Gambara Tingkat Sindrom Depresi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara Semestar Ganji Tahun Akademik 2012/2013

(1)

GAMBARAN TINGKAT SINDROM DEPRESI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2012/2013

Oleh :

Adina Miltania Tasmil 090100217

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

GAMBARAN TINGKAT SINDROM DEPRESI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2012/2013

Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :

Adina Miltania Tasmil 090100217

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Gambaran Tingkat Sindrom Depresi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Semester Ganjil Tahun Akademik 2012/2013

Nama : Adina Miltania Tasmil NIM : 090100217

Pembimbing Penguji I

( dr. M. Surya Husada Sp.KJ ) (dr. Kristo Nababan, Sp.KK ) (NIP : 198002032008011011) (NIP : 196302081989031004)

Penguji II

( dr. M. Syahputra, M.Kes )

(NIP : 197010071989021001)

Medan, 10 Januari 2013 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

( Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp. PD-KGEH ) (NIP : 19540220 198011 1 001 )


(4)

ABSTRAK

Depresi merupakan salah satu kelainan psikiatri yang paling sering terjadi. Depresi merupakan suatu gangguan mood yang secara signifikan ditandai oleh perasaan sedih dan cemas. Setiap tahun dilaporkan 30% mahasiswa dalam masa perkuliahan mengalami sindrom depresi yang dimana mempengaruhi aktivitas dan effektivitas mereka dalam performa akademik. Jenis kelamin dan umur merupakan bagian dari faktor resiko yang dapat mempengaruhi terjadinya sindrom depresi ini.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran tingkat sindrom depresi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Semester Ganjil Tahun Akademik 2012/2013. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik stratified random sampling.

Dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sindrom depresi lebih banyak dialami oleh responden perempuan dibandingkan dengan responden laki-laki dengan perbandingan 20 responden perempuan (20%) dan 14 responden laki-laki (14%). Dari hasil penelitian juga diperoleh mahasiswa pada semester 18-19 tahun dan semester 19-20 tahun lebih banyak mengalami sindrom depresi dibandingkan semester 17-18 tahun dan semester 20-21 tahun dengan perbandingan 36% pada mahasiswa dengan umur 18-19 tahun dan semester 19-20 tahun dan 32% pada mahasiswa semester 17-18 tahun dan semester 20-21 tahun.

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa perempuan lebih banyak mengalami sindrom depresi dibandingkan dengan laki-laki dan mahasiswa dengan umur 18-19 tahun dan 19-20 tahun lebih banyak mengalami sindrom depresi. Hal ini bisa dicegah dengan memberlakukan konseling secara berkala agar mengetahui mahasiswa dengan faktor resiko tinggi untuk mengalami sindrom depresi dan yang sudah berada dalam tahap sindrom depresi sehingga intervensi dini dapat dilakukan.


(5)

ABSTRACT

Depression has the highest lifetime prevalence of any psychiatric disorder. Depression is mood disorders that significantly marked by sad and worry feeling. Every year, 30% of college students have depression that influenced their activity and effectivity in academic performance. Sex and age are the risk factors that affect depression.

The aim of this research wants to know depression in students at Faculty of Medicine University of North Sumatera . This is a descriptive research method with a Cross Sectional Approach and the sample withdrawal is done by using a stratified random sampling technique.

With the total sample of 100 people, the result that depression based on sex show that woman respondents are much greater than men which is 20% in women and 14% in men. The result that depression based on age show students aged 18-19 years old and 19-20 years old much greater than students aged 17-18 years old and 20-21 years old which is 36% in students aged 18-19 years old and 19-20 years old and 32% in students aged 17-18 years old and 20-21 years old.

The result from this research shows that depression in woman respondents are much greater than men and students at age 18-19 and 19-20 are the peak age. Depression can be prevented by routine conselling to get information about students with high risk factor and students with depression so early intervention can be done.

Key words: Sex and Age, Faculty of Medicine Student, Depression.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Gambaran Tingkat Sindrom Depresi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Semester Ganjil Tahun Akademik 2012/2013.”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. dr. Gontar Siregar, Sp.PD (KGEH) selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. M. Surya Husada, Sp.KJ selaku dosen pembimbing saya yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan.

3. Bapak dr. Kristo Nababan, Sp.KK selaku tim penguji I. 4. Bapak dr. M. Syahputra, M,Kes selaku tim penguji II.

5. Bapak atau Ibu dosen yang telah memberikan didikan sampai selama ini.

6. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin untuk dilakukannya penelitian saya ini.

Dan secara khusus saya juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua saya bapak Mohammad Tasmil dan ibu Intan yang telah memberikan banyak doa, perhatian, kesabaran dan dukungan selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

2. Kedua adik saya Mohammad Antassa Tasmil dan Levita Judini Tasmil yang telah memberikan banyak dukungan selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

3. Kepada Muhammad Desfrianda Pane yang telah memberikan banyak bantuan dan dukungan selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. 4. Kepada Vilaseeni A/P V. Pathmanathan sebagai teman satu bimbingan

saya yang juga telah memberikan dukungan dan bantuan selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.


(7)

5. Kepada teman-teman saya Felanda Ahsanu Nadia, Putri Dwi Safira Idrus, Raden Ajeng Khalida P, dan Riefka Ananda Zulfa yang telah memberikan banyak bantuan dan dukungan selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Medan, 07 Desember 2012 Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN...i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT...iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR SINGKATAN...xii

DAFTAR LAMPIRAN...xiii

BAB 1 PENDAHULUAN...1

1.1.Latar Belakang...……….... 1

1.2.Rumusan Masalah………... 3

1.3.Tujuan Penelitian………...4

1.4.Manfaat Penelitian……….... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...5

2.1. Depresi...………...5

2.1.1. Definisi Depresi...………...5

2.1.2. Epidemiologi Depresi...………...5

2.1.3. Etiologi dan Klasifikasi Depresi………...6

2.1.4. Faktor Risiko Depresi...………...9

2.1.5. Patofisiologi Depresi..………..…...10

2.1.6. Gejala Klinis Depresi...11

2.1.7 Diagnosis Depresi...12

2.1.8. Pengobatan Depresi...…...12

2.1.9. Pencegahan Depresi...15


(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL...18

3.1. Kerangka Konsep Penelitian………...18

3.2. Definisi Operasional……….………...18

3.3. Variabel dan Alat Ukur...19

BAB 4 METODE PENELITIAN...20

4.1. Rancangan Penelitian………....…...20

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………... .20

4.2.1. Lokasi Penelitian………... 20

4.2.2. Waktu Penelitian………... 20

4.3. Populasi dan Sampel penelitian………... 20

4.3.1. Populasi Penelitian………... 20

4.3.2. Sampel Penelitian………...20

4.3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi...21

4.4. Metode Pengumpulan Data………... 22

4.4.1. Teknik Pengumpulan Data....………...22

4.4.2. Tahap Pelaksanaan.………...22

4.5. Metode Analisis Data...23

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...24

5.1. Hasil Penelitian...24

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian...24

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden...24

5.1.3. Hasil Analisa Data...26

5.2. Pembahasan...38

5.2.1. Jenis Kelamin...39

5.2.2. Umur...40


(10)

6.1. Kesimpulan...42 6.2. Saran...42

DAFTAR PUSTAKA...43 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 3.3 Variabel, Cara Ukur, Alat Ukur,

Hasil Ukur dan Skala Ukur...19 Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan

Jenis Kelamin...25 Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan

Umur...25 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi

Responden...26 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin Responden... 27 Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Responden

Berdasarkan Umur...28 Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi

Umur 17-18 Tahun...30 Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi

Umur 17-18 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin...31 Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi

Umur18-19 Tahun...32 Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Semester Umur 18-19 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin...33


(13)

Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi

Umur 19-20 Tahun...34 Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Umur 19-20

Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin...35 Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi

Umur 20-21 Tahun...36 Tabel 5.13. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Umur 20-21


(14)

DAFTAR SINGKATAN

ACHA American College Health Association APA American Pyschological Association BDI Beck Depression Inventory

CT Computerized Tomography ECT Electroconvulsant

FK Fakultas Kedokteran GMR Gangguan Mood Ringan

MAO Monoamine Oxidase Inhibitors MRI Magnetic Resonance Imaging NCHA National College Health Assesment PET Positron Emission Tomography SAM Sympathetic Adrenomedullary

SSRI Selective Serotonin Reuptake Inhibitor TCA Tricyclic Anti Depressants


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup

Lampiran 2 Surat Ethical Clearence

Lampiran 3 Lembar Penjelasan Pengisian Kuesioner Lampiran 4 Lembar Persetujuan Pengisian Kuesioner Lampiran 5 Lembar Kuesioner


(16)

ABSTRAK

Depresi merupakan salah satu kelainan psikiatri yang paling sering terjadi. Depresi merupakan suatu gangguan mood yang secara signifikan ditandai oleh perasaan sedih dan cemas. Setiap tahun dilaporkan 30% mahasiswa dalam masa perkuliahan mengalami sindrom depresi yang dimana mempengaruhi aktivitas dan effektivitas mereka dalam performa akademik. Jenis kelamin dan umur merupakan bagian dari faktor resiko yang dapat mempengaruhi terjadinya sindrom depresi ini.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran tingkat sindrom depresi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Semester Ganjil Tahun Akademik 2012/2013. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik stratified random sampling.

Dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sindrom depresi lebih banyak dialami oleh responden perempuan dibandingkan dengan responden laki-laki dengan perbandingan 20 responden perempuan (20%) dan 14 responden laki-laki (14%). Dari hasil penelitian juga diperoleh mahasiswa pada semester 18-19 tahun dan semester 19-20 tahun lebih banyak mengalami sindrom depresi dibandingkan semester 17-18 tahun dan semester 20-21 tahun dengan perbandingan 36% pada mahasiswa dengan umur 18-19 tahun dan semester 19-20 tahun dan 32% pada mahasiswa semester 17-18 tahun dan semester 20-21 tahun.

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa perempuan lebih banyak mengalami sindrom depresi dibandingkan dengan laki-laki dan mahasiswa dengan umur 18-19 tahun dan 19-20 tahun lebih banyak mengalami sindrom depresi. Hal ini bisa dicegah dengan memberlakukan konseling secara berkala agar mengetahui mahasiswa dengan faktor resiko tinggi untuk mengalami sindrom depresi dan yang sudah berada dalam tahap sindrom depresi sehingga intervensi dini dapat dilakukan.


(17)

ABSTRACT

Depression has the highest lifetime prevalence of any psychiatric disorder. Depression is mood disorders that significantly marked by sad and worry feeling. Every year, 30% of college students have depression that influenced their activity and effectivity in academic performance. Sex and age are the risk factors that affect depression.

The aim of this research wants to know depression in students at Faculty of Medicine University of North Sumatera . This is a descriptive research method with a Cross Sectional Approach and the sample withdrawal is done by using a stratified random sampling technique.

With the total sample of 100 people, the result that depression based on sex show that woman respondents are much greater than men which is 20% in women and 14% in men. The result that depression based on age show students aged 18-19 years old and 19-20 years old much greater than students aged 17-18 years old and 20-21 years old which is 36% in students aged 18-19 years old and 19-20 years old and 32% in students aged 17-18 years old and 20-21 years old.

The result from this research shows that depression in woman respondents are much greater than men and students at age 18-19 and 19-20 are the peak age. Depression can be prevented by routine conselling to get information about students with high risk factor and students with depression so early intervention can be done.

Key words: Sex and Age, Faculty of Medicine Student, Depression.


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Depresi merupakan salah satu kelainan psikiatri yang paling sering Terjadi. Depresi merupakan suatu gangguan mood yang secara signifikan ditandai oleh perasaan sedih dan cemas. Banyak individu yang mengalami gejala-gejala depresi dari berbagai jenis umur, tidak terkecuali pada mahasiswa.i di bangku perkuliahan. Banyak mahasiswa/i yang mengalami gejala deprei ketika duduk di bangkuj perkuliahan. Pada mahasiswa/i gejala depresi ini dapat mempengaruhi performa akademik mereka (National Institute of Mental Health, 2010).

Pada tahun 2009, College Health Association-National College Health Assesment (ACHA-NCHA) yang merupakan suatu penelitian bagi mahasiswa/i pada bangku perkuliahan melaporkan bahwa 30% dari seluruh mahasiswa/i mengalami gangguan depresi dan susah untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Depresi juga merupakan salah satu faktor resiko yang menyebabkan bunuh diri. Pada penelitian Fall 2009 ACHA-NCHA dilaporkan bahwa sekitar 6% dari mahasiswa/i dilaporkan sudah sering melakukan percobaan bunuh diri pada tahun-tahun sebelumnya (National Institute of Mental Health, 2010).

Depresi tidak disebabkan oleh satu hal saja, tetapi beberapa hal dapat menyebabkan depresi. Meski stres sering berimplikasi pada depresi, tidak semua orang yang mengalami stres menjadi depresi. Faktor-faktor seperti kelainan coping, bawaan genetis, dan ketersediaan dukungan sosial memberikan kontribusi pada kecenderungan depresi saat menghadapi kejadian yang penuh tekanan (USDHHS, (1999) dalam Nevid et al (2005)). Pada mahasiswa/i tahun pertama gejala depresi lebih sering terjadi diakibatkan oleh beberapa hal, seperti: tinggal jauh dari keluarga untuk pertama kali (biasanya pada mahasiswa/i yang merantau), merindukan keluarga/teman-teman, dan hal yang paling sering adalah


(19)

menghadapi kehidupan baru sebagai mahasiswa/i atau beradaptasi terhadap lingkungan baru (National Institute of Mental Health, 2010).

Depresi disebabkan oleh beberapa etiologi, seperti faktor biologis yang dimana banyak penelitian yang melaporkan abnormalitas pada faktor biologis dapat menyebabkan gejala-gejala depresi. Neurotransmitter-neurotransmitter neuroamine, seperti: norephinefrin, dopamin, serotonin, dan histamin merupakan titik fokus utama dalam penyebab gejala-gejala depresi. Dari faktor genetik dilaporkan bahwa keluarga atau orang tua yang mengalami gejala-gejala depresi sebelumnya dapat diturunkan pada anggota keluarga lainnya terutama anak mereka sendiri. Diperoleh dari data keluarga yang dimana salah satu orang tuanya memiliki gejala-gejala depresi, anak akan memiliki resiko sekitar 10%-25% untuk mengalami gangguan mood, salah satunya adalah gangguan depresi (Kaplan & Saddock, 2010)

Sistem endokrin juga merupakan salah satu etiologi pencetus gejala-gejala depresi, sistem endokrin banyak membantu dalam menjalankan fungsi otak, dan hormon dari sistem endokrin dan neurotransmitter pada otak memiliki fungsi yang sama, yaitu mengangkut pesan antar sel tubuh. Kelenjar endokrin terdiri dari tujuh macam, yaitu: kelenjar pituitari, tiroid, paratiroid, adrenal, gonad, timus, dan pankreas. Hormon-hormon yang dihasilkan ini berfungsi untuk menstabilkan mood seseorang, jika terjadi ketidakseimbangan antara hormon-hormon yang bisa menyebabkan gangguan mental, seperti gejala gejala depresi (Notosoedirjo, 2005).

Jika ditinjau dari segi teknologi sendiri, Magnetic Resonance Imaging telah menunjukkan bahwa otak individu yang megalami gangguan depresi terlihat berbeda dibandingkan dengan individu normal lainnya. Pada individu dengan gangguan depresi Magnetic Resonance Imaging dapat menunjukkan kelainan pada bagian otak yang mengatur dari mood, cara berpikir, tidur, nafsu makan, dan perilaku. Tetapi MRI tidak dapat mengungkapkan mengapa gangguan depresi tersebut dapat


(20)

terjadi sehingga MRI tidak dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis depresi (National Institute of Mental Health, 2010).

Individu dengan gejala-gejala deprsi khususnya mahasiswa/i tidak mendapatkan penanganan atau pengobatan sesuai dengan yang mereka inginkan. Mereka juga tidak mengerti kemana merwka harus meminta pertolongan atau mereka percaya terhadap suatu pengobatan yang salah atau dapat memperparah keadaan mereka. Tidak sedikit juga dari mereka yang merasa tidak memerlukan penanganan atau pengobatanyang tepat karena mereka merasa gejala-gejala yang muncul pada diri mereka hanya merupakan suatu stres yang biasa atau normal terjadi ketika mereka duduk di bangku perkuliahan (National Institute of Mental Health, 2010).

Jika tidak mendapatkan pengobatan yang sesuai dan penanganan yang tepat gejala-gejala depresi dapat mencetuskan ide bunuh diri. Perilaku bunuh diri merupakan ciri atau simtom dari gangguan psikologis yang mendasarinya, biasanya gangguan mood. Suatu penelitian memperkirakan sekitar 60% orang yang melakukan bunuh diri telah menderita gangguan mood (National Strategy for Suicide Prevention, (2001), dalam Nevid et al 2005)).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka saya tertarik untuk melakukan penelitian ini dan ingin memberikan informasi bagaimana gamnbaran tingkat sindrom depresi pada mahasiswa/i di bangku perkuliahan, terutama mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara semester ganjil tahun akademik 2012/2013.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperlukan penelitian untuk mengetahui:

1. Bagaimana gambaran tingkat sindrom depresi berdasarkan jenis kelamin pada mahasisa FK USU semester ganjil tahun akademik 2012/2013.


(21)

2. Bagaimana gambaran tingkat sindrom depresi berdasarkan umur pada mahasiswa FK USU semester ganjil tahun akademik 2012/2013.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana gambaran tingkat sindrom depresi mahasiswa/i FK USU semester ganjil tahun akademik 2012/2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

a) Mengetahui bagaimana gambaran tingkat sindrom depresi berdasarkan jenis kelamin.

b) Mengetahui bagaimana gambaran tingkat sindrom depresi berdasarkan umur.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : a) Bagi institusi, sebagai bahan masukan dalam upaya untuk

mengevaluasi sistem pembelajaran.

b) Bagi peneliti, untuk memperluas wawasan dan menambah pengetahuan, sekaligus sebagai wadah latihan penerapan hasil pembelajaran yang diperoleh selama masa perkuliahan.

c) Bagi mahasiswa, meningkatkan pemahaman mengenai sindrom depresi.


(22)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Hal-hal yang mempengaruhi - Umur

- Jenis Kelamin

- Gangguan mood ringan

- Borderline - Depresi sedang - Depresi berat - Depresi ekstrim

Beck Depression Inventory

3.2. Definisi Operasional

Sesuai dengan masalah, dan model penelitian, maka yang menjadi variabel dalam penelitian beserta dengan definisi operasionlnya masing-masing, yaitu:

3.2.1. Umur

Umur responden pada saat mengisi kuesioner yang tertera pada lembar kuesioner.

3.2.2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden yang tertera pada lembar kuesioner.

3.2.3. Sindrom Depresi

Gejala-gejala depresi yang dikeluhkan responden yang tertera pada lembar kuesioner.


(23)

Mahasiswa yang berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.3. Variabel dan Alat Ukur

VARIABEL

ALAT UKUR

CARA UKUR

HASIL UKUR

SKALA UKUR

Umur responden

Lembar kuesioner

Lembar Kuesioner

Umur responden dengan kategori: - 17-18 tahun - 18-19 tahun - 19-20 tahun - 20-21 tahun

Ordinal

Jenis Kelamin Responden

Lembar Kuesioner

Lembar Kuesioner

Jenis Kelamin: - Perempuan - Laki - laki


(24)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan pendekatan desain cross sectional yang dimana penelituan ini dilakukan hanya alam satu kali dengan menggunakan alat penilaian Beck Depression Inventory (BDI).

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi : Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

b. Waktu : Peneltian dilakukan pada bulan Oktober – November.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

a. Populasi target : seluruh mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara semester ganjil (semester I, III, V, dan VII) tahun akademik 2012/2013.

b. Populasi terjangkau : seluruh mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara semester ganjil (semestre I, III, V, dan VII) tahun akademik 2012/2013 yang aktif selama masa perkuliahan.

4.3.2. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah stratified random sampling yatu teknik penarikan sampel denga membagi populasi sasaran di dalam strata (golongan) menurut karakteristik tertentu yang dianggap oleh peneliti.

Dalam penelitian ini, sampel dibagi dalam 4 bagian berdasarkan tingkatan semester yaitu semester I, III, V, dan VII.


(25)

Untuk menentukan besar sampel pada penelitian ini, penulis menggunakan rumus deskriptif kategorikal, yaitu:

n = Z² 1-α/2 p. (1-p) / d² Keterangan:

n = besar sampel minimum

Z1-α/2= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu p = harga proporsi di populasi

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir

n = (1,96)². 0,5 (1-0,5) / (0,1)² / (0,1)² = 96,04

Dengan demikian besar sampel minimal yang diperlukan adalah 96,04 orang atau 96 orang. Pada penelitian ini diperlukan sampel sebesar 100 orang.

4.3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi:

Semua mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara semester ganjil tahun akademik 2012/2013 yang aktif selama masa perkuliahan dan bersedia mengisi lembar kuesioner.

Kriteria Eksklusi

Semua mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara semester ganjil tahun akademik 2012/2013 yang tidak aktif selama masa perkuliahan dan tidak bersedia mengisi lembar kuesioner.


(26)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dari data primer yang berupa lembar kuesioner berdasarkan Beck Depression Inventory yang terdiri dari 21 pertanyaan yang akan diisi oleh responden yaitu mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara semester ganjil tahun akademik 2012/2013.

4.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dalam 2 tahap, yaitu tahap

persiapan dan tahap pelaksanaan.

Tahap Persiapan

a) Mendapatkan jumlah mahasiswa/i berdasarkan angkatan 2009, 2010, 2011, dan 2012.

b) Menyediakan dan menyiapkan kuesioner. c) Mengumpulkan subjek penelitian.

Tahap Pelaksanaan

a) Menerangkan tujuan penelitian dan menjelaskan kuesioner.

b) Mengumpulkan subjek penelitian yang setuju untuk mengikuti penelitian.

c) Membagikan kuesioner kepada subjek yang setuju untuk mengikuti penelitian.

d) Meminta subjek untuk mengisi keusioner (kuesioner boleh dibawa pulang dalam 1 hari).

e) Mengumpulkan kembali kuesioner pada hari selanjutnya. f) Mengumpulkan data yang diperoleh.


(27)

4.5. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dideskripsikan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) dan kemudian didistribusikan secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan dilakukan pembahasan sesuai pustaka yang ada.


(28)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner yang telah diisi oleh responden di tempat tanpa dibawa pulang ke rumah atau dibawa pulang ke rumah. Hasil kuesioner yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa, sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang beralamat di Jalan dr. Mansur No.5. Pengambilan data dilakukan di ruangan lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera dan di kelas semester I/II, III/IV, V/VI, dan semester VII.

5.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan jumlah responden masing- masing 25 orang untuk semester I/II, 25 orang untuk semester III/IV, 25 orang untuk semester V/VI, dan semester 25 orang untuk semester VII. Total responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang.

Dari keseluruhan responden yang ada, diperoleh gambaran tingkat sindrom depresi berdasarkan jenis kelamin dan umur. Data lengkap mengenai karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel yang ada di bawah ini.

Pada penelitian ini, jumlah jenis kelamin, laki-laki dan perempuan dibagi menjadi 43 kuesioner untuk responden laki-laki dan 57 kuesioner untuk responden perempuan.


(29)

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin F (frekuensi) %

Laki-laki 43 43

Perempuan 57 57

Tingkat Usia F (frekuensi) %

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden terbagi menjadi dua yaitu responden dengan jenis kelamin laki-laki (43%) dan responden perempuan adalah sebesar (57%)

Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur f(frekuensi) %

17-18 tahun 25 25%

18-19 tahun 25 25%

19-20 tahun 25 25%

20-21 tahun 25 25%

Jumlah 100 100

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden dibagi menjadi 4 tingkatan umur yaitu umur 17-18 tahun, 18-19 tahun, 19-20 tahun dan 20-21 tahun.

5.3. Hasil Analisa Data 5.3.1. Hasil Analisa Data

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana tingkat sindrom depresi pada mahasiswa FK USU semester ganjil tahun akademik 2012/2013 berdasarkan umur dan jenis kelamin. Jumlah responden berjumlah 100 orang dimulai dari semester I/II, III/IV, VI/VI, dan VII.


(30)

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Responden

Variabel Kategori Frekuensi %

Tingkat Depresi Normal 66 66

Gangguan Mood Ringan 23 23

Batas Depresi Borderline 3 3

Depresi Sedang 6 6

Depresi Berat 2 2

Depresi Ekstrim 0 0

Total 100 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 100 responden yang merupakan mahasiswa FK USU semester ganjil tahun akademik 2012/2013 66 responden normal atau tidak mengalami gangguan depresi yaitu 66%, 23 responden mengalami gangguan mood ringan yaitu 23%, 3 responden dalam batas depresi borderline yaitu 3%, 6 responden mengalami gangguan depresi sedang yaitu 6%, 2 responden mengalami gangguan depresi berat 2%, dan tidak ada responden yang mengalami gangguan depresi ekstrim.

Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, peneliti juga ingin mengetahui bagaimana gambaran tingkat sindrom depresi berdasarkan umur dan jenis kelamin.


(31)

Tabel 5.4. Distribusi Tingkat Depresi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Jenis

Kelamin

Tingkat Depresi Total Normal GMR Borderline

f % f % f %

Laki-Laki

Perempuan

29 29 9 9

37 37 14 14

1 1 2 2

66 66 23 23 3 3

Sedang Berat

Ekstrim f % f % f %

3 3 1 1

3 3 1 1

0 0 43 0 0 57

Total 6 6 2 2 0 0 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 100 responden yang merupakan mahasiswa FK USU semester ganjil tahun akademik 2012/2013 29 responden dengan jenis kelamin laki-laki normal atau tidak mengalami gangguan depresi yaitu 29% sedangkan 37 responden dengan jenis kelamin perempuan normal atau tidak mengalami gangguan depresi yaitu 37%, 9 responden dengan jenis kelamin laki-laki mengalami gangguan mood ringan yaitu 9%, sedangkan 14 responden dengan jenis kelamin perempuan mengalami gangguan mood ringan yaitu 14%, 1 responden dengan jenis kelamin laki-laki dalam batas depresi borderline yaitu 1%, sedangkan 2 responden dengan jenis kelamin perempuan dalam batas depresi borderline yaitu 2%.

Untuk depresi sedang, 3 responden dengan jenis kelamin laki-laki mengalami depresi sedang yaitu 3%, sedangkan 3 responden dengan jenis kelamin perempuan mengalami depresi sedang yaitu 3%, 1 responden dengan jenis kelamin laki-laki mengalami depresi berat yaitu 1%, sedangkan 1 responden dengan jenis kelamin perempuan mengalami depresi berat yaitu 1%, dan tidak ada


(32)

responden dengan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan yang mengalami depresi ekstrim.

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Berdasarkan Umur Responden

Sedang Berat Ekstrim f % f % f %

3 3 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1

2 2 0 0

0 0 25 0 0 25 0 0 25 0 0 25

6 6 2 2 0 0 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 100 responden yang merupakan mahasiswa FK USU semester ganjil tahun akademik 2012/2013 17 responden dengan umur 17-18 tahun normal atau tidak mengalami gangguan depresi yaitu 17%, 16 responden dengan umur 18-19 tahun normal atau tidak mengalami gangguan depresi yaitu 16%, 16 responden dengan umur 19-20 tahun normal atau tidak mengalami gangguan depresi yaitu 16%, dan 17 responden dengan umur 20-21 tahun normal atau tidak mengalami gangguan depresi yaitu 17%.

Umur Tingkat Depresi Total

Normal GMR Borderline

f % f % f %

17-18 tahun 18-19 tahun 19-20 tahun 20-21 tahun

17 17 4 4 16 16 8 8 17 17 6 6 16 16 5 5

0 0 1 1 1 1 1 1


(33)

Untuk gangguan mood ringan, 4 responden dengan umur 17-18 tahun mengalami gangguan mood ringan yaitu 4%, 8 responden dengan umur 18-19 tahun mengalami gangguan mood ringan yaitu 8%, 6 responden dengan umur 19-20 tahun yaitu 6%,dan 5 responden dengan umur 19-20-21 tahun mengalami gangguan mood ringan yaitu 5%. Untuk batas depresi borderline, tidak ada responden dengan umur 17-18 tahun dalam tahap batas depresi borderline, 1 responden dengan umur 18-19 tahun dalam tahap batas depresi borderline yaitu 1%, 1 responden dengan umur 19-20 tahun dalam tahap batas depresi borderline yaitu 1%, dan 1 responden dengan umur 20-21tahun dalam tahap batas depresi borderline yaitu 1%.

Untuk depresi sedang, 3 responden dengan umur 17-18 tahun mengalami depresi sedang yaitu 3%, tidak ada responden dengan umur 18-19 tahun mengalami depresi sedang , 1 responden dengan umur 19-20 tahun mengalami depresi sedang yaitu 1%, dan 2 responden dengan umur 20-21tahun mengalami depresi sedang yaitu 2%. Untuk depresi berat, 1 responden dengan umur 17-18 tahun mengalami depresi berat yaitu 1%, tidak ada responden dengan umur 18-19 tahun mengalami depresi berat, 1 responden dengan umur 19-20 tahun mengalami depresi berat yaitu 1%, dan tidak ada responden dengan umur 20-21tahun mengalami depresi berat.

Untuk depresi ekstrim tidak ditemukan responden dengan umur 17-18 tahun, 18-19 tahun, 19-20 tahun, dan 20-21 tahun yang mengalami depresi ekstrim. Dapat disimpulkan bahwa mahasiswa FK USU semester ganjil tahun akademik 2012/2013 tidak ada yang mengalami depresi ekstrim. Dalam penelitian ini, peneliti juga ingin mengetahui bagaimana gambaran tingkat sindrom depresi pada mahasiswa FK USU semester ganjil tahun akademik 2012/2013 berdasarkan umur. Hal ini akan dijelaskan pada tabel di bawah ini.


(34)

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Umur 17-18 tahun

Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 25 responden yang berumur 17-18 tahun 17 responden normal atau tidak mengalami gangguan depresi yaitu 68%, 5 responden mengalami gangguan mood ringan yaitu 20%, 1 responden dalam batas borderline yaitu 4%, 2 responden mengalami depresi sedang yaitu 8%, tidak ada responden yang mengalami depresi berat, dan tidak ada responden yang mengalami depresi ekstrim.

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Umur 17-18 tahun Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Tingkat Depresi Total Normal GMR Borderline

f % f % f %

Laki-Laki

Perempuan

9 9 1 1

8 8 3 3

0 0 0 0

17 17 4 4 0 0

Sedang Berat Ekstrim f % f % f %

2 2 1 1 0 0 13

Tingkat Depresi f(frekuensi) %

Normal Gangguan Mood Ringan Batas Depresi Borderline

Depresi Sedang Depresi Berat Depresi Ekstrim 17 5 1 2 0 0 68% 20% 4% 8% 0% 0%


(35)

1 1 0 0

0 0 12

Total 3 3 1 1 0 0 25

Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 25 responden dengan umur 17-18 tahun 9 responden dengan jenis kelamin laki-laki normal atau tidak mengalami gangguan depresi yaitu 9%, 8 responden dengan jenis kelamin perempuan normal atau tidak mengalami gangguan depresi yaitu 8%.

Untuk gangguan mood ringan 1 responden dengan jenis kelamin laki-laki mengalami gangguan mood ringan yaitu 1%, 3 responden dengan jenis kelamin perempuan mengalami gangguan mood ringan yaitu 3%. Untuk batas depresi borderline tidak ada responden dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang berada dalam tahap batas depresi borderline. Untuk depresi sedang 2 responden dengan jenis kelamin laki-laki mengalami depresi sedang yaitu 2%, 1 responden dengan jenis kelamin perempuan mengalami depresi sedang yaitu 1%.

Untuk depresi berat 1 responden dengan jenis kelamin laki-laki mengalami depresi berat yaitu 1%, dan tidak ada responden dengan jenis kelamin perempuan yang mengalami depresi berat, Untuk depresi ekstrim tidak ada responden dengan jenis kelamin laki-laki dan tidak ada responden dengan jenis kelamin perempuan mengalami depresi ekstrim.

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Umur 18-19 tahun

Tingkat Depresi f(frekuensi) %

Normal Gangguan Mood Ringan Batas Depresi Borderline

Depresi Sedang Depresi Berat Depresi Ekstrim 16 8 1 0 0 0 64% 32% 4% 0% 0% 0%


(36)

Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 25 responden dengan umur 18-19 tahun. 16 responden normal atau tidak mengalami gangguan depresi yaitu 64%, 8 responden mengalami gangguan mood ringan yaitu 32%, 1 responden yang berada dalam batas depresi borderline yaitu 4%, tidak ada responden yang mengalami depresi sedang, tidak ada responden yang mengalami depresi berat, dan tidak ada responden mengalami depresi ekstrim.

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Semester dengan Umur 18-19 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Tingkat Depresi Total Normal GMR Borderline

f % f % f %

Laki-Laki

Perempuan

6 6 3 3

10 10 5 5

0 0 1 1

16 16 8 8 1 1

Sedang Berat Ekstrim f % f % f %

0 0 0 0

0 0 0 0

0 0 9

0 0 16

Total 0 0 0 0 0 0 25

Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 25 responden dengan umur 18-19 tahun 6 responden dengan jenis kelamin laki-laki normal atau tidak mengalami gangguan depresi yaitu 6%, 10 responden dengan jenis kelamin perempuan normal atau tidak mengalami gangguan depresi yaitu 10%. Untuk gangguan mood


(37)

ringan 3 responden dengan jenis kelamin laki-laki mengalami gangguan mood ringan yaitu 3%, 5 responden dengan jenis kelamin perempuan mengalami gangguan mood ringan yaitu 5%.

Untuk batas depresi borderline tidak ada responden dengan jenis kelamin laki-laki dan 1 responden dengan jenis kelamin perempuan yang berada dalam tahap batas depresi borderline yaitu 1%. Untuk depresi sedang tidak ada responden dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang mengalami depresi sedang. Untuk depresi berat tidak ada responden dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang mengalami depresi berat. Untuk depresi ekstrim tidak ada responden dengan jenis kelamin laki-laki dan tidak ada responden dengan jenis kelamin perempuan mengalami depresi ekstrim.

Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Depresi Umur 19-20 tahun

Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 25 responden yang merupakan mahasiswa semester 19-20 tahun 16 responden normal atau tidak mengalami gangguan depresi yaitu 64%, 6 responden mengalami gangguan mood ringan yaitu 24%, 1 responden dalam batas depresi borderline yaitu 4%, 1 responden yang mengalami depresi sedang yaitu 4%, 1 responden yang mengalami depresi berat yaitu 4%, dan tidak ada responden mengalami depresi ekstrim.

Tingkat Depresi f(frekuensi) %

Normal Gangguan Mood Ringan Batas Depresi Borderline

Depresi Sedang Depresi Berat Depresi Ekstrim 16 6 1 1 1 0 64% 24% 4% 4% 4% 0%


(38)

Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Umur 19-20 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis

Kelamin

Tingkat Depresi Total Normal GMR Borderline

f % f % f %

Laki-Laki

Perempuan

7 7 4 4

9 9 2 2

0 0 1 1

16 16 6 6 1 1

Sedang Berat

Ekstrim f % f % f %

0 0 0 0

1 1 1 1

0 0 11

0 0 14

Total 1 1 1 1 0 0 25

Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 25 responden dengan umur 19-20 tahun 7 responden dengan jenis kelamin laki-laki normal atau tidak mengalami gangguan depresi yaitu 7%, 9 responden dengan jenis kelamin perempuan normal atau tidak mengalami gangguan depresi yaitu 9%.

Untuk gangguan mood ringan 4 responden dengan jenis kelamin laki-laki mengalami gangguan mood ringan yaitu 4%, 2 responden dengan jenis kelamin perempuan mengalami gangguan mood ringan yaitu 2%.

Untuk batas depresi borderline tidak ada responden dengan jenis kelamin laki-laki dan 1 responden dengan jenis kelamin perempuan yang berada dalam tahap batas depresi borderline yaitu 1%. Untuk depresi sedang tidak ada


(39)

responden dengan jenis kelamin laki-laki dan 1 responden dengan jenis kelamin perempuan yang mengalami depresi sedang yaitu 1%,

Untuk depresi berat tidak ada responden dengan jenis kelamin laki-laki yang mengalami depresi berat dan 1 responden dengan jenis kelamin perempuan yang mengalami depresi berat yaitu 1%. Untuk depresi ekstrim tidak ada responden dengan jenis kelamin laki-laki dan tidak ada responden dengan jenis kelamin perempuan mengalami depresi ekstrim.

Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Umur 20-21 tahun

Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 25 responden dengan umur 20-21 tahun tahun 17 responden normal atau tidak mengalami gangguan depresi yaitu 68%, 5 responden mengalami gangguan mood ringan yaitu 20%, 1 responden dalam batas depresi borderline yaitu 4%, 2 responden yang mengalami depresi sedang yaitu 8%, tidak ada responden yang mengalami depresi berat, dan tidak ada responden mengalami depresi ekstrim.

Tingkat Depresi f(frekuensi) %

Normal Gangguan Mood Ringan Batas Depresi Borderline

Depresi Sedang Depresi Berat

Depresi Ekstrim

17 5 1 2 0 0

68% 20% 4% 8% 0% 0%


(40)

Tabel 5.13. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Umur 20-21 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Tingkat Depresi Total Normal GMR Borderline

f % f %

f %

Laki-Laki

Perempuan

7 7 1 1

10 10 4 4

1 1 0 0

17 17 5 5 1 1

Sedang Berat

Ekstrim f % f

%

f %

1 1 0 0

1 1 0 0

0 0 10

0 0 15

Total 1 1 0 0 0 0 25

Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 25 responden dengan umur 20-21 tahun 7 responden dengan jenis kelamin laki-laki normal atau tidak mengalami gangguan depresi yaitu 7%, 10 responden dengan jenis kelamin perempuan normal atau tidak mengalami gangguan depresi yaitu 10%.

Untuk gangguan mood ringan 1 responden dengan jenis kelamin laki-laki mengalami gangguan mood ringan yaitu 1%, 4 responden dengan jenis kelamin perempuan mengalami gangguan mood ringan yaitu 4%.

Untuk batas depresi borderline 1 responden dengan jenis kelamin laki-laki dalam batas depresi borderline yaitu 1% dan tidak ada responden dengan jenis kelamin perempuan yang berada dalam tahap batas depresi borderline. Untuk


(41)

depresi sedang tidak ada responden dengan jenis kelamin laki-laki dan 1 responden dengan jenis kelamin perempuan yang mengalami depresi sedang yaitu 1%,

Untuk depresi berat tidak ada responden dengan jenis kelamin laki-laki dan tidak ada responden dengan jenis kelamin perempuan yang mengalami depresi berat. Untuk depresi ekstrim tidak ada responden dengan jenis kelamin laki-laki dan tidak ada responden dengan jenis kelamin perempuan yang mengalami depresi ekstrim.

5.2. Pembahasan

Depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan munculnya gejala penurunan mood, kehilangan minat terhadap sesuatu, perasaan bersalah, gangguan tidur atau nafsu makan, kehilangan energi, dan penurunan konsentrasi. (World Health Organization, 2010). Depresi merupakan salah satu kelainan psikiatri yang paling sering terjadi yaitu sekitar 7,8% dari setiap populasi mengalami gangguan mood yang berkaitan dengan sindrom depresi. (Weissman et al, (1991) dalam Barlow (1995))

Pada tahun 2009, American College Health Association-National College Health Asssesment (ACHA-NCHA) melakukan penelitian terhadap mahasiswa/i dan mendapatkan ± 30% mahasiswa/i mengalami gangguan depresi. (National Institute of Mental Health, 2010). Pada penelitian ini didapati 34 dari 100 responden berada dalam tingkat sindrom depresi yaitu dengan persentase 34% dari 100%. Hasil ini sedikit lebih tinggi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh ACHA-NCHA.

Selain penelitian di atas, penelitian lain yang melibatkan 1,455 mahasiswa/i juga melaporkan bahwa gejala-gejala depresi muncul ketika memasuki awal masa perkuliahan, yang dimana 4 penyebab utama dari gejala depresi ini merupakan masalah akademik, ekonomi, kesendirian, dan kesulitan dalam bersosialisasi. (Furr, et al, 2001). Pada penelitian pada mahasiswa/i di salah


(42)

satu universitas di Boston, dilaporkan bahwa 14% dari 701 mahasiswa/i menunjukkan gejala-gejala signifikan dari sindrom depresi. (USA today,2001).

5.2.1. Jenis Kelamin

Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran tingkat sindrom depresi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara semester ganjil tahun akademik 2012/2013. Terdapat 2 karakteristik responden yang akan dikaitkan dengan gambaran tingkat sindrom depresi yaitu jenis kelamin dan umur. Seperti yang telah dibahas pada pembahasan terdahulu bahwa jenis kelamin merupakan salah satu faktor resiko yang berperan dalam terjadinya sindrom depresi, dikatakan bahwa perempuan lebih rentan mengalami sindrom depresi. Secara umum dikatakan bahwa depresi lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan pada lelaki. Pendapat-pendapat yang berkembang mengatakan bahwa perbedaan dari kadar hormonal dan perbedaan faktor psikososial pada perempuan berperan penting dalam sindrom depresi. (Kaplan, et al, 2010)

Sindrom depresi sering terjadi pada mahasiswa di bangku perkuliahan. Ada beberapa teori yang berkaitan dengan terjadinya sindrom depresi ini. Yang pertama adalah teori kognitif, teori ini dikemukakan oleh Aaron Beck. Dalam teori ini dikemukakan sindrom depresi terjadi berdasarkan pandangan terhadap diri sendiri atau persepsi negatif terhadap diri sendiri, lingkungan yang mempengaruhi perilaku , dan ketakutan akan penderitaan dan kegagalan akan masa depan.

Dari 100 responden yang merupakan mahasiswa FK USU semester ganjil tahun akademik 2012/2013 responden terbanyak yang mengalami gangguan depresi berdasarkan jenis kelamin adalah adalah perempuan, yaitu sebanyak 20 orang (20%), sedangkan responden laki-laki berjumlah 14 orang (14%), seperti yang dikatakan bahwa salah satu faktor resiko gangguan depresi yaitu jenis kelamin perempuan lebih cenderung mengalami gangguan depresi. Jika dilihat


(43)

berdasarkan tingkat semester perempuan juga lebih banyak mengalami sindrom depresi dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini juga bisa dikarenakan pada saat pengambilan data, responden yang ada lebih banyak merupakan mahasiswa perempuan.

Berdasarkan hasil didapatkan pada semester I/II antara responden perempuan dan laki-laki didapatkan hasil yang sama yaitu 4 (4%) responden perempuan dan 4 (4%) responden laki-laki termasuk dalam sindrom depresi. Pada semester III/IV didapatkan hasil perempuan lebih banyak mengalami sindrom depresi yaitu 6 (6%) responden perempuan dan 3 (3%) responden laki-laki. Pada semester V/VI didapatkan hasil perempuan lebih banyak mengalami sindrom depresi yaitu 5 (5%) responden perempuan dan 4 (4%) responden laki-laki. Pada semester VII didapatkan hasil perempuan lebih banyak mengalami sindrom depresi yaitu 5 (5%) responden perempuan dan 3 (3%) responden laki-laki. Dari hasil ini juga dapat disimpulkan bahwa perempuan lebih banyak mengalami sindrom depresi dibandingkan dengan laki-laki.

5.2.2. Umur

Jika ditinjau berdasarkan umur, dari 100 responden yang merupakan mahasiswa FK USU semester ganjil tahun akademik 2012/2013 responden terbanyak yang mengalami gangguan depresi merupakan umur 18-19 tahun yaitu mahasiswa yang berada di semester III/IV yaitu 9 dari 25 responden dan umur 19-20 tahun yaitu mahasiswa yang berada di semester V/VI yaitu 9 dari 25 responden dibandingkan dengan hasil responden dengan umur 17-18 tahun pada semester I/II dan 20-21 tahun pada semester VII yaitu 8 dari 25 responden. Hasil ini tidak searah dengan referensi yang mengatakan bahwa pada mahasiswa tahun pertama gangguan depresi lebih sering terajdi yang diakibatkan beberapa hal, seperti: tinggal jauh dari keluarga untuk pertama kali (biasanya pada mahasiswa yang merantau), beradaptasi dengan kebiasaan dan lingkungan baru, dll. (Kaplan&Saddock, 2010).


(44)

Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa depresi dapat terjadi dari berbagai kalangan umur dan biasanya sindrom depresi berkembang pada usia dewasa muda, dengan usia adalah pertengahan 20. (APA,(2000) dalam Nevid et al, (2005)). Pada penelitian ini didapatkan hasil usia 18-19 dan 19-20 tahun lebih sering mengalami sindrom depresi. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh APA bahwa sindrom depresi berkembang pada usia pertengahan 20.


(45)

BAB 6

KESIMPULAN dan SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan, yaitu:

a) Terdapat sindrom depresi pada mahasiswa FK USU semester ganjil tahun akademik 2012/2013 Dari 100 responden, 34 responden berada dalam tingkat sindrom depresi.

b) Gambaran tingkat sindrom depresi lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki dengan persentase 20% pada perempuan dan 14% pada laki-laki.

c) Gambaran tingkat depresi lebih banyak terjadi pada mahasiswa usia 18-19 tahun dan 19-20 tahun dibandingkan mahasiswa usia 17-18 tahun dan 20-21 tahun dengan persentase 36% pada usia 18-19 tahun dan 19-20 tahun sedangkan 32% pada usia 17-18 tahun dan 20-21 tahun.

d) Tingkat sindrom depresi berupa gangguan mood ringan paling banyak terjadi yaitu dengan persentase 23% diikuti dengan depresi sedang yaitu dengan persentase 6%, batas depresi borderline yaitu dengan persentase 3%. Depresi berat yaitu dengan persentase 2% dan tidak ada didapati responden dengan depresi ekstrim.

6.2. Saran

Dari hasil penelitian yang didapat, maka beberapa saran dari peneliti, yaitu: Masukan kepada institusi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

agar memperbaiki sistem perkuliahan terutama jadwal perkuliahan dan jadwal ujian; yang dimaksud jadwal perkuliahan adalah jadwal kelas, tutorial, lab yang terlalu padat dan jadwal ujian yang terlalu sering dan diiringi jadwal kuliah yang padat sehingga mahasiswa belum menyiapkan persiapan yang matang terhadap hal tersebut, hal ini yang dapat


(46)

membebani sehingga mudah muncul stres dan jatuh ke dalam sindrom depresi.

Masukan kepada mahasiswa FK USU jika memiliki suatu masalah pribadi yang menganggu dan tidak dapat diselesaikan segera melakukan konsultasi dan konseling.

Masukan kepada peneliti supaya melakukan penelitian lebih lanjut mengenai sindrom depresi.


(47)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Depresi

2.1.1. Definisi Depresi

Depresi merupakan gangguan mental yang serius yang ditandai dengan perasaan sedih dan cemas. Gangguan ini biasanya akan menghilang dalam beberapa hari tetapi dapat juga berkelanjutan yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari (National Institute of Mental Health, 2010).

Menurut WHO, depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan munculnya gejala penurunan mood, kehilangan minat terhadap sesuatu, perasaan bersalah, gangguan tidur atau nafsu makan, kehilangan energi, dan penurunan konsentrasi (World Health Organization, 2010).

2.1.2. Epidemiologi Depresi

Pada tahun 2009, American College Health Association-National College Health Assesment (ACHA-NCHA) melakukan penelitian terhadap mahasiswa/i dan mendapatkan ± 30% mahasiswa/i mengalami gangguan depresi (National Institute of Mental Health, 2010). Selain penelitian diatas, penelitian lain yang melibatkan 1,455 mahasiswa/i juga melaporkan bahwa gejala-gejala depresi muncul ketika memasuki awal tahun perkuliahan, 4 penyebab utama tersebut adalah masalah akademik, ekonomi, kesendirian, dan kesulitan dalam bersosialisasi (Furr, et al, 2001).

Pada penelitian pada mahasiswa/i pada suatu universitas di Boston, dilaporkan bahwa 14% dari 701 mahasiswa/i menunjukkan gejala-gejala signifikan dari depresi, dan sebagian dari mereka berpotensi untuk mengalami gangguan depresi mayor (USA TODAY, 2001).


(48)

Mahasiswa/i pada tahun pertama perkuliahan cenderung mengalami gangguan depresi mayor dilaporkan dari suatu penelitian di salah satu universitas Kanada. Pada penelitian tersebut dilaporkan 7% mahasiswa dan 14% mahasiswi memiliki kriteria-kriteria yang sesuai dengan gangguan depresi mayor (Price et al, 2006).

2.1.3. Etiologi dan Klasifikasi Depresi 2.13.1. Etiologi

1. Faktor biologis

Banyak penelitian menjelaskan adanya abnormalitas biologis pada pasien-pasien dengan gangguan mood. Pada penelitian akhir-akhir ini, monoamine neurotransmitter seperti norephinefrin, dopamin, serotonin, dan histamin merupakan teori utama yang menyebabkan gangguan mood (Kaplan, et al, 2010).

2. Biogenic amines

Norephinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood.

2.1. Norephinefrin

Hubungan norephinefrin dengan gangguan depresi berdasarkan penelitian dikatakan bahwa penurunan regulasi atau penurunan sensitivitas dari reseptor α2 adrenergik dan penurunan respon terhadap antidepressan berperan dalam terjadinya gangguan depresi (Kaplan, et al, 2010).

2.2. Serotonin

Penurunan jumlah dari serotonin dapat mencetuskan terjadinya gangguan depres, dan beberapa pasien dengan percobaan bunuh diri atau megakhiri hidupnya mempunyai kadar cairan cerebrospinal yang mengandung kadar serotonin yang rendah dan konsentrasi rendah dari uptake serotonin pada platelet (Kaplan, et al, 2010).

Penggunaan obat-obatan yang bersifat serotonergik pada pengobatan depresi dan efektifitas dari obat-obatan tersebut menunjukkan bahwa adanya suatu teori yang berkaitan antara gangguan depresi dengan kadar serotonin (Rottenberg, 2010).


(49)

3. Gangguan neurotransmitter lainnya

Ach ditemukan pada neuron-neuron yang terdistribusi secara menyebar pada korteks cerebrum. Pada neuron-neuron yang bersifat kolinergik terdapat hubungan yang interaktif terhadap semua sistem yang mengatur monoamine neurotransmitter. Kadar choline yang abnormal yang dimana merupakan prekursor untuk pembentukan Ach ditemukan abnormal pada pasien-pasien yang menderita gangguan depresi (Kaplan, et al, 2010).

4. Faktor neuroendokrin

Hormon telah lama diperkirakan mempunyai peranan penting dalam gangguan mood, terutama gangguan depresi. Sistem neuroendokrin meregulasi hormon-hormon penting yang berperan dalam gangguan mood, yang akan mempengaruhi fungsi dasar, seperti : gangguan tidur, makan, seksual, dan ketidakmampuan dalam mengungkapkan perasaan senang. 3 komponen penting dalam sistem neuroendokrin yaitu : hipotalamus, kelenjar pituitari, dan korteks adrenal yang bekerja sama dalam feedback biologis yang secara penuh berkoneksi dengan sistem limbik dan korteks serebral (Kaplan, et al, 2010).

5. Abnormalitas otak

Studi neuroimaging, menggunakan computerized tomography (CT) scan, positron-emission tomography (PET), dan magnetic resonance imaging (MRI) telah menemukan abnormalitas pada 4 area otak pada individu dengan gangguan mood. Area-area tersebut adalah korteks prefrontal, hippocampus, korteks cingulate anterior, dan amygdala. Adanya reduksi dari aktivitas metabolik dan reduksi volume dari gray matter pada korteks prefrontal, secara partikular pada bagian kiri, ditemukan pada individu dengan depresi berat atau gangguan bipolar (Kaplan, et al, 2010).


(50)

2.1.3.2. Klasifikasi Depresi

Gangguan depresi terdiri dari berbagai jenis, yaitu: 1. Gangguan depresi mayor

Gejala-gejala dari gangguan depresi mayor berupa perubahan dari nafsu makan dan berat badan, perubahan pola tidur dan aktivitas, kekurangan energi, perasaan bersalah, dan pikiran untuk bunuh diri yang berlangsung setidaknya ± 2 minggu (Kaplan, et al, 2010).

2. Gangguan dysthmic

Dysthmia bersifat ringan tetapi kronis (berlangsung lama). Gejala- gejala dysthmia berlangsung lama dari gangguan depresi mayor yaitu selama 2 tahun atau lebih. Dysthmia bersifat lebih berat dibandingkan dengan gangguan depresi mayor, tetapi individu dengan gangguan ini masi dapat berinteraksi dengan aktivitas sehari-harinya (National Institute of Mental Health, 2010).

3. Gangguan depresi minor

Gejala-gejala dari depresi minor mirip dengan gangguan depresi mayor dan dysthmia, tetapi gangguan ini bersifat lebih ringan dan atau berlangsung lebih singkat (National Institute of Mental Health, 2010).

Tipe-tipe lain dari gangguan depresi adalah:

4. Gangguan depresi psikotik

Gangguan depresi berat yang ditandai dengan gejala-gejala, seperti: halusinasi dan delusi (National Institute of Mental Health, 2010).

5. Gangguan depresi musiman

Gangguan depresi yang muncul pada saat musim dingin dan menghilang pada musi semi dan musim panas (National Institute of Mental Health, 2010).


(51)

2.1.4.Faktor Resiko Depresi

1. Jenis Kelamin

Secara umum dikatakan bahwa gangguan depresi lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria. Pendapat-pendapat yang berkembang mengatakan bahwa perbedaan dari kadar hormonal wanita dan pria, perbedaan faktor psikososial berperan penting dalam gangguan depresi mayor ini (Kaplan, et al, 2010).

Sebuah diskusi panel yang diselenggarakan oleh American Psychological Association (APA) menyatakan bahwa perbedaan gender sebagian besar disebabkan oleh lebih banyaknya jumlah stres yang dihadapi wanita dalam kehidupan kontemporer (Goleman et al, (1990) dalam Nevid et al (2005)).

2. Umur

Depresi dapat terjadi dari berbagai kalangan umur. Serkitar 7,8% dari setiap populasi mengalami gangguan mood dalam hidup mereka dan 3,7% mengalami gangguan mood sebelumnya. (Weissman et al, (1991) dalam Barlow (1995)).

Depresi mayor umumnya berkembang pada masa dewasa muda, dengan usia rata-rata onsetnya adalah pertengahan 20 (APA, (2000) dalam Nevid et al, (2005)). Namun gangguan tersebut dapat dialami bahkan oleh anak kecil, meski hingga usia 14 tahun resikonya sangat rendah (Lewinsohn, et al, (1986), Nevid et al, (2005)).

3. Faktor Sosial-Ekonomi dan Budaya

Tidak ada suatu hubungan antara faktor sosial-ekonomi dan gangguan depresi mayor, tetapi insiden dari gangguan Bipolar I lebih tinggi ditemukan pada kelompok sosial-ekonomi yang rendah (Kaplan, et al, 2010). Dari faktor budaya tidak ada seorang pun mengetahui mengapa depresi telah mengalami peningkatan di banyak budaya, namun spekulasinya berfokus pada perubahan sosial dan lingkungan, seperti meningkatnya disintegrasi keluarga karena relokasi, pemaparan terhadap perang, dan konflik internal, serta meningkatnya angka


(52)

kriminal yang disertai kekerasan, seiring dengan kemungkinan pemaparan terhadap racun atau virus di lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan mental maupun fisik (Cross National Colaborative Group, (1992) dalam Nevid et al, (2003)).

2.1.5. Patofisiologi Depresi

Depresi dan gangguan mood melibatkan berbagai faktor yang saling mempengaruhi. Konsisten dengan model diatesis-stres, depresi dapat merefleksikan antara faktor-faktor biologis (seperti faktor genetis, ketidakteraturan neurotransmitter, atau abnormalitas otak), faktor psikologis (seperti distorsi kognitif atau ketidakberdayaan yang dipelajari), serta stressor sosial dan lingkungan (sepreti perceraian atau kehilangan pekerjaan).

Faktor Potensial Pelindung Sumber – sumber daya Coping

Dukungan sosial

Diatesis (+) Faktor Resiko Kerentanan psikologis

Kerentanan biologis

Gambar 2.1.5. Model diatesis-stres dari depresi (Nevid et al, 2005). Pengangguran

Perceraian Sosiokultural


(53)

2.1.6. Gejala Klinis Depresi

Gejala-gejala dari gangguan depresi sangat bervariasi, gejala-gejala tersebut adalah:

1. Merasa sedih&bersalah 4. Merasa tidak berguna dan gelisah 2. Merasa cemas&kosong 5. Merasa mudah tersinggung

3.Merasa tidak ada harapan 6. Merasa tidak ada yang perduli Selain gejala-gejala diatas, gejala-gejala lain yang dikeluhkan adalah:

1.Hilangnya ketertarikan terhadap sesuatu atau aktivitas yang dijalani 2. Kekurangan energi dan adanya pikiran untuk bunuh diri

3. Gangguan berkonsentrasi, mengingat informasi,dan membuat keputusan 4. Gangguan tidur, tidak dapat tidur atau tidur terlalu sering

5. Kehilangan nafsu makan atau makan terlalu banyak

7. Nyeri kepala, sakit kepala, keram perut, dan gangguan pencernaan (National Institute of Mental Health, 2010)

Tingkat depresi dibagi menjadi 5 tingkat, yang akan dijelaskan di bawah ini:

1. Gangguan mood ringan dan depresi sedang ditandai dengan gejala depresi berkepanjangan setidaknya 2 tahun tanpa episode depresi utama.

Untuk dapat diagnosis depresi ringan-sedang seseorang harus

harus menunjukkan perasaan depresi ditambah setidaknya dua lainnya suasana hati yang berhubungan dengan gejala.

2. Batas depresi borderline ditandai dengan gejala perasaan depresi yang berkepanjangan disertai perasaan depresi lebih dari dua suasana hati yang berhubungan dengan gejala.

3. Depresi berat ditandai dengan gejala depresi utama selama 2 minggu atau lebih. Untuk dapat didiagnosis depresi berat harus mengalami 1 atau 2 dari total 5 gejala depresi utama.

4. Depresi ekstrim ditandai dengan gejala depresi utama yang

berkepanjangan. Untuk dapat diagnosis depresi ekstrim mengalami lebih dari 2 dari total 5 gejala depresi utama.


(54)

2.1.7. Diagnosis Depresi

Beck Depression Inventory dibuat oleh dr.Aaron T. Beck, BDI merupakan salah satu instrumen yang paling sering digunakan untuk mengukur derajat keparahan depresi.

Para responden akan mengisi 21 pertanyaan, setiap pertanyaan memiliki skor 1 s/d 3, setelah responden menjawab semua pertanyaan kita dapat menjumlahkan skor tersebut, Skor tertinggi adalah 63 jika responden mengisi 3 poin keseluruhan pertanyaan. Skor terendah adalah 0 jika responden mengisi poin 0 pada keseluruhan pertanyaan. Total dari keseluruhan akan menjelaskan derajat keparahan yang akan dijelaskan di bawah ini.

1-10 = normal

11-16 = gangguan mood ringan 17-20 = batas depresi borderline 21-30 = depresi sedang

31-40 = depresi berat >40 = depresi ekstrim

2.1.8. Pengobatan

- Pengobatan secara biologis 1. Tricyclic Antidepressants

Obat ini membantu mengurangi gejala-gejala depresi

dengan mekanisme mencegah reuptake dari norephinefrin dan serotonin di sinaps atau dengan cara megubah reseptor-reseptor dari neurotransmitter norephinefrin dan seroonin. Obat ini sangat efektif, terutama dalam mengobati gejala-gejala akut dari depresi sekitar 60% pada individu yang mengalami depresi. Tricyclic antidepressants yang sering digunakan adalah imipramine, amitryiptilene, dan desipramine (Reus V.I., 2004).


(55)

Obat lini kedua dalam mengobati gangguan depresi mayor adalah Monoamine Oxidase Inhibitors. MAO Inhibitors menigkatkan ketersediaan neurotransmitter dengan cara menghambat aksi dari Monoamine Oxidase, suatu enzim yang normalnya akan melemahkan atau mengurangi neurotransmitter dalam sambungan sinaptik (Greene, 2005).

MAOIs sama efektifnya dengan Tricyclic Antidepressants tetapi lebih jarang digunakan karena secara potensial lebih berbahaya (Reus V.I., 2004).

3. Selective Serotonine Reuptake Inhibitors and Related Drugs Obat ini mempunyai struktur yang hampir sama dengan Tricyclic Antidepressants, tetapi SSRI mempunyai efek yang lebih langsung dalam mempengaruhi kadar serotonin. Pertama SSRI lebih cepat mengobati gangguan depresi mayor dibandingkan dengan obat lainnya. Pasien-pasien yang menggunakan obat ini akan mendapatkan efek yang signifikan dalam penyembuhan dengan obat ini.

Kedua, SSRI juga mempunyai efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan obat-obatan lainnya. Ketiga, obat ini tidak bersifat fatal apabila overdosis dan lebih aman digunakan dibandingkan dengan obat-obatan lainnya. Dan yang keempat SSRI juga efektif dalam pengobatan gangguan depresi mayor yang disertai dengan gangguan lainnya seperti: gangguan panik, binge eating, gejala-gejala pramenstrual (Reus, V.I., 2004).

4. Terapi Elektrokonvulsan

Terapi ini merupakan terapi yang paling kontroversial dari pengobatan biologis. ECT bekerja dengan aktivitas listrik yang akan dialirkan pada otak. Elektroda-elektroda metal akan ditempelkan pada bagian kepala, dan diberikan tegangan sekitar 70 sampai 130 volt dan dialirkan pada otak sekitarsatu setengah menit. ECT paling sering digunakan pada pasien dengan gangguan


(56)

depresi yang tidak dapat sembuh dengan obat-obatan, dan ECT ini mengobati gangguan depresi sekitar 50%-60% individu yang mengalami gangguan depresi (Reus, V.I., 2004).

- Pengobatan secara psikologikal 1. Terapi Kognitif

Terapi kognitif merupakan terapi aktif, langsung, dan time limited yang berfokus pada penanganan struktur mental seorang pasien. Struktur mental tersebut terdiri ; cognitive triad, cognitive schemas, dan cognitive errors (C. Daley, 2001).

2. Terapi Perilaku

Terapi perilaku adalah terapi yang digunakan pada pasien dengan gangguan depresi dengan cara membantu pasien untuk mengubah cara pikir dalam berinteraksi denga lingkungan sekitar dan orang-orang sekitar. Terapi perilaku dilakukan dalam jangka waktu yang singkat, sekitar 12 minggu (Reus, V.I., 2004).

3. Terapi Interpersonal

Terapi ini didasari oleh hal-hal yang mempengaruhi

hubungan interpersonal seorang individu, yang dapat memicu terjadinya gangguan mood (Barnett & Gotlib, 1998: Coyne, 1976).

Terapi ini berfungsi untuk mengetahui stressor pada pasien yang mengalami gangguan, dan para terapis dan pasien saling bekerja sama untuk menangani masalah interpersonal tersebut (Barlow, 1995).


(57)

2.1.9. Pencegahan Depresi

Akibat banyaknya dampak buruk yang disebabkan oleh gangguan depresi maka dibuat suatu pencegahan dalam menangani gangguan depresi pada individu-individu sebelu mereka mengalami gangguan depresi tersebut. Beberapa penelitian menerapkan terapi kognitif perilaku dan terapi interpersonal yang dimana dapat mencegah onset awal dari terjadinya gangguan depresi pada individu-individu yang mempunyai faktor resiko tinggi untuk mengalami gangguan depresi; sebagai contoh: terapi kognitif-perilaku dapat digunakan untuk mencegah gangguan depresi pada individu-individu dengan pendapatan yang rendah, yang terpapar dengan stressor-stressor yang ada.

Penelitian yang menjelaskan gangguan depresi terjadi pertama kali pada masa remaja telah meyakinkan para peneliti untukk melakukan pencegahan awal pada anak remaja yang mempunyai faktor resiko tinggi untuk mengalami gangguan depresi. Sebagai contohnya anak remaja yang sudah menunjukkan gejala-gejala depresi ringan – sedang secara acak mendapatkan terapi kognotof-perilaku dan control group. Para remaja mendapatkan terapi kognitif-perilaku sebanyak 15 sesi dalam suatu kelompok-kelompok kecil setelah kam sekolah atau perkuliahan selesai. Terapi ini berfungsi untuk membantu mereka menangani cara berpikir mereka yang negatif dan untuk mempelajari cara belajar yang efektif (Reus V.I., 2004).


(58)

2.2. Sindrom Depresi pada Mahasiswa

Gangguan mood melibatkan sebuah interaksi yang kompleks antara biologis dengan psikososial (Cui et al, (1997) dalam Nevid et al, (2003)). Gangguan depresi disebabkan oleh beberapa hal, seperti: genetik, biologis, lingkungan, dan faktor-faktor psikologik (National Institute of Mental Health, 2010). Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti kehilangan orang yang dicintai, putusnya hubungan, sakit fisik, masalah dalam pernikahan dan hubungan, kesulitan ekonomi, dan tekanan pada pekerjaan seperti aktivitas yang padat dan hubungan sosial pada bangku perkuliahan (Cui et al, (1997) dalam Nevid et al, (2003)).

Depresi disebabkan oleh berbagai macam stressor. Stressor adalah hal-hal yang dapat memicu terjadinya stres. Stres merupakan suatu perasaan emosional yang negatif yang disertai oleh gangguan biomechanical, kognitif, perubahan perilaku (A.Baum, 1990). Meski stres sering berimplikasi pada depresi, tidak semua orang stres yang mengalami depresi. Faktor-faktor seperti keterampilan coping, bawaan genetis, dan ketersediaan dukungan sosial memberikan kontribusi pada kecenderungan depresi saat menghadaoi kejadian yang penuh tekanan (USDHHS (1999) dalam Nevid et al, (2003)).

Stres berkaitan dengan 2 sistem yang berkorelasi dengan fungsi tubuh. Sistem yang berkaitan tersebut adalah sympathetic-adrenomedullary (SAM) dan hypothalamic-pituitary-adrenocortical axis. (Taylor, 2006). Stres yang berkepanjangan dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat akan berpeluang besar untuk menjadi gejala-gejala depresi dan juga bisa menjadi gangguan depresi mayor.

Seperti halnya pada pelajar setelah lulus dari sekolah menengah atas, mereka akan melanjutkan pendidikan ke jengjang yang lebih tinggi, yaitu perkuliahan, ada yang merasa senang dan antusias tetapi tidak sedikit juga yang merasa cemas akan perubahan (transisi) dari pendidikan sekolah menengah atas ke jenjang perkuliahan (Furr, et al, 2001).

Menurut Gabriel dari New York Times, survei nasional menunjukkan hampir setengah dari mahasiswa mengunjungi pusat-pusat konseling untuk


(59)

mengatasi penyakit mental yang serius, dan lebih dari dua kali lipat mahasiswa mengkonsumsi obat-obatan untuk mengatasi gangguan kejiwaan. Beberapa mahasiswa juga mengalami keadaan darurat dan memerlukan tindakan segera. Hal-hal serius seperti ancaman bunuh diri dan overdosis juga salahs atu kejadian yang sering terjadi pada mahasiswa perkuliahan saat ini (New York Times, 2010).


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Barlow D.H., Durand V.M., 1995, ‘Abnormal Psychology’, USA, Brooks/Cole Publishing Company

Baum, 1990, Depression, Pyschology of Depression, 2-3.

Gabriel, 2010, Depression Among College Students, New York Times, 5-7.

Kaplan, Saddock, 2007, ‘Kaplan&Saddock Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, eds. Grebb J.A., Pataki C.S., Sussman N., Mitchell C.W., Millet K.Murphy J.A., et a, USA,Lippincott William & Wilkins.

Michael Huelsman, 2006, Depression Among College Students, Counseling and Pyschology, 3-4.

National Institute of Mental Health, 2010, Depression and College Students, NIMH,

1-8.

Nevid J.S., Rathus S.A., Greene B., 2005, ‘Psikologi Abnormal’, Jakarta,

Erlangga.

NIMH, 2010, Depression, National Institute of Mental Health, available from http://www.nimh.nih.gov

NIMH, 2010, Depression and College Students, National Institute of Mental Health, available from http://www.nimh.nih.gov/health/trials/index.shtml


(61)

Notosoedirjo, Latipun, 2005, ‘Kesehatan Mental’, Malang, Universitas

Muhammadiyah Malang

Peterson K.S., 2002, Depression Among College Students Rising, USA Today, 9-10.

Reus V.I., 2000, ‘Mood Disorders’, dalam : Review of General Psychiatry, ed. Goldman H.H., Singapore, McGraw Hill.

Rottenberg J., 2010, The Serotonin Theory of Depression Is Collapsing, Pyschology

Today, 11-12.

Taylor S.E., 2006, ‘Health Pyschology’, Singapore, McGraw Hill. WHO, 2010, Depression, World Health Organization, available from


(62)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Adina Miltania Tasmil

Tempat / Tanggal Lahir : Medan, 23-05-1992

Agama : Islam

Alamat : Komp. Citra Wisata Blok X No.23,Medan Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1995-1997 : TK Eka Rasmi Medan

2. Tahun 1997-2003 : SD Bhayangkari Medan 3. Tahun 2003-2006 : SMP Harapan 2 Medan 4. Tahun 2006-2009 : SMA Negeri 1 Medan

5. Tahun 2009-sekarang : Fakultas Kedokteran USU Medan (2009)

Riwayat Pelatihan : 1. Super Emotional Freedom Technique (2011) 2. Upgrading Pengurus PEMA FK USU (2011) 3. BLS & Traumatology TBM FK USU (2011) Riwayat Organisasi : 1. Anggota Departemen PSDM FK USU (2011)

2.Anggota Depertemen Kewirausahaan PEMA FK USU

(2011)


(63)

(64)

Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN PENGISIAN KUESIONER

Saya yang bernama Adina Miltania Tasmil adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian yang berjudul

“Gambaran Tingkat Sindrom Depresi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Semester Ganjil Tahun Akademik 2012/2013”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam rangka menyelesaikan proses belajar dan mengajar pada semester ketujuh.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan anda menjadi responden dalam penelitian ini dan mengisi kuesioner dengan jujur. Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga anda bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Data pribadi dan jawaban yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk penelitian ini. Jika anda bersedia menjadi responden, silahkan menandatangani lembar persetujuan.

Atas perhatian dan kesediaan saudara/saudari menjadi responden dalam penelitian ini saya ucapkan terimakasih.

Medan,

2012

Peneliti,


(1)

4. 0 Saya merasa puas dengan hal-hal yang saya lakukan

1 Saya tidak menikmati sesuatu yang seharusnya saya lakukan 2 Saya tidak mendapatkan kepuasan terhadap segala sesuatu 3 Saya merasa tidak puas dan bosan terhadap semua hal

5. 0 Saya tidak merasa bersalah

1 Saya kadang-kadang merasa bersalah 2 Saya sering merasa bersalah

3 Saya merasa bersalah setiap waktu

6. 0 Saya tidak merasa harus dihukum

1 Saya merasa mungkin saya perlu dihukum 2 Saya merasa perlu untuk dihukum

3 Saya merasa saya sedang dihukum

7. 0 Saya tidak merasa kecewa terhadap diri saya 1 Saya merasa kecewa terhadap diri saya 2 Saya merasa jijik dengan diri saya 3 Saya membenci diri saya

8. 0 Saya tidak merasa buruk dibandingkan dengan orang lain 1 Saya bersifat kritis untuk kelemahan dan kesalahan saya

2 Saya menyalahkan diri saya setiap waktu terhadap kesalahn-kesalahan yang

saya lakukan

3 Saya menyalahkan diri saya terhadap segala hal buruk yang terjadi

9. 0 Saya tidak mempunyai pikiran untuk bunuh diri

1 Saya mempunyai pikiran untuk bunuh diri tapi saya dapat menahannya 2 Saya merasa ingin bunuh diri


(2)

10.0 Saya tidak menangis lebih dari biasanya 1 Saya sering menangis

2 Saya menangis setiap waktu

3 Saya selalu menangis tetapi sekarang saya tidak dapat lagi menangis walaupun saya ingin menangis

11.0 Saya tidak merasa cepat tersinggung

1 Saya merasa lebih mudah tersinggung daripada biasanya 2 Saya sering merasa tersinggung

3 Saya merasa tersinggung setiap waktu

12.0 Saya tidak kehilangan minat terhadap orang lain

1 Saya merasa sedikit kehilangan minat terhadap orang lain

2 Saya merasa hampir kehilangan seluruh minat saya terhadap orang lain 3 Saya tidak dapat membuat keputusan

13.0 Saya membuat keputusan dengan baik

1 Saya tidak membuat keputusan sesuai dengan yang harus saya lakukan 2 Saya merasa lebih sulit dalam membuat keputusan daripada biasanya 3 Saya tidak dapat membuat keputusan

14.0 Saya tidak merasa buruk

1 Saya cemas terlihat buruk dan tidak menarik

2 Saya merasa ada perubahan permanen pada diri saya yang membuat saya terlihat buruk dan tidak menarik

3 Saya merasa buruk

15.0 Saya dapat melakukaj sesuatu seperti biasanya

1 Saya harus berusaha lebih untuk memulai atau melakukan sesuatu 2 Saya harus berusaha kuat untuk melakukan sesuatu


(3)

3 Saya tidak dapat lagi melakukan sesuatu seperti biasanya

16.0 Saya dapat tidur seperti biasanya 1 Saya tidak dapat tidur seperti biasanya

2 Saya bangun 1-2 jam lebih awal dari biasanya dan sulit untuk tidur kembali

3 Saya bangun beberapa jam lebih awal dari biasanya dan tidak dapat tidur kembali

17.0 Saya merasa tidak lelah

1 Saya merasa lebih lelah daripada biasanya 2 Saya merasa lelah melakukan semua hal 3 Saya terlalu lelah untuk melakukan semua hal

18.0 Nafsu makan saya tidak ada berkurang 1 Nafsu makan saya tidak sebaik biasanya

2 Nafsu makan saya semakin memburuk sekarang 3 Saya tidak mempunyai nafsu makan lagi

19.0 Saya tidak mengalami penurunan berat badan

1 Saya mengalami penurunan berat badan lebih dari 5 kg 2 Saya mengalami penurunan berat badan lebih dari 10 kg 3 Saya mengalami penurunan berat badan lebih dari 15 kg

20.0 Saya tidak merasa khawatir terhadao kesehatan saya

1 Saya merasa khawatir akan masalah kesehatan saya seperti nyeri, sakit perut, dan konstipasi

2 Saya merasa sangat khawatir terhadap masalah kesehatan saya dan susah untuk berpikir terhadap hal lainnya

3 Saya merasa sangat khawatir terhadap masalah kesehatan saya dan saya tidak dapat berpikir terhadap hal lainnya


(4)

21.0 Saya merasa tidak ada gangguan minat saya terhadap seksual 1 Saya merasa kehilangan minat saya terhadap seksual

2 Saya hampir tidak mepunyai minat terhadap seksual

3 Saya merasa kehilangan minat saya keseluruhan terhadap seksual

Lampiran 6

DATA INDUK DAN HASIL OUTPUT

GAMBARAN TINGKAT SINDROM DEPRESI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(5)

Distribusi Jenis Kelamin

TingkatDepresi * JK Crosstabulation

Count

JK

Total Laki-Laki Perempuan

TingkatDepresi Normal 29 37 66

Gangguan Mood Ringan 9 14 23

Borderline 1 2 3

Depresi Sedang 3 3 6

Depresi Berat 1 1 2

Total 43 57 100

Distribusi Umur

TingkatDepresi * Semester Crosstabulation

Count

Semester

Total Semester 7 Semester 5 Semester 3 Semester 1

TingkatDepresi Normal 17 16 16 17

Gangguan Mood Ringan 5 6 8 4

Borderline 1 1 1 0

Depresi Sedang 2 1 0 3

Depresi Berat 0 1 0 1

Total 25 25 25 25 100

Distribusi Tingkat Depresi


(6)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Normal 66 66,0 66,0 66,0

Gangguan Mood Ringan 23 23,0 23,0 89,0

Borderline 3 3,0 3,0 92,0

Depresi Sedang 6 6,0 6,0 98,0

Depresi Berat 2 2,0 2,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

TingkatDepresi * Semester * JK Crosstabulation

Count

JK

Semester

Total Semester 7 Semester 5 Semester 3 Semester 1

Laki-Laki TingkatDepresi Normal 7 7 6 9 29

Gangguan Mood Ringan 1 4 3 1 9

Borderline 1 0 0 0 1

Depresi Sedang 1 0 0 2 3

Depresi Berat 0 0 0 1 1

Total 10 11 9 13 43

Perempuan TingkatDepresi Normal 10 9 10 8 37

Gangguan Mood Ringan 4 2 5 3 14

Borderline 0 1 1 0 2

Depresi Sedang 1 1 0 1 3

Depresi Berat 0 1 0 0 1