PENUTUP PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA ILLEGAL LOGGING.

xiii

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ....................................................................................... 5.2 Saran ............................................................................................. DAFTAR BACAAN xiv ABSTRACT Illegal logging is a crime against the forests that adverse the country, not only economically but also socially and environmentally. But in Indonesia theres no regulation on criminal act of illegal logging so that the criminal is very difficult to prove and often in the cas the solution is not on the right target. Usually, the ones who get punished for the crime are not the intellectual actors but the regular actors such as a longer, a drive, or a ship captain who runs a vehicle. Where as in practice, the real actors behind the crime is a corporate law or a legal entity. The corporations invelopment as a subject of a criminal law in a crime of illegal logging is very difficult to prove since Criminal Code does not list a corporation as a legal subject, so this scientific writing used a normative legal research. This study started because there is a discrepancy of legal norms, specifically there is a vague or unclear norms. Until now, the law is used as a legal basis for the crime of illegal logging has not been able to give a legal certainty to impose a criminal sanctions on corporation as the illegal logger, in fact there is many specific definition for illegal logging it self. Yet this definition is very important to provide restrictions to measure wich actions is include as a illegal logging. There are two legal approaches used on this scientific writings, they are the statute approach and legal concepts analysis approach. The regulation that used on this scientific writings is Regulation Number 41 of 1999 concerning Forestry. A side from Regulation concerning Forestry, corporate crime in illegal logging can be connected to the regulation beside the Criminal Code, including Regulation Number 23 of 1997 concerning Environmental Management, Regulation Number 51 of 1990 concerning Conservation of Natural Resources and Ecosystem, and Government Regulation Number 28 of 1985 concerning Protection of Forests. From all those regulations used as a reference for the crime of illegal logging , none of them is able to give and legal certainly for corporates responsibility in the crime of illegal logging, so the government makes an effort to make a Draft of Criminal Code to include corporations as a subject of law. There are four kinds of corporates responsibility such as : the corporate board as a manager and founder who held responsible; the corporation as a founder and a manager who held responsible; the corporation as a founder who also held responsible; and the board and the corporation as a criminal and both is responsible for the crime. Keywords : illegal logging, criminal liability, corporate 15 ABSTRAK Pembalakan liar atau penebangan liar illegal logging adalah tindak kejahatan terhadap hutan yang merugikan negara, tidak hanya secara ekonomi tetapi juga secara sosial dan lingkungan. Namun di Indonesia belum ada pengaturan mengenai tindak pidana illegal logging sehingga pelakunya masih sangat sulit untuk dibuktikan dan acapkali pada kasus yang terjadi penyelesaiannya tidak tepat sasaran. Biasanya yang diberikan sanksi pidana bukanlah actor intelektualnya melainkan hanya pelaku biasa seperti penebang kayu, pengemudi, atau nahkoda kapal yang menjalankan kendaraan. Padahal dalam praktiknya, yang menjadi aktor adalah sebuah korporasibadan hukum. Keterlibatan korporasi sebagai subjek hukum pidana dalam tindak pidana illegal logging sangat sulit dibuktikan mengingat bahwa KUHP Indonesia tidak mencantumkan korporasi sebagai subjek hukum, sehingga dalam penulisan karya ilmiah ini digunakan penelitian hukum normatif. Penelitian ini dimulai dengan adanya kesenjangan norma hukum, yakni terdapat norma yang kabur atau tidak jelas. Sampai saat ini Undang-Undang yang digunakan sebagai dasar hukum dalam tindak pidana illegal logging belum mampu memberikan kepastian hukum atas sanksi pidana yang dijatuhkan pada korporasi sebagai pelaku illegal logging bahkan belum ada definsi khusus mengenai illegal logging itu sendiri. Padahal pengertian ini sangat penting untuk memberikan batasan terhadap tindakan-tindakan apa yang termasuk dalam lingkup illegal logging. Jenis pendekatan yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah pendekatan Perundang-Undangan dan Pendekatan Analisis Konsep Hukum. Undang- Undang yang digunakan dalam mengkaji penulisan karya ilmiah ini yakni mengacu pada Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Selain mengacu pada Undang-Undang Kehutanan, kejahatan korporasi dalam tindak pidana illegal logging juga bisa dikaitkan dalam perundang-undangan diluar KUHP, diantaranya adalah Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya, Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1985 Tentang Perlindungan Hutan. Dari sekian perundang-undangan yang digunakan sebagai acuan tekait illegal logging, tidak satupun yang bisa memberikan kepastian hukum terhadap pertanggungjawaban korporasi dalam tindak pidana illegal logging, sehingga pemerintah melakukan upaya dalam Rancangan Undang-Undang KUHP untuk mencantumkan korporasi sebagai subjek hukum. Ada 4 model pertanggungjawaban korporasi, yaitu : pengurus korporasi sebagai pengurus dan pembuatlah yang bertanggungjawab; korporasi sebagai pembuat dan pengurus yang bertanggungjawab; korporasi sebagai pembuat dan juga sebagai yang bertanggungjawab; dan pengurus dan korporasi sebagai pelaku tindak pidana dan keduanya pula yang harus bertanggungjawab. Kata Kunci: illegal logging, pertanggungjawaban pidana, korporasi

BAB I PENDAHULUAN