dijatuhkan pada korporasi sebagai pelaku illegal logging bahkan belum ada definisi khusus mengenai illegal logging itu sendiri. Padahal pengertian ini sangat penting untuk memberikan
batasan terhadap tindakan-tindakan apa yang termasuk dalam lingkup illegal logging. Praktik illegal logging biasanya dikaitkan dengan UU Kehutanan, namun kelemahan Undang-Undang
tersebut yakni tidak menyebutkan korporasi sebagai subjek hukum melainkan hanya perseorangan.
b. Jenis Pendekatan
Dalam penelitian ini, jenis pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan Perundang- Undangan The Statute Approach dan Pendekatan Analisis Konsep Hukum Analitical
Conseptual Approach. Pendekatan Perundang-Undangan digunakan dengan mengumpulkan peraturan
Perundang-Undangan yang
menjadi fokus
penelitian. Selanjutnya
akan diklasifikasikan berdasarkan kronologis dari bagian-bagian yang diatur oleh peraturan tersebut,
kemudian akan dianalisis dengan menggunakan pengertian-pengertian dasar dari sistem hukum, yang mencakup : subjek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukum dan
objek hukum. Hal yang dianalisis hanyalah pasal-pasal yang isinya mengandung kaidah hukum, kemudian dilakukan konstruksi dengan caramemasukkanpasal-pasaltertentukedalamkategori-
kategoriberdasarkan pengertian dasar dari sistem hukum tersebut.
18
Sedangkan pendekatan konsep dilakukan dengan cara mengutip pendapat para sarjana yang terdapat dalam buku-buku
atau literatur penunjang yang digunakan dalam penelitian ini.
c. Bahan Hukum
Data yang diperoleh dan diolah dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari narasumber kepustakaan, terdiri dari :
18
Ibid. hlm.128.
a. Bahan hukum
primer, yaitu
bahan hukum
yang bersifat
autoritatif artinyamempunyaiotoritas.
19
Penelitianinimengkajiketentuan Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya, Peraturan Pemerintah No. 28
Tahun 1985 Tentang Perlindungan Hutan, serta Kitab Undang-Undang Hukum PidanaKUHPdalamhalpemberantasantindakpidanaillegal logging.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi, meliputi:
- buku-buku hukum atau literatur penunjang yang menjelaskan mengenai tindak pidana illegal logging, literatur mengenai kehutanan, literatur mengenai tindak
pidana khusus dan lainnya berkaitan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas.
- Pendapat dan tulisan para sarjana atau para ahli hukum yang termuat dalam media massa berupa karya tulis maupun jurnal hukum berkaitan dengan pokok
permasalahan yang akan dibahas. - Kamus hukum.
- Internet. c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum lainnya, yaitu RUU KUHP Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana.
19
Ibid.
d. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara menggali kerangka normatif melakukan kajian terhadap perundang-undangan menggunakan bahan hukum sebagai
penunjang yang membahas teori-teori hukum terkait dengan permasalahan yang ada dengan cara membaca, meneliti dan mencatat.
e.Teknik Analisis
Pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif, yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum untuk permasalahan yang bersifat konkret yang sedang
dihadapi. Selanjutnya bahan hukum yang telah ada akan dianalisis untuk melihat bagaimana ketentuan hukum yang digunakantersebut mengatur mengenai tindak pidana illegal logging serta
bagaimana pengaturan maupun pemidanaannya apabila subjek hukum yang melakukan perbuatan hukum tersebut bukanlah perseorangan melainkan atas nama korporasi, sehingga
dapat membantu untuk menjadi acuan dan bahan pertimbangan hukum guna memberikan solusi bagaimana seharusnya ketentuan hukum di Indonesia terkait illegal logging dapat menjamin
suatu ketertiban.
BAB II TINJAUAN UMUMTENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI