaminan bagi kelangsungan pemerintahan Republik Indonesia setelah berakhirnya peperangan Asia Timur Raya. Pasal- Pasal ini sekaligus memberi ruang bagi Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk melakukan perubahan atas UUD. buku 10.indd 32 92410 5:55:47 PM 33 Latar Belakang Sejarah NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - BUKU X Berikut bunyi Pasal-Pasal tersebut. 1 Dalam enam bulan sesudah berakhirnya peperangan Asia Timur Raya, Presiden Indonesia mengatur dan menyelenggarakan segala hal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar ini. 2 Dalam enam bulan sesudah Mejelis Permusyawaratan Rakyat dibentuk Majelis ini bersidang untuk menetapkan Undang-Undang Dasar ini. Khusus Pasal 2 Aturan Tambahan ini mengindikasikan sifat kesementaraan dari UUD 1945. Tatkala Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI mengesahkan UUD 1945, bertanggal 18 Agustus 1945, di Gedung Pejambon, Jakarta, Ketua PPKI, Soekarno, mengemukakan bahwasanya UUD yang disahkan rapat adalah UUD yang bersifat sementara, dan kelak dibuat UUD yang lebih lengkap dan sempurna. …. tuan-tuan semuanya tentu mengerti Undang-Undang Dasar yang kita buat sekarang ini adalah Undang-Undang Dasar sementara. Kalau boleh saya memakai perkataan, ini adalah undang-undang dasar kilat. Nanti kalau kita telah bernegara di dalam suasana yang lebih tenteram, kita tentu akan mengumpulkan kembali Majelis Perwakilan Rakyat yang dapat membuat Undang-Undang Dasar yang lebih lengkap dan lebih sempurna. Tuan-tuan tentu mengerti, bahwa ini adalah sekadar Undang-Undang Dasar Sementara, Undang-Undang Dasar Kilat, bahwa barangkali boleh dikatakan pula, inilah revolutie grondwet. Nanti kita membuat Undang-Undang Dasar yang lebih sempurna dan lengkap. Harap diingat benar-benar oleh tuan-tuan, agar supaya kita ini hari bisa selesai dengan Undang- Undang Dasar ini. 40 Pasal 2 Aturan Tambahan UUD 1945 kemudian menyatakan bahwa dalam enam bulan sesudah MPR dibentuk, MPR dimaksud bersidang guna menetapkan UUD. UUD 1945 selalu dapat setiap saat diubah, dihilangkan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 UUD 1945. UUD 1945 bukan saja tidak sakral, serta dapat diubah tetapi UUD 1945 sejak disahkan sudah tidak sempurna, mengandung banyak kekurangan. 40 R.M.A.B. Kusuma, Op.Cit. buku 10.indd 33 92410 5:55:47 PM