bahwa seni rupa modern dan kontemporer sebagian besar dikembangkan dan diperkenalkan oleh seniman akademis, terutama pada gelombang seni rupa
kontemporer yang diserap baik oleh perupa asal Bali yang merantau ilmu seni di Yogyakarta.
Udiantara memiliki latar belakang kebudayaan Bali dan mengalami pergaulan yang cukup lama dengan masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya yang
membuatnya menyerap berbagai nilai dan keadaan demi proses mencipta karya seni. Menurut Ganda 2003:26 bahwa faktor latar belakang sosial budaya, tingkat
pendidikan, kepentingan interest menentukan seseorang dalam memiliki pandangan terhadap seni. Budaya hindu Bali, pendidikan seni sejak SMK sampai
perguruan tinggi di ISI ikut mempengaruhi pandangan Udiantara terhadap seni.
D. Proses Berkesenian I Gusti Ngurah Udiantara
I Gusti Ngurah Udiantara mulai membangun karir sebagai seniman setelah menyelesaikan pendidikan di ISI tahun 1996. Hal tersebut dapat dilihat
berdasarkan periode lukisannya dengan tema yang konsisten. Tiap tema yang dipilih dengan menggali ide dan konsep sampai periode waktu tertentu, setelah itu
Udiantara mengembangkan tema lain dengan merespon kejadian-kejadian di lingkungannya. Proses berkesenian berdasarkan tema lukisan diantaranya seni
lukis non representatif yaitu abstrak ekspresionis tahun 1996-1998 dan seni lukis representasional yang terdiri dari figuratif 1998-2004, realis tema lingkungan
2004-2006, realis tema kecantikan dengan objek sampah 2007 dan realis tema kecantikan dengan melukiskan kolase kertas dan objek wanita sampai tahun 2014.
1. Seni Lukis Non Representasional Abstrak Ekspresionis
Berikut adalah salah satu contoh karya lukis non representasional abstrak Ekspresionis karya I Gusti Ngurah Udiantara.
Gambar III:
Lukisan Abstrak “Pembentukan Jagad Raya”, Akrilik di Atas Kanvas, 150 cm x 110 cm, 1998. Sumber Dokumen Pribadi Seniman
Karya seni lukis gambar I di atas apabila dilihat dari judulnya, berhubungan dengan pemahaman I Gusti Ngurah Udiantara mengenai agamanya.
Nama Gusti Ngurah menurut kasta budaya Bali menunjukan kekerabatan pedande pendetarohaniawan. I Gusti Ngurah Udiantara memilih judul seperti gambar 1
terinspirasi dari kitab Weda. Seperti yang disampaikan Fitri dalam katalog IJOL 2014:22 bahwa tanpa perlu menjadi pedanda, bli Tantin menyampaikannya
melalui bahasa yang khas, yaitu lukisan di atas kanvas. Tahun 1996 sampai 1998, I Gusti Ngurah Udiantara melukis dengan media
akrilik di atas kanvas menggunakan teknik brushstroke. Teknik brushstroke dijelaskan oleh Susanto 2011:64 adalah teknik goresan kuas yang bersifat atau