Sejarah Pasal Perubahan UUD Pasal Perubahan UUD dalam Pembahasan

8 Latar Belakang Sejarah NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - BUKU X dengan 1 Juni 1945 BPUPK belum memasuki secara langsung pembahasan mengenai perancangan atau perumusan apalagi pengesahan suatu konstitusi negara. Hal-hal yang dibahas dalam rapat tersebut adalah makna dan substansi kemerdekaan, fundamen negara, serta bentuk dan susunan negara. Rancangan Undang-Undang Dasar Sementara diajukan kepada Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai BPUPK di masa resesnya melalui sebuah surat yang bertanggal 15 Juni 2605 1945 di Jakarta. 2 Adanya, kata ”sementara” di belakang kata ”Undang- Undang Dasar” menunjukkan sifat kesementaraannya sebagaimana ditegaskan oleh namanya, yaitu Undang-Undang Dasar Sementara. Untuk dapat menghadapi peristiwa-peristiwa berhubung dengan berlakunya peperangan Asia Timur Raya yang telah memuncak ini, menetapkan Undang-Undang Dasar sebagai berikut yang hanya akan berlaku selama ada peperangan. 3 Rancangan Undang-Undang Dasar Sementara berupa rumusan dasar tentang pola tata negara dan terdiri 18 pasal yang diusulkan oleh kelompok P.A.H. Djajadiningrat, atau dikenal dengan Kelompok Tujuh. 4 Dalam rancangan itu, Pasal 18 adalah pasal akhir yang merupakan pasal Aturan Penutup. Dalam tiga bulan sesudah berakhirnya peperangan Asia Timur, maka Dewan Pimpinan Negara harus membentuk satu Badan Perwakilan Rakyat yang akan menetapkan Undang-Undang Dasar baru. Pasal ini diandaikan sebagai sebuah pasal yang akan mengatur perubahan atau pembentukan Undang-Undang Dasar negara yang baru melalui Badan Perwakilan Rakyat parlemen yang akan dibentuk. 5 2 RM. AB. Kusuma, Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004, hlm. 192. Lihat pula M. Yamin, Naskah Per- siapan Undang-Undang Dasar 1945, Jilid I Jakarta: Siguntang, 1959, hlm. 713-718. 3 RM. AB. Kusuma., Op.Cit., hlm. 192. lihat juga M. Yamin, Op.Cit., hlm. 714. 4 Kelompok ini dijuluki “kelompok tujuh” karena keanggotaannya tersusun dari tujuh orang, diantaranya; Prof. Dr. Pangeran A. Hoesein Djajadiningrat, Prof. Dr. R. Supomo, Mr. R. Suwandi, Mr. R. P. Singgih, Mr. R. Sastromoeljono, M. Sutardjo Kartohadikusumo, dan Mr. R. Soebardjo. Lihat RM. AB. Kusuma, Op.Cit., hlm. 5. 5 Ibid., hlm. 195. buku 10.indd 8 92410 5:55:46 PM 9 Latar Belakang Sejarah NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - BUKU X Pada masa Sidang Kedua BPUPK, 10 Juli 1945, dibentuk kepanitiaan yang akan membahas masalah hukum dasar, keuangan dan perekonomian, serta pembelaan. Panitia Hukum Dasar yang diketuai oleh Soekarno merupakan suatu kelompok kepanitiaan Bunkakai yang bertugas mengumpulkan pendapat dan usulan mengenai Rancangan Undang-Undang Dasar. Pada 11 Juli 1945, kepanitiaan itu mulai bersidang dan diakhiri dengan pembentukan Panitia Kecil, yaitu Panitia Perancang Hukum Dasar yang bertugas merancang undang-undang dasar baru. Panitia tersebut mulai membahas perancangan undang-undang dasar hari berikutnya, 12 Juli 1945. Anggota Panitia Kecil, antara lain, Wongsonagoro, Soebardjo, Maramis, Soepomo, Sukiman, dan Agus Salim. Atas usulan Wongsonagoro, Soepomo terpilih sebagai ketuanya. Rapat besar yang membahas perumusan UUD berlangsung pada 13 Juli 1945. Saat itu, Panitia Kecil perancang UUD melaporkan Rancangan UUD yang memuat 42 pasal. 6 Di dalam rancangan tersebut belum terdapat suatu klausul yang secara tegas mengatur perubahan UUD. Namun, telah ada empat ayat dan lima pasal Aturan Peralihan, ditambah satu pasal Aturan Tambahan. Demikian juga dalam rancangan UUD kedua yang disampaikan pada 14 Juli 1945 dan dibahas pada esok harinya, 15 Juli 1945, tidak ditemukan pasal yang membahas perubahan UUD. Hanya ada enam pasal dengan angka Romawi tentang Aturan Peralihan tanpa ayat seperti sebelumnya, ditambah satu pasal Aturan Tambahan. 7 Hingga rancangan UUD ketiga, disampaikan pada 16 Juli 1945, kondisinya tetap sama seperti rancangan sebelumnya. 8 Pada 17 Juli 1945, BPUPK telah berhasil menyusun Rancangan UUD untuk negara Indonesia baru. Sebenarnya, kebijakan Pemerintah Balatentara Dai Nippon tidak menghendaki UUD dirumuskan oleh BPUPK. Jepang merencanakan kelak UUD disusun oleh PPKI. 9 Namun, 6 Ibid., hlm. 316-323. 7 Ibid., hlm. 343-345. 8 Ibid., hlm. 453-454. 9 Ibid., hlm. 212. Lihat juga perkataan Ketua Radjiman dalam rapat besar laporan kerja Panitia Hukum Dasar tanggal 14 Juli 1945 yang bertugas merancang undang-undang da- sar ”... bahwa persidangan ini masih rahasia”, hlm. 324. buku 10.indd 9 92410 5:55:46 PM 10 Latar Belakang Sejarah NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - BUKU X kelompok Indonesia tetap menjalankan agenda mereka dan mengabaikan usulan Jepang. 10 Setelah Proklamasi Kemerdekaan dibacakan oleh Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI melanjutkan sidang keesokan harinya. Sidang pertama diselenggarakan pada 18 Agustus 1945. Dalam sidang tersebut dilanjutkan pembahasan- pembahasan perumusan UUD. Soekarno sebagai ketua sidang memberikan kesempatan kepada semua anggota untuk menyampaikan pandangan umum atas rancangan UUD yang dibahas dalam rapat itu. Berulang kali Soekarno menyatakan sifat kesementaraan UUD yang tengah dibahas itu. Tuan semua tentu mengerti, bahwa Undang-Undang Dasar yang kita buat sekarang ini adalah Undang-Undang Dasar Sementara. Kalau boleh saya memakai perkataan, ini adalah Undang-Undang Dasar kilat revolutie grondwet. 11 Atas ungkapan sifat kesementaraan UUD ini, muncul usulan dari Iwa Kusuma Soemantri untuk menambahkan klausul tentang perubahan UUD. Usulan itu kemudian ditanggapi oleh Soepomo yang mengemukaan alasan pentingnya suatu pasal yang mengatur perubahan UUD. Memang harus ada Bab XVI setelah Bab XV tentang Bendera dan Bahasa, tentang perubahan Undang-Undang Dasar. Yaitu yang memuat pasal baru ayat 1 yang menentukan, bahwa untuk mengubah Undang-Undang Dasar, sekurang-kurangnya T 12 dari jumlah anggota harus hadir. Jadi untuk mengubah Undang-Undang Dasar sekurang-kurangnya T dari banyaknya anggota harus hadir dalam sidang. Dan ayat 2 bahwa putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 23 daripada yang hadir. 13 10 Howard Palfrey Jones, Op.cit., hlm. 94. Pada sidang 14 Juli berikutnya, Ketua Radjiman mengingatkan bahwa sidang perumusan rancangan undang-undang dasar ini masih bersifat rahasia, menunjukkan BPUPK memang tidak dikehendaki untuk merumuskan suatu undang-undang dasar. Lihat Rapat Besar Pada Tanggal 14-7-2605; RM. A.B.Kusuma, Op.Cit., hlm. 324. 11 Kata “Sementara” tertulis dengan huruf “s” besar, tidak ditulis kecil sebagaimana peli- sanan biasanya. Lihat Ibid., hlm. 479. 12 Soepomo sendiri menggunakan istilah „T“ ini. Lihat Ibid., hlm. 481. T ini sama dengan 23 sebagaimana gambaran ini terlihat dalam percontohan yang dikemukakan Soepomo di hadapan forum. Ibid., hlm. 490. 13 Ibid., hlm. 481. buku 10.indd 10 92410 5:55:46 PM 11 Latar Belakang Sejarah NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - BUKU X Ketika forum memasuki pembahasan pasal demi pasal, tibalah pada pembahasan tentang Perubahan UUD. Soekarno, pimpinan rapat, memberi pengantar dan menanyakan apakah Soepomo mempunyai usul tentang Pasal Perubahan. Dia pun menyampaikan sebagai berikut: Untuk Undang-Undang Dasar sekurang-kurangnya T daripada jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat harus hadir dalam persidangan. Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya T daripada jumlah anggota yang hadir. 14 Usul Soepomo ditanggapi oleh Soebardjo yang menyetujui kalimat pertama, tetapi keberatan dengan kalimat kedua yang menyangkut putusan perubahan karena berpotensi menyebabkan diktator. Dia mengusulkan hendaknya disebutkan dengan kata ”dengan suara terbanyak”. Dengan demikian, jaminan perubahan UUD menjadi lebih baik. 15 Pemimpin rapat memberi tanggapan atas usulan tiga kata dari Soebardjo. Pada dasarnya pemimpin rapat setuju bahwa istilah “T” dapat menimbulkan minderheidsprobleem. Jika ditentukan dengan suara terbanyak, ketentuan itu harus dibuang. Sebab sudah ada frasa ”semua dengan suara terbanyak.” 16 Dengan melihat perdebatan atas apa yang diusulkan, Soepomo kemudian memberi ulasan atas istilah ”T”. ... dengan teori Tuan Soebardjo, umpamanya ada 90 anggota malah harus ada 46 anggota yang mufakat. Sebab yang hadir harus sekurang-kurangnya ada T x 90 = 60 orang dari 60 orang ini T x 60 = 40 orang sebetulnya bisa mengubah Undang-Undang Dasar. Kalau menurut Tuan Soebardjo harus ada 46 orang yang mufakat. 17 Pemimpin rapat, Soekarno, menawarkan titik-titik pembahasan dari dua kalimat redaksi untuk Pasal 37 yang perlu memperoleh tekanan. Setelah meminta pendapat mengenai kalimat pertama itu kepada forum sidang dan disepakati, Soekarno lalu merujuk kalimat kedua. 14 Ibid., hlm. 490. 15 Ibid. 16 Ibid. 17 Ibid. buku 10.indd 11 92410 5:55:46 PM 12 Latar Belakang Sejarah NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - BUKU X Kemudian kalimat kedua, ada yang mufakat jika dicoret sama sekali. Akibatnya 31 anggota bisa mengubah Undang- Undang Dasar, tetapi menurut Ki Bagoes Hadikoesoemo perubahan Undang-Undang Dasar adalah begitu penting, sehingga dianggap 31 anggota masih kurang. Karena itu beliau setuju dengan kalimat dahulu yang diusulkan oleh tuan Soepomo. Sekarang kita memilih antara dua paham ini. 18 Saat itu anggota PPKI yang ikut bersidang berjumlah 25 orang. Setelah Soekarno menawarkan siapa yang sepakat dengan usulan Soepomo, yaitu dengan persetujuan sekurang- kurangnya T daripada jumlah anggota yang hadir, muncullah 16 anggota yang mengangkat tangan pertanda setuju. Lalu, Soekarno kembali membacakan usulan utuh dari Soepomo itu sebagai rumusan yang telah disepakati. Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya T daripada jumlah anggota yang hadir. Inilah bab pengunci dan pasal pengunci. 19 PPKI telah berhasil membuat rumusan UUD 1945 termasuk Pasal 37 yang secara resmi diberitakan dalam Berita Repoeblik Indonesia 20 , edisi Tahun II No. 7, pada 15 Februari 1946. Pasal Perubahan UUD dalam Konstitusi RIS Sejak Belanda mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia dalam bentuk negara Republik Indonesia Serikat RIS pada 27 Desember 1949, berlaku undang-undang dasar baru menggantikan UUD 1945, yaitu Konstitusi RIS. Pada periode itu, tentu tidak ditemukan adanya proses atau bentuk perubahan UUD 1945. Meskipun Pasal 37 pada Bab XVI memuat ketentuan mengenai Perubahan Undang-Undang Dasar. Namun, yang terjadi waktu itu bukan perubahan UUD, melainkan pergantian UUD. 18 Ibid. 19 Ibid. 20 Berita Repoeblik Indoenesia adalah sebuah Penerbitatan Resmi Pemerintah Repoe- blik Indonesia yang terbit tiap tanggal 1 dan 15. buku 10.indd 12 92410 5:55:46 PM 13 Latar Belakang Sejarah NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - BUKU X Rumusan Pasal Perubahan di dalam Konstitusi RIS berada di Bab VI yang terdiri atas dua pasal, yakni Pasal 190 dan Pasal 191.

BAB VI Perubahan, Ketentuan Peralihan dan Ketentuan

Penutup Bagian I Perubahan Pasal 190 1 Dengan tidak mengurangi jang ditetapkan dalam pasal 51, ajat kedua, maka Konstitusi ini hanja dapat diubah dengan undang-undang federal dan menyimpang dari ketentuan2nja hanja diperkenankan atas kuasa undang- undang federal; baik Dewan Perwakilan Rakjat maupun Senat tidak boleh bermupakat ataupun mengambil keputusan tentang usul untuk itu, djika tidak sekurang- kurangnja dua-pertiga dari djumlah anggota sidang menghadiri rapat. 2 Undang-undang sebagai dimaksud dalam ajat pertama, dirundingkan pula oleh Senat menurut ketentuan2 Bagian II Bab IV. 3 Usul undang-undang untuk mengubah Konstitusi ini atau menjimpang dari ketentuan2nja hanja dapat diterima oleh Dewan Perwakilan Rakjat ataupun oleh Senat dengan sekurang-kurangnja dua-pertiga djumlah suara anggota jang hadir. Djika usul itu dirundingkan lagi menurut jang ditetapkan dalam pasal 132, maka Dewan Perwakilan Rakjat hanja dapat menerimanja dengan sekurang-kurangnja tiga-perempat dari djumlah suara anggota jang hadir. Pasal 191 1 Dengan tidak mengurangi ketentuan2 umum tentang mengeluarkan dan mengumumkan undang-undang federal, maka perubahan2 dalam Konstitusi diumumkan buku 10.indd 13 92410 5:55:46 PM 14 Latar Belakang Sejarah NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - BUKU X oleh Pemerintah dengan keluhuran, menurut tjara jang akan ditentukannja. 2 Naskah Konstitusi jang diubah itu diumumkan sekali lagi oleh Pemerintah setelah, sekadar perlu, bab2nja, bagian2 tiap2 bab dan pasal2nja diberi nomor berturut dan penundjukan2nja diubah. 3 Alat2 perlengkapan berkuasa jang sudah ada dan peraturan2 serta keputusan2 jang berlaku pada saat suatu perubahan dalam Konstitusi mulai berlaku, dilandjutkan sampai diganti dengan jang lain menurut Konstitusi, ketjuali djika melandjutkannja itu berlawanan dengan ketentuan2 baru dalam Konstitusi jang tidak memerlukan peraturan undang2 atau tindakan2 mendjalankan jang lebih landjut. 21 Pasal Perubahan UUD dalam UUDS 1950 RIS hanya bertahan kurang lebih delapan bulan, yaitu dari 27 Desember 1949 hingga 15 Agustus 1950. Peristiwa perubahan RIS menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI terjadi pada 17 Agustus 1950. Konstitusi RIS berakhir dan diganti dengan Undang-Undang Dasar Sementara RI UUDS 1950. UUDS 1950 ditetapkan berdasarkan undang-undang federal, yakni UU Nomor 7 Tahun 1950 tentang Perubahan Konstitusi RIS menjadi UUDS RI. Konstitusi itu dinamakan ”sementara” karena menunggu terpilihnya Dewan Konstituante yang akan menyusun konstitusi baru. Dalam Bab V UUDS 1950 tentang Konstituante diterangkan bahwa Konstituante ialah badan pembuat UUD dan bersama-sama Pemerintah menerapkan UUD baru pengganti UUDS 1950 ini Pasal 134. Anggota Konstituante dipilih berdasarkan perhitungan bahwa setiap 150.000 jiwa penduduk warga negara Indonesia mempunyai seorang wakil Pasal 135. Pemilihannya dilakukan secara umum oleh warga negara Indonesia secara bebas dan rahasia. Pasal 137 Konstituante memuat ketentuan bahwa 21 Mr W.A. Engelbrecht, Kitab2 Undang2, Undang2 dan Peraturan2 serta Undang2 Dasar Sementara Republik Indonesia, Leiden-A.W Sijtoff’s Uitgeversmij N.V. ,1954, hlm. 24a- 25. buku 10.indd 14 92410 5:55:46 PM