PENGANTAR Hukum Pidana Adat Dalam Pembentukan Hukum Pidana Nasional.

1 HUKUM PIDANA ADAT DALAM PEMBENTUKAN HUKUM PIDANA NASIONAL Dr. I GUSTI KETUT ARIAWAN, S.H., M.H. FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA 1

1. PENGANTAR

Dampak globalisasi dan reformasi yang semakin tajam berakibat makin sulitnya menentukan arah tatanan dunia baru yang akan terbentuk. Di beberapa belahan dunia, telah terjadi transformasi budaya yang semakin kompleks, tetapi di beberapa tempat justru telah terjadi kesenjangan budaya cultural lag. Pada akhirnya, hampir semua negara menyadari bahwa jika hanyut pada arus yang demikian, suatu bangsa niscaya akan hidup tanpa arah dan tujuan yang pasti. Dari kenyataan ini, muncul dan mulailah dikembangkan konsep „back to basic‟ atau menggali dan mengenal kembali identitas budaya sendiri 2 Dalam rangka pembangunan hukum di Indonesia, nampaknya konsep „back to basic‟ tidaklah dapat dikesampingkan karena antara hukum dan budaya merupakan dua variabel yang mempunyai hubungan korelatif, dalam artian antara hukum dan budaya merupakan dua variabel yang saling pengaruh mempengaruhi. Mencari hubungan di antara keduanya, akan melahirkan dua perspektif kajian. Dalam perspektif pertama, dapat ditempatkan hukum mempengaruhi budaya. Lewat kajian ini, budaya ditempatkan sebagai variabel terikat, di mana hukum dapat memberikan arah dalam perkembangan budaya sehingga budaya terikat pada 1 Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional “Sanksi Pidana Adat dalam Pembaharuan Hukum Pidana Nasional”, Fakultas Dharma Duta Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar”, tanggal 9 Oktober 2015. 2 Lihat Soedjatmoko 1986. Pembangunan Sebagai Proses Belajar dalam Masalah Sosial Budaya Tahun 2000,Yogyakarta : Tiara Wacana, hal. 4 - 7 2 pola yang digariskan oleh hukum. Sebaliknya, dalam perspektif yang kedua, hukum ditempatkan pada posisi variabel yang tidak terikat. Dalam kajian yang demikian budaya menentukan arah kebijakan hukum. Hukum di sini terikat pada format yang telah digariskan oleh budaya. Oleh karena itu, jelas bahwa hukum yang dihasilkan adalah hukum yang lahir dari jelmaan budayanya. Pola pengembangan budaya dan hukum untuk menghindarkan adanya dekulturasi ataupun dehumanisasi serta terciptanya produk hukum yang sesuai dengan sistem nilai budaya, strateginya telah digariskan secara konseptual dalam GBHN tahun 1993, yaitu Tap MPR No. IIMPR1993. Dalam kebijakan pembangunan lima tahun keenam, khususnya bidang hukum yang dalam garis besarnya dapat dijabarkan ke dalam 6 pokok pikiran sebagai berikut : 1. Materi hukum meliputi aturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang berlaku dalam penyelenggaraan segenap dimensi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, bersifat mengikat bagi semua penduduk. 2. Pembangunan materi hukum diarahkan pada terwujudnya sistem hukum nasional yang mengabdi kepada kepentingan nasional, yang bersumber pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. 3. Pembangunan materi hukum dilaksanakan melalui penataan pola pikir yang mendasari sistem hukum nasional, penyusunan kerangka sistem hukum nasional, serta penginventarisasian dan penyusunan unsur-unsur tatanan hukum yang berlaku dengan sistem hukum nasional. 4. Perencanaan hukum harus dilaksanakan secara terpadu dan meliputi semua bidang pembangunan agar produk hukum yang dihasilkan dapat memenuhi kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara dalam segala aspeknya. 5. Dalam pembentukan hukum perlu diindahkan : 3 a. ketentuan yang memenuhi nilai filosofis yang berintikan rasa keadilan dan kebenaran, nilai sosiologis yang sesuai dengan tata nilai budaya yang berlaku di dalam masyarakat, dan nilai yuridis yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. produk hukum kolonial harus diganti dengan produk hukum yang dijiwai dan bersumber pada Pancasila dan UUD 1945; dan c. pembentukan hukum pada umumnya perlu didukung oleh penelitian dan pengembangan hukum, serta ditunjang oleh sistem jaringan dokumentasi dan informasi hukum yang mantap. 6. Penelitian dan pengembangan hukum serta ilmu hukum dilaksanakan secara terpadu yang meliputi semua aspek kehidupan dan terus ditingkatkan agar hukum nasional senentiasa dapat menunjang dan mengikuti dinamika pembangunan sesuai dengan perkembangan aspirasi masyarakat, serta kebutuhan masa kini dan masa depan. Strategi yang digariskan secara konseptual dalam GBHN tersebut di atas, merupakan kelanjutan strategi pembangunan hukum yang telah pula digariskan dalam GBHN sebelumnya.

2. KONSEP PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA