Aktualisasi diri pada wanita karir yang mengurus rumah tangga.

(1)

AKTUALISASI DIRI PADA WANITA KARIR YANG MENGURUS RUMAH TANGGA

Christian Soetanto

ABSTRAK

Penelitian ini berujuan untuk mengetahui aktualisasi diri pada wanita karir yang mengurus rumah tangga. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan metode pengambilan data berupa wawancara terbuka dengan metode semi terstruktur dan observasi tertutup. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sample. Subjek penelitian berjumlah tiga orang dengan karakteristik: wanita sudah menikah, masih mempunyai suami, memiliki satu anak atau lebih, aktivitas bekerja lebih dari 6-8 jam, berdomisili di kota Solo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang menjalankan peran sebagai wanita karir dan ibu rumah tangga mempunyai latarbelakang yang berbeda-beda dalam bekerja. Wanita yang mempunyai latarbelakang pendidikan tinggi dapat mengaktualisasikan dirinya dengan sangat baik saat bekerja namun tidak optimal dalam mengurus rumah tangga. Sebaliknya, wanita yang bekerja karena keharusan ekonomi tidak dapat menikmati pekerjaannya tetapi dapat mengaktualisasikan dirinya dengan mengurus rumah tangga dengan baik.


(2)

SELF ACTUALIZATION TO CAREER WOMAN WHO HANDLE HOUSEHOLD

Christian Soetanto

ABSTRACT

This research is aimed to know self actualization to career woman who handle household. This research uses a qualitative method. The research data are gained by using open interview with the semi structured method and observation closed. The sample uses purposive sample. The subject this research are three career woman with characteristics: woman married , still have husband , to have one child or more , activity work in excess of the 6-8 hours , reside in Solo. The research results show that women who run the role as a career woman and housewives have different background in working. Woman who have background higher education can actualize her self with very good while working but not optimal in the house households. On the other hand, woman who works because the requirement economic not have access to her job but can be actualize her self with the care of the households well.


(3)

i

AKTUALISASI DIRI PADA WANITA KARIR YANG MENGURUS RUMAH TANGGA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Christian Soetanto 119114087

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kar ya kecil dan seder hana ini penulis dedikasikan unt uk Tuhan Yesus yang selalu membimbing penulis dalam menj alankan

kehidupan yang penuh dengan suka dan duka. Or angt ua, kakak, dan adik yang selalu mendukung penulis dalam menyelesaikan kuliah. Semua or ang t er kasih yang

t elah member i kesan, makna, dan war na dalam kehidupan penulis.


(7)

v

HALAMAN MOTTO

“J anganlah t akut , sebab Aku menyer t ai engkau

J anganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu

Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau;

Aku akan memegang engkau dengan t angan kanan- Ku yang

membawa Kemenangan”


(8)

(9)

vii

AKTUALISASI DIRI PADA WANITA KARIR YANG MENGURUS RUMAH TANGGA

Christian Soetanto

ABSTRAK

Penelitian ini berujuan untuk mengetahui aktualisasi diri pada wanita karir yang mengurus rumah tangga. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan metode pengambilan data berupa wawancara terbuka dengan metode semi terstruktur dan observasi tertutup. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sample. Subjek penelitian berjumlah tiga orang dengan karakteristik: wanita sudah menikah, masih mempunyai suami, memiliki satu anak atau lebih, aktivitas bekerja lebih dari 6-8 jam, berdomisili di kota Solo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang menjalankan peran sebagai wanita karir dan ibu rumah tangga mempunyai latarbelakang yang berbeda-beda dalam bekerja. Wanita yang mempunyai latarbelakang pendidikan tinggi dapat mengaktualisasikan dirinya dengan sangat baik saat bekerja namun tidak optimal dalam mengurus rumah tangga. Sebaliknya, wanita yang bekerja karena keharusan ekonomi tidak dapat menikmati pekerjaannya tetapi dapat mengaktualisasikan dirinya dengan mengurus rumah tangga dengan baik.


(10)

viii

SELF ACTUALIZATION TO CAREER WOMAN WHO HANDLE HOUSEHOLD

Christian Soetanto

ABSTRACK

This research is aimed to know self actualization to career woman who handle household. This research uses a qualitative method.The research data are gained by using open interview with the semi structured method and observation closed. The sample uses purposive sample. The subject this research are three career woman with characteristics: woman married , still have husband , to have one child or more , activity work in excess of the 6-8 hours , reside in Solo.The research results show that women who run the role as a career woman and housewives have different background in working. Woman who have background higher education can actualize her self with very good while working but not optimal in the house households . On the other hand , woman who works because the requirement economic not have access to her job but can be actualize her self with the care of the households well .


(11)

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis sampaikan pada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik

2. Papah dan Mamah, terimakasih atas kasih sayang dan doa yang selalu menyertai penulis. Penulis merasa termotivasi dengan dukungan yang selalu diberikan oleh orangtua penulis.

3. Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi dan Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selalu Kaprodi untuk semua kesempatan belajar yang diberikan.

4. Bapak Drs. H.Wahyudi, M.Si. selalu dosen pembimbing skripsi, yang telah memberikan banyak inspirasi, dukungan, masukan, tenaga, waktu, dan nasehat hidup yang tak terlupakan. Terima kasih atas kesabaran bapak yang mau menerima penulis selama menjalankan bimbingan skripsi.

5. Ibu Debri Pristinella, M.Si. selalu dosen pembimbing akademik, terima kasih atas segala bimbingan dan motivasinya sehingga penulis dapat terus bersemangat berkuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi, terima kasih atas bekal ilmu yang diberikan. Terimakasih juga untuk Mas Gandung, Mbak Nanik, Mas Muji, dan seluruh karyawan di Fakultas Psikologi untuk bantuannya selama ini.


(13)

xi

7. Para subjek, terima kasih atas kesediannya meluangkan waktu dan tenaga dalam membantu terselesaikannya skripsi ini.

8. Kakakku, Andreas, yang selalu mendukung dan membantu mencari inspirasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

9. Adikku, Grace, yang telah menjadi motivasi penulis untuk segera lulus. Tetap menjadi adik yang lucu dan selalu hormat pada orangtua.

10. Kakek dan nenek yang selalu memotivasi dan mendoakan penulis untuk menjadi orang yang sukses.

11. Teman-teman terbaik penulis yaitu Herry, Brama, Adit, dan Hogi yang selalu mendukung dan membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.

12. Teman-teman sebimbingan Pak Wahyudi yaitu Ratna, kak Firsta, kak Galih, Brama, dan Veronica yang sudah menjadi teman diskusi dalam penyelesaian skripsi.

13. Teman-teman angkatan 2011, terima kasih atas segala pengalaman dan kebersamaannya selama berdinamika di Psikologi.

14. Untuk nama-nama yang berperan dalam penyelesaian skripsi ini namun belum disebutkan, maaf atas keterbatasan penulis. Terima kasih untuk semuanya.

Penulis menyadari tulisan ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki karya ini. Akhir kata, penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membaca. Terimakasih.


(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

ABSRAK... vii

ABSTRACT... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 9

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat Penelitian... 9

1. Manfaat Teoritis... 9

2. Manfaat Praktis... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 10

A. Aktualisasi diri... 10

1. Definisi Aktualisasi Diri... 10


(15)

xiii

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktualisasi Diri... 14

4. Cara Mencapai Aktualisasi diri... 16

5. Tingkatan Kebutuhan Aktualisasi Diri... 20

B. Wanita Karir... 23

1. Definisi Wanita Karir... 23

2. Aspek-Aspek Konflik pada Wanita Karir... 24

3. Konflik Peran Ganda... 28

C. Dinamika Aktualisasi Diri pada Wanita Karir yang mengurus Rumah Tangga... 29

D. Kerangka Berpikir... 32

BAB III. METODE PENELITIAN... 33

A. Paradigma Penelitian Kualitatif... 33

B. Subjek Penelitian... 35

C. Metode Pengumpulan Data... 36

D. Metode Analisis Data... 36

E. Uji Kesahihan dan Keandalan Data... 40

F. Pedoman Wawancara... 41

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 43

A. Persiapan Penelitian... 43

B. Pelaksanaan Penelitian... 44

C. Hasil Penelitian... 45

1. Kasus Subjek 1... 45

a. Identitas Subjek 1... 45

b. Hasil Observasi Subjek 1... 45


(16)

xiv

d. Analisis... 52

2. Kasus Subjek 2... 59

a. Identitas Subjek 2... 59

b. Hasil Observasi Subjek 2... 59

c. Hasil Wawancara Subjek 2... 60

d. Analisis... 65

3. Kasus Subjek 3... 70

a. Identitas Subjek 3... 70

b. Hasil Observasi Subjek 3... 70

c. Hasil Wawancara Subjek 3... 71

d. Analisis... 75

D. Pembahasan Hasil Penelitian... 80

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 90

A. Kesimpulan... 90

B. Kelemahan Penelitian... 91

C. Saran... 91

DAFTAR PUSTAKA... 94


(17)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Hasil Wawancara Subjek 1... 45

Lampiran 2 : Tabel Wawancara Subjek 1... 98

Lampiran 3 : Hasil Wawancara Subjek 2... 60

Lampiran 4 : Tabel Wawancara Subjek 2... 105

Lampiran 5 : Hasil Wawancara Subjek 3... 70


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peran perempuan dalam kehidupan rumah tangga adalah mendidik anak dan mengurus rumah tangga. Pada umumnya perempuan melakukan tugas rumah tangga seperti mencuci,menyapu,membersihkan rumah,memasak,mendampingi anak belajar maupun mengatur keuangan rumah tangga. Peran tersebut merupakan kodrat dan kewajiban yang harus dijalani oleh wanita (Mulyawati,1986, dalam Pika, Winanti,& Safitri, 2009). Namun seiring perkembangan jaman yang semakin maju, peran perempuan di dunia industri belakangan ini mulai diperhitungkan.

Beberapa tahun belakangan ini, ada kecenderungan banyak perusahaan memilih mempekerjakan perempuan daripada laki-laki. Pilihan tersebut disebabkan karena perempuan dirasa lebih kompeten,tekun,hati-hati, dan mampu mempengaruhi orang. Prestasi perempuan juga lebih bagus daripada pria dalam pekerjaan tertentu. Beberapa jabatan clerical misalnya bagian keuangan,administrasi umum, dan bidang-bidang sejenis dengan itu banyak dijabat oleh perempuan (Goldsmit,dalam Apollo & Cahyadi, 2012). Perempuan bekerja tidak semata-mata untuk mencari uang namun ada berbagai motif yang mendasarinya. Pilihan wanita untuk bekerja menurut Aryatmi (Kartono,1985, dalam Lilyant, Sri,&Endang, 2011) dilandasi oleh motif kerja sebagai berikut: (a) keharusan ekonomi,


(19)

2

(b) keinginan untuk membina karir dan (c) kesadaran bahwa pembangunan memerlukan tenaga kerja,baik pria maupun wanita. Adanya tuntutan untuk mendukung ekonomi rumah tangga menjadi salah satu alasan bagi wanita untuk bekerja.

Dalam beberapa tahun ini perkembangan dan pertumbuhan ekonomi berjalan dengan sangat pesat. Hal ini mendorong perempuan untuk ikut ambil bagian dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Terlepas dari semua peran ganda bahkan multi peran perempuan merupakan salah satu alternatif dari sekian alternatif yang ada untuk mempertahankan ekonomi keluarga terutama bagi mereka yang tergolong dalam ekonomi menengah ke bawah (Tuti, 1990, dalam Triastutik, 2013). Peran perempuan dalam bekerja juga mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir.Media Indonesia Nasional (dalam Yunita, 2013) mencatat jumlah pekerja perempuan di Indonesia mengalami peningkatan secara signifikan. Hal senada juga diungkapkan oleh Biro Pusat Statistik (dalam Apollo & Cahyadi, 2012) bahwa partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Pada tahun 1988 jumlah pekerja perempuan di Indonesia berkisar 23.874.000 orang. Tahun 2003 mencapai 35,37% dari jumlah pekerja perempuan secara keseluruhan 100.316.000 orang. Tahun 2007 meningkat menjadi 35.479.000 orang, sedangkan jumlah pekerja laki-laki hanya bertambah 287 ribu orang.

Beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan kaum perempuan untuk berpartisipasi langsung dalam dunia kerja


(20)

3

diantaranya yang pertama yaitu banyaknya kursus dan pendidikan tinggi, adanya kursus dan pendidikan yang tinggi membentuk pikiran wanita yang dulu beranggapan bahwa lapangan kerja wanita hanyalah sebagai ibu rumah tangga menjadi lebih maju. Penelitian barnett & Bruch (dalam Apollo & Cahyadi, 2012) menyatakan bahwa tingkat pendidikan seorang perempuan berhubungan dengan tinggi rendahnya konflik dalam menjalankan peran ganda. Kedua yaitu keinginan mengembangkan potensi yang dimiliki, adanya peningkatan potensi secara terus menerus akan meningkatkan rasa percaya diri dan dapat mendatangkan nilai lebih pada wanita sebagai seorang pekerja. Ketiga yaitu sebagai pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.Wanita karir membuat pendapatan dalam keluarga akan bertambah sehingga keluarga tersebut dapat menikmati kualitas hidup yang lebih baik, seperti gizi, pendidikan, tempat tinggal, sandang, hiburan, dan fasilitas kesehatan (Mappiare, 1983, dalam Diansari, 2006).

Adanya konflik peran yang dialami oleh wanita karirakan menghambat kepuasan dalam hidupnya. Perasaan bersalah seperti meninggalkan peransementara waktu sebagai ibu rumah tangga akan membuat wanita karir tidak dapat menikmati perannya dalam dunia kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Walters danMcKenry (1985, dalam Pika dkk, 2009) menunjukkan, bahwa ibu bekerja cenderung merasa bahagia selama para ibu bekerja tersebut dapat mengintegrasikan kehidupan keluarga dan kehidupan kerja secara harmonis. Bagi seorang wanita karir


(21)

4

yang telah menikah dan mempunyai anak, tentu akan dihadapkan pada tugas dan tanggung jawabanya sebagai karyawati namun juga dihadapkan perannya sebagai ibu rumah tangga. Menurut Sadli (dalam Apollo & Cahyadi, 2012) keinginan perempuan menjalankan perannya domistik-publik dapat menimbulkan konflik peran dalam dirinya. Konflik peran muncul jika seorang perempuan bekerja mengalami pertentangan antara tangggung jawab yang dimilikinya dengan tugas-tugas yang harus dilakukannya. Hal ini dikarenakan perempuan yang bekerja menyandang dua peranan yang penting, yaitu sebagai pekerja dan perannya sebagai ibu rumah tangga.

Konflik peran lebih dirasakan oleh perempuan daripada laki-laki. Perempuan yang menjalankan peran ganda sering kali mengalami konflik akibat tuntutan karir dan tuntutan dalam mengurus rumah tangga.Menurut Moen (dalam Apollo & Cahyadi, 2012) perbedaan terjadi dikarenakan tuntutan peran yang berbeda. Perempuan dihadapkan pada tuntutan peran pekerjaan dan peran keluarga secara serentak. Hal tersebut dapat menimbulkan konflik apabila perempuan tidak dapat membagi waktu antara perannya sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pekerja.

Partisipasi wanita dalam bekerja saat ini bukan sekedar menuntut persamaan hak dengan laki-laki, tetapi juga menyatakan aktualisasi dirinya sebagai manusia yang bermanfaat bagi keluarga, lingkungan kerja bahkan dirinya sendiri. Partisipasi wanita menyangkut peran tradisi dan transisi (indriyani, 2000, dalam Benhard & Florensia, 2014). Peran tradisi


(22)

5

mencakup peran wanita sebagai istri, ibu dan pengelola rumah tangga. Sementara peran transisi meliputi pengertian wanita sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat dan manusia pembangunan. Peran transisi wanita sebagai tenaga kerja turut aktif dalam kegiatan ekonomis seperti mencari nafkah di berbagai kegiatan sesuai dengan keterampilan dan pendidikan yang dimiliki.

Ada sebuah fenomena yang terjadi pada wanita yang bekerja sebagai Eselon di Pemerintah Daerah Kabupaten Bulungan. Wanita karir tersebut mempunyai masalah dalam hal menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga, seperti mengurus anak dan mengurus pekerjaan rumah tangga.Hal tersebut tidak bisa dilakukan sepenuhnya oleh seorang wanita karir yang menjabat Eselon di Pemerintah Daerah Kabupaten Bulungan. Hal ini dikarenakan waktu untuk mengurus dan mendidik anak sangat terbatas. Masalahnya adalah waktu bekerja yang dimiliki wanita karir tersebut berlangsung selama 10 jam, yakni masuk kerja pada pukul 07.15 hingga pulang kerja pukul 17.00 dan setiap hari melaksanakan apel pagi pada pukul 07.30 (Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Bulungan, 2013 dalam Yunita, 2013).Kesibukan wanita karir yang luar biasa sehingga sering tidak lagi punya waktu untuk mengurusi masalah keluarga, termasuk dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendidik dan mendidik anak-anaknya di rumah (Kaerudin, 2010 dalam Yunita, 2013).Di sisi lain, wanita karir harus dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Menurut Rogers (dalam Patioran, 2012)


(23)

6

manusia memiliki motif dasar yaitu kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri. Kecenderungan ini adalah keinginan untuk memenuhi potensi yang dimiliki dan mencapai tahap human beingness yang setinggi-tingginya.

Wanita karir akan dapat mengeluarkan potensi-potensi yang dimiliki secara optimal jika mengetahui kelemahan dan kelebihannya sendiri. Menurut teori Maslow (Poduska, 1997) orang yang mempunyai aktualisasi diri harus dapat menyeimbangkan dan mengendalikan kekuatan maupun kelemahannya. Hal ini berguna agar orang tersebut dapat menjadi diri sendiri sesuai dengan bidang yang dimiliki.Hal ini diperkuat oleh pernyataan Schultz (dalam Anisa, dkk, 2012) yang mengungkapkan bahwa perkembangan pengaktualisasian diri bergantung pada potensi-potensi dan sumber-sumber dalam diri. Wanita karir juga dituntut untuk bisa kreatif dalam menjalankan peran untuk bekerja dan mengurus rumah tangga. Menurut Alwisol (dalam Betsy & Reny, 2014) seseorang dapat memperoleh kepuasan dirinya dengan menyadari semua potensi yang dimiliki dan menjadi kreatif dalam mencapai puncak potensinya. Persaingan yang semakin berat membuat wanita karir dituntut untuk lebih mengembangkan potensi yang dimiliki. Maslow (Nasir dkk, 2010 dalam Anisa dkk, 2012) mengatakan bahwa aktualisasi diri sebagai kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang yang didasarkan pada kebutuhan untuk berprestasi dan kebutuhan kompetensi.


(24)

7

Wanita karir yang mengurus rumah tangga harus mengetahui potensi yang dimiliki. Hal ini berguna untuk mengetahui bakat dan minat yang dipunya sehingga dapat sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan. Menurut Siswandi (dalam Betsy & Reny, 2014) menyebutkan bahwa kebutuhan aktualisasi diri pada dasarnya memberi perhatian pada manusia, khususnya terhadap nilai-nilai martabat secara penuh. Hal tersebut dicapai melalui segenap potensi, bakat, dan kemampuan yang dimikiki dengan bekerja sebaik-baiknya sehingga tercapai suatu keadaan eksistensi yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan diri. Kecenderungan mengaktualisasikan diri ini bersifat selektif karena hanya menaruh perhatian pada aspek-aspek lingkungan yang memungkinkan individu bergerak secara konstruktif. Rogers (Supraktiknya, 1993 dalam Betsy & Reny, 2014) mengatakan aktualisasi diri dirasa penting bagi wanita karir sebagai pemenuhan akan segala potensi dan kapasitas diri secara penuh. Orang yang dapat mengaktualisasikan diri cenderung dapat menjalin hubungan baik dengan lingkungan yang berada di sekitarnya. Menurut Maslow (Feist & Feist, 2010 dalam Betsy & Reny, 2014) individu yang mengaktualisasikan diri mempunyai kecenderungan untuk menjalin hubungan baik, akrab, dan penuh rasa cinta dan kasih sayang dengan orang yang berada di sekitarnya.

Peran wanita karir yang mengurus rumah tangga sering kali berjalan tidak seimbang. Hal tersebut membuat wanita karir cenderung tidak bisa mengembangkan potensi yang dimiliki. Rogers (dalam Putri,


(25)

8

2007) berpendapat bahwa pada hakikatnya manusia mempunyai potensi untuk tumbuh dan berkembang ke arah yang lebih baik. Di sisi lain manusia yang mempunyai perilaku menyimpang bukan disebabkan oleh itikad yang negatif tetapi karena tidak adanya kesempatan bagi orang tersebut untuk mengembangkan potensinya. Wanita karir dikatakan mempunyai aktualisasi diri jika dirinya merasa yakin dengan keputusannya untuk bekerja dan mengurus rumah tangga. Menurut Maslow (Jarvis, 2010 dalam Patioran, 2012) seseorang yang mencapai aktualisasi diri harus memenuhi kebutuhan akan kepercayaan diri terlebih dahulu karena pada dasarnya manusia akan merasa puas jika suatu kebutuhannya terpenuhi, namun akan merasa kurang dari sisi kebutuhan lainnya sehingga individu akan melengkapi kebutuhan-kebutuhannya tersebut sepanjang hidupnya. Wanita karir yang ambisius biasanya akan mengejar jabatan tertentu sampai dirinya merasa puas. Menurut Maslow (dalam Goble, 1987) menyebutkan bahwa kodratnya manusia memperlihatkan desakan ke arah aktualisasi diri yang membawa individu untuk berkembang secara psikologis. Hal tersebut dikarenakan aktualisasi diri bagi seseorang tidaklah ada batasan-batasannya, seorang ibu rumah tanggapun bisa mengaktualisasikan dirinya dengan bekerja sebaik-baiknya sesuai bidangnya masing-masing. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini peneliti tertarik untuk meneliti aktualisasi diri pada wanita karir yang mengurus rumah tangga.


(26)

9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

Bagaimanawanita karir yang mengurus rumah tangga dapat mengaktualisasikan diri?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah peneliti uraikan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktualisasi diri pada wanita karir yang mengurus rumah tangga

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis:

1. Manfaat teoritis: dapat memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan kajian dan memperkaya hasil penelitian dalam bidang psikologi industri organisasi dan psikologi sosial terutama yang berkaitan dengan aktualisasi diri pada wanita karir yang mengurus rumah tangga. 2. Manfaat praktis: dapat memberikan informasi mengenai aktualisasi diri pada wanita karir yang mengurus rumah tangga pada pimpinan organisasi, keluarga maupun perempuan itu sendiri. Dengan mengetahui informasi tersebut diharapkan pimpinan organisasi dan keluarga dapat memberikan dukungan yang positif dan dapat memahami peran ganda yang dialami wanita karir.


(27)

10

BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Aktualisasi Diri

1. Definisi aktualisasi diri

Aktualisasi diri menurut Maslow (Feist & Feist, 2010, dalam Betsy & Reny, 2014) menyebutkan bahwa aktualisasi diri mencakup pemenuhan diri, sadar akan semua potensi diri yang dipunya, dan menjadi diri sekreatif mungkin. Menurut Siswandi (dalam Betsy & Reny, 2014) bahwa kebutuhan aktualisasi diri pada dasarnya memberikan perhatian pada manusia, khususnya terhadap nilai-nilai martabat secara penuh. Hal tersebut dapat tercapai melalui penggunaan segenap potensi, bakat, dan kemampuan yang dimiliki melalui dengan bekerja sebaik-baiknya, sehingga tercapai suatu keadaan eksistensi yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan diri. Menurut Maslow (dalam Hersinta & Veronika, 2011) aktualisasi diri merupakan potensi atau kemampuan diri yang seseorang mampu untuk mencapainya.

Menurut Rogers (Hambali & Jaenudin, dalam Patioran, 2012) mengatakan bahwa aktualisasi diri merupakan proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi-potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu maupun dihalangi oleh pengalaman dan belajar khususnya pada masa


(28)

11

kanak-kanak. Aktualisasi akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang ketika mencapai usia tertentu seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis. Aktualisasi diri adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk menjadi yang terbaik yang bisa dilakukan. Rogers menyatakan bahwa tiap orang memiliki kecenderungan akan kebutuhan aktualisasi diri untuk mengembangkan seluruh potensinya. Rogers berpendapat bahwa pada hakikatnya manusia mempunyai potensi untuk tumbuh dan berkembang ke arah yang lebih baik. Dengan demikian, maka manusia yang mempunyai perilaku menyimpang pada dasarnya bukan disebabkan oleh itikad yang negatif, tetapi karena tidak adanya kesempatan bagi orang tersebut untuk mengembangkan potensinya.

Dari penjelasan di atas aktualisasi diri dapat dimaknai sebagai keinginan bawaan individu untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya dan mencapai prestasi sesuai dengan bidangnya masing-masing

2. Ciri-Ciri Aktualisasi Diri

Maslow mengungkapkan bahwa seseorang yang mengaktualisasikan diri mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Jaenudin, 2015):


(29)

12

a) Persepsi yang tepat terhadap realita

Individu ini orientasinya realistik, memandang realitas secara efisien, menerima diri, orang lain, dan alam sekitar apa adanya. Orang ini lebih memperhatikan masalah

(problem centered) dan memperhatikan diri sendiri (self

centered) (Alwisol, 2011, dalam Patioran 2012). Maslow

(Jaenudin, 2015) orang ini dapat melihat dunia secara jernih tanpa dipengaruhi oleh keinginan, kebutuhan, atau sikap emosional.

b) Fokus pada target pencapaian

Maslow (Goble, 1987) mengatakan individu yang dapat mengaktualisasikan diri berarti membaktikan hidupnya untuk pekerjaan, tugas, dan kewajiban atau panggilan tertentu yang mereka pandang penting.Menurut Maslow (Jaenudin, 2015) seseorang mampu mengaktualisasikan dirinya dengan melakukan hal yang terbaik atau bekerja sebaik-baiknya sesuai bidangnya masing-masing.

c) Mempunyai spontanitas

Maslow (Goble, 1987) mengatakan individu yang mengaktualisasikan diri tidak malu-malu karena lebih ekspresif, wajar, dan polos. Individu ini tidak perlu menyembunyikan perasaan-perasaan, pikiran-pikiran atau


(30)

13

bertingkah laku yang dibuat-buat. Maslow (Poduska, 1987) mengatakan orang ini dapat menjalankan kehidupan secara alami, mampu menjadi diri sendiri, dan merasa dapat mengekspresikan pikiran maupun emosi yang sebenarnya. Selain itu, Maslow (Jaenudin, 2015) orang yang dapat mengaktualisasikan diri dapat bertingkah laku secara terbuka, jujur, dan wajar (Jaenudin, 2015).

d) Dapat menerima diri sendiri dan orang lain dengan baik

Maslow (Goble, 1987) mengatakan orang ini mampu untuk meminimalkan konflik yang terjadi. Individu yang sudah terpenuhi aktualisasi dirinya cenderung dapat menerima diri, orang lain, dan lingkungan (Wilcox, 2012, dalamdalam Teguh & Arundati, 2015).Maslow (Feist & Feist, 2010, dalam Betsy & Reny, 2014) mengatakan individu yang mengaktualisasikan diri cenderung untuk menjalin hubungan akrab, baik, dan penuh rasa kasih sayang dengan orang lain. Maslow (Jaenudin, 2015) mengatakan bahwa orang yang mengaktualisasikan diri menaruh hormat pada diri sendiri dan orang lain, mampu menerima kodrat dengan segala kekurangan dan kelemahannya.


(31)

14

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktualisasi Diri

Anari (dalam Putri, 2007) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri adalah:

a) Kreativitas

Sikap yang diharapkan ada pada orang yang mempunyai aktualisasi diri. Kreativitas merupakan suatu sikap. Sikap ini asli, inventif dan inovatif meski tidak harus menghasilkan sesuatu (Goble, 1987). Individu yang mampu mengaktualisasikan diri memiliki kemampuan memandang sesuatu dari sudut pandang yang unik (Wilcox, 2012, dalam Teguh & Arundati, 2015). Menurut Maslow (Jaenudin, 2015) kreativitas dapat menghasilkan karya baru maupun menggabungkan beberapa penemuan sesuatu yang berbeda. Kreativitas ini datang dari fakta para pengaktualialisasi diri terbuka pada pengalaman dan lebih spontan dalam perasaannya (Goble, 1987, dalam Matthew & Hergenhahn, 2013).

b) Berfungsi Secara Otonom Terhadap Lingkungan

Menurut Maslow (Jaenudin, 2015) orang yang mengaktualisasikan diri mampu melepaskan diri dari kebergantungan yang berlebihan terhadap lingkungan sosial dan fisik. Pemuasan motif-motif pertumbuhan datang dari dalam diri sendiri melalui pemanfaatan penuh bakat dan


(32)

15

potensinya (Goble, 1987, dalam Matthew & Hergenhahn, 2013).

c) Transendensi

Menurut Anari (Putri, 2007) individu lebih tinggi, unggul, agung, melampaui superlatif arti yang lain tidak tergantung dengan orang lain. Individu yang beraktualisasi diri akan berusaha menjadi yang terbaik. Seseorang yang mengaktualisasikan dirinya berarti mampu menjadi dirinya sendiri dan tidak terpengaruh oleh perkataan orang lain. d) Demokratis

Menurut Anari (Putri, 2007)orang yang mempunyai aktualisasi diri selalu menjalin komunikasi dengan berbagai pihak. Meski individu menyadari bahwa ada perbedaan-perbedaan dengan orang lain tetapi individu dapat menerima semua orang tanpa memperhatikan tingkat pendidikan dan kelas sosial. Maslow (Jaenudin, 2015) seseorang yang mempunyai aktualisasi diri memiliki karakter demokrasi yang baik. Individu mampu belajar dari siapa saja yang bisa mengajar tanpa memandang adanya perbedaan.

e) Hubungan sosial

Menurut Anari (Putri, 2007) individu akan lebih


(33)

16

Seseorang yang mengaktualisasikan diri berarti mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang yang berada di sekitarnya. Individu merasa senang dan nyaman dalam melakukan interaksi dengan banyak orang. Seseorang yang mempunyai aktualisasi diri mempunyai hasrat yang tulus untuk membantu orang lain (Matthew & Hergenhahn, 2013).

4. Cara Seseorang Mencapai Aktualisasi Diri

Maslow mengatakan ada beberapa cara agar seseorang dapat mencapai aktualisasi diri (Alberto, 2002):

a) Adanya kemauan untuk berubah

Menurut Maslow (Alberto, 2002) orang yang mau maju, tumbuh, dan berkembang harus mempunyai kemauan untuk berubah. Namun hal tersebut harus dimulai dari diri sendiri Orang dapat memulai dengan cara menanyakan pada diri sendiri mengenai kegunaan dari potensi yang dimiliki. Menurut Rogers (Hidayat, 2011) orang yang berfungsi sepenuhnya harus mampu hidup secara konstruktif karena masa depan tergantung pada dirinya sendiri.


(34)

17

b) Memiliki sikap tanggung jawab

Menurut Maslow (Alberto, 2002) bertanggungjawab berarti adanya kemampuan untuk menghadapi semua tantangan yang ada dalam kehidupan. Sikap tanggung jawab dengan sendirinya akan terwujud di dalam perbuatan-perbuatan seseorang secara nyata. Sikap tanggung jawab dapat dilatih dengan mencoba bertanggung jawab dengan hal-hal kecil.Orang ini memandang dirinya sebagai agen yang aktif dan bertanggungjawab dalam menentukan nasibnya sendiri (Hidayat, 2011)

c) Memiliki motivasi hidup

Menuruw Maslow (Alberto, 2002) seseorang harus dapat mempunyai motivasi hidup dalam menjalankan kehidupan. Individu yang mempunyai motivasi hidup berarti mempunyai tujuan dan komitmen. Selain itu, individu membutuhkan suatu faktor yang dapat menggerakkan agar individu tersebut dapat terus berkembang. Orang yang mengaktualisasikan diri bisa menjadikan kegiatan yang paling kecil menjadi kegiatan yang menyenangkan karena mempunyai tujuan tertentu (Hidayat, 2011)


(35)

18

d) Pengalaman yang jujur dan langsung

Maslow (Alberto, 2002) mengatakan bahwa kejujuran terhadap pengalaman dan hidup seseorang dalam dunia akan memampukan seseorang terbuka terhadap realitas yang ada, terbuka terhadap dunia akan memampukan seseorang terbuka terhadap pengalaman-pengalaman nyata yang dialami. Menurut Rogers (Hidayat, 2011) seseorang yang mampu terbuka terhadap pengalamannya berarti mampu menerima kenyataan termasuk perasaannya sendiri.

e) Siap untuk bersikap beda

Maslow (Alberto, 2002) orang yang memiliki sikap dan pemikiran yang berbeda dari orang lain, membutuhkan suatu landasan yang kuat, yakni kejujuran, keterbukaan, keberanian, dan pengetahuan yang luas. Orang ini berani mengatakan dalam hal yang benar dan yang salah. Menurut Rogers (Hidayat, 2011) orang yang berfungsi sepenuhnya percaya bahwa cara mereka bereaksi bukan berdasarkan atas opini orang lain. Orang ini bereaksi dengan sesuatu yang ia anggap benar namun bukan berarti ia tidak menggunakan daya intelektual dan informasi dari orang lain, tetapi semua data kongruen dengan konsep dirinya.


(36)

19

f) Melibatkan diri

Menurut Maslow (Alberto, 2002) melibatkan diri mengandung maka bahwa seseorang memiliki suatu komitmen. Komitmen mengantarkan seseorang pada suatu penghayatan yang mendalam terhadap perbuatan yang ada di luar diri kita. Biasanya orang ini mempunyai visi dan misi yang jelas tentang dirinya sendiri. Menurut Rogers (Hidayat, 2011) mengatakan bahwa perasaan bebas membuat seseorang bebas untuk bertindak. Kondisi ini membuat individu memiliki perasaan berdaya karena mereka mengetahui bahwa masa depan bergantung pada tindakannya.

g) Menilai kemajuan Diri

Menurut Maslow (Alberto, 2002) menilai kemajuan diri berarti seseorang mampu merefleksikan dirinya sejauh mana dirinya telah berkembang. Hal ini diperlukan untuk memberikan penilaian terhadapi diri sendiri. Seseorang dapat menilai kemajuan dari potensi yang dimiliki sehingga orang tersebut dapat terus menilai kelebihan dan kekurangannya sendiri. Menurut Rogers (Hidayat, 2011) eksistensi hidup seseorang merupakan segala sesuatu yang dilakukan sekarang bukan masa lalu atau masa depan. Namun seseorang harus tetap belajar dari pengalamannya


(37)

20

masa lalu untuk menjalankan kehidupannya sekarang bahkan untuk masa depan.

5. Tingkatan Kebutuhan Aktualisasi Diri

Maslow mengajukan gagasan bahwa kebutuhan pada manusia adalah bawaan, tersusun menurut tingkatan atau Hierarki Maslow. Maslow memerinci kebutuhan manusia dalam lima tingkat kebutuhan (Hidayat, 2011):

a) Kebutuhan Jasmani atau Fisiologis

Seseorang harus dapat mencapai tingkat kebutuhan jasmani secara memadai, tingkat-tingkat daerah biologis dan psikologis harus terpuaskan. Pemuasan segi-segi biologis dari tingkat ini saja tidaklah cukup. Beberapa daerah kebutuhan jasmani manusia adalah: lapar, haus, oksigen, seks, tempat berteduh dan tidur. (Poduska, 1997). Maslow (Matthew & Hergenhahn, 2013) mengatakan bahwa ia tidak begitu yakin bahwa seperangkat kebutuhan harus dipuaskan sepenuhnya sebelum individu bisa naik ke tingkat kebutuhan selanjutnya. Dengan kata lain, seseorang bisa saja merasa lapar dan haus sesekali dan masih bisa mengejar kebutuhan lebih tinggi, namun hidupnya tidak boleh didominasi oleh rasa lapar dan haus.


(38)

21

b) Kebutuhan Rasa Aman

Kebutuhan dasariah terpuaskan, muncullah apa yangdigambarkan Maslow sebagai kebutuhan akan rasa aman atau keselamatan. Kebutuhan ini menampilkan diri dalam kategori kebutuhan akan kemantapan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan; kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, dan sebagainya (Goble, 1987). Menurut Maslow kebutuhan-kebutuhan ini paling jelas terlihat dalam kehidupan anak-anak, yang biasanya ketakutan ketika dihadapkan dengan situasi baru. pemenuhan kebutuhan rasa aman memastikan individu bahwa mereka tinggal di suatu lingkungan yang bebas dari bahaya, rasa takut, dan kekacauan (Matthew & Hergenhahn, 2013) c) Kebutuhan Cinta dan Rasa Memiliki

Kebutuhan fisiologis dan kebutuhan rasa aman seseorang telah terpenuhi, maka muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki dan dimiliki. Bagi maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap saling percaya (Goble, 1987). Kebutuhan ini membuat seseorang mencari pengakuan dan kasih sayang dari orang lain. Rogers (Jaenudin, 2015) kebutuhan ini dapat


(39)

22

dibangun melalui hubungan akrab dan penuh perhatian dengan orang lain, dalam hal ini memberi dan menerima cinta sama-sama penting. Maslow (Matthew & Hergenhahn, 2013) mengatakan jika kebutuhan ini tidak terpenuhi maka individu akan merasa sendiri, kesepian, dan hampa.

d) Kebutuhan Harga Diri

Maslow menemukan bahwa setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan: yakni, harga diri dan penghargaan dari orang lain. 1. Harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan dan kebebasan. 2. Penghargaan dari orang lain meliputi prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta pernghargaan (Goble,1987). Maslow (Jaenudin, 2015) mengatakan bahwa kebutuhan harga diri yang terpuaskan akan membuat individu menghasilkan rasa percaya diri, rasa kuat, rasa mampu, dan perasaan berguna. Seseorang yang mengalami kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan ini akan menghasilkan pelemahan semangat dan rasa inferior (Matthew & Hergenhahn, 2013)


(40)

23

e) Kebutuhan Beraktualisasi Diri

Maslow mengatakan aktualisasi diri adalah setiap orang yang berkembang sepenuh kemampuannya. Pemaparan tentang kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan, mengembangkan dan menggunakan kemampuan (Goble, 1987). Aktualisasi diri didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dan penggunaan semua bakat kita, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas kita. Manusia dapat mencapai tingkat aktualisasi diri ini menjadi manusia yang utuh dan mampu berkembang sepenuh kemampuannya (Jaenudin, 2015).

B. Wanita Karir

1. Definisi Wanita Karir

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008 dalam Paputungan, 2011) wanita adalah seorangperempuan atau kaum putri. Dalam penelitian ini menggunakan kata wanita karir bukan perempuan karir karena terkait dengan istilah umum yang berlaku dan mengikuti perkembangan Bahasa Indonesia saat ini, bahwa kata wanita menduduki posisi dan konotasi terhormat. Kata ini mengalami proses ameliorasi, yaitu suatu perubahan makna yang semakin positif, arti sekarang lebih tinggi dari pada arti dahulu. Karir dalam arti umum ialah pekerjaan yang


(41)

24

memberikan harapan untuk maju. Selain itu, kata karir selalu dihubungkan dengan tingkat atau jenis pekerjaan seseorang.Wanita karir berarti wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi baik usaha sendiri maupun ikut dalam suatu perusahaan.

Seorang wanita karir berarti memiliki pekerjaan khusus di luar rumah dalam rangka mengaktualisasikan diri dan menekuni suatu bidang tertentu (Etiwati, 2009, dalam Paputungan, 2011). Selain itu, wanita karir adalah wanita yang menekuni dan mencintai sesuatu atau beberapa pekerjaan secara penuh dalam waktu yang relatif lama untuk mencapai suatu kemajuan hidup (Muriah, 2011). Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa wanita karir adalah wanita yang menekuni sesuatu atau beberapa pekerjaan yang dilandasi oleh keahlian tertentu yang dimilikinya untuk mencapai suatu kemajuan hidup, pekerjaan, atau jabatan.

2. Aspek-Aspek Konflik padaWanita Karir

Ada beberapa aspek konflik peran ganda yang dikemukakan menurut Kopelman & Burley (dalam Diansari, 2006) yaitu:

a) Masalah Pengasuhan Anak

Pada umumya wanita karir mencemaskan kesehatan jasmani dan emosi anak-anaknya. Hal ini berarti


(42)

25

wanitakarir harus dapat memberikan perhatian, tenaga dan pikirannya ketika berada di rumah. Wanita karir harus dapat memberi pengertian kepada anaknya agar anak dapat memahami alasan ibunya bekerja (Diansari, 2006). Menurut Yuarsi (Fitri, 2000, dalam Apollo dan Cahyadi, 2012) wanita yang bekerja sering merasa takut karena sebagian masyarakat menganggap tugas seorang wanita adalah mengasuh anak.

b) Bantuan Pekerjaan Rumah Tangga

Menurut Hurlock (dalam Apollo & Cahyadi, 2012) tugas-tugas yang berkaitan dengan pekerjaan dan keluarga merupakan tugas yang sangat penting dan sulit, bahkan bagi orang dewasa telah mempunyai pengalaman kerja, telah menikah, dan telah menjadi orang tua, mereka masih tetap harus melakukan penyesuaian diri dengan peran-peran tersebut. Wanita yang berperan-peran ganda membutuhkan bantuan dari berbagai pihak baik dari suami, anak maupun seorang pembantu untuk turut serta dalam urusan pekerjaan rumah tangga. Hal ini dikarenakan perempuan tersebut terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan (Diansari, 2006).


(43)

26

c) Komunikasi dan Interaksi dengan keluarga

Menurut Kopelman & Burley (Diansari, 2006) komunikasi merupakan sarana untuk kita dapat berinteraksi dengan orang lain. Dengan komunikasi kita dapat mengutarakan kebutuhan, keinginan bahkan keluhan pada seseorang. Wanita yang bekerja dituntut untuk bisa menjaga komunikasi dengan keluarga walaupun harus menjalankan peran ganda. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Kaufmann & Beehr (Fitri, 2000, dalam Apollo & Cahyadi, 2012) komitmen dan dukungan moral dari pasangan hidup dapat membantu mencapai kepuasan hidup dan pada akhirnya dapat menekan munculnya konflik peran ganda.

d) Waktu untuk Keluarga

Menurut Sukanto, dll (1999), ibu yang bekerja sering merasa kekurangan waktu untuk suami, anak-anak bahkan untuk dirinya sendiri. Pengaturan waktu menjadi masalah yang sering muncul dalam menjalankan peran ganda. Menurut Moen (Triwahyuni, 2009, dalam Apollo & Cahyadi, 2012) perbedaan terjadi dikarenakan tuntutan peran yang berbeda. Perempuan dihadapkan pada tuntutan peran pekerjaan dan peran keluarga secara serentak. Hal


(44)

27

tersebut dapat menimbulkan konflik apabila perempuan tidak dapat membagi waktu antara perannya sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pekerja.

e) Penentuan Prioritas

Prioritas itu disusun tergantung pada kepentingan individu yang bersangkutan agar tidak menimbulkan pertentangan antara kepentingan yang satu dengan kepentingan yang lain. Wanita karir harus mempunyai dasar yang kuat dalam menentukan prioritasnya (Diansari, 2006).

f) Tekanan Karir dan Keluarga

Dalam bekerja, akan terdapat banyak masalah yang menuntut pekerja untuk menyelesaikannya. Begitu juga di rumah, akan terdapat banyak pekerjaan rumah yang menuntut untuk diselesaikan. Tuntutan tersebut dapat menjadi sebuah tekanan bagi seseorang yang kemudian akan menjadi konflik dalam dirinya (Diansari, 2006). Menurut Greenhaus & Beutel (Ginting, 2011, dalam Apollo & Cahyadi, 2012) mengatakan bahwa suatu bentuk konflik peran terjadi karena tekanan-tekanan pekerjaan dan keluarga ada ketidakcocokan.


(45)

28

3. Konflik Peran Ganda (Work Familiy Conflict)

Greenhaus & Beutel (dalam Rahmadita, 2013) mendefinisikan tiga jenis work family conflict, yaitu:

a) Konflik yang disebabkan waktu (time based conflict) Waktu yang dimilikiindividu digunakan untuk memenuhi satu peran tertentu sehinggamenimbulkan kesulitan untuk memenuhi satu peran tertentusehingga menimbulkan kesulitan untuk memenuhi perannya yanglain (Rahmadita, 2013). Konsep-konsep yang termasuk dalam konflik ini diantaranya: waktu untuk bekerja yang berlebihan, kurangnya waktu untuk pasangan dan anak, dan jadwal yang tidak fleksibel (Triwahyuni, 2009, dalam Apollo & Cahyadi, 2012)

b) Konflik yang disebabkan oleh ketegangan (strain based conflict)

Ketegangan-ketegangan yangdihasilkan oleh suatu peran mengganggu peran yang lain. Konflik yang disebabkan gejala-gejala stres seperti kelelahan dan mudah marah yang diakibatkan oleh satu peran menganggu peran yang lain (Triwahyuni, 2009, dalam Apollo & Cahyadi, 2012). Konflik ini melibatkan stres dalam keluarga dan


(46)

29

pekerjaan, meluapnya emosi yang negatif dan dukungan dari pasangan (Rahmadita, 2013).

c) Konflik yang disebabkan oleh perilaku (behaviour based conflict)

Konflik yang disebabkan karena kesulitan perubahan perilaku dari satu peran ke peran lain. Konflik yang terjadi jika tingkah laku yang tertentu yang dituntut oleh satu peran mempersulit individu dalam memenuhi tuntutan peran yang lain, misalnya tuntutan peran keluarga dan peran pekerjaan (Rahmadita, 2013). Konflik ini terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara pola perilaku dengan yang diinginkan oleh kedua bagian, yaitu pekerjaan atau keluarga (Yang, Chen, Choi, & Zou, 2000, dalam Benhard & Florensia, 2014).

C. Dinamika Aktualisasi Diri pada Wanita Karir yang Mengurus Rumah Tangga

Peran wanita dalam bekerja selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Ihromi (dalam Rahmadita, 2013) menyatakan bahwa jumlah wanita pencari kerja akan semakin meningkat di sebagian wilayah dunia. Wanita mempunyai motif yang berbeda-beda dalam bekerja. Menurut hasil penelitian oleh Irma Rahmadita (2013), menyebutkan bahwa wanita ingin tetap bekerja karena pekerjaan memberikan banyak arti bagi diri:


(47)

30

mulai dari dukungan finansial, mengembangkan pengetahuan dan wawasan, memungkinkan aktualisasi kemampuan, memberikan kebanggaan diri dan kemandirian (meskipun penghasilan suami mencukupi), serta memungkinkan subyekmengaktualisasikan aspirasi pribadi lain yang mendasar seperti memberi rasa berarti sebagai pribadi.Keterlibatan dalam berbagai peran ini dapat memberikan keuntungan psiko sosial, seperti peningkatan kepercayaan diri, moral, serta kebahagiaan.

Di sisi lain, wanita karir yang menjalankan peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan wanita karir berpotensi mengalami konflik peran. Prihanto & Lasmono(Fitri, 2000, dalam Apollo & Cahyadi, 2012) mengatakan beberapa konflik yang dihadapi oleh seorang perempuan dalam menjalankan peran gandanya, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri sendiri, yaitu takut akan konsekuensi negatif dari kesuksesan yang dicapainya, seperti kesulitan mendapatkan perlindungan dan perhatian dari lawan jenis dan adanya perasaan takut anak maupun suami tidak terurus Faktor dari luar menurut Yuarsi (dalam Fitriani, 1999, dalam Apollo & Cahyadi, 2012) yaitu takut dianggap menyalahi kodrat, karena masyarakat masih beranggapan bahwa tugas-tugas rumah tangga dan pengasuhan anak adalah tugas perempuan, walaupun mereka bekerja di luar rumah. Menurut Kahn, et al. (dalam Benhard dan Florensia, 2014) mengemukakan bahwa konflik peran terjadi ketika dua atau lebih tuntutan terjadi secara bersamaan dan saling bertentangan satu dengan yang lain. Kesibukan


(48)

31

wanita karir yang luar biasa sehingga sering tidak lagi punya waktu untuk mengurusi masalah keluarga, termasuk dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendidik dan mendidik anak-anaknya di rumah (Kaerudin, 2010, dalam Yunita, 2013). Di sisi lain, wanita karir harus dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Menurut Rogers (dalam Patioran, 2012) manusia memiliki motif dasar yaitu kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri. Kecenderungan ini adalah keinginan untuk memenuhi potensi yang dimiliki dan mencapai tahap human beingness yang setinggi-tingginya. Menurut Maslow (dalam Hersinta & Veronika, 2011) aktualisasi diri merupakan potensi atau kemampuan diri yang seseorang mampu untuk mencapainya. Hal ini didukung oleh Rogers (Hambali & Jaenudin, dalam Patioran, 2012) mengatakan bahwa aktualisasi diri merupakan proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi-potensi psikologis yang unik.

Wanita karir yang mempunyai aktualisasi diri harus dapat membagi waktu yang baik dalam keluarga maupun pekerjaan.Hambatan terbesar perempuan yang menjalankan peran ganda adalah dalam hal pengaturan waktu. Sedyono & Hasibuan (Setyowati, 2003, dalam Diansari, 2006) mengemukakan bahwa salah satu tantangan terbesar bagi wanita karir adalah persepsi tentang kekurangan waktu, perasaan bahwa adanya perbedaan yang sangat besar antara waktu yang dimiliki dengan jumlah tugas yang harus dikerjakan.


(49)

32

D. Kerangka Berpikir

Peran sebagai Ibu Rumah Tangga Peran sebagai Wanita Karir

Mengurus rumah tangga PotensiKonflik Peran Mengurus Pekerjaan

Time Based Conflict Behaviour Based Conflict

Strain Based Conflict

Cara Mencapai Aktualisasi Diri

Kemauan untuk berubah Mempunyai rasa tanggungjawab

Mempunyai motivasi

Pengalaman yang jujur dan langsung Bersiap untuk bersikap beda

Melibatkan diri Menilai kemajuan diri


(50)

33

BAB III

Metode Penelitian

A. Paradigma Penelitian Kualitatif

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif untuk menghasilkan dan pengolahan data yang sifatnya deskriptif, seperti transkip wawancara dan perilaku-perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif adalah proses pencarian data untuk memahami masalah sosial yang didasari pada penelitian yang menyeluruh dibentuk oleh kata-kata, dan diperoleh dari situasi yang alamiah.

Penelitian kualitatif didefinisikan secara beragam sesuai dengan sudut pandang yang dipakai oleh para ahli. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati. Definisi tersebut lebih menitikberatkan pada jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian yakni data deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif dan berupaya menggali makna dari suatu fenomena. Hal ini hampir sama denga yang dikatakan Matthew B. Milees dan A. Michael hubertman (Ghony & Almanshur, 2012:13, dalam Pika dkk, 2009) yang mengatakan bahwa penelitian kualitatif lebih menekankan aspek proses mendapatkan data melalui kontak secara intensif dalam situasi sosial.


(51)

34

Pada penelitian kualitatif, peneliti berusaha memahami subjek dari kerangka berpikirnya sendiri. Dengan demikian, yang penting adalah pengalaman, pendapat, perasaan dan pengetahuan partisipan (Poerwandari, 2005). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktualisasi diri pada wanita karir yang mengurus rumah tangga. Penelitiakan menggali penghayatan subjek terhadap usahanya dalam menjalankanproses aktualisasi diri yang sesungguhnya. Menurut Poerwandari (2005) untuk mendapatkan pemahaman mendalam dan khususnya atas suatu fenomena serta untuk memahami manusia dalam segalakompleksitasnya sebagai makhluk yang subjektif, maka pendekatan kulitatif adalah pendekatan yang paling sesuai untuk digunakan. Metode yang digunakan dalam pendekatan ini tidak kaku. Penelitian kualitatif sifatnya fleksibel, dalam arti kesesuaiannya tergantung dari tujuan setiap penelitian. Walaupun demikian selalu ada pedoman untuk diikuti, tapi bukan aturan yang mati (Cassel &Symon, 1994:Strauss, 1987:Taylor & Bogdan, 1984 dalam Pika dkk, 2009).

Penelitian ini akan menggunakan pendekatanfenomenologis untuk mengetahui aktualisasi diri dengan menggali penghayatan subjek terhadap usahanya sendiri agar memperoleh aktualisasi dirinya. Hal ini dikarenakan fenomenologis merupakan suatumetode atau pendekatan untuk mendeskripsikan gejala sebagaimana gejala itu menampakkan dirinya pada pengamat. Gejala yang dimaksud adalah baik gejala yang secara langsung bisa diamati oleh panca indera (gejala eksternal), maupun gejala


(52)

35

yang hanya bisa dialami, dirasakan, atau dipikirkan oleh pengamat, tanpa ada referensi empirisnya atau gejala internal (dalam Pika dkk, 2009). Fenomenologi berupaya menjelaskan situasi yang dialami pribadi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, fenomenologi mencari makna-makna psikologis yang membentuk gejala melalui investigasi dan analisis contoh-contoh gejala yang dialami dalam konteks kehidupan para partisipan (Smith, 2013).

B. Subyek Penelitian 1. Populasi

Populasi merupakan sejumlah individu yang paling sedilit mempunyai satu ciri atau sifat yang sama (Hadi, 1990, h.62 dalam Pika dkk, 2009). Populasi ini kemudian diambil contoh atau sampel yang diharapkan dapat mewakili populasi. Pada penelitian ini, peneliti mengambil populasi para wanita karir yang mengurus rumah tangga. Adapun kriteria-kriteria subyek adalah sebagai berikut:

a. Ibu yang berusia 24 sampai 55 tahun, karenabiasanya pada usia itu mereka sudah memilikianak dan sudah mulai memiliki posisi kariryang cukup baik.

b. Memiliki minimal 1 orang anak, karena dengan adanya 1 orang anak atau lebih akan membuat ibu harus lebih memperhatikan dan meluangkan waktu untuk mengurus anak.


(53)

36

c. Memiliki jam kerja minima 7-8 jam setiap harinya selama 5 atau 6 hari dalam 1 minggu karenakebanyakan perusahaan swasta memiliki aturanwaktu kerja 8 jam per hari.

d. Masih memiliki suami, karena subyek yang dibutuhkanbukan ibu yang menjadi tulang punggungkeluarga melainkan hanya untuk membantuatau menambah perekonomian keluarga.

e. Berdomisli di Solo 2. Sampel

Dalam memperoleh subyek penelitian, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Purposivesampling adalah teknik pengambilan subjek yang didasarkan atas adanya tujuan tertentu dan kriteria tertentu (Herdiansyah, 2015). Teknik ini dilakukan karena beberapa pertimbangan yaitu keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak mengambil sampel yang besar dan jauh. Pengambilan sampel pada penelitian ini tidak dilakukan secara acak tetapi dipilih mengikuti kriteria tertentu dan kepada subyek juga ditanyakan mengenai kesediannya untuk menjadi subyek penelitian.

C. Metode Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulandata esensial dalam penelitian, apa lagi penelitian dengan pendekatan kualitatif (Poerwandari, 2005). Tujuan observasi adalah mendeskripsikan


(54)

37

settingyang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung,

orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yangterlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Penting untuk selalu diingat adalah peneliti yang baikakan melaporkan hasil observasinya secara deskriptif,tidak interpretative. Deskripsi harus memadai dalam detail dan ditulis sedemikian rupa untuk memungkinkan pembaca memvisualisasikan setting yang diamati.Peneliti melakukan observasi secaratertutup, observasi tertutup adalah observasi yang dilakukan tanpa diketahui oleh subyek dan dilakukan secara diam-diam. Hal ini dikarenakan bahwa manusia pada umumnya bertingkah laku berbeda bila tahu mereka diamati. Sebaliknya, individu yang tidak menyadari bahwa mereka diamati akan bertingkah laku biasa (tidak dibuat-buat atau disesuaikan dengan harapan sosial). Peneliti mencatat segala sesuatu yang dilakukan subjek yang dapat memberikan makna dan informasi.

Hal-hal yang perlu diobservasi dalam penelitian ini adalah:

a. Kesan umum terdiri dari kondisi fisik subyek serta lingkungan tempat subjek tinggal.

b. Kegiatan sehari-hari terdiri dari interaksi subyek dengan keluarga dan lingkungan kerja.


(55)

38

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dan tanya jawabyang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Poerwandari, 2005). Wawancara dalam penelitian ini merupakan wawancara secara mendalam yaitu, peneliti mengajukan pertanyaan mengenai berbagai segi kehidupan subyek secara urut dan mendalam. Wawancara kualitatif dilakukan untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subyektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut dan tidak dapat dilakukan melalui pendekatan lain (Poerwandari, 2005).

Wawancara dilakukan terhadap subjek penelitian dan significant

other (orang terdekat dan sekeliling subjek).Penulis akan menggunakan

wawancara semi terstruktur. Peneliti merancang serangkaian pertanyaan yang disusun dalam suatu daftar wawancara, akan tetapi daftar tersebut digunakan untuk menuntun dan bukan untuk mendikte wawancara tersebut. Wawancara semi terstruktur memfasilitasi terbentuknya hubungan atau empati, memungkinkan keluwesan yang lebih besar dalam peliputan dan memungkinkan wawancara untuk memasuki daerah-daerah baru, dan cenderung untuk menghasilkan data yang lebih subur (Smith, 2013: 76).


(56)

39

D. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh melalui wawancara mendalam, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga mudah dipahami dan hasil temuannya dapat disampaikan kepada orang lain (Sugiyono, 2010:88 dalam Pika, 2009). Definisi analisis data menurut Paton (dalam Pika dkk, 2009) adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.

Adapun proses analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara dan pengamatan yang sudah dituliskan. Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah, maka langkah selanjutnya ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-peryataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan. Satuan-satuan ini kemudian dikategorikan pada langlah berikutnya. Kategori-kategori ini dilakukan sambil membuat koding. Tahap akhir dari analisis ini ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data (Moleong, 2000.h.190 dalam Pika dkk, 2009)


(57)

40

E. Uji Kesahihan dan Keandalan data

Menurut Moleong (2000, h.188 dalam Pika dkk, 2009), pemeriksaan keabsahan data didasarkan pada kriteria tertentu. Kriteria itu terdiri atas derajat kepercayaan ( kredibilitas), keteralihan, ketergantungan dan kepastian. Masing-masing kriteria tersebut menggunakan teknik pemeriksaa sendiri-sendiri. Kriteria derajat kepercayaan datanya dilakukan dengan tehnik perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan, kecukupan refensial, kajian kasus negatif dan pengecekan anggota.Pada penelitian ini uji kesahihan dan keandalan data dilakukan dengan metode:

1. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam penelitian ini peneliti memakai data triangulation yaitu penggunaan lebih dari satu metode pengumpulan data dalam kasus tunggal yaitu wawancara dan observasi. Selain itu, peneliti menggunakan triangulasi sumber yaitu peneliti melakukan wawancara dengan orang yang berada di sekitar subjek dalam hal ini adalah suami subjek.Selain itu, peneliti menggunakan triangulasi waktu yaitu peneliti mengumpulkan data dengan melakukan lebih dari satu kali wawancara untuk mendapatkan data yang lebih banyak (Djamal, 2015).


(58)

41

Teknik pemeriksaan keabsahan data ini adalah untuk menyingkapkan kemencengan peneliti dan menelaah pengertian mendalam yang nantinya menjadi dasar bagi klarifikasi penafsiran serta untuk menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti. Diskusi analitik ini dimungkinkan dapat mengungkap segi-segi lainnya yang justru akan membongkar pemikiran peneliti.

F. Pedoman Wawancara 1. Identitas

- Identitas diri subyek (nama,alamat,usia,pekerjaan,lamanya bekerja,namasuami,pekerjaan suami,jumlah,nama, dan umur anak) 2. Faktor yang Mempengaruhi Aktualisasi Diri

-Apa alasan yang melatarbelakangi anda bekerja? 3. Ciri Aktualisasi Diri

-Menurut pandangan anda, bagaimanakah gambaran sosok wanita karir yang ideal? Bagaimana anda memandang diri anda?

-Menurut pandangan anda, bagaimana gambaran sosok ibu rumah tangga yang ideal? Bagaimana anda memandang diri anda? 4. Tingkat Kebutuhan Aktualisasi Diri

-Manfaat apa yang anda peroleh dengan bekerja? 5. Aspek-Aspek Konflik Pada Wanita Karir

- Bagaimana hubungan anda dengan keluarga? - Bagaimana hubungan anda dengan rekan kerja?


(59)

42

6. Work Family Conflict

- Apa saja hambatan yang anda alami ketika menjalankan peran sebagai wanita karir dan ibu rumah tangga?

7. Cara Mencapai Aktualisasi Diri

- Bagaimana cara anda mengembangkan potensi yang anda miliki ketika menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga dan wanita karir? - Apa harapan anda dalam menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga dan wanita karir?


(60)

43

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Persiapan Penelitian 1) Kesediaan Subjek

Persiapan penelitian dilakukan dengan berkunjung ke rumah, tempat kerja atau menelepon subjek untuk memohon kesediannya menjadi subjek penelitian.

2) Penyusunan Pedoman Observasi dan Wawancara

Pedoman observasi dan wawancara disusun dengan mengacu pada tinjauan pustaka. Adapun hal-hal yang menjadi fokus observasi adalah kondisi rumah subjek, penampilan fisik subjek, hubungan antara subjek dengan suami, hubungan subjek dengan anak-anaknya, dan hubungan subjek dengan teman subjek.

Dalam hal wawancara, hal-hal yang menjadi fokus wawancara adalah identitas subjek meliputi nama, alamat, usia, pekerjaan, lama bekerja, nama suami, pekerjaan suami, jumlah anak, motif bekerja, pandangan subjek tentang wanita karir yang ideal dan persepsi subjek terhadap dirinya sendiri, pandangan subjek terhadap ibu rumah tangga yang ideal dan persepsi terhadap dirinya, manfaat yang diperoleh dalam bekerja, proses aktualisasi diri pada subjek, hubungan dan dukungan subjek dengan keluarga, hubungan subjek dengan rekan kerja, dan hambatan yang dialami


(61)

44

subjek selama menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga dan ibu yang bekerja.

B. Pelaksanaan Penelitiaan

Pengumpulan data dilakukan pada 02 Agustus 2015 sampai 15 Desember 2015 dengan subjek sebanyak tiga orang. Data diperoleh dengan metode observasi dan wawancara. Wawancara dan observasi dilakukan beberapa kali sampai data yang dibutuhkan terpenuhi.

Selama proses wawancara, peneliti menggunakan alat bantu tape recorder, bolpoin dan kertas. Handphone digunakan untuk merekam setiap jawaban subjek. Sedangkan bolpoin dan kertas digunakan untuk mencatat hal-hal yang diperlukan peneliti sekaligus sebagai cadangan ketika handphonemengalami gangguan. Selain itu fungsi bolpoin dan kertas adalah untuk mencatat respon subjek ketika menjawab pertanyaan yang tidak didokumentasikan oleh handphone. Sebelum melakukan proses wawancara, peneliti terlebih dahulu meminta ijin pada subjek untuk merekam hasil wawancara. Ada dua subjek yang merasa keberatan untuk direkam namun mereka berjanji akan menceritakannya secara berlahan-lahan. Terkadang diluar kontrol, subjek menceritakan dengan cepat namun subjek menyadari dan mau menceritakannya kembali. Adapun yang menolak untuk direkam adalah subjek satu dan dua. Mereka merasa tidak nyaman ketika pembicaraannya direkam karena tidak ingin kehidupannya dipublikasikan oleh banyak orang.


(62)

45

C. Hasil Penelitian 1. Kasus Subjek 1 a. Identitas subjek 1

Nama : ES

Alamat : Jalan Sungai Mahakam no 23, Lojiwetan, Solo. Usia : 45 tahun

Pekerjaan : Manager Perusahaan Lama bekerja : 15 tahun

Nama suami : HS

Pekerjaan suami : Manager Perusahaan Nama anak : Dion ( 15 tahun)

Sarah ( 11 tahun) b. Hasil observasi

Subjek mempunyai rumah sendiri di daerah Lojiwetan. daerah tersebut merupakan daerah yang mayoritas dihuni oleh orang keturunan tionghoa. Rumah subjek terlihat megah dengan pagar tinggi yang menutupi teras rumah. Di teras rumah, terdapat 2 mobil mewah yang terpakir rapi. Di bagian teras rumah, juga terlihat taman dengan berbagai macam tanaman dan bunga yang membuat suasana rumah terasa sejuk. Di dalam rumah terdapat sofa mewah, pigura, dan foto-foto keluarga.

Subjek mengenakan kaos dan celana panjang ketika wawancara berlangsung. Subjek mempunyai kulit yang putih,


(63)

46

rambut panjang, dan mempunyai badan yang kurus. Pada wawancara pertama, suami subjek menyambut peneliti dengan sangat baik. Bahkan suami subjek mengajak bicara pada peneliti mengenai urusan gereja. Ketika wawancara akan dimulai, suami subjek menawarkan peneliti untuk makan. Anak subjek yang perempuan tampak sedang bermain dengan temannya di depan rumah. Ketika bermain, sesekali mereka berteriak sehingga subjek pun menegur anaknya karena dianggap menganggu jalannya wawancara peneliti dengan subjek. Anaknya yang pertama tampak sedang bermain laptop di ruang keluarga. Terkadang anak laki-laki subjek memberikan senyuman pada peneliti.

Pada wawancara kedua, subjek tampak serius menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti. Ketika wawancara pertama, subjek tampak agak sungkan menjawab karena terganggu dengan keberadaan suami dan anaknya. Namun ketika wawancara kedua, subjek tampak santai namun tetap serius dalam menjawab pertanyaan. Subjek mengatakan suaminya baru berada di luar kota sedangkan anak laki-lakinya sedang berada di kamar dan anak perempuannya sedang ekstrakurikuler di sekolah. Subjek juga mengatakan kalau suaminya di rumah, subjek merasa tidak nyaman melakukan wawancara karena takut suaminya tersinggung dengan perkataannya ketika menjawab pertanyaan peneliti. Oleh sebab itu,


(64)

47

subjek mencari waktu yang tepat agar peneliti bisa melakukan wawancara dengan baik.

c. Hasil wawancara

Pengambilan data dilakukan dua kali yaitu pada kamistanggal 03 September 2015 dan Sabtu 10 Oktober 2015. Kedua wawancara dilakukan di rumah subjek di Jalan Sungai Mahakam no 23, Lojiwetan, Solo. Hasil wawancara subjek 1 sebagai berikut:

1) Latar belakang subjek

Subjek merupakan lulusan akademi perawat di universitas yang berada di kota Solo. Subjek mengatakan lulus pada tahun 1992 atau 1993. Ketika masih duduk di bangku sekolah menengah atas, subjek memulai karir dengan berjualan kripik dari rumah ke rumah. Namun ketika sudah lulus kuliah sebagai perawat, subjek bekerja di sebuah perusahaan yang beroperasi pada bidang kesehatan. Subjek mengatakan bahwa ia lahir dari keluarga yang sederhana namun karena subjek mempunyai niat untuk menjadi orang yang sukses maka ia selalu berusaha dengan cara bekerja ketika masih muda.

Subjek sendiri lahir di Karanganyar pada tanggal 08 Agustus 1970. Subjek merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Dua kakak subjek berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan adik subjek berjenis kelamin perempuan. Orangtua subjek telah meninggal beberapa tahun lalu. Subjek mengatakan


(65)

48

bahwa suaminya merupakan teman sejak SMA. Subjek menikah ketika telah beberapa tahun bekerja sebagai karyawan dari sebuah perusahaan. Subjek mengatakan tidak pernah berpindah-pindah perusahaan. Subjek mengatakan bahwa ia memulai karir dari bawah sampai sekarang menjabat sebagai manager perusahaan.

Subjek dapat membeli rumah bersama suaminya ketika sudah lima tahun bekerja. Rumah tersebut merupakan hasil kerja keras dirinya dengan suaminya. Sebelumnya subjek dan suaminya mengontrak rumah sederhana di kawasan Gandekan, Solo. Subjek mengatakan bahwa suami subjek dapat memahami karakter istrinya sehingga suami subjek memperbolehkan istrinya untuk bekerja. Subjek juga mengatakan hal itu sudah menjadi komitmen mereka dalam kehidupan rumah tangga. Suami subjek pernah mengatakan pada subjek bahwa dirinya boleh bekerja namun anak harus tetap terurus.

2) Motif Subjek Bekerja dan Aktualisasi Diri pada Subjek

Subjek bekerja sebagai manager perusahaan yang beroperasi di bidang kesehatan. Peran subjek adalah mengatur bawahan dan menjalin hubungan dengan rumah sakit maupun apotek. Subjek bekerja selama 8 jam dalam sehari. Subjek telah bekerja kurang lebih 15 tahun di perusahaan tersebut. Semenjak lulus kuliah, subjek tetap bekerja pada perusahaan yang sama. Hal tersebut dikarenakan subjek merasa nyaman dan cocok dengan


(66)

49

rekan kerjanya. Subjek mengatakan mendapat penghasilan lebih dari 5 juta setiap bulannya.

Subjek mempunyai pandangan bahwa wanita karir yang ideal itu adalah wanita yang dapat menikmati pekerjaannya dan dapat menikmati hasil dai pekerjaan itu sendiri. Subjek merasa selama ini telah menjadi wanita karir yang ideal walaupun sebenarnya ada beberapa hal yang membuat subjek merasa terganggu. Hal yang menganggu tersebut adalah ketika lembur, suami selalu menegur subjek agar tidak melupakan untuk mengurus anaknya. Anaknya bersekolah dengan menggunakan jasa antar jemput. Subjek merasa telah bisa mengembangkan semua potensi yang dimilikinya bahkan menurut subjek, ia selalu diberikan jalan dari Tuhan hingga ia dapat memperoleh jabatan sebagai manager perusahaan.

Dalam perannya sebagai ibu rumah tangga, biasanya subjek selalu memberikan perhatian penuh pada keluarganya saaat berada di rumah. Hal-hal seperti mencuci dan menyapu diserahkan kepada pembantu rumah tangganya. Namun terkadang subjek tetap memasak untuk keluarganya ketika ada waktu. Subjek mengakui terkadang perannya sebagai ibu rumah tangga menganggu dalam pekerjaan. Namun subjek menganggap itu sebagai masalah yang sudah jauh hari ia prediksi karena sebagai wanita karir pengaturan waktu menjadi sangat penting. Komitmen


(1)

No Verbatim Interpretasi Tema 1.

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

9. 10.

11.

12.

13.

14.

15. 16. 17. 18. 19.

Saya mulai ya tante Silahkan-silahkan

Apa profesi tante sekarang?

Guru matematika di SMA Kalam Kudus Tante lulusan mana?

Tante lulusan UGM

Sudah berapa lama tante bekerja? Maksudnya dari awal bekerja atau waktu saat jadi guru?

Dari awal bekerja tante?

Dulu waktu tante kuliah kan udah kerja, cari uang, ngelesi orang jadi ya dari umur 20 sampai sekarang

Apa yang melatarbelakangi tante bekerja?

Tante tu dasarnya suka ngajar anak, terus kalau lihat anak belajar serius-serius tu kadang tante ngerasa ga seneng aja, tante tu pengennya anak-anak belajarnya santai tapi materi yang dipelajari tetep masuk

Lalu apa yang membuat tante menjadi guru matematika sekarang?

Dari SD tu tante suka itung-itungan terus waktu SMP tante ketemu guru yang baik banget sama tante, dia kalau ngajar tu santai ya tante suka aja jadi guru matematika Berapa penghasilan tante sekarang? Kira-kira aja ya, ya mungkin 5 juta an Apa penghasilan tante itu cukup? Cukup apalagi tante kan buka les-lesan Menurut tante, wanita karir yang ideal itu seperti apa tante?

- Subjek bekerja sebagai guru matematika sejak kuliah karena subjek suka mengajar anak-anak. (7-12)

- Subjek menjadi guru matematika karena suka hitung-hitungan dan termotivasi dari guru SMPnya. (13-14)

- Subjek mempunyai penghasilan yang cukup. (15-18)

- Subjek beranggapan bahwa wanita karir

- Pengalaman yang jujur dan langsung - Kreatif

- Persepsi yang tepat terhadap realita - Memiliki motivasi hidup

- Kebutuhan jasmani tercukupi


(2)

20.

21. 22.

23.

24. 25. 26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33. 34.

ehm..idealnya ya wanitanya itu bisa jadi diri sendiri atau enggak

Maksudnya tante?

Orang bekerja kan harus sesuai kemampuan yang dipunya jadi kalau orang bekerja tapi ga sesuai yang diinginkan sama aja bohong. O gitu ya tante, kalau menurut tante, apakah tante sudah menjadi wanita karir yang ideal?

Tante ngerasanya sudah ya Kenapa tante?

Jadi guru matematika kan udah jadi

keinginan tante sejak kecil jadi tante ngerasa senang dengan pekerjaan tante sekarang. Lalu apakah tante dapat mengembangkan kemampuan tante secara maksimal saat bekerja?

Tante rasa sudah maksimal dalam kerja, tante juga menikmati pekerjaan tante Apa peran tante sebagai ibu rumah tangga?

Ya membantu anak belajar, masak, tapi tante tetep pake pembantu pocokan, sore pulang. Apa peran tante sebagai ibu rumah tangga menganggu tante saat bekerja ataupun sebaliknya peran tante sebagai guru menganggu tante saat menjadi ibu rumah tangga?

Dari segi waktu perlu diakui emang menganggu

Menganggunya gimana tante? Masalahnya di waktu, soalnya kadang sekolah ada rapat guru jadi pulangnya jadi

ideal adalah orang yang telah bekerja sesuai dengan kemampuannya. (19-22)

- Subjek merasa sudah menjadi wanita karir yang ideal karena subjek merasa senang dengan pekerjaannya. (23-26)

- Subjek merasa dapat mengembangkan potensinya secara maksimal (27-28)

- Subjek mempunyai pembantu rumah tangga untuk

mengurus rumah (29-30)

- Subjek merasa terganggu dengan kedua peran yang saling mengganggu terutama dalam pengaturan waktu (31-34)

- Memiliki sikap tanggungjawab - Fokus pada target pencapaian

- Kreatif

- Menilai kemajuan diri

- Adanya kemauan untuk berubah

- Bantuan pekerjaan rumah tangga - behaviour based conflict

- Tekanan karir dan keluarga

- Waktu untuk keluarga kurang - Time based conflict - Tekanan karir dan keluarga


(3)

35. 36.

37.

38.

39.

40.

41.

42. 43.

44.

45.

46.

47.

48.

molor

Dampaknya buat keluarga apa tante? Anak jadi sering ngeluh soalnya mamahnya pulangnya telat apalagi waktu ada pr

biasanya anak-anak tanya ke mamahnya semua.

Apakah suami tante mendukung tante dalam bekerja?

Suami sih mendukung aja kan sama-sama ngerti kesibukan jadi guru tu seperti apa, udah diomongin juga jadi ga masalah. Kalau sikap anak tante gimana dengan tante bekerja sekarang ini?

Anak sih sebenernya dukung-dukung aja mungkin tantenya aja yang harus pinter bagi waktu

Jadi apakah tante merasa sudah dapat mengatur waktu dengan baik?

Tante rasa untuk sekarang belum ya Lalu bagaimana cara tante

mengatasinya?

anak mungkin diberi pengarahan kalau kerjaan mamahnya gini jadi ya anak harus ngerti juga

Apa manfaat yang tante peroleh dari bekerja?

Tante dapat kesenangan mengajar anak-anak apalagi kalau anaknya bener-bener punya niat belajar

Apakah tante ingin mencari jabatan yang lebih tinggi? Kepala sekolah mungkin? Ga ga, tante cukup jadi guru matematika aja udah seneng kok

- Anak subjek sering mengeluh karena subjek terlambat pulang ke rumah (35-36)

- Suami subjek mendukung subjek dalam bekerja (37-38)

- Anak subjek mendukung subjek dalam bekerja (39-40)

- Subjek merasa belum dapat mengatur waktu dengan baik (41-42)

- Subjek mendapat kesenangan dengan bekerja sebagai guru matematika (45-46)

- Subjek sudah cukup puas menjadi guru matematika (47-48)

- Masalah pengasuhan anak

- Time based conflict - Tekanan karir dan keluarga

- Hubungan sosial yang baik

- Demokratis

- Hubungan sosial yang baik

- Waktu untuk keluarga kurang - Kurang adanya kreativitas

- Time based conflict

- Fokus pada target pencapaian

- Memiliki sikap tanggung jawab

- Fokus pada target pencapaian

- Memiliki


(4)

49.

50.

51. 52.

53.

54.

55.

56.

57. 58. 59.

60.

61.

62.

Hambatan apa yang tante peroleh saat bekerja?

Hambatannya mungkin tuntutan pekerjaan semakin banyak, sekarang guru minimal harus S2 jadi mau nggak mau harus sekolah lagi

Lalu apakah tante sekolah lagi?

Tante pengennya ya sekolah lagi, tante rasa ga mungkin soalnya kalau S2 harus kuliah di jogja. Takutnya keluarga jadi nggak keurus mending tante ngelesi di rumah

Bagaimana hubungan tante dengan rekan kerja tante? Bisa dijelaskan?

Hubungannya baik, sekarang ini banyak guru baru jadi ya mungkin mereka yang baru penyesuaian.

Apakah tante pernah punya konflik dengan rekan kerja?

Konflik...konfliknya kebanyakan masalah beda pendapat aja

Lalu penanganannya gimana tante? Salah satu harus ada yg ngalah gitu aja Apa masalah tante dalam keluarga

pernah mengganggu tante dalam bekerja? Ehm..tante pernah kepikiran waktu anak tante sakit , waktu itu tante jaga ujian jadi mau nggak mau tante harus ninggal anak Bagaimana perasaan tante ketika tau anak tante sakit tapi tante ga bisa ninggalin pekerjaan tante?

Tante bingung, kemrungsung tapi untung waktu itu anak tante dah agak baikan jadi tante nggak begitu panik

- Subjek mempunyai tuntutan pekerjaan yang banyak (49-50)

- Subjek memilih tidak mengambil S2 demi mengurus keluarga (51-52)

- Subjek mempunyai hubungan baik dengan rekan kerja (53-54)

- Subjek mempunyai konflik dalam hal beda pendapat namun diatasi dengan cara mengalah (55-58)

- Subjek mempunyai masalah keluarga yang menganggunya saat bekerja (59-60)

- Subjek merasa bingung ketika

memilih keluarga atau pekerjaan (61-62)

- Tekanan karir dan keluarga

- Penentuan prioritas - Waktu untuk keluarga berkurang - Behaviour based conflict

- Hubungan sosial yang baik

- Dapat menerima diri sendiri dan orang lain dengan baik

- Strain based conflict - Penentuan prioritas - Masalah pengasuhan anak

- Penentuan priortas - Strain based conflict - Masalah pengasuhan anak

- Tekanan karir dan keluarga


(5)

63.

64. 65. 66.

67. 68.

69.

70. 71.

72.

73. 74.

75.

76.

Apa tante merasa sudah menjadi ibu rumah tangga yang ideal?

tante ngerasa belum ideal Kenapa tante?

Tante ngerasa belum kasih waktu anak, suami pernah negur tante kalau bisa les-lesannya dikurangi jadi biar ada waktu buat anak

Apa motivasi tante dalam bekerja? Motivasinya ya seneng aja bisa ngajar anak-anak SMA

Kira-kira sampai kapan tante akan bekerja?

Masih belum tahu kalau itu

Bagaimana perasaan tante sudah bekerja selama ini?

Tante menikmati pekerjaan tante, tante senang-senang aja

Apa sih harapan tante?

Tante berharap pekerjaan sama anak-anak tante sama-sama suksesnya

Aminn, wawancara sudah selesai tante, terimakasih banyak buat waktunya. Sama-sama, lain kali mampir sekolah chris.

- Subjek merasa belum menjadi ibu rumah tangga yang ideal karena subjek kurang ada waktu untuk keluarga (63-66)

- Subjek mempunyai kesenangan dalam mengajar (67-68) - Subjek belum tahu sampai kapan akan bekerja (69-70) - Subjek menikmati pekerjaan yang ia tekuni (71-72)

-Subjek berharap pekerjaan dan anak-anaknya sukses (73-74)

- Waktu untuk keluarga sedikit -Komunikasi dan interaksi dengan keluarga kurang

- Fokus pada target pencapaian

- Memiliki tanggungjawab

- Fokus pada target pencapaian

- Memiliki tanggungjawab

- Adanya kemauan untuk berubah


(6)

118 INFORMED CONCENT

Pada kesempatan ini, saya mahasiswa psikologi yang akan menyelesaikan tugas akhir memohon bantuan dan kesediaan saudara untuk berpartisipasi menjadi partisipan dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menggali bagaimana anda dapat mengaktualisasikan diri anda sebagai wanita karir yang mengurus rumah tangga. Beberapa informasi ini dibuat untuk membantu anda mengetahui potensi-potensi yang dimiliki saudara sudah berjalan secara optimal atau tidak.

Anda terpilih dalam penelitian ini karena memenuhi beberapa kriteria yaitu berusia 24-55 tahun, memiliki minimal 1 anak, memiliki jam kerja 7-8 jam, masih mempunyai suami, dan berdomisili di Solo.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara. Peneliti akan meminta anda menjawab pertanyaan terkait dengan pengalaman anda. Anda mungkin perlu mengingat-ingat kembali pengalaman-pengalaman terdahulu sehingga anda mungkin akan mengalami emosi atau perasaan tidak enak. Oleh karena itu, anda berhak memutuskan untuk mundur dalam penelitian ini. Wawancara nanti akan meminta persetujuan anda untuk direkam. Namun apabila anda tidak bersedia direkam maka peneliti berharap anda dapat berbicara secara perlahan. Dalam prosesnya wawancara berlangsung selama 30-45 menit. Peneliti sangat fleksibel terhadap kesediaan waktu anda.

Kerahasiaan data akan dilindungi dan terjamin, peneliti tidak akan membagikan hasil pengumpulan data kepada siapapun kecuali dosen pembimbing peneliti. Nama anda akan dirahasiakan dengan menggunakan inisial. Anda berhak untuk mempertanyakan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini sebelum berpartisipasi.

Keuntungan yang anda peroleh dalam penelitian ini adalah anda dapat mengetahui seberapa besar potensi-potensi anda dalam menjalankan peran sebagai wanita karir dan ibu rumah tangga.

Anda secara sukarela membuat keputusan untuk berpatisipasi dalam penelitian ini, tanda tangan anda menyatakan bahwa anda telah memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini namun tidak mengikat keberadaan anda untuk tetap menjadi subjek penelitian hingga penelitian berakhir.

Partisipasi peneliti Peneliti