PERBANDINGAN TINGKAT DEPRESI PADA MAHASISWA KEDOKTERAN PREKLINIK TINGKAT AWAL DAN DOKTER MUDA STASE MAYOR FAKULTAS KEDOKTERAN UNILA PADA BULAN NOVEMBER 2012

(1)

(Skripsi)

Oleh

ANNIDA NURUL HAQ

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

PERBANDINGAN TINGKAT DEPRESI PADA MAHASISWA KEDOKTERAN PREKLINIK TINGKAT AWAL DAN DOKTER MUDA

STASE MAYOR FAKULTAS KEDOKTERAN UNILA PADA BULAN NOVEMBER 2012

Oleh

ANNIDA NURUL HAQ

Depresi adalah satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan gejala psikologis seperti rasa sedih, anhedonia, dan rasa putus asa serta gejala fisiologis seperti perubahan pola tidur dan nafsu makan. Depresi dapat terjadi pada mahasiswa preklinik tingkat awal dan dokter muda stase mayor. Mahasiswa preklinik tingkat awal adalah mahasiswa tahun pertama yang sedang menempuh program sarjana kedokteran, sedangkan dokter muda stase mayor adalah mahasiswa yang sudah menjadi sarjana kedokteran dan sedang belajar pada stase bedah, kebidanan, penyakit dalam, dan anak untuk menempuh profesi kedokteran. Beban pelajaran dan lingkungan pembelajaran yang baru mempengaruhi tingkat depresi pada mahasiswa preklinik tingkat awal dan dokter muda stase mayor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tingkat depresi pada


(3)

Moeloek (RSUAM) Bandar Lampung dan Fakultas Kedokteran Unila untuk menilai tingkat depresi dengan meggunakan kuesioner Beck Depression Inventory (BDI). Penelitian dilakukan menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Analisis data menggunakan uji chi square dengan tingkatkemaknaan α = 0,05.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Tingkat depresi mahasiswa preklinik tingkat awal sebesar 58,1%. (2) Tingkat depresi dokter muda stase mayor RSUAM bulan november 2012 sebesar 83,8%. (3) Ada perbedaan tingkat depresi yang bermakna antara mahasiswa preklinik tingkat awal dan dokter muda stase mayor pada bulan november 2012 (p = 0,000).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat depresi dokter muda stase mayor lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat depresi mahasiswa preklinik tingkat awal.

Kata kunci: dokter muda stase mayor, mahasiswa preklinik tingkat awal, tingkat depresi


(4)

NOVEMBER 2012

Oleh

ANNIDA NURUL HAQ

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(5)

Nama Mahasiswa : Annida Nurul Haq

Nomor Pokok Mahasiswa : 0918011029

Fakultas : Kedokteran

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

dr. Khairun Nisa, M.Kes AIFO dr. Ari Wahyuni

NIP. 197402262001122002 NIP. 198406102009122004

2. Dekan Fakultas Kedokteran

Dr. Sutyarso, M.Biomed NIP. 195704241987031001


(6)

1. Tim Penguji

Ketua :dr. Khairun Nisa, M.Kes AIFO ...……….

Sekretaris :dr. Ari Wahyuni ...……….

Penguji

Bukan Pembimbing :dr. Azelia Nusa Dewiarti, MPH ...……….

2. Dekan Fakultas Kedokteran

Dr. Sutyarso, M. Biomed NIP. 195704241987031001


(7)

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TKIT IQRO Bekasi tahun 1997, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDIT IQRO Bekasi pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 109 Jakarta pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 14 Jakarta pada tahun 2009.

Tahun 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung melalui jalur ujian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif pada organisasi Forum Studi Islam Ibnu Sina (FSI Ibnu Sina) FK Unila periode 2009-2010, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FK Unila sebagai staf kajian strategi dan advokasi selama periode 2009-2010, staf pengabdian Masyarakat BEM FK Unila pada periode berikutnya, dan kepala dinas pengabdian masyarakat BEM FK Unila pada periode 2011-2012. Selain itu, penulis juga aktif pada organisasi eksternal kampus yaitu sebagai staf pengabdian masyarakat wilayah 1 Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) periode 2010-2011.


(8)

abi dan ummi tercinta

atas doa, semangat, dan nasihat

yang senantiasa menyertai

perjalananku meraih mimpi


(9)

sehingga atas rahmat dan hidayah-Nya sikripsi ini dapat terselesaikan.

Skripsi dengan judul “PERBANDINGAN TINGKAT DEPRESI PADA MAHASISWA KEDOKTERAN PREKLINIK TINGKAT AWAL DAN DOKTER MUDA STASE MAYOR FAKULTAS KEDOKTERAN UNILA PADA BULAN NOVEMBER 2012” adalah salah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Sutyarso, M. Biomed, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung;

2. dr. Khairun Nisa, M.Kes AIFO, selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, kritik, dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini;


(10)

3. dr. Ari Wahyuni, selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya memberikan, bimbingan, saran, kritik, dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. dr. Azelia Nusa Dewiarti, MPH, selaku Penguji Utama pada Ujian skripsi; terima kasih atas waktu, ilmu dan, saran-saran yang telah diberikan;

5. dr. Efriyan Imantika dan dr. Dwita Oktaria, selaku Pembimbing Akademik atas kesediaannya untuk meberikan bimbingan, saran, dan motivasinya selama ini;

6. Orang tua tercinta, abi dan ummi, atas doa, nasihat, pengorbanan, dan semangatnya sehingga dapat melewati tahapan-tahapan perjuangan dalam perjalanan meraih mimpi:to be a good doctor;

7. Adik-adik dan sepupuku: arina, uswah, ulfah, yusuf, Ibrahim, dan Muti. Terima kasih atas doa dan semangat yang diberikan;

8. Kakak-kakak koass stase mayor. Terimakasih atas bantuan dan kesediaannya untuk menjadi responden penelitian;

9. Adik-adik FK Unila angkatan 2012. Terimakasih atas bantuan dan kesediaannya untuk menjadi responden penelitian;

10. dr. Sopiyudin Dahlan. Terimakasih atas ilmu yang telah diberikan selama Inhouse TrainingMetodologi Penelitian HPEQ FK Unila 2012.

11. Arnia dan Ghinayona Nurmufthi. Terimakasih atas kebersamaan, persahabatan, dan persaudaraan yang telah terjalin selama ini.

12. Teman-teman: Nurul Hidayah, Giska Tri Putri, Ayu Zahera, Nora Ramkita, Shinta Trilusiani, Evi Febriani, Ra Siti Marhani, Wida Ratnanurmala, Nirmala astri Prayogi, Riska Tiara Sari, Intan Putri


(11)

Talitha Badzlina, Lovensia, dll. Terimakasih untuk senyuman, semangat, keceriaan, kebersamaan, dan persahabatan yang telah diberikan selama ini;

13. Mba Herlisa Anggraini yang telah mengajarkan arti kehidupan.

Terimakasih atas ilmu, nasihat, dan semangat yang telah diberikan;

14. Mia, Zelvi, Yana, Mely, Ani, Akip, Citra, Dessy, Gede, dan Nyimas. Terimakasih atas kerjasamanya dalam Pengmas selama ini.You’re the best

partner;

15. Seluruh keluarga besar Bapak Hasmuni dan teman-teman seperjuangan TIM KKN Tematik 2012 Desa Bengkulu Rejo, Gunung Labuhan, Kab. Way Kanan: Meli, Dedeh, Dyah, Lia, Tia, Uska, Afdi, Dicky, Dewa, dan Astra. Terimakasih atas pelajaran hidup yang sangat berarti;

16. Seluruh staf Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Lampung atas ilmu yang diberikan kepada penulis sehingga menambah wawasan dan menjadi landasan untuk mencapai cita-cita;

17. Seluruh staf Tata Usaha Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan pegawai yang turut membantu dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya.

18. Teman-teman asrama diana: Lisa, Melita, Mba Lina, Vivi, Rora, Lele, Dian, dll yang telah memberikan keceriaan disaat jauh dari keluarga; 19. Teman-teman angkatan 2009 yang tak bisa disebutkan satu persatu.


(12)

20. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan menyumbangkan pemikirannya dalam pembuatan skripsi ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Bandar Lampung, Januari 2013 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 4

C.Tujuan Penelitian... 6

D.Manfaat Penelitian ... 6

E.Kerangka Pemikiran ... 7

1.Kerangka Teori... 7

2.Kerangka Konsep... 9

F.Hipotesis ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA... 10

A.Depresi... 10

1.Definisi... 10

2.Etiologi... 12

3.Gambaran Klinik... 15

4.Klasifikasi dan Diagnosis... 16

5.Alat Ukur Depresi dan Tingkat Depresi... 17

B.Proses Belajar... 18

1.Definisi Belajar... 18

2.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar... 19

3.Lingkungan Pembelajaran Preklinik dan Klinik... 20

C.Depresi pada Mahasiswa... 21

III. METODE PENELITIAN... 22

A.Desain Penelitian... 22

B.Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

C.Populasi dan Sampel ... 22

1.Populasi... 22

2.Sampel... 23

D.Identifikasi Variabel... 24

E.Definisi Operasional ... 25


(14)

G.Prosedur Penelitian... 28

H.Analisis Data ... 28

1.Analisis Univariat... 28

2.Analisis Bivariat... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

A.Hasil... 30

1.Karakteristik Responden... 31

2.KarakteristikTingkat Depresi Responden... 32

3.Perbandingan Tingkat Depresi Mahasiswa Preklinik Tingkat Awal dan Dokter Muda... 36

B.Pembahasan... 39

1.Tingkat Depresi Responden... 40

2.Perbandingan Tingkat Depresi Mahasiswa Preklinik Tingkat Awal dan Dokter Muda... 44

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 46

A.Simpulan... 46

B.Saran... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48 LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.Definisi Operasional... 25

2.Karakteristik Responden Berdasarkan Umur... 31 3.Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 32

4.Tabulasi Silang Perbandingan Tingkat Depresi pada Mahasiswa Preklinik


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori... 8 2. Kerangka Konsep ...9 3. Prosedur Penelitian... 28 4. Persentase Jumlah Pilihan Responden Berdasarkan Nomor Pertanyaan

pada Kuesioner BDI pada Mahasiswa Preklinik Tingkat Awal dengan Tingkat Depresi Ringan ...32 5. Persentase Jumlah Pilihan Responden Berdasarkan Nomor Pertanyaan

pada Kuesioner BDI pada Mahasiswa Preklinik Tingkat Awal dengan Tingkat Depresi Sedang ...33 6. Persentase Jumlah Pilihan Responden Berdasarkan Nomor Pertanyaan

pada Kuesioner BDI pada Mahasiswa Preklinik Tingkat Awal dengan Tingkat Depresi Berat ...34 7. Persentase Jumlah Pilihan Responden Berdasarkan Nomor Pertanyaan

pada Kuesioner BDI pada Dokter Muda Stase Mayor RSUAM Bulan November 2012 dengan Tingkat Depresi Ringan...34 8. Persentase Jumlah Pilihan Responden Berdasarkan Nomor Pertanyaan

pada Kuesioner BDI pada Dokter Muda Stase Mayor RSUAM Bulan November 2012 dengan Tingkat Depresi Sedang...35 9. Persentase Jumlah Pilihan Responden Berdasarkan Nomor Pertanyaan

pada Kuesioner BDI pada Dokter Muda Stase Mayor RSUAM Bulan November 2012 dengan Tingkat Depresi Berat...36 10. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Mahasiswa Preklinik Tingkat


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia mengalami suasana perasaan yang naik turun ketika menghadapi

berbagai situasi dalam kehidupannya. Peristiwa-peristiwa yang

menyenangkan akan menimbulkan perasaan bahagia, senang, dan sukacita, sebaliknya peristiwa yang tidak menyenangkan dapat menyebabkan perasaan tertekan, sedih, dan murung. Jika perasaan tertekan pada seseorang secara konsisten terjadi setiap hari melebihi periode dua minggu, maka orang tersebut mengalami depresi (Staab & Fieldman, 2002).

Depresi merupakan krisis global karena telah menjangkiti banyak penduduk di dunia. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2020 depresi akan menjadi beban global sebagai penyakit kedua di dunia setelah jantung koroner. Survey yang dilakukan pada tahun 2012 di 17 negara, tercatat sedikitnya 350 juta orang mengalami depresi kejiwaan (Taufik, 2012).


(18)

Depresi merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri (Kaplan, 2010). Depresi disebakan oleh ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. Persaingan yang banyak, tuntutan, dan tantangan dalam dunia modern ini, menjadi tekanan dan beban stres bagi semua orang. Tekanan stres yang terlampau besar hingga melampaui daya tahan individu menyebabkan gejala-gejala seperti sakit kepala, gampang marah, dan tidak bisa tidur (Hartono, 2011).

Secara fisiologis, norepinefrin dan serotonin dapat menimbulkan dorongan bagi area limbik dalam otak untuk memperkuat rasa nyaman seseorang, menciptakan rasa bahagia, nafsu makan yang baik, istirahat yang cukup, dorongan seksual yang sesuai, dan keseimbangan psikomotor. Terjadinya penurunan aktivitas neuron penyekresi norepinefrin dan serotonin dapat menyebabkan depresi sehingga menimbulkan gejala seperti rasa sedih, kehilangan nafsu makan dan dorongan seksual, serta mengalami insomnia (Guyton dan Hall, 2007).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi depresi antara lain kemampuan individu dalam memecahkan masalah, pola pikir negatif, dan faktor


(19)

memecahkan suatu permasalahan. Pola pikir negatif yang apabila dimiliki oleh individu, maka mereka cenderung berkeyakinan bahwa dirinya kurang, tidak mampu, dan tidak berharga dalam memandang dirinya, dunia, dan masa depan. Faktor kecemasan merupakan penyebab stres yang utama.

Individu yang mengalami kecemasan secara terus menerus dapat

menimbulkan gangguan depresi (Beck, 1985).

Mahasiswa rentan mengalami depresi. Hal ini dapat terjadi mengingat banyaknya masalah yang menghadang keberhasilan mahasiswa dalam menyelesaikan studinya dan terbukanya peluang bagi mahasiswa untuk mengalami gejala depresi karena berbagai masalah yang mungkin timbul. Masalah tersebut berupa adaptasi terhadap situasi dan kondisi kampus, tugas yang menumpuk, dan tuntutan akan nilai yang bagus (Beck, 1985). Depresi dapat menyebabkan manifestasi psikomotor berupa keadaan gairah, semangat, aktivitas serta produktivitas kerja yang bertendensi menurun, konsentrasi dan daya pikir melambat, serta gangguan tidur atau insomnia. Manifestasi psikomotor tersebut bisa membawa pengaruh pada prestasi belajar (Setyonegoro, 1991). Sebuah penelitian yang telah dilakukan oleh Surya (2011) didapatkan stres ringan dialami oleh mahasiswa kedokteran sebanyak 82 (61,7%) responden dari 133 responden dan stres sedang dialami oleh 51 (38,3%) responden.


(20)

Mahasiswa fakultas kedokteran yang telah menjalani masa studi preklinik akan menjadi seorang dokter muda di rumah sakit. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Yuke (2010) pada mahasiswa preklinik dan dokter muda di FK UNS didapatkan hasil bahwa tingkat depresi pada dokter muda lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa preklinik. Hal ini disebabkan stresor pada seorang dokter muda relatif lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa preklinik. Stresor tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain tuntutan untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar, jadwal yang padat, dan bahan yang dipelajari sangat luas dan aplikatif (Yuke, 2010).

B. Rumusan Masalah

Tingkat depresi pada mahasiswa cukup tinggi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat 61,7% mahasiswa kedokteran mengalami stres ringan dan 38,3% mengalami stres sedang (Surya, 2011).

Penelitian yang telah dilakukan oleh Yuke (2010) pada mahasiswa preklinik dan dokter muda di FK UNS didapatkan hasil bahwa tingkat depresi pada dokter muda lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa preklinik. Hal ini disebabkan stresor pada studi preklinik relatif statis dibanding studi di rumah sakit. Mahasiswa kedokteran unila yang telah menyelesaikan studi preklinik akan menjadi seorang dokter muda di rumah sakit Abdul Moeloek dan rumah sakit Ahmad Yani. Rumah sakit Abdul Moeloek merupakan


(21)

Mahasiswa kedokteran unila angkatan 2012 merupakan mahasiswa tingkat awal. Pada mahasiswa tingkat awal, terjadi perubahan yang drastis dari kehidupan sekolah ke perkuliahan. Keadaan tersebut memerlukan suatu proses adaptasi. Salah satu stresor penyebab depresi dikarenakan tidak semua mahasiswa dapat beradaptasi dengan cepat (Setyorini, 2010). Dokter muda dalam menjalani studi kliniknya akan mempelajari semua stase kedokteran. Stase tersebut dibagi menjadi dua berdasarkan lamanya waktu, yaitu stase minor dan stase mayor. Stase minor yang terdiri dari stase anestesi, saraf, mata, gigi, forensik, ilmu kesehatan masyarakat, radiologi, dan kulit kelamin berjalan selama 3 minggu. Stase bedah, stase anak, stase penyakit dalam, dan stase kebidanan merupakan stase mayor yang harus dilalui oleh dokter muda selama 9 minggu. Di stase mayor, seorang dokter

muda harus memfollow upperkembangan pasien, membantu konsulen untuk

melakukan oprasi, jadwal jaga malam yang sering, pasien yang banyak, dan materi pembelajaran kasus yang sulit. Hal ini menyebabkan waktu istirahat bagi dokter muda sangat terbatas sehingga dapat menjadi penyebab depresi.

Berdasarkan uraian latar belakang dan penelitian di tempat lain, maka peneliti menyusun rumusan masalah yaitu bagaimana perbedaan tingkat


(22)

depresi pada mahasiswa preklinik tingkat awal dan dokter muda stase mayor FK Unila?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui perbandingan tingkat depresi pada mahasiswa preklinik tingkat awal dan dokter muda stase mayor FK Unila.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan tingkat depresi pada mahasiswa preklinik tingkat awal FK Unila.

b. Mendeskripsikan tingkat depresi pada dokter muda stase mayor RSUAM pada bulan November 2012.

c. Menganalisis perbandingan tingkat depresi pada mahasiswa preklinik tingkat awal dan dokter muda stase mayor FK Unila.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Mendapatkan pengalaman langsung dalam merencanakan penelitian, melaksanakan penelitian, dan menyusun hasil penelitian mengenai perbandingan tingkat depresi pada mahasiswa preklinik tingkat awal dan dokter muda stase mayor FK Unila.


(23)

preklinik tingkat awal dan dokter muda stase mayor FK Unila dan sebagai masukan bagi pembimbing akademik, psikiater, psikolog, mahasiswa, serta berbagai pihak yang terkait, guna membantu kelancaran proses belajar mengajar mahasiswa dalam menyelesaikan studi.

3. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi untuk dilakukan penelitian berikutnya.

4. Bagi Ilmu Pengetahuan

Memperluas wacana ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Fisiologi, Komunitas, dan Kedokteran Jiwa, serta memberikan data ilmiah tentang perbedaan tingkat depresi antara dua kelompok mahasiswa baru dalam lingkungan belajar yang berbeda.

E. Kerangka Pemikiran

1. Kerangka Teori

Depresi merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri (Kaplan, 2010).


(24)

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi depresi antara lain kemampuan individu dalam memecahkan masalah, pola pikir negatif, dan faktor kecemasan (Beck, 1985).

Mahasiswa rentan mengalami depresi. Hal ini dapat terjadi mengingat banyaknya masalah yang menghadang keberhasilan mahasiswa dalam menyelesaikan studinya dan terbukanya peluang bagi mahasiswa untuk mengalami gejala depresi karena berbagai masalah yang mungkin timbul. Masalah tersebut seperti adaptasi terhadap situasi dan kondisi kampus, tugas yang menumpuk, dan tuntutan akan nilai yang bagus (Beck, 1985).

Gambar 1. Kerangka Teori menurut Beck (1985) Stresor pada mahasiswa:

a. Adaptasi terhadap situasi dan kondisi kampus

b. Tugas yang menumpuk c. Tuntutan akan nilai yang

bagus

Tingkatan depresi : 1. Tidak ada depresi 2. Depresi ringan 3. Depresi sedang 4. Depresi berat Faktor-faktor yang

mempengaruhi depresi: 1. Kemampuan individu

dalam memecahkan masalah

2. Pola pikir negatif 3. Faktor kecemasan


(25)

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 2. Kerangka Konsep

F. Hipotesis

Tingkat depresi dokter muda stase mayor RSUAM pada bulan November 2012 lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat depresi mahasiswa preklinik tingkat awal FK Unila.

Mahasiswa preklinik tingkat

awal

Dokter muda stase mayor RSUAM

Tingkat Depresi Stresor pada


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Depresi

1. Definisi Depresi

Depresi adalah satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri (Kaplan, 2010).

Depresi merupakan respon terhadap stres kehidupan. Diantara situasi yang paling sering mencetuskan depresi adalah kegagalan di sekolah atau pekerjaan, kehilangan orang yang dicintai dan menyadari bahwa penyakit atau penuaan sedang menghabiskan kekuatan seseorang. Depresi dianggap abnormal hanya jika dalam kurun waktu yang lama (Atkinson, 1993).

Maramis (2005) memasukkan depresi sebagai gangguan afek dan emosi. Afek ialah nada perasaan menyenangkan atau tidak (seperti kebanggaan,


(27)

disertai oleh banyak komponen fisiologis, biasanya berlangsung relatif tidak lama (misalnya ketakutan, kecemasan, depresi dan kegembiraan). Afek dan emosi dengan aspek-aspek yang lain seorang manusia (umpama proses berpikir, psikomotor, persepsi, ingatan) saling mempengaruhi dan menentukan tingkat fungsi dari manusia itu pada suatu waktu.

Depresi adalah suatu gangguan perasaan hati dengan ciri sedih, merasa sendirian, rendah diri, putus asa, biasanya disertai tanda-tanda retardasi psikomotor atau kadang-kadang agitasi, menarik diri dan terdapat gangguan fisiologis seperti insomnia dan anoreksia (Kaplan, 2010).

Menurut Kaplan, depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat. Mood adalah keadaan emosional internal yang meresap dari seseorang (Kaplan, 2010).

Maslim berpendapat bahwa depresi adalah suatu kondisi yang dapat disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa aminergik neurotransmiter (noradrenalin, serotonin, dopamin) pada sinaps neuron di Sistem Saraf Pusat (SSP) terutama pada sistem limbik (Maslim, 2002).


(28)

2. Etiologi Depresi

Kaplan menyatakan bahwa terdapat tiga faktor penyebab depresi, yaitu: a. Faktor biologi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelainan pada amin biogenik, seperti 5 HIAA (5-Hidroksi indol asetic acid), HVA (Homovanilic acid), MPGH (5 methoxy-0-hydroksi phenil glikol), di dalam darah, urin, dan cairan serebrospinal pada pasien gangguan mood. Neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi adalah serotonin dan epineprin. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi (Kaplan, 2010). Selain itu aktivitas dopamin pada depresi adalah menurun. Hal tersebut tampak pada pengobatan yang menurunkan konsentrasi dopamin seperti respirin dan penyakit dengan konsentrasi dopamin menurun seperti Parkinson. Kedua penyakit tersebut disertai gejala depresi. Obat yang meningkatkan konsentrasi dopamin, seperti tyrosin, amphetamine, dan bupropion, menurunkan gejala depresi (Kaplan, 2010).

Adanya disregulasi neuroendokrin. Hipotalamus merupakan pusat pengaturan aksis neuroendokrin, menerima input neuron yang mengandung neurotransmiter amin biogenik. Pada pasien depresi ditemukan adanya disregulasi neuroendokrin. Disregulasi ini terjadi akibat kelainan fungsi neuron yang mengandung amin biogenik. Sebaliknya, stres kronik yang mengaktivasi aksis Hypothalamic-Pituitary-Adrenal (HPA) dapat menimbulkan perubahan pada amin


(29)

Hipersekresi Cortisol Releasing Hormone (CRH) merupakan gangguan aksis HPA yang sangat fundamental pada pasien depresi. Hipersekresi yang terjadi diduga akibat adanya defek pada sistem umpan balik kortisol di sistem limbik atau adanya kelainan pada sistem monoaminogenik dan neuromodulator yang mengatur CRH (Kaplan, 2010). Sekresi CRH dipengaruhi oleh emosi. Emosi seperti perasaan takut dan marah berhubungan dengan Paraventriculer nucleus (PVN), yang merupakan organ utama pada sistem endokrin dan fungsinya diatur oleh sistem limbik. Emosi mempengaruhi CRH di PVN, yang menyebabkan peningkatan sekresi CRH (Landefeld, 2004).

b. Faktor genetik

Penelitian genetik dan keluarga menunjukkan bahwa angka resiko di antara anggota keluarga tingkat pertama dari individu yang menderita depresi berat (unipolar) diperkirakan 2 sampai 3 kali dibandingkan dengan populasi umum. Angka keselarasan sekitar 11% pada kembar dizigot dan 40% pada kembar monozigot (Kaplan, 2010).


(30)

c. Faktor psikososial

Menurut Freud dalam teori psikodinamikanya, penyebab depresi adalah kehilangan objek yang dicintai (Kaplan, 2010). Faktor

psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi peristiwa

kehidupan dan stresor lingkungan, kepribadian, psikodinamika, kegagalan yang berulang, teori kognitif, dan dukungan sosial (Kaplan, 2010). Peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres, lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood dari episode selanjutnya. Para klinisi mempercayai bahwa peristiwa kehidupan memegang peranan utama dalam depresi. Klinisi lain menyatakan bahwa peristiwa kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam onset depresi. Stresor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah kehilangan pasangan (Kaplan, 2010). Stresor psikososial yang bersifat akut, seperti kehilangan orang yang dicintai, atau stresor kronis misalnya kekurangan finansial yang berlangsung lama, kesulitan hubungan interpersonal, ancaman keamanan dapat menimbulkan depresi (Hardywinoto, 1999). Dari faktor kepribadian, beberapa ciri kepribadian tertentu yang terdapat pada individu, seperti kepribadian dependen, anankastik, histrionik, diduga mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya depresi, sedangkan kepribadian antisosial dan paranoid mempunyai resiko yang rendah (Kaplan, 2010).


(31)

dengan adanya kehilangan minat dan kegembiraan, serta berkurangnya energi yang menyebabkan seseorang tersebut mudah merasa lelah meskipun hanya bekerja ringan. Gejala lain yang sering muncul antara lain:

a) Konsentrasi dan perhatian berkurang. b) Harga diri dan kepercayaan berkurang.

c) Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna. d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis.

e) Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri. f) Tidur terganggu

g) Nafsu makan berkurang.

Menurut Lumbantobing (2004), gejala-gejala depresi meliputi:

a) Gangguan tidur atau insomnia.

b) Keluhan somatik berupa nyeri kepala, dizzi (pusing), rasa nyeri, pandangan kabur, gangguan saluran cerna, gangguan nafsu makan (meningkat atau menurun), konstipasi, dan perubahan berat badan (menurun atau bertambah).

c) Gangguan psikomotor berupa aktivitas tubuh meningkat (agitasi atau hiperaktivitas) atau menurun, aktivitas mental meningkat atau menurun, tidak mengacuhkan kejadian di sekitarnya, fungsi seksual


(32)

berubah (mencakup libido menurun), variasi diurnal dari suasana hati. Gejala biasanya lebih buruk di pagi hari.

d) Gangguan psikologis berupa suasana hati (disforik,rasa tidak bahagia, letupan menangis), kognisi yang negatif, gampang tersinggung, marah, frustasi, toleransi rendah, emosi meledak, menarik diri dari kegiatan sosial, kehilangan kenikmatan dan perhatian terhadap kegiatan yang biasa dilakukan, banyak memikirkan kematian dan bunuh diri, perasaan negatif terhadap diri sendiri, persahabatan, serta hubungan sosial.

4. Klasifikasi dan Diagnosis Gangguan Depresi

a. Gangguan depresi mayor

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR), suatu episode depresi mayor ditandai dengan munculnya lima atau lebih gejala dibawah ini selama suatu periode 2 minggu:

1) Moodyang depresi hampir sepanjang hari dan hampir setiap hari 2) Penurunan kesenangan atau minat secara drastis dalam semua

atau hampir semua aktivitas

3) Kehilangan berat badan atau penambahan berat badan yang signifikan atau suatu penambahan atau penurunan selera makan 4) Mengalami insomnia atau hipersomnia

5) Agitasiyang berlebihan atau melambatnya respon gerakan hampir setiap hari


(33)

Perbedaan utama antara gangguan distimik dengan gangguan depresi mayor adalah bahwa gangguan distimik adalah depresi kronis yang memiliki gejala yang lebih ringan. Keparahan dari depresi kronis ini berfluktuasi. Banyak penderita gangguan distimik yang juga mengalami gangguan depresi mayor (Baldwin, 2002).

Gangguan distimik tampaknya disebabkan oleh perkembangan kronis yang seringkali bermula pada masa kanak-kanak atau masa remaja. Orang dengan gangguan distimik merasakan keterpurukan sepanjang waktu, namun mereka tidak mengalami depresi yang sangat parah seperti yang dialami oleh orang dengan gangguan depresi mayor. Meskipun gangguan distimik lebih ringan daripada gangguan depresi mayor,moodtertekan danself esteemrendah yang terus-menerus dapat mempengaruhi fungsi pekerjaan dan sosial orang tersebut (Nevid, 2005).

5. Alat Ukur Depresi dan Tingkat Depresi

Beck Depression Inventory(BDI) merupakan instrumen untuk mengukur derajat depresi dari Dr. Aaron T. Beck. Skala BDI telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran depresi. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran depresi


(34)

dengan menggunakan skala BDI akan diperleh hasil yang valid dan reliable. BDIMengandung skala depresi yang terdiri dari 21 item. Setiap gejala dirangking dalam skala intensitas 4 poin dan nilainya ditambahkan untuk memberi total nilai dari 0-63, nilai yang lebih tinggi mewakili tingkat depresi yang lebih berat. 21 item tersebut menggambarkan kesedihan, pesimistik, perasaan gagal, ketidakpuasan, rasa bersalah, perasaan akan hukuman, kekecewaan terhadap diri sendiri, menyalahkan diri sendiri, keinginan bunuh diri, menangis, iritabilitas, hubungan sosial, pengambilan keputusan, ketidakberhargaan diri, kehilangan tenaga, insomnia, perasaan marah, anoreksia, kesulitan berkonsentrasi, kelelahan, dan penurunan libido (Beck, 1985).

Penilaian dilakukan dengan menggunakan kuesioner, dimana skor: 1) Skor 0-9 menunjukkan tidak ada gejala depresi adalah normal 2) Skor 10-15 menunjukkan adanya depresi ringan

3) Skor 16-23 menunjukkan adanya depresi sedang 4) Skor 24-63 menunjukkan adanya depresi berat.

B. Proses Belajar

1. Definisi Belajar

Berdasarkan lingkungan belajar dan beban studi yang berbeda, mahasiswa kedokteran dibagi menjadi dua kelompok, yaitu mahasiswa preklinik dan dokter muda. Mahasiswa preklinik ialah seorang mahasiswa yang menempuh program sarjana kedokteran, sedangkan


(35)

proses perubahan tingkah laku yang menyangkut aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap seseorang setelah memperoleh informasi yang disengaja (Uno, 2007).

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku akibat latihan dan pengalaman. Belajar merupakan suatu proses dan bukan merupakan hasil yang hendak dicapai semata (Hamalik, 2005). Menurut pengertian secara pikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, 2003).

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut (Purwanto, 2006) faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dibagi menjadi faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktorekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor yang ada pada organisme itu sendiri yang disebut faktor individual antara lain kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan pribadi. Faktor yang ada diluar individu yang disebut faktor sosial antara lain keluarga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan, dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.


(36)

3. Lingkungan Pembelajaran Preklinik dan Klinik

Lingkungan belajar adalah tempat berlangsungnya kegiatan belajar yang mendapatkan pengaruh dari luar terhadap keberlangsungan kegiatan tersebut. Lingkungan yang merupakan sumber belajar memiliki pengaruh dalam proses pembelajaran. Lingkungan itu mencakup segala material dan stimulus di dalam dan di luar individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosio-kultural (Dalyono, 2007).

Pada pembelajaran preklinik, mahasiswa belajar dengan metode pendekatan berbasis masalah (Problem Based Learning) yaitu suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pembelajaran yang sudah ditetapkan (Nurhadi, 2004).

Pembelajaran klinik memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajari ditahap preklinik sehingga dituntut untuk terampil dalam mengaplikasikannya. Lingkungan belajar di rumah sakit lebih kompetitif karena mahasiswa klinik (dokter muda) berhadapan langsung dengan pasien dan staf pengajar di rumah sakit, serta rekan-rekannya. Hal ini menyebabkan adanya persaingan antara dokter muda dalam mengaplikasikan keterampilannya menangani pasien (Yuke, 2010).


(37)

Stresor bagi mahasiswa bisa bersumber dari kehidupan akademiknya, terutama dari tuntutan eksternal dan tuntutan dari harapannya sendiri. Tuntutan eksternal bisa bersumber dari tugas-tugas kuliah, beban pelajaran, tuntutan akademik, tuntutan orang tua untuk berhasil di kuliah, dan penyesuaian sosial di lingkungan kampus. Tuntutan akademik juga termasuk kompetisi perkuliahan dan meningkatnya kompleksitas materi perkuliahan yang semakin lama semakin sulit (Heiman & Kariv, 2005).

Depresi yang tidak bisa mampu dikendalikan dan diatasi oleh mahasiswa akan memunculkan dampak negatif. Dampak negatif secara kognitif seperti kesulitan berkonsentrasi, sulit mengingat pelajaran, dan sulit memahami bahan pelajaran. Secara emosional dampak negatif yang muncul seperti perasaan cemas, sedih, sulit memotivasi diri, kemarahan, frustasi, dan afek negatif lainnya. Dampak negatif bisa juga berakibat bagi fisiologis tubuh seperti gangguan kesehatan, daya tahan tubuh yang menurun terhadap penyakit, sering pusing, badan terasa lemah, dan insomnia (Heiman & Kariv, 2005).


(38)

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mencari hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang dilakukan sekali dan dalam waktu yang bersamaan (Sastroasmoro, 2008).

B. Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan November 2012 di Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek (RSUAM) dan di Fakultas Kedokteran Unila.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai karakteristik tertentu (Sastroasmoro, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah


(39)

jumlah dokter muda stase mayor bulan November 2012 sebanyak 76 orang. Jumlah keseluruhan dari populasi adalah 241 orang.

2. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

probability sampling jenis simple random sampling yaitu menentukan kriteria dan jumlah subjek sebelumnya, kemudian tiap subyek dipilih secara acak (Sastroasmoro, 2008). Responden atau subyek ditentukan dalam kriteria inklusi, yaitu :

kriteria inklusi :

a. Mahasiswa preklinik FK Unila angkatan 2012

b. Dokter muda stase mayor rumah sakit Abdul Moeloek bulan

November 2012

c. Mahasiswa dan dokter muda yang bersedia menjadi responden

Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus yang dikutip dari Dahlan (2010) sebagai berikut :

1 = 2 = 2 + 1 1 + 2 2

1 2

Keterangan :

n1: jumlah sampel pada mahasiswa preklinik tingkat awal


(40)

Zα:deviat baku alfa, ditetapkan sebesar 5%, Zα = 1,96 Zβ: deviat baku beta, ditetapkan sebesar 20%, Zβ =0,84 P1: proporsi pada kelompok mahasiswa preklinik tingkat awal

P2: proposi pada kelompok dokter muda adalah 10,133% atau sama dengan 0,1 (Yuke, 2010)

P1 – P2: selisih minimal proporsi yang dianggap bermakna. Peneliti menetapkan sebesar 20% atau sama dengan 0,2

P: proporsi total = (P1+P2) /2 Dengan demikian,

P1= P2+ 0,2 = 0,1 + 0,2 = 0,3 Q1= 1–P1= 1–0,3 = 0,7

P = (P1+P2) /2 = (0,3 + 0,1) /2 = 0,2 Q = 1–P = 1–0,2 = 0,8

n1 = n2 = 1,96 2 × 0,2 × 0,8 + 0,84 0,3 × 0,7 + 0,1 × 0,9

0,3 0,1

1 = 2 = 61,53(Dibulatkan menjadi 62 orang)

Dengan demikian, besar sampel untuk tiap kelompok adalah 62 orang. Kelompok mahasiswa preklinik sebanyak 62 orang dan kelompok dokter muda sebanyak 62 orang.

D. Identifikasi Variabel

Variabel yang digunakan dalan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel bebas adalah variabel yang bila ia berubah, akan mengakibatkan perubahan variabel lain. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah mahasiswa preklinik tingkat awal dan dokter muda stase mayor rumah sakit Abdul Moeloek bulan November 2012.


(41)

E. Definisi operasional

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel

Penelitian

Definisi

Operasional Alat ukur Hasil ukur

Skala pengukuran Bebas: Mahasiswa FK Unila Mahasiswa yang terdaftar dan mengikuti proses belajar mengajar di

FK Unila.

Mahasiswa kedokteran Unila terdiri dari: 1. Mahasiswa preklinik adalah mahasiswa yang sedang menempuh program sarjana dan merupakan mahasiswa angkatan 2012.

2. Dokter muda adalah mahasiswa yang sedang menempuh profesi kedokteran dan

merupakan dokter muda yang berada

Data mahasiswa preklinik angkatan 2012

dan dokter

muda stase

mayor bulan

November 2012 0=mahasiswa preklinik 1=dokter muda Nominal


(42)

pada stase mayor RSUAM

pada bulan

November 2012 Terikat: Tingkat Depresi Kondisi dimana seseorang mengalami gangguan mood yang ditandai oleh hilangnya perasaan

kendali dan

pengalaman subjektif adanya penderitaan berat Kuesioner dengan menggunakan

alat ukur

depresi BDI

yang terdiri

dari 21

pertanyaan. Masing-masing pertanyaan bernilai 0-4. Total skor: 0- 9=tidak ada

depresi 10-15=depresi ringan 16-23=depresi sedang 24-63=depresi berat

Sumber : BDI

(Beck Depression Inventory)

Ordinal

F. Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh peneliti langsung dari sumber pertamanya. Data primer diperoleh dengan kuesioner menggunakan

alat ukur tingkat depresi Beck Depression Inventory (BDI) kepada

responden yaitu mahasiswa preklinik dan dokter muda. Beck Depression Inventory merupakan instrumen untuk mengukur derajat depresi. Standar cut off point-nya menurut Beck (1985) adalah sebagai berikut: Nilai 0-9 menunjukkan tidak ada gejala depresi, nilai 10-15 menunjukkan adanya


(43)

Data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung dari sumber pertamanya. Data sekunder berupa daftar nama dokter muda Abdul Moeloek yang berada di stase mayor pada bulan November yang diperoleh dari bagian SMF bedah, anak, penyakit dalam, dan kebidanan, serta daftar nama mahasiswa preklinik angkatan 2012 yang diperoleh dari bidang akademik FK Unila.


(44)

G. Prosedur Penelitian

Gambar 3. Prosedur Penelitian

H. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 17,0 for windows. Analisis yang dilakukan meliputi:

1. Analisis Univariat

Penentuan sampel dengan menggunakan data mahasiswa

preklinik dan dokter muda

Analisis data menggunakan ujichi

squaretabel2 × 4

mengisi kuesioner BDI mengisi kuesioner BDI

Informed consent Informed consent

Dokter muda Mahasiswa preklinik


(45)

dokter muda. Variabel terikatnya yaitu tingkat depresi. 2. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk menguji variabel-variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Hal ini digunakan untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuat. Data akan dianalisis dengan menggunakan uji statistikchi squaretabel2 × 4untuk melihat adanya perbedaan tingkat depresi pada mahasiswa kedokteran preklinik dan dokter muda dengan taraf kepercayaan 5% (α = 0,05). Syarat uji chi square adalah sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. Jika syarat uji chi square tidak terpenuhi, maka dipakai uji alternatif untuk uji chi square tabel2 × K yaitu ujikolmogorof-smirnov(Dahlan, 2009).


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Amir, N. 2005. Depresi: Aspek Neurobiologi Diagnosis dan Tatalaksana.BP FK

UI. Jakarta.

Atkinson, R.L. 1993.Pengantar Psikologi.Airlangga. Jakarta.

Baldwin, D.S., & Birtwstle, Jon. 2002. An Atlas of Depression. University of South Hampton. UK.

Beck, A.T. 1985. Depression: Causes and Treatment. University of Pennsylvania Press. Philadelphia.

Dahlan, S. 2009. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika. Jakarta.

Dahlan, S. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Salemba Medika.

Jakarta.

Dalyono, M. 2007.Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Guyton & Hall. 2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed 11. EGC. Jakarta.

Hamalik, O. 2005.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hartono, L.A. 2011.Stres dan Stroke. Karnesius. Yogyakarta.

Heiman, T. & Kariv, D. 2005. Task-Oriented versus Emotion-Oriented Coping Strategies: The Case Of College Students. College student journal.

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., & Grebb, J.A. 2010. Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid Satu. Bina Rupa Aksara. Jakarta.


(47)

Kusumanto. 1999.Depresi Beberapa Pandangan Teori Dan Implikasi Praktek Dibidang Kesehatan Jiwa. Yayasan Dharma Graha. Jakarta.

Landefeld. 2004.Current Geriatric Diagnosis and Treatmet.McGrow-Hill. USA.

Lumbantobing. 2004. Neurogeriatri. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya.

Maslim, R. 2002. Gejala Depresi, Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. Jakarta.

Nevid, J.S., Rathus, S.A., & Greene, B. 2005. Psikologi Abnormal. Ed 5. Gelora Aksara Pertama. Jakarta.

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK. UM Press. Malang.

Purwanto, N. 2006.Psikologi Pendidikan. PT Remaja Rosda Karya. Bandung.

Sastroasmoro, S. 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Sagung Seto. Jakarta.

Setyonegoro, R.K. 1991. Anxietas dan Depresi suatu Tinjauan Umum tentang Diagnostik dan Terapi dala, Depresi: Beberapa Pandangan Teori dan Implikasi Praktek di Bidang Kesehatan Jiwa.Jakarta

Setyorini, M. D. 2010. Proses Adaptasi Mahasiswa Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya dari Luar Pulau Jawa. (Skripsi). Universitas Katolik Atma Jaya. Jakarta.

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.


(48)

Staab, J., & Feldman, D. 2002. What is depression?. (http://health.upenn.edu, diakses 9 Oktober 2012).

Surya, R.S. 2011. Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Angkatan 2008. Jurnal Universitas Islam Indonesia.

Taufik, R. 2012. Wanita Lebih Mudah Terkena Depresi.

(http://www.republika.co.id, diakses 15 Oktober 2102).

Uno, H. 2007. Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar yang Kreatif dan Efektif). Bumi Aksara. Jakarta.

Yuke, W. 2010. Perbedaan Derajat Kecemasan dan Depresi Mahasiswa Kedokteran Preklinik dan Ko-asisten di FK UNS Surakarta. (Skripsi). Universitas Sebelas Maret. Surakarta.


(1)

depresi ringan, nilai 16-23 menunjukkan adanya depresi sedang, dan nilai 24-63 menunjukkan adanya depresi berat.

Data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung dari sumber pertamanya. Data sekunder berupa daftar nama dokter muda Abdul Moeloek yang berada di stase mayor pada bulan November yang diperoleh dari bagian SMF bedah, anak, penyakit dalam, dan kebidanan, serta daftar nama mahasiswa preklinik angkatan 2012 yang diperoleh dari bidang akademik FK Unila.


(2)

G. Prosedur Penelitian

Gambar 3. Prosedur Penelitian

H. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 17,0 for windows. Analisis yang dilakukan meliputi:

1. Analisis Univariat

Penentuan sampel dengan menggunakan data mahasiswa

preklinik dan dokter muda

Analisis data menggunakan ujichi

squaretabel2 × 4

mengisi kuesioner BDI mengisi kuesioner BDI

Informed consent Informed consent

Dokter muda Mahasiswa preklinik


(3)

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel penelitian untuk melihat tampilan distribusi frekuensi kriteria responden meliputi jenis kelamin dan umur. Variabel bebas yaitu mahasiswa preklinik dan dokter muda. Variabel terikatnya yaitu tingkat depresi.

2. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk menguji variabel-variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Hal ini digunakan untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuat. Data akan dianalisis dengan menggunakan uji statistikchi squaretabel2 × 4untuk melihat adanya perbedaan tingkat depresi pada mahasiswa kedokteran preklinik dan dokter muda dengan taraf kepercayaan 5% (α = 0,05). Syarat uji chi square adalah sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. Jika syarat uji chi square tidak terpenuhi, maka dipakai uji alternatif untuk uji chi square tabel2 × K yaitu ujikolmogorof-smirnov(Dahlan, 2009).


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amir, N. 2005. Depresi: Aspek Neurobiologi Diagnosis dan Tatalaksana.BP FK UI. Jakarta.

Atkinson, R.L. 1993.Pengantar Psikologi.Airlangga. Jakarta.

Baldwin, D.S., & Birtwstle, Jon. 2002. An Atlas of Depression. University of South Hampton. UK.

Beck, A.T. 1985. Depression: Causes and Treatment. University of Pennsylvania Press. Philadelphia.

Dahlan, S. 2009. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika. Jakarta.

Dahlan, S. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Salemba Medika. Jakarta.

Dalyono, M. 2007.Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Guyton & Hall. 2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed 11. EGC. Jakarta. Hamalik, O. 2005.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hartono, L.A. 2011.Stres dan Stroke. Karnesius. Yogyakarta.

Heiman, T. & Kariv, D. 2005. Task-Oriented versus Emotion-Oriented Coping Strategies: The Case Of College Students. College student journal.

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., & Grebb, J.A. 2010. Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid Satu. Bina Rupa Aksara. Jakarta.


(5)

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., & Grebb, J.A. 2010. Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid Dua. Bina Rupa Aksara. Jakarta.

Kusumanto. 1999.Depresi Beberapa Pandangan Teori Dan Implikasi Praktek Dibidang Kesehatan Jiwa. Yayasan Dharma Graha. Jakarta.

Landefeld. 2004.Current Geriatric Diagnosis and Treatmet.McGrow-Hill. USA. Lumbantobing. 2004. Neurogeriatri. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Jakarta.

Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya.

Maslim, R. 2002. Gejala Depresi, Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. Jakarta.

Nevid, J.S., Rathus, S.A., & Greene, B. 2005. Psikologi Abnormal. Ed 5. Gelora Aksara Pertama. Jakarta.

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK. UM Press. Malang.

Purwanto, N. 2006.Psikologi Pendidikan. PT Remaja Rosda Karya. Bandung. Sastroasmoro, S. 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Sagung Seto.

Jakarta.

Setyonegoro, R.K. 1991. Anxietas dan Depresi suatu Tinjauan Umum tentang Diagnostik dan Terapi dala, Depresi: Beberapa Pandangan Teori dan Implikasi Praktek di Bidang Kesehatan Jiwa.Jakarta

Setyorini, M. D. 2010. Proses Adaptasi Mahasiswa Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya dari Luar Pulau Jawa. (Skripsi). Universitas Katolik Atma Jaya. Jakarta.

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.


(6)

Staab, J., & Feldman, D. 2002. What is depression?. (http://health.upenn.edu, diakses 9 Oktober 2012).

Surya, R.S. 2011. Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Angkatan 2008. Jurnal Universitas Islam Indonesia.

Taufik, R. 2012. Wanita Lebih Mudah Terkena Depresi. (http://www.republika.co.id, diakses 15 Oktober 2102).

Uno, H. 2007. Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar yang Kreatif dan Efektif). Bumi Aksara. Jakarta.

Yuke, W. 2010. Perbedaan Derajat Kecemasan dan Depresi Mahasiswa Kedokteran Preklinik dan Ko-asisten di FK UNS Surakarta. (Skripsi). Universitas Sebelas Maret. Surakarta.