BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Fungsionalisme Struktural
Teori Fungsionalisme struktural jika dilihat dari etimologinya terdiri dari fungsifungsional yang berarti penggunaan sesuatu hal dengan imbuhan -isme faham
mengenai penggunaan atas sesuatu hal, dan struktural berkenaan dengan struktur berarti susunan atau bangunan yang disusun dengan pola tertentu. Teori fungsionalisme pertama kali
dikembangkan dan dipopulerkan oleh Talcott Parsons. Talcott Parsons adalah seorang sosiolog yang lahir pada tahun 1902 di Colorado, Amerika Serikat. Dia lahir dalam sebuah
keluarga yang memiliki latar belakang yang saleh dan intelek. Ayahnya adalah seorang pendeta gereja Kongregasional, seorang profesor dan presiden dari sebuah kampus
kecil. Parsons mendapat gelar sarjana dari Amherst College tahun 1924 dan melanjutkan kuliah pasca sarjana di London School of Economics. Pada tahun berikutnya, dia pindah
ke Heidelberg, Jerman. Max Weber menghabiskan sebagian kariernya di Heidelberg, dan meski dia wafat lima tahun sebelum kedatangan Parsons, Weber tetap meninggalkan
pengaruh mendalam terhadap kampus tersebut dan jandanya meneruskan pertemuan- pertemuan di rumahnya, yang juga diikuti oleh Parsons.
Parsons sangat dipengaruhi oleh karya Weber dan sebagian disertasi doktoralnya di Heidelberg membahas karya Weber. Talcott Parsons adalah seorang sosiolog kontemporer
yang menggunakan pendekatan fungsional dalam melihat masyarakat, baik yang menyangkut fungsi dan prosesnya. Pendekatannya selain diwarnai oleh adanya keteraturan
masyarakat yang di Amerika juga dipengaruhi oleh pemikiran Max Weber, Auguste Comte, Emile Durkheim dan Vilfredo Pareto. Hal tesebutlah yang menyebabkan teori Struktural
Fungsional Talcott Parsons bersifat kompleks.
Universitas Sumatera Utara
A. Konsep Pemikiran Teori Fungsionalisme Struktural
Teori Fungsionalisme Struktural dipengaruhi oleh adanya asumsi kesamaan antara kehidupan organisme biologis dengan struktur sosial tentang adanya keteraturan dan
keseimbangan dalam masyarakat. Asumsi dasar dari Teori Fungsionalisme Struktural, yaitu bahwa masyarakat terintegrasi atas dasar kesepakatan dari para anggotanya akan nilai-nilai
kemasyarakatan tertentu yang mempunyai kemampuan mengatasi perbedaan-perbedaan sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu sistem yang secara fungsional
terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Dengan demikian masyarakat merupakan kumpulan sistem-sistem sosial yang satu sama lain berhubungan dan saling ketergantungan.
B. Tindakan Sosial dan Orientasi Subjektif Teori Fungsionalisme Struktural yang dibangun Talcott Parsons dan dipengaruhi oleh
para sosiolog Eropa menyebabkan teorinya itu bersifat empiris, positivistis dan ideal. Pandangannya tentang tindakan manusia itu bersifat voluntaristik, artinya karena tindakan itu
didasarkan pada dorongan kemauan, dengan mengindahkan nilai, ide dan norma yang disepakati. Tindakan individu manusia memiliki kebebasan untuk memilih sarana alat dan
tujuan yang akan dicapai itu dipengaruhi oleh lingkungan atau kondisi-kondisi, dan apa yang dipilih tersebut dikendalikan oleh nilai dan norma.
Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons, yaitu bahwa tindakan individu manusia itu diarahkan pada tujuan. Di samping itu, tindakan itu terjadi pada suatu kondisi yang
unsurnya sudah pasti, sedang unsur-unsur lainnya digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Selain itu, secara normatif tindakan tersebut diatur berkenaan dengan penentuan alat
dan tujuan. Atau dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa tindakan itu dipandang sebagai kenyataan sosial yang terkecil dan mendasar, yang unsur-unsurnya berupa alat, tujuan,
situasi, dan norma.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, dalam tindakan tersebut dapat digambarkan yaitu individu sebagai pelaku dengan alat yang ada akan mencapai tujuan dengan berbagai macam cara, yang juga
individu itu dipengaruhi oleh kondisi yang dapat membantu dalam memilih tujuan yang akan dicapai, dengan bimbingan nilai dan ide serta norma. Perlu diketahui bahwa selain hal-hal
tersebut di atas, tindakan individu manusia itu juga ditentukan oleh orientasi subjektifnya, yaitu berupa orientasi motivasional dan orientasi nilai. Perlu diketahui pula bahwa tindakan
individu tersebut dalam realisasinya dapat berbagai macam karena adanya unsur-unsur sebagaimana dikemukakan di atas.
C. Analisis Fungsional Struktural dan Diferensiasi Struktural Sebagaimana telah diuraikan bahwa Teori Fungsionalisme Struktural beranggapan
bahwa masyarakat itu merupakan sistem yang secara fungsional terintegrasi ke dalam bentuk keseimbangan. Talcott Parsons menyatakan bahwa yang menjadi persyaratan fungsional
dalam sistem di masyarakat dapat dianalisis, baik yang menyangkut struktur maupun tindakan sosial, adalah berupa perwujudan nilai dan penyesuaian dengan
lingkungan yang menuntut suatu konsekuensi adanya persyaratan fungsional. Perlu diketahui ada fungsi-fungsi tertentu yang harus dipenuhi agar ada kelestarian
sistem, yaitu adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi dan keadaan latent. Empat persyaratan fungsional yang mendasar tersebut berlaku untuk semua sistem yang ada. Berkenaan hal
tersebut di atas, empat fungsi tersebut terpatri secara kokoh dalam setiap dasar yang hidup pada seluruh tingkat organisme tingkat perkembangan evolusioner. Perlu diketahui bahwa
sekalipun sejak semula Talcott Parsons ingin membangun suatu teori yang besar, akan tetapi akhirnya mengarah pada suatu kecenderungan yang tidak sesuai dengan niatnya. Hal tersebut
karena adanya penemuan-penemuan mengenai hubungan-hubungan dan hal-hal baru, yaitu yang berupa perubahan perilaku pergeseran prinsip keseimbangan yang bersifat dinamis yang
Universitas Sumatera Utara
menunjuk pada sibernetika teori sistem yang umum. Dalam hal ini, dinyatakan bahwa perkembangan masyarakat itu melewati empat proses perubahan struktural, yaitu
pembaharuan yang mengarah pada penyesuaian evolusinya Talcott Parsons menghubungkannya dengan empat persyaratan fungsional di atas untuk menganalisis proses
perubahan.
D. Relevansi Teori Fungsionalisme Struktural Terhadap Fenomena Tawuran Antar
Mahasiswa Berangkat dari asumsi dasar bahwa mahasiswapelajar sebagai masyarakat yang
terintegrasi atas dasar kesepakatan, akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu yang mempunyai kemampuan mengatasi perbedaan-perbedaan sehingga para mahasiswa tersebut dipandang
sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Dengan demikian para mahasiswa merupakan kumpulan sistem-sistem sosial yang satu sama lain
berhubungan dan saling ketergantungan. Ini menjelaskan bahwa ketika telah disepakati sebagai seorang peserta didik
mahasiswa dengan berbagai hal yang terkait seperti mengenai hak dan kewajiban siswa sebagai kaum terdidik ialah merasa bersatu antara satu dengan yang lainnya, saling
berhubungan dan saling ketergantungan. Hendaknya dari sudut pandang teori ini mampu mencapai tujuan yakni menciptakan kultur persatuan dan kebersamaan, tidak malah saling
menyerang, menyalahkan dan terjadi perpecahan.
E. Analisis Teori Fungsionalisme Struktural Terhadap Fenomena Tawuran Antar Mahasiswa Tawuran yang terjadi antar mahasiswa ini dapat dianalisis melalui struktur dan
tindakan. Ini melalui perwujudan nilai dan penyesuaian dengan lingkungan yang melibatkan persyaratan fungsional tersebut. Berdasarkan teori ini hendaknya terjadi suatu kesadaran
Universitas Sumatera Utara
diantara pelajar karena berdasarkan ide dan nilai norma-norma untuk mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya tindakan terjadi dengan kondisi yang unsurnya sudah pasti. Tawuran
sebagai tindakan pada suatu kondisi yang mungkin unsur-unsur yang terdapat diantara alat, tujuan, situasi, dan norma ada yang tidak benar salah. Dalam kejadiannya individu
mahasiswa tidak hanya dipengaruhi oleh unsur tersebut namun juga oleh orientasi subjektifnya masing-masing.
Teori fungsional struktural secara ideal menganggap organisasi biologis dan struktural sosial merupakan sebuah asumsi yang sama saling berhubungan dan saling ketergantungan
serta terintegrasi berdasarkan, ide, nilai dan norma yang dipengaruhi oleh fungsi dan syarat dalam mencapai tujuan yang disepakati yaitu kesadaran dan kebersamaan dalam masyarakat.
Terjadinya tawuran merupakan sebuah tindakan menyimpang karena individu maupun kelompok lupa atau tidak menyadari terhadap fungsi yang telah disepakatinya sebagai
mahasiswa dalam mengindahkan nilai, ide dan norma yang disepakati. Hal ini dapat dipengaruhi oleh unsur tindakan yang menyeleweng atau dari diri orientasi subjektifnya
sendiri.
2.2 Kelompok Sosial