1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebudayaan Indonesia, terutama pada masyarakat Jawa meletakkan wanita sebagai pusat keluarga. Peran wanita dalam rumah tangga ini sangat
menyita waktu, wanita harus bertanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengendalikan stabilitas keluarga misalnya pengaturan keuangan rumah
tangga yang menyangkut kesehatan dan gizi keluarga, serta pendidikan anak- anak Fakih, Mansour, 2010 ; Handayani, Ardhian, 2004.
Seiring dengan perubahan zaman, peran wanita kini tidak hanya sebatas pada peran domestik dan peran reproduksi, melainkan juga mengarah
pada peran pemenuhan ekonomi keluarga. Hal ini merupakan salah satu bentuk keterlibatan wanita dalam dinamika rumah tangga secara utuh.
Perubahan peran pada wanita ini terlihat jelas pada peningkatan jumlah pekerja wanita Aminatun, 2008. Data statistik yang dilansir BPS 2007
menunjukkan bahwa pada Februari 2006 hingga Februari 2007 jumlah pekerja wanita bertambah 2,12 juta orang, sedangkan jumlah pekerja laki-laki
hanya bertambah 287 ribu orang. Pertumbuhan jumlah pekerja wanita yang tinggi juga menunjukkan usaha keterlibatan wanita untuk dapat berkembang,
dan menyalurkan kebutuhan akan aktualisasi diri. Maslow mengungkapkan bahwa dalam bekerja atau berkarir manusia
akan dituntut untuk beraktivitas berkreasi, mencipta, mengekspresikan diri,
mengembangkan diri dan orang lain. Tuntutan dalam bekerja tersebut merupakan bagian dari proses penemuan dan pencapaian kepenuhan diri.
Hall, Calvin S., Lindzey, Gardner , 1993. Bekerja juga memberikan manfaat bagi wanita karir maupun keluarga. Wanita karir dapat mendukung
ekonomi rumah tangga, meningkatkan harga diri dan pemantapan identitas, relasi yang sehat dan positif dalam keluarga, pemenuhan kebutuhan sosial,
peningkatan skill dan kompetensi Rini, 2002. Putri dan Himam 2007 mengungkapkan bahwa, wanita yang telah
berumah tangga dan juga bekerja memiliki konsekuensi peran ganda sebagai ibu dan istri sekaligus sebagai pekerja. Konsekuensi yang diterima wanita
karir cenderung menuntut mereka untuk dapat bijaksana dalam mengurus rumah tangga maupun dalam pekerjaan.
Peran ganda ini cenderung lebih memberikan tekanan hidup bagi wanita karir karena selain menghabiskan banyak waktu dan energi, tanggung
jawab ini membutuhkan pengaturan peran yang baik. Hasil penelitian Cinamon dan Rich dalam Putri dan Himam, 2007 menunjukkan wanita
yang bekerja ternyata lebih sering mengalami work-family conflict. Konflik terjadi saat keluarga dianggap sebagai hal yang lebih penting, dan diutamakan
dari pada pekerjaan. Permasalahan keluarga yang menjadi gangguan dalam karir dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Berbeda halnya ketika
permasalahan dalam karir mempengaruhi kondisi keluarga, hal tersebut akan dianggap kurang dapat ditoleransi dan dianggap sebagai konflik. Konflik
tersebut tentunya dapat mempengaruhi pekerjaan wanita.
Hasil penelitian Grandey et al dalam Soeharto, 2010 mengungkapkan bahwa konflik pekerjaan dan keluarga yang dialami wanita lebih
mempengaruhi kepuasan kerja daripada pria. Hal ini didukung oleh Rini 2002 yang mengungkapkan wanita karir mengalami stress lebih tinggi
dibandingkan dengan pria. Konflik-konflik yang dialami wanita karir yang berumah tangga dapat
direduksi jika memiliki kepribadian yang utuh. Kepribadian yang utuh ini didapatkan jika pribadi tersebut memiliki nilai-nilai atau konsep yang
mengarah pada sikap-sikap yang produktif. Supratiknya, 1987. Nilai-nilai atau konsep yang mengarah pada sikap-sikap produktif dapat dilihat pada
makna kerja yang dimiliki. Hal ini didukung oleh pendapat Maslow dalam Supratiknya, 1987, bahwa makna dalam kehidupan dapat dicapai melalui
bekerja. Pilihan berkarir bagi wanita yang telah berumah tangga merupakan
salah satu sarana untuk berkembang dalam menentukan langkah hidupnya. Namun tuntutan untuk memerankan kedua peran, dan menghadapi konflik
keluarga serta pekerjaan merupakan konsekuensi yang mungkin akan diterima wanita karir yang berumah tangga. Konsekuensi tersebut ternyata
tidak menyurutkan niat kaum wanita untuk menjadi wanita karir, yang mungkin dikarenakan mereka memegang makna kerja dalam hidupnya. Hal
ini kemudian menarik perhatian peneliti untuk melihat gambaran wanita karir yang berumah tangga mengenai makna kerja.
B. Rumusan Masalah