ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU TINDAK PIDANA KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENYEBABKAN ANGGOTA KELUARGA PELAKU MENINGGAL DUNIA (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 249/Pid.B/2009/PN.Kray)

(1)

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU TINDAK PIDANA KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENYEBABKAN

ANGGOTA KELUARGA PELAKU MENINGGAL DUNIA

(Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 249/Pid.B/2009/PN.Kray)

OLEH SEPTIANA SARI

Undang-undang telah mengatur tentang tindak pidana, baik itu karena kesengajaan maupun karena kelalaian/kealpaan. Dimana perbuatan karena kelalaiannya menyebabkan orang lain meninggal dunia telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 359 dan 360. Tindak pidana kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan anggota keluarga pelaku yaitu istri pelaku meninggal dunia dan anak pelaku luka-luka oleh Lanjar Sriyanto memenuhi unsur pada Pasal 359 dan 360 ayat (2) Kitab Undang-undang Hukum Pidana. tindak pidana yang dilakukan oleh Lanjar Sriyanto mendapatkan vonis hukuman penjara oleh hakim selama 1 bulan 7 hari sesuai dengan dakwaan jaksa penuntut umum namun ia melakukan banding dan di vonis bebas oleh majelis hakim pada surat putusan Mahkamah Agung karena ia terbukti melakukan tindak pidana tetapi tidak bersalah karena tindak pidana yang ia lakukan dalam keadaan memaksa maka oleh sebab itu ia lepas dari segala tuntutan hukum. Permasalahan yang akan penulis angkat dalam skripsi ini yaitu: Bagaimanakah pertanggungjawaban pelaku tindak pidana kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan anggota keluarga pelaku meninggal dunia? Apakah yang menjadi dasar pertimbangan hukum bagi hakim dalam menjatuhkan putusan bebas terhadap pelaku tindak pidana kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan anggota keluarga pelaku meniggal dunia?

Penulisan skripsi ini menggunakan metode pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris yaitu dengan wawancara dan data sekunder di peroleh dari hasil kepustakaan, populasi dan penelitian tanpa langsung observasi di lapangan di tempat terjadinya perkara namun hanya mencari informasi kepada narasumber yang lebih berpengalaman. wawancara tersebut oleh Hakim Pengadilan Negeri Tanjung Karang dan Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(2)

keluarga pelaku meninggal dunia oleh pelaku harus sesuai dengan perbuatannya maupun putusan hakim bahwa ia dinyatakan bersalah ataupun tidak. Seseorang yang melakukan tindak pidana harus mempertanggungjawabkan perbuatannya, kecelakaan lalu lintas yang di lakukan oleh Lanjar Sriyanto ia di nyatakan bebas namun tidak bebas murni karena ia terbukti melakukan tindak pidana namun tidak bersalah karena tindak pidana yang ia lakukan dalam keadaan memaksa maka ada alasan pemaaf yang menghapus sifat pidananya maka ia lepas dari segala tuntutan hukum dan ia tidak perlu mempertanggungjawabkan perbuatannya walau ia melakukan tindak pidana. Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan bebas terhadap pelaku tindak pidana kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan anggota keluarga pelaku meniggal dunia hakim menjatuhkan putusan berdasarkan pertimbangan yuridis maupun nonyuridis. Pertimbangan yuridis berdasarkan surat dakwaan Jaksa dan fakta-fakta hukum dan keterangan saksi-saksi, sedangkan pertimbangan nonyuridis berdasarkan latar belakang perbuatan terdakwa, akibat yang ditimbulkan dari perbuatan terdakwa, keadaan ekonomi terdakwa pada saat terjadinya perkara ini serta faktor psikologis dan sosiologis terdakwa.

Dari penjabaran tersebut dapat di simpulkan pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku kejahatan di jalan raya harus tetap dilakukan walaupun yang menjadi korban adalah anggota keluarga pelaku sendiri. Tetapi haruslah adil menegakan hukum yang benar. Penulis memberikan saran agar setiap tindak pidana yang melawan hukum harus di tegakaan seadil-adilnya.


(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangan zaman sistem informasi dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan pokok masyarakat yang terus mengalami peningkatan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dari berbagai macam sistem transportasi yang ada, seperti transportasi laut, darat dan udara, namun transportasi daratlah yang cukup dominan. Hal ini ditandai dengan jumlah yang relatif lebih banyak bila dibandingkan dengan alat transportasi lain, mulai dari kendaraan tanpa motor seperti sepeda, sampai kendaraan bermotor canggih. Kesemuanya tersebut tidak lain tujuannya adalah untuk mendukung mobilitas orang serta barang guna memperlancar proses kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Peranan transportasi khususnya transportasi darat di negara kita maka perlu diatur mengenai bagaimana dapat dijamin lalu lintas yang aman, tertib dan lancar serta efesien guna menjamin kelancaran berbagai aktifitas menuju terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Peningkatan frekuensi pemakai jalan khususnya kendaraan bermotor untuk berbagai keperluan pribadi atau umum secara tidak langsung bisa meningkatkan frekuensi kecelakaan lalu lintas.

Masalah yang dihadapi dewasa ini adalah masih tingginya angka kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Sementara itu di Indonesia, setiap tahun sekitar 9.000 nyawa


(4)

melayang sia-sia akibat kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Data tersebut menunjukkan bahwa dua puluh lima orang tewas setiap hari atau ada satu orang meninggal dunia di jalan raya setiap lima puluh tujuh menit. (http://www.kompascommunity.com).

Uraian di atas menunjukkan bahwa walau telah dilakukan upaya penerangan dan penyuluhan serta tindakan operasi seperti operasi zebra yang dilanjutkan dengan operasi patuh, namun jumlah korban akibat kecelakaan lalu lintas masih memprihatinkan bahkan sangat menakutkan.

Faktor manusia merupakan penyebab utama terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan raya hal tersebut terjadi karena adanya kecerobohan atau kealpaan pengemudi dalam mengemudikan kendaraannya. Kecerobohan pengemudi tersebut tidak jarang menimbulkan korban, baik korban menderita luka berat atau korban meninggal dunia bahkan tidak jarang merenggut jiwa pengemudinya sendiri.

Pertanggungjawaban pidana atas seseorang pelaku mendapatkan perhatian karena didasarkan pemikiran bahwa suatu tindakan dipastikan mempunyai hubungan yang erat dengan suasana batin dari seseorang ketika melakukan suatu tindak pidana. Untuk mengetahui suasana tersebut dapat diketahui dari kesalahan (schuld) pelaku berupa kelalaian (culpa). Kecelakaan lalu lintas itu dapat diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, baik karena kelalaian pemakai jalan, rambu-rambu yang kurang jelas, keadaan jalan maupun keadaan kendaraan itu sendiri. Di Indonesia ini sendiri banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang berawal dari kelalaian pemakai jalan hingga menyebabkan hilangnya nyawa seseorang,


(5)

misalnya kelalaian seperti pengemudi yang tidak memperhatikan keadaan kendaraan yang ia pakai, kendaraan yang kurang kondusif serta tidak memperhatikan keselamatan penumpangnya. Kecelakaan lalu lintas menuntut mencari pihak yang benar dan yang salah. Tidak menutup kemungkinan kecelakaan akibat kelalaian juga mencari pihak yang salah dan yang benar, walaupun yang mengemudikan kendaraan itu sendiri adalah anggota keluarga dari si korban.

Berkaitan dengan kelalaian pengemudi, Wirjono Prodjodikoro (2003: 81) menyatakan:

“Kesalahan pengemudi mobil sering dapat disimpulkan dengan mempergunakan peraturan lalu lintas. Misalnya, ia tidak memberikan tanda akan membelok, atau ia mengendarai mobil tidak di jalur kiri, atau pada suatu persimpangan tidak memberikan prioritas kepada kendaraan lain yang datang dari sebelah kiri, atau menjalankan mobil terlalu cepat melampaui batas kecepatan yang ditentukan dalam rambu-rambu dijalan yang bersangkutan.” Pernyataan tersebut di atas, adanya kecelakaan merupakan faktor kesalahan manusianya. Kesalahan pengemudi adalah tidak adanya rasa hati-hati dan lalai dalam mengemudikan kendaraannya. Beberapa faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas dapat terjadi di luar kelalaian manusia (human error) misalnya faktor jalan yang tidak baik, lebar jalan yang tidak sesuai dengan jumlah kendaraaan pemakai jalan, dan penggunaan kendaraan yang tidak sesuai.

Kelalaian memang peran penting dalam kecelakaan lalu lintas dimana pengemudi lalai dalam mengemudikan kendaraannya di jalan raya. Pengemudi yang mengantuk juga dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas, sehingga pengemudi tidak konsentrasi saat mengemudikan kendaraan hingga kecelakaan lebih besar


(6)

dan berpotensi membahayakan nyawa orang lain dan dirinya sendiri. Dalam menciptakan suatu keadilan yang tegas, hakim mempunyai kekuasaan sepenuhnya untuk menentukan jenis pidana dan tinggi rendahnya suatu pidana, mempunyai kebebasan untuk bergerak pada batas minimum dan pidana yang diatur dalam undang-undang untuk tiap-tiap pidana. Maka berlakunya Kitap Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) peranan hakim dalam menjatuhkan keputusan-keputusan yang tepat harus dapat dipertanggungjawabkan, berarti masalah pemidanaan sepenuhnya merupakan kekuasaaan hakim.

Sesuai dengan Pasal 183 KUHAP yang menyatakan:

“Hakim tidak boleh menjatuhkan kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia peroleh keyakinan suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwa yang salah melakukannya.”

Seperti yang dijelaskan dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP alat bukti yang dimaksud adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan terdakwa.

Perkara yang dibahas oleh penulis dalam hal ini berkaitan dengan putusan Mahkamah Agung terhadap pelaku tindak pidana kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan anggota keluarga pelaku meninggal dunia yang dilakukan oleh Lanjar Sriyanto.


(7)

Pasal 359 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang menyatakan bahwa barang siapa yang karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati, diancam dengan penjara pidana paling lama 6 tahun atau pidana kurungan satu tahun.

Pasal 360 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang menyatakan bahwa Barang siapa karena kealpaanya menyebabkan orang lain mendapatkan luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan atau atau denda Rp.1000.000,- (satu juta rupiah)

Pasal 360 ayat (2) Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang menyatakan:

“Barang siapa karena kelalaianya menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan mejalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian selama waktu tertentu, diancam dengan penjara paling lama sembilan bulan atau kurungan paling lama enam tahun.”

Pasal 310 ayat (4) Undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan menyatakan :

“Dalam hal kecelakaan sebagai mana dimaksud pada ayat (3) yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan pidana penjara paling lama enam (6) tahun dan /atau denda paling banyak Rp. 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).

Meningkatnya jumlah korban dalam suatu kecelakaan merupakan suatu hal yang tidak diinginkan oleh berbagai pihak, mengingat betapa sangat berharganya nyawa seseorang yang sulit diukur dengan sejumlah uang satuan saja. Orang yang


(8)

mengakibatkan kecelakaan tersebut harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan harapan pelaku dapat jera dan lebih berhati-hati.

Dampak yang ditimbulkan akibat kecelakaan lalu lintas dapat menimpa sekaligus atau hanya beberapa diantaranya. Berikut beberapa kondisi yang digunakan untuk mengklasifikasikan korban lalu lintas menurut PP RI Nomor 43 Tahun 1993 yaitu:

a. Meninggal dunia adalah korban kecelakaan yang dipastikan meninggal dunia sebagai akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 30 hari setelah kecelakaan tersebut.

b. Luka berat adalah korban kecelakaan yang karena luka-lukanya menderita cacat tetap atau harus dirawat inap di rumah sakit dalam jangka waktu lebih dari 30 hari sejak terjadi kecelakaan. Suatu kejadian digolongkan sebagai cacat tetap jika sesuatu anggota badan hilang atau tidak dapat digunakan sama sekali dan tidak dapat sembuh atau pulih untuk selama-selamanya.

c. Luka ringan adalah korban kecelakaan yang mengalami luka-luka yang tidak memerlukan rawat inap atau yang harus dirawat inap di rumah sakit dari 30 hari.

Kecelakaan terjadi yang disebabkan oleh Lanjar Sriyanto umur 35 (tiga lima) tahun dalam kecelakaan ini bermula pada hari Senin 21 September 2009 pukul 08.00 WIB bertempat di jalan Solo menuju Colomadu Lanjar Sriyanto bermula dari Terdakwa (Lanjar Sriyanto) yang mengendarai sepeda motor Yamaha No. Pol . AD 5630 U berboncengan dengan anak dan istrinya (Samto Warih Waluyo dan Saptaningsih ) dari Colomadu kearah Solo atau dari Barat menuju Timur dengan kecepatan + 50 km/ jam berjalan searah di belakang kendaraan Suzuki Carry. Dalam hal ini, tiba-tiba pengemudi Suzuki Carry mengurangi laju kendaraannya secara mendadak, sehingga terdakwa tidak dapat mengontrol kendaraaanya yang hendak ingin mendahului mobil tersebut pada akhirnya motor


(9)

yang Lanjar kemudikan menabrak bemper belakang Suzuki Carry tersebut. Terdakwa bersama putranya Samto Warih Waluyo jatuh kearah Utara sejauh 110 cm, sedangkan istrinya Saptaningsih jatuh/ terpental ke arah Selatan jalan 200 cm dan kemudian tertabarak oleh kendaraan Izusu Panther Nomor Pol. AE 1639 JA yang berjalan dari arah berlawanan dan terpental sejauh 280 cm (vide keterangan saksi Karyanto).

Sebelum menabrak mobil Carry tersebut, terdakwa sudah berhati-hati, padangan saat itu bebas dan sudah berusaha mengerem sepeda motor dengan sekuat tenaga pada saat terjadinya kecelakaan. Namun, kecelakaan tersebut mengakibatkan istri Lanjar meninggal dunia dan anak Lanjar mengalami luka robek pada dahi dan bibir dan mengalami trauma benda tumpul (Putusan Mahkamah Agung Nomor 249/Pid .B/ 2 0 09 /PN.Kray ). Maka dengan ini Lanjar Sriyanto terbukti telah memenuhi unsur yang dikehendaki oleh Pasal 359 dan 360 ayat (2) Kitab Undang-undang Hukum Pidana karena menyebabkan orang lain meninggal dunia dan orang lain luka-luka.

Kecelakaan lalu lintas akibat dari kelalaian pengemudi kendaraan dalam membawa kendaraannya tetap harus dilakukan proses hukum yang benar karena kasus kecelakaan lalu lintas tersebut bukan merupakan delik aduan, atau dari kata lain kasus yang berdasarkan laporan polisi. Jadi, kasus tersebut tetap harus berjalan, karena telah terbukti bahwa negara Indonesia merupakan negara hukum pun telah ada sebagai bukti bahwa siapapun yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam berkendaraan tetap harus diproses, walau dalam kenyataan si pelaku adalah anggota keluarga dari korban yang meninggal.


(10)

Hukum di Indonesia tetap harus ditegakkan tanpa melihat sudut pandang siapa pelaku dan bagaimanakah keadaan mental dari si pelaku. Dalam penegakan hukum tidak ada pengecualian. Kelalaian menyebabkan kematian, tetap harus ditindak. Penegakan hukum merupakan dari hukum positif, hukum positif mengatakan demikian, tapi bukan berarti penyidik tanpa pertimbangan.

Peristiwa kecelakaan lalu lintas hingga mengakibatkan meninggalnya korban yang merupakan anggota keluarga dari si pelaku menjadi pandangan penulis untuk melakukan penelitian, oleh karena itu penulis membuat skripsi yang berjudul: “Analisis Pertanggungjawaban Pelaku Tindak Pidana Kecelakaan Lalu Lintas yang Menyebabkan Anggota Keluarga Pelaku Meninggal Dunia”

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan di depan, maka dapat ditemukan masalah, namun untuk membatasi agar tidak terlalu luas permasalahan yang harus diteliti, maka penulis memberi batasan penelitiannya sebagai berikut:

a. Bagaimanakah pertanggungjawaban pelaku tindak pidana kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan anggota keluarga meninggal dunia?

b. Apakah yang menjadi dasar pertimbangan hukum bagi hakim dalam menjatuhkan putusan bebas terhadap pelaku tindak pidana kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan anggota keluarga pelaku meniggal dunia?


(11)

2. Ruang Lingkup

Berdasarkan permasalahan yang diajukan agar tidak menjadi kerancuan dan meluasnya permasalahan, maka ruang lingkup penulisan skripsi ini dibatasi pada bagaimanakah pertanggungjawaban pelaku tindak pidana kecelakaan lalu lintas dan apakah yang menjadi dasar pertimbangan hukum bagi hakim dalam menjatuhkan putusan bebas terhadap pelaku.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yang akan di sampaikan oleh penulis adalah: a. Untuk mengetahui pertanggungjawaban pelaku tindak pidana kecelakaan lalu

lintas yang menyebabkan anggota keluarga meninggal dunia.

b. Untuk mengetahui apa yang menjadi dasar pertimbangan hukum bagi hakim dalam menjatuhkan putusan bebas terhadap pelaku tindak pidana kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan anggota keluarga pelaku meninggal dunia. 2. Kegunaan Penelitian

a. Secara teoritis kegunaan penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan kemampuan dalam berkarya ilmiah guna mengungkap secara objektif melalui pengkajian lebih dalam terhadap peraturan-peraturan yang ada agar dapat mengetahui pertanggungjawaban yang harus di dapatkan oleh pelaku kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan anggota keluarga pelaku meninggal dunia serta mengetahui apakah yang menjadi dasar pertimbangan


(12)

hukum bagi hakim dalam menjatuhkan putusan bebas terhadap pelaku kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan anggota keluarga pelaku meninggal dunia dengan Studi Putusan Mahkamah Agung nomor 249/Pid .B/ 2 0 09 /PN.Kray.

b. Secara praktis kegunaan penelitan ini adalah kegunaan penulisan sendiri dalam rangka mengembangkan dan memperluas wawasan berpikir dalam menganalisis suatu masalah, penulisan ini juga dimaksudkan untuk memberikan sumbangan pikiran dalam proses ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan pidana dalam rangka memberikan suatu rasa aman dan kenyamanan di dalam bermasyarakat.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi dan hasil pemikiran atau kerangka acuan yang ada pada dasarnya masih dianggap relevan oleh penulis peneliti. (Soerjono Soekanto,1986: 125)

Berdasarkan kenyataan setiap tindak pidana menyebabkan kerugian-kerugian baik bersifat individu maupun yang sosial maka harus dilakukan suatu tindakan atau penegakan hukum dengan sanksi pidana tanpa terkecuali.

Perbuatan yang telah memenuhi rumusan delik atau tindak pidana dalam undang-undang, belum tentu dapat dipidana karena harus dilihat dulu si pelaku tindak pidana tersebut. Seseorang dapat dituntut di muka pengadilan dan diminta pertanggungjawaban harus melakukan tindak pidana dengan kesalahan. Kesalahan


(13)

dalam arti seluas-luasnya dapat disamakan dengan pengertian pertanggung jawaban dalam hukum pidana. Didalam terkandung makna dapat dicelanya si pembuat atas perbuatannya. (Tri Andrisman, 2007: 106)

Di dalam proposal penulis ini, penulis menggunakan pendapat ahli hukum yang mengemukakan tentang unsur-unsur tindak pidana yang dapat digunakan penulis dalam menganalisis permasalahan dalam penulisan skripsi ini.

Menurut D. Simons (Sudarto, 1990: 40) unsur-unsur strafbaarfeit atau tindak pidana adalah:

1. Perbuatan manusia (positif atau negatif: berbuat atau tidak berbuat atau membiarkan.

2. Diancam dengan pidana (starbaar gesteld) 3. Melawan hukum (orechtmatig)

4. Dilakukan dengan kesalahan (met schuld verband stand)

5. Oleh orang yang mampu bertanggung jawab (toerekening vatbar persoon)

Pertanggungjawaban pidana adalah suatu perbuatan yang tercela oleh masyarakat dan itu dipertanggungjawabakan kepada si pembuat pidana atas perbuatan yang telah dilakukannya (Roeslan Saleh, 1981:80).

Moeljatno (2002: 89) mengatakan bahwa jika hubungan kausal dapat ditentukan, bahwa matinya seseorang karena kelakuan pelaku tindak pidana, sehingga menyebabkan matinya seseorang maka pelaku tindak pidana dapat dituntut dan dipertanggungjawabkan, dapat juga dikatakan bahwa kelakuan pelaku tindak pidana menjadi penyebab matinya si korban.


(14)

Berdasarkan pada pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa agar terdakwa dapat dituntut dan dipertanggungjawabkan perbuatannya, maka harus dibuktikan terlebih dahulu adanya hubungan kausal antara matinya korban dengan perbuatan yang dilakukannya.

Sebelum mejatuhkan putusan, hakim harus memepertimbangkan apa yang memberatkan dan meringankan terdakwa dengan tujuan tercipta rasa adil. Penjatuhan pidana yang dikenakan harus mempertimbangkan secara hati-hati karena penerapan sanksi pada umumnya mempunyai efek-efek negatif bagi terpidana. Hakim harus cermat dalam penjatuhan putusan berdasarkan tujuan dan alasan-alasan pembenaran dari pidana tersebut untuk mendapatkan jenis apakah yang lebih sesuai dengan pantas diterima oleh pelaku serta menjadikannya sanksi pidana fungsional.

Pembahasan mengenai tujuan penjatuhan putusan terhadap pelaku tindak pidana kelalaian kecelakaan lalu lintas, penulis menggunakan beberapa teori pemidanaan yaitu teori tentang dasar pertimbangan hakim dalam mejatuhkan putusan sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini.

Menurut Mackenzie (Ahmad Rifai, 2010: 105) ada beberapa teori yang dapat dipergunakan oleh hakim dalam mempertimbangkan penjatuhan putusan dalam suatu perkara, yaitu:

1. Teori Keseimbangan

Pengertian teori keseimbangan adalah keseimbangan disini adalah keseimbangan antara syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang


(15)

dan kepentingan pihak-pihak yang tesangkut atau berkaitan dengan perkara, yaitu antara lain seperti adanya keseimbangan yang berkaitan dengan masyarakat, kepentingan terdakwa dan kepentingan korban.

b. Teori Pendekatan Seni dan Instuisi

Penjatuhan putusan oleh hakim merupakan diskresi atau kewenangan dari hakim. Sebagai diskresi, dalam penjatuhan putusan hakim menyesuaikan dengan keadaan dan pidana yang wajar bagi setiap pelaku tindak pidana, hakim akan melihat keadaan pihak terdakwa atau penuntut umum dalam perkara pidana. Pendekatan seni dipergunakan oleh hakim dalam penjatuhan suatu putusan, lebih ditentukan oleh instink atau intuisi dari pada pengetahuan dari hakim.

c. Teori Pendekatan Keilmuan

Titik tolak dari teori ini adalah pemikiran bahwa proses penjatuhan pidana harus dilakukan secara sistematik dan penuh kehati-hatian khususnya dalam kaitannya dengan putusan-putusan terdahulu dalam rangka menjamin konsistensi dari putusan hakim. Pendekatan keilmuan ini merupakan semacam peringatan bahwa dalam memutus suatu perkara, hakim tidak boleh semata-mata atas dasar intuisi atau instink semata, tetapi harus dilengkapi dengan ilmu pengetahuan hukum dan juga wawasan keilmuan hakim dalam menghadapi suatu perkara yang harus diputuskannya.


(16)

d. Teori Pendekatan Pengalaman

Pengalaman dari seorang hakim merupakan hal yang dapat membantunya dalam menghadapi perkara-perkara yang dihadapinya sehari-hari, dengan pengalaman yang dimilikinya, seorang hakim dapat mengetahui bagaimana dampak dari putusan yang dijatuhkan dalam suatu perkara pidana yang berkaitan dengan pelaku, korban maupun masyarakat.

e. TeoriRatio Decidendi

Teori ini didasarkan pada landasan filsafat yang mendasar, yang mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pokok perkara yang disengketakan, kemudian mencari peraturan perundang-undangan yang relevan dengan pokok perkara yang disengketakan sebagai dasar hukum dalam penjatuhan putusan, serta pertimbangan hakim harus didasarkan pada motivasi yang jelas untuk menegakkan hukum dan memberikan keadilan bagi para pihak yang berperkara.

Menurut pendapat Sudarto (1986: 78) sebelum hakim memutuskan perkara, terlebih dahulu ada serangkaian pertimbangan yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut :

a. Pertimbangan mengenai perkaranya, ialah apa terdakwa telah melakukan perbuatan yang telah dituduhkan kepadanya.

b. Pertimbangan mengenai hukumnya, ialah apakah perbuatan yang dilakukan terdakwa itu merupakan tindak pidana dan apakah terdakwa tersebut bersalah dan dapat dipidana.

c. Pertimbangan mengenai pidananya apabila terdakwa memang dapat dipidana.


(17)

Hakim dapat menjatuhkan atau menetapkan pidana, setelah terdakwa terbukti bersalah melakukan seperti yang dituduhkan, seseorang hakim harus mempertimbangkan suatu pedoman pemidanaan agar keputusannya itu tidak dirasakan merugikan bagi terdakwa. Kekuasaan kehakiman di negara Indonesia adalah kekuasaan merdeka dan bebas dari segala pengaruh, baik dari pengaruh dari dalam maupun pengaruh dari luar. Setiap putusan hakim harus didukung oleh pertimbangan dan alasan hukum yang tepat seperti pembuktian formil yang sempurna, dalam perkara pidana ditambah keyakinan hakim itu sendiri.

Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan:

“Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna meneggakan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia”

Pasal 5 ayat (1). (2), dan (3) Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 menjelaskan: 1. Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum rasa

keadilan yang hidup dalam masyarakat.

2. Hakim dan hakim kostituisi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercelah, jujur, adil, profesional, dan berpengalaman dibidang hukum.


(18)

Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 Pasal 8 ayat (2) menjelaskan dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana hakim wajib memperhatikan pula sifat yang baik dan yang jahat terdakwa.

2. Konseptual

Konseptual adalah yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang menjadi arti dan berkaitan dengan istilah yang ingin diteliti (Soerjono Soekanto, 1986: 132)

Penelitian ini akan menjelaskan pengertian-pengertian pokok yang akan digunakan dalam penulisan dan penelitian ini sehingga mempunyai batasan-batasan yang tepat tentang istilah-istilah dan maksud yang mempunyai tujuan untuk menghindari kesalah pahaman dalam penulisan ini. Adapun pengertian yang berkaitan dengan skripsi ini adalah :

a. Analisis yaitu sistematik untuk menguraikan isi penelitian dengan memilah-milahkan atau menguraikan komponen informasi yang telah dikumpulkan kedalam bagian-bagian atau unit-unit analisis. ( Mestika Zed, 2004: 52)

b. Pertanggungjawaban adalah suatu perbuatan yang tercelah oleh masyarakat dan atau harus di pertanggungjwabakan kepada si pembuat pidanaya atas perbuatan yang telah dilakukannya (Roeslan Saleh, 1981: 80)

c. Pelaku adalah orang yang secara sendiri melakukan semua unsur dari suatu tindak pidana (Hamdan, 2000: 26 )


(19)

d.Tindak pidana menurut Pompe adalah suatu pelanggaran terhadap norma yang dilakukan karena kesalahan si pelanggar dan diancam dengan pidana (Bambang Purnomo, 1982: 19)

e. Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak terduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan/ atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/ atau kerugian harta benda. (Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, 2009: 6).

f. Meninggal dunia adalah hilangnya nyawa seseorang yang tidak termasuk gugur dan tewas (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 2002: 430)

E. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh dalam memahami penulisan skripsi ini maka keseluruhan sistematika penulisannya disusun sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang membahas tentang latar belakang masalah, permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penulisan, kerangka teoritis dan konseptual serta penulisan yang memuat hal-hal yang akan dibahas tiap bab-bab.

II.TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini merupakan pengantar pemahaman kepada pengertian-pengertian umum tentang pokok bahasan antara lain mengenai pertanggung jawaban pelaku, dan


(20)

apakah dasar pertimbangan hukum bagi hakim dalam menjatuhkan putusan bebas terhadap pelaku tindak piana kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan anggota keluarga pelaku meninggal dunia serta penerapan hukum di pengadilan dengan berbagai pertimbangan baik yang meringankan maupun yang memberatkan bagi pelaku kelalaian berlalu lintas, yang nantinya dapat mempermudah penulis menjawab permasalahan.

III. METODE PENELITIAN

Merupakan bab yang menguraikan langkah-langkah dalam pendekatan masalah sumber dan jenis data penentuan populasi dan sampel metode pengumpulan dan pengolahan data serta analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan hasil analisis dari hasil penelitian untuk menjawab permasalahan dengan menggunakan data primer maupun data sekunder, yang menjelaskan tentang pertanggungjawaban tindak pidana dan apakah dasar pertimbangan hukum bagi hakim dalam menjatuhkan putusan bebas terhadap pelaku dalam kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan anggota keluarga pelaku meninggal dunia

V. PENUTUP

Merupakan bab yang berisi kesimpulan secara ringkas dari hasil penelitian dan pembahasan serta memuat tentang saran penulis dengan permasalahan yang di bahas


(21)

(22)

A. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana

Pertanggungjawaban pidana adalah suatu perbuatan yang tercelah oleh masyarakat dan/atau harus dipertanggungjwabakan kepada si pembuat pidanaya atas perbuatan yang telah dilakukannya. (Roeslan Saleh, 1981: 80).

Pertanggungjawaban pidana sangat berhubungan dengan kesalahan. Artinya, apakah pada melakukan tindak pidana itu si pelaku mempunyai kesalahan. Tanpa adanya kesalahan maka sesorang tidak dapat dipidana. Pertanggungjawaban pidana atas seorang pelaku mendapatkan perhatian karena didasarkan pemikiran bahwa suatu tindakan dipastikan mempunyai hubungan yang erat dengan suasana batin dari seseorang ketika melakukan suatu tindakan pidana. Untuk mengetahui suasana batin tersebut dapat diketahui dari kesalahan (schuld) pelaku berupa kesengajaan (dolus) atau kelalaian(culpa).

Pertanggungjawaban tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang adalah untuk menetukan kesalahan dari tindak pidana yang ia lakukan. Pertanggungjawaban dalam hukum pidana (criminal responbility) artinya “orang yang telah melakukan tindak pidana disitu belum berarti ia harus dipidana, ia hanya mempertanggungjawabkan atas perbuatan yang telah dilakukan (R.M. Suharto, 1996: 108).


(23)

tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh undang-undang dan tidak dibenarkan oleh masyarakat. Untuk adanya pertanggungjwaban pidana harus jelas terlebih dahulu siapa yang dapat dipertanggungjawabkan.

Suatu perbuatan melawan hukum belum cukup untuk menjatuhkan hukuman. Disamping perbuatan melawan hukum harus ada seseorang pembuat (dader) yang bertanggungjawab atas perbuatannya. Pembuat harus ada unsur kesalahan, bersalah itu adalah pertanggungjawaban dan harus ada unsur yang sebelumnya harus dipenuhi :

1. Suatu perbuatan yang melawan hukum.

2. Seseorang pembuat atas pelaku yang dianggap mampu bertanggungjawab atas perbuatannya.

Moeljatno (2002: 54) berpendapat bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan tersebut disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.

Perbuatan yang dimaksud tersebut adalah perbuatan yang harus betul-betul dirasakan oleh masyarakat sebagai suatu perbuatan yang tidak boleh atau tidak patut dilakukan karena bertentangan dengan tata pergaulan dalam masyarakat yang dicita-citakan oleh masyarakat itu sendiri. Dengan adanya perbuatan pidana di samping memenuhi syarat-syarat formal, unsur sifat melawan hukum adalah syarat mutlak yang tidak dapat ditinggalkan.


(24)

perbuatan pidana apabila perbuatannya tersebut telah sesuai dengan rumusan dalam undang-undang pidana. Meskipun demikian seorang tersebut belum tentu dapat dijatuhi pidana karena masih harus terus dibuktikan kesalahannya atau apakah dapat dijatuhi pidana harus memenuhi unsur-unsur perbuatan pidana dan pertanggung jawaban pidana dalam hukum pidana.

Perbuatan pidana hanya menuju pada dilarangnya perbuatan. Apakah orang yang melakukan perbuatan itu kemudian juga dipidana, tergantung apakah dalam melakukan perbuatan itu mempunyai kesalahan atau tidak. Apabila orang yang melakukan perbuatan itu memang mempunyai kesalahan, tentu akan ia dipidanakan. Berarti orang yang melakukan perbuatan akan dipidana (Moeljatno, 2002: 153).

Roeslan Saleh (1981: 13) berpendapat bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan-perbuatan yang melawan hukum. Perbuatan-perbuatan-perbuatan tersebut juga merugikan masyarakat, dalam arti bertentangan dengan atau menghambat terlaksananya tata dalam pergaulan masyarakat yang dianggap baik dan adil dapat pula dikatakan bahwa perbuatan pidana tersebut adalah perbuatan yang anti sosial.

Menurut Simon (Roeslan Saleh, 1981: 150) menjelaskan pengertian kesalahan adalah :

“Keadaan psychis orang yang melakukan perbuatan dan hubungannya dengan perbuatan yang dilakukan yang sedemikian rupa sehingga orang itu dapat dicela karena perbuatannya tadi.” Unsur-unsur dalam kesalahan itu adalah:


(25)

berupa kesalahan (dolus) atau kealpan (culpa)

3. Tidak adanya alasan yang menghapus kesalahan atau tidak ada alasan pemaaf. (Tri Andrisman, 2007: 106)

Bentuk kesalahan untuk dapat dipidana ada dua macam yaitu :

a. Kealpaan (culpa) adalah kekurangan pengertian terhadap obyek itu dengan tidak disadari, contoh Pasal 359 dan Pasal 360 KUHP.

b. Kesengajaan (dolus) adalah kesediaan yang disadari untuk memperkosa suatu obyek yang dilindungi oleh hukum, contoh Pasal 245 KUHP (Roeslan Saleh. 1981: 128)

Kesengajaan dan kealpaan merupakan dua bentuk kesalahan yang berlainan jenis, sehingga tidak perlu adanya hubungan antara keadaan batin dan perbuatannya, keduanya merupakan delik yang telah dikualifisir oleh akibatnya. Kitab Undang-undang Hukum Pidana tidak menjelaskan pengertian dari kesengajaan maupun kealpaan.

B. Kecelakaan Lalu Lintas

1. Lalu Lintas

Lalu lintas merupakan proses di jalan raya adalah salah satu unsur yang sangat penting dalam kehidupan bersama. Menurut Soerjono Soekanto (1990: 4), adanya jalan raya merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi manusia dan sarana untuk memenuhi dasar lainnya. Oleh karena itu, manusia berlalu lintas untuk


(26)

Lalu lintas adalah pergerakan kendaraan, orang dan hewan di jalan raya. (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 2009: 396). Selanjutnya lalu lintas dan jalan dijabarkan menjadi:

a. Berjalan bolak-balik/hilir mudik

b. Perihal perjalanan untuk jalan raya dan sebagainya c. Perhubungan antara suatu tempat dengan tempat lain

Selanjutnya dalam Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, secara singkat dalam Pasal 1 ayat (2) mengartikan lalu lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan. Sedangkan yang di maksud dengan jalan adalah bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel. (Pasal 1 ayat (12) Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan).

Pengertian kendaraan adalah suatu sarana angkutan di jalan yang terdiri atas kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor (Pasal 1 ayat (7) Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.


(27)

lintas adalah :

a. Kemalangan manusia b. Tertimpa celaka

c. Terjadinya peristiwa kelalaian

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan secara singkat dalam Pasal 1 ayat (24) menjelaskan, bahwa pengertian kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak di duga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan atau kerugian harta benda. Dengan kata lain kecelakaan lalu lintas adalah kejadian dimana sebuah kendaraan bertabrakan dengan benda lain dan mengakibatkan kerusakan. Kadang kecelakaan ini dapat mengakibatkan kerusakan. Kadang kecelakaan ini dapat mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda.

Pada dasarnya, tidak ada seseorang yang menginginkan kecelakaan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa keselamatan dapat bersifat universal dan merupakan naluri setiap orang. Semua kecelakaan lalu lintas dianggap berasal dari kelalaian manusia karena manusia bukan mesin maka tindakan manusia tidak sepenuhnya dapat diramalkan, sehingga dalam melakukan kegiatan kadang-kadang terjadi kesalahan.


(28)

yang dapat mengakibatkan tidak konsentrasi dalam mengemudi. Akan tetapi di dalam kenyataannya tidak pengemudi yang melakukan hal itu mereka demikian berani untuk mengambil resiko tersebut. Kecelakaan lalu lintas pasti ada korban, yaitu orang yang berada di luar kendaraan yang menyebabkan kecelakaan. Pengertian hal ini dimaksud adalah manusia yang menjadi korban adalah pejalan kaki, penyebrang jalan, orang-orang yang ada dalam suatu kendaraan yang di luar kesalahannya ditabrak orang lain. Secara garis besar faktor utama kecelakaan lalu lintas adalah kelalaian manusia.

Mengenai penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas, maka menurut Soerjono Soekanto (1986: 21) dapat disebabkan karena hal-hal sebagai berikut:

1. Kosentrasi, pikiran dan keterampilan yang kurang baik. 2. Kelalaian-kelalaian fisik gangguan emosional

3. Kelalaian jiwa dan kepribadian. 4. Kurangnya disiplin dan ketaatan 5. Ganguan emosional

Sementara itu untuk penyebab utama terjadinya kecelakaan lalu lintas dapat di lihat dari beberapa faktor lain :

1. Pengemudi tidak disiplin

2. Tidak terampil dalam berkendaraan 3. Emosional,

4. Mengantuk 5. Kecepatan tinggi


(29)

8. Ban pecah 9. Jalan licin, rusak 10. Pandangan tidak bebas

11. Mabok karena mengkonsumsi Miras atau narkoba (http://digitalmbul.com) Lalai adalah kealpaan, kelengahan manusia dalam melakukan kegiatan. Kemudian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 339) menerangkan kelalaian adalah: 1. Lena

2. Lupa

3. Kurang hati-hati 4. Ceroboh

Di dalam Kamus Hukum (2009: 396) lalai adalah kealpaan, kelengahan. Faktor kelalaian adalah tidak mematuhi peraturan lalu lintas, tidak menggunakan helm pengaman dan, kebut-kebutan saat berkendara (Radar Lampung, Sabtu 28 Maret 2010).

C. Pelaku Tindak Pidana 1. Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana merupakan istilah yang berhubungan dengan perbuatan yang melanggar hukum pidana. Istilah tindak pidana dalam konsep hukum Indonesia oleh beberapa sarjana hukum digunakan istilah yang berbeda-beda. Ada yang memakai istilah tindak pidana tersebut sebagai peristiwa pidana, perbuatan


(30)

Ada beberapa macam istilah tindak pidana yang di pergunakan dalam buku-buku hukum yang diserap dari Bahasa Belanda “strafbaarfeit” yang dapat di artikan: a. Perbuatan yang dilarang hukum

b. Perbuatan yang dapat dihukum c. Perbuatan pidana

d. Tindak pidana e. Peristiwa pidana f. Delik

Ternyata istilah yang dianggap terjemahan “strafbaarfeit” mempunyai pengertian yang saling berbeda. Istilah tindak pidana sebagai terjemahan strafbaarfeit mempunyai konsep yang sama seperti konsep strafbaarfeit menurut hukum pidana Belanda. Artinya pidana mempunyai unsur-unsur antara lain:

a. Perbuatan manusia baik aktif maupun pasif

b. Perbuatan itu dilarang dan di ancam pidana oleh undang-undang c. Perbuatan itu dianggap melawan hukum

d. Perbuatan itu dapat dipersalahkan kepada pelaku e. Perlakunya dapat dipertanggungjawabkan

Sedangkan istilah perbuatan pidana mengandung pengertian dalam konsep hukum Anglo Saxon yang memisahkan antara perbuatan pelaku dan pertanggungjawaban pelaku. Dimaksudkan dengan perbuatan pidana adalah sama dengan konsep “Criminal Art” yaitu perbuatan seseorang yang melanggar ketentuan yang diatur dalam perundang-undangan pidana dan perbuatan itu merupakan perbuatan yang


(31)

dipersalahkan dan mampu bertanggungjawab, orang yang melakukan pidana baru dapat dipidana, sama seperti dalam konsep hukum pidana Anglo Saxon yang memisahkan antara “Criminal Art dan Criminal Responbility”.

Menurut Simon (Lamintang, 1984: 176) strafbaarfeit adalah tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan oleh undang-undang telah dinyatakan suatu tindakan yang dapat di hukum.

Strafbaarfeit adalah suatu kelakuan manusia yang diancam pidana oleh peraturan undang-undang, jadi suatu kelakuan yang pada umumnya dilarang dengan ancaman pidana. (Bambang Poernomo,1978: 86)

Menurut Lamintang (1984: 184) tindak pidana adalah suatu perbuatan yang mempunyai dua unsur dan dua sifat yang berkaitan, unsur-unsur yang pada dasarnya dapat dibagi dua macam yakni subjektif dan unsur-unsur objektif:

1. Subjektif, berhubungan dengan diri pelaku, dan termasuk kedalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya.

2. Objektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku adalah unsur-unsur yang ada hubungan dengan keadaa-keadaan, yaitu di dalam keadaan-keadaan mana tindakan darisipelaku itu harus di lakukan.


(32)

merupakan arti pembuat (dader) dalam pandangan yang sempit. Pembuat itu sendiri merupakan bagian dari penyertaan menurut ajaran “equivalente” setiap syarat bagi suatu akibat yang diperlukan dalam penyertaan, maka pengertian pelaku (pleger) adalah orang yang melakukan sendiri perbuatan yang memenuhi rumusan delik, yang melakukan perbuatan adalah pelaku sempurna yaitu yang melakukan suatu perbuatan yang memenuhi unsur-unsur yang dirumuskan dalam suatu tindak pidana atau yang melakukan perbuatan yang memenuhi perumusan tindak pidana.

Menurut H.R tanggal 19 Desember 1910 (Moch.Anwar, 1981: 13) pelaku menurut undang-undang adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menghentikan situasi terlarang, sedangkan peradilan Indonesia memandang pelaku adalah orang yang menurut maksud pembuat undang-undang harus dipandang pada yang bertanggung jawab dari tindak pidana tersebut.

Kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan anggota keluarga pelaku meninggal dunia, hukum tetap menyatakan pelaku merupakan pihak yang bersalah karena kelalaian maupun kecerobahan si pelaku membuat hilangnya nyawa seseorang. Walaupun di dalam kenyataannya anggota keluarga pelaku sendiri yang meninggal. Hukum tidak melihat bagaimanakah keadaan fisik atau mental si pelaku yang telah kehilangan keluarganya karena dalam Undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 310 ayat (4) dan Pasal 359 dan Pasal 360 KUHP telah jelas menyatakan bahwa bagi siapa yang


(33)

korbannya.

D. Putusan Pengadilan

Putusan adalah hasil atau kesimpulan terakhir dari suatu pemerikasaan perkara. Hasil atau kesimpulan suatu pemeriksaan perkara yang didasarkan pada pertimbangan yang menetapkan apa yang sesuai dengan hukum. (Kamus Hukum, 2009: 500)

Pengadilan adalah majelis yang memiliki tugas dan wewenang untuk mengadili perkara dan memberikan keputusan persengketaan hukum, pelanggaran hukum atau undang-undang dan sebagainya (Kamus Hukum, 2009: 517)

Maksud dalam putusan Pengadilan menurut Kitap Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Pasal 1 ayat (11) menjelaskan, putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.

Putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan juga memuat pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili (Pasal 50 ayat (1) Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.


(34)

Ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 Tentang Kekuasan Kehakiman menyatakan bahwa, kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun1945, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia. Disamping itu merupakan kerangka pokok dari kekuasaan kehakiman Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 yang menentukan Peradilan dan Yuridiksinya yaitu, Hakim adalah Hakim pada Mahkamah Agung dan Hakim pada badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara dan Hakim pengadilan khusus yang berada dalam lingkungan peradilan tersebut.

Mengenai penguasaan oleh Undang-undang Pokok Kekuasaan Kehakiman mengenai “verstek procedur” yang antara lain, menentukan bahwa peradilan akan memeriksa dan mengadili suatu perkara kejahatan dengan hadirnya terdakwa, sehingga dengan demikian peradilan iniabsentiaatau dilarang. Kecuali, bila mana ditentukan oleh undang-undang. Pasal itu mengatur antara lain suatu jaminan bagi seorang terdakwa, bahwa ia harus diadili dengan hadirnya dan dapat membela diri secara pribadi atau melalui bantuan hukum atas dipilihnya sendiri dalam pemeriksaan persidangan tidak mengurangi haknya untuk melepaskan hak


(35)

Pasal 18 Undang-undang nomor 48 tahun 2009 Penyelenggaraaan kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilannya dibawahnya :

1. Lingkungan Peradilan Umum 2. Lingkungan Peradilan agama 3. Lingkungan Peradilan Militer

4. Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.

2. Hakim dan Kewajibannya a. Hakim

Hakim adalah Hakim pada Mahkamah Agung dan Hakim pada badan peradilan yang berada dibawahnya Lingkungan Peradilan Umum. Lingkungan Peradilan Agama, Lingkungan Peradilan Militer, lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara dan Hakim pada pengadilan khusus yang berada dalam lingkungan peradilan tersebut (Pasal 1 ayat (5) Undang-undang nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman) dengan demikian fungsi seorang hakim adalah seorang yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakuakan atau mengadili setiap perkara yang di limpahkan kepada pengadilan.


(36)

adalah serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa atau memutus perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur dan tidak memihak di sidang pengadilan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini (Pasal 1 ayat (9) KUHAP) ia tidak boleh menolak perkara dengan alasan tidak ada aturan hukum atau aturan hukumnya yang kurang jelas. Oleh karena hakim itu dianggap paling mengetahui hukum jika aturan hukum belum jelas maka ia harus menfsirkan terlebih dahulu.

Hakim sebagai pejabat negara dan penegak hukum dalam memeriksa dan memutus perkara, hakim bertanggungjawab atas penetapan dan putusan yang dibuatnya. Penetapan dan putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat pertimbangan hukum bagi hakim yang didasarkan pada alasan dan dasar hukum yang tepat dan benar. (Pasal 53 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman)

Seorang hakim wajib mengundurkan diri dari persidangan apabila terikat hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat ketiga, atau hubungan suami atau istri meskipun telah bercerai, dengan ketua, salah seorang hakim anggota, jaksa, advokad, atau panitera. (Pasal 17 ayat (3) Undang-undang nomor 48 tahun 2009)

Seorang hakim atau panitera wajib mengundurkan diri dari persidangan apabila ia mempunyai kepentingan langsung atau tidak langsung dengan perkara yang


(37)

Hakim sebagai penerap hukum menyadari, bahwa ia menghadapi suatu peraturan yang menurut wadahnya dituangkan dalam bentuknya bahwa ia masih merupakan suatu ketentuan yang excepsionil.Hakim juga ditempatkan dalam posisi terhadap perundang-undangan yang dalam peraturan ini dirumuskan secara luas dan terbuka dan yang memberikan ruang gerak yang bebas, luas kepada hakim tersebut.

Hakim ketua dalam memeriksa perkara di sidang pengadilan harus menggunakan bahasa Indonesia yang dimengerti oleh para penggugat dan tergugat atau terdakwa dan saksi (Pasal 153 KUHAP). Hakim ketua membuka sidang dengan menyatakan terbuka untuk umum kecuali perkara mengenai kesusilaan atau terdakwanya anak-anak. Jika hakim dalam memerikasa perkara.

F. Peranan Hakim dalam Mejatuhkan Putusan

Hakim berbeda dengan pejabat-pejabat lain ia harus benar-benar menguasai hukum sesuai dengan sistem yang dianut di Indonesia dalam pemeriksaan di sidang peradilan, hakim harus aktif bertanya dan memberikan kesempatan kepada pihak terdakwa yang diwakili oleh penasehat hukum untuk bertanya pada saksi-saksi begitu pula penutuntut umum, semua itu dimaksud untuk menemukan kebenaran meteri pada akhirnya yang bertanggungjawab atas segala yang diutuskannya (Andi Hamzah, 1994: 10)


(38)

hakim yang dalam perkarannya memperhitungkan kemanfaatan perlu di adilkan. Maka dari hukum terletak dalam keadilan tapi putusan yang di ambil dan dijatuhkan dan berjiwa keadilan, sebab itu adalah tanggungjawab judis yan terletak dalam justicialisasi dari pada hukum.

b. Penjiwa hukum: dalam berhukum tidak boleh merosot menjadi suatu adat hampa tanpa berjiwa, melainkan harus senantiasa diresapi oleh jiwa untuk berhukum. Jadi hakim harus memperkuat hukum dan harus tampak sebagai pembela hukum dalam memberikan putusan

c. Pengintegrasian hukum: hukum perlu senantiasa sadar bahwa hukum dalam kasus tertentu merupakan ungkapan dari pada hukum pada umumnya. Oleh karena, itu putusan hakim pada kasus tertentu tidak hanya perlu diadakan dan dijawab melainkan perlu ditegaskan dalam sistem hukum yang sedang berkembang oleh perundang-undangan, peradilan, dan kebiasaan. Perlu juga supaya putusan hakim dapat diintegrasikan dalam hukum positif sehingga semua usaha berhukum senantiasa menuju kepemulihan pada posisi asli. d. Totalitas hukum: maksudnya menetapkan hukum keputusan hakim dalam

keseluruhan kenyataan. Hakim melihat dari dua segi hukum, dibawah ia melihat kenyataan ekonomis dan sosial sebaliknya diatas hakim melihat dari segi moral dan religi yang menentukan nilai-nilai kebaikan dan kesucian. Kedua tuntutan itu perlu dipertimbangkan oleh hakim dalam putusan hukumnya, disaat itu juga segi sosial ekonomis menuntut kepada hakim agar


(39)

e. Personalia hukum: personalia hukum ini mengharuskan keputusan kepada personal (kepribadian) dari para pihak mencari keadilan dalam proses, perlu diingat dan disadari bahwa mereka yang berperkara manusia sebagai pribadi yang mempunyai keluhan. (Omarsono adji, 1979:285)

Personal hukum ini memunculkan tanggungjawab hakim sebagai pengayom (pelindung) disini hakim dipanggil untuk bisa memberi pengayom kepada orang-orang yang wajib dipandang sebagi pribadi yang mencari keadilan. Sebelum menjatuhkan putusan, hakim akan menilai dengan arif dan bijaksana serta penuh kecermatan kekuatan pembuktian dari pemeriksaan dan kesaksian dalam persidangan pengadilan (Pasal 188 ayat (3) KUHAP) sesudah itu hakim akan mengadakan musyawarah terkait untuk mengambil keputusan yang didasarkan atas surat dakwaan dan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan sidang. Musyawarah tersebut Hakim Ketua akan mengajukan pertanyaan dimulai dari Hakim yang termuda sampai Hakim yang tertua majelis dan semua pendapat harus disertai pertimbangan beserta alasannya (Pasal 182 ayat (2) sampai ayat (5) KUHAP). Jika ada musyawarah tersebut tidak tercapai mufakat maka keputusan diambil suara yang terbanyak, apabila hakim tidak juga diperoleh putusan yang dipilih adalah pendapat hakim yang paling menguntungkan bagi terdakwa. Pelaksaan putusan ini dicatat dalam buku himpunan putusan yang disediakan khusus untuk keperluan itu dan isi buku tersebut rahasia sifatnya.


(40)

tidak terbukti secara sah dan meyakinkan (Pasal 191 ayat (1) KUHAP). Terdakwa akan dituntut lepas perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti tapi perbuatan itu bukan tindak merupakan suatu tindak pidana (Pasal 191 ayat (2) KUHAP). Tetapi jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya maka pengadilan menjatuhkan pidana (Pasal 193 ayat (1) KUHAP).


(41)

(42)

A. Pendekatan Masalah

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisa (Soerjono Soekanto, 1986: 43).

Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan skripsi ini adalah pendekatan secara yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Pendekatan secara yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara melihat dan menelaah proses peradilan pidana perkara kecelakaan lalu lintas. Selain itu juga pendekatan ini dilakukan melalui penelitian kepustakaan dengan cara mempelajari terhadap hal-hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas hukum, konsepsi, pandangan, peraturan-peraturan hukum serta hukum yang berkaitan dengan permasalahan dalam proposal skripsi ini.

Pendekatan yuridis empiris adalah suatu pendekatan yang dilakukan untuk memperoleh data primer yang dilakukan untuk mempelajari hukum dalam kenyataan baik berupa penilaian, prilaku, pendapat, sikap yang berkaitan dengan pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak pidana


(43)

mengumpulkan bahan data untuk dapat memecahkan permasalahan hukum yang ada.

B. Sumber dan Jenis Data

Jenis data dapat dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan data yang diperoleh dari bahan pustaka (Soerjono Soekanto, 1986: 11)

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini bersumber pada dua jenis, yaitu: 1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari putusan Mahkamah Agung Nomor 249/Pid.B/2009/PN.Kray tanpa observasi langsung ke lapangan. Dalam hal ini data yang diperoleh hanya dengan wawancara kepada narasumber yang dapat memberikan informasi tentang permasalahan yang ada di skripsi ini dan berpengalaman dibidangnya tanpa langsung observasi di tempat terjadinya perkara untuk mengetahui kebijakan penegak hukum dalam menangani kasus pada penulisan skripsi ini yaitu Hakim Pengadilan Negeri Tanjung Karang dan Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan dengan cara membaca, mengutip, dan menelaah peraturan perundang-undangan,


(44)

buku-a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Dalam hal ini bahan hukum primer terdiri dari:

1. Wetboek van strafrecht(Kitab Undang-undang Hukum Pidana)

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan.

1. Undang-undang nomor 8 tahun 1981 Tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

2. Undang-undang nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaaan Kehakiman. b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan

bahan hukum primer dan dapat membantu dalam menganalisa serta memahami bahan hukum primer seperti norma-norma hukum, literatur-literatur, buku dan makalah yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini. Bahan hukum sekunder penelitian ini yaitu:

1. Putusan Mahkamah Agung Nomor 249/Pid.B/2009/PN.Kray.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang berguna untuk memberikan informasi, petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia, media


(45)

C. Penentuan Populasi dan Sampel

Menurut Soerjono Soekanto (1986: 172) yang dimaksud dengan populasi adalah sejumlah manusia atau unit yang mempunyai ciri-ciri dan karakteristik yang sama. Populasi dalam penulisan skripsi ini adalah pihak-pihak yang berkaitan dengan pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan anggota keluarga pelaku meniggal dunia dan apakah dasar pertimbangan hukum bagi hakim dalam menjatuhkan putusan bebas bagi pelaku tindak pidana kecelakaan lalu lintas. Penetuan populasi dalam penelitian ini adalah beberapa aparat penegak hukum dalam Kehakiman pengadilan Negeri Tanjung Karang serta Dosen dari Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Adanya populasi dalam penelitian ini secara otomatis akan menimbulkan adanya sampel. Adapun sampel dari penelitian ini adalah Hakim di Pengadilan Negeri Kerlas I-A Tanjung Karang, Bandar Lampung dan Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung. Masri Singarimbung dan Sofian Effendi (1987: 172) memberikan pengertian mengenai sampel yaitu sejumlah obyek yang jumlah kurang dari populasi. Burhan Ashshofa (1996: 91) memberikan pengertian mengenai prosedur sampling dalam penelitian adalah Purposive Sampling, yaitu suatu metode pengambilan sampling yang dalam penentuan dan pengambilan anggota sampel berdasarkan atas pertimbangan dan tujuan penulisan yang telah di tetapkan.


(46)

Jumlah = 2 orang

D.Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua cara sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data sekunder. Dalam studi pustaka penulis mengadakan kegiatan antara lain studi dokumentasi dengan cara membaca, mencatat dan mengutip buku-buku yang menelaah perundang-undangan serta dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan permasalahan.

b. Studi Lapangan (Field Research)

Studi lapangan dilakukan dengan mewawancarai para narasumber dan wawancara yang dilakukan secara mendalam dengan sistem jawaban terbuka yang dilakukan secara lisan dan pertanyaan telah disiapkan sebelumnya terlebih dahulu.


(47)

a. Editing, yaitu data diperoleh kemudian diperiksa untuk diketahui apakah masih terdapat kekurangan dan kesalahan-kesalahan, apakah data tersebut sesuai dengan permasalahan yang dibahas.

b. Sistematisasi yaitu data telah diedit kemudian dilakukan penyusunan dan penempatan pada tiap pokok bahasan secara sistematis.

c. Evaluating yaitu memeriksa atas kelengkapan data, kejelasanya yang relevan terhadap pokok bahasan.

E. Analisis Data

Setelah pengolahan data selesai maka dilakukan analaisis data. Data yang diperoleh secera deskriptif kualitatif yang artinya hasil penelitian ini dideskripsikan dalam bentuk penjelasan dan uraian kalimat-kalimat yang mudah dibaca dan dimengerti untuk diinterprestasikan dan ditarik kesimpulan mengenai Eksistensi Lembaga Bantuan Hukum Fakultas Hukum dalam memberikan konsultasi dan bantuan hukum terhadap pencari keadilan, sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang masalah yang diteliti. Dari hasil analisis tersebut dapat dilanjutkan dengan menarik kesimpulan secara induktif, yaitu cara berfikir dalam mengambil kesimpulan secara umum yang didasarkan atas fakta-fakta yang besifat khusus, dan selanjutnya dari berbagai kesimpulan tersebut dapat diajukan saran.


(48)

(49)

A. Kesimpulan

Setelah melakukan pembahasan terhadap data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka sebagai penutup dari pembahasan atas permasalahan dalam skripsi ini, penulis menarik bebarapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana, setiap perbuatan tindakan itu baik itu disengaja maupun karena kelalaiannya harus dipertanggungjawabkan bagi pelaku tindak pidana tersebut. Seseorang yang melakukan tindak pidana harus mempertanggngjawabkan perbuatannya namun hukuman juga harus yang adil untuk setiap pelakunya.

Lanjar Sriyanto yang telah terbukti memenuhi unsur Pasal 359 dan Pasal 360 ayat (2) KUHP yang karena kelalaiannya menyebabkan orang lain meninggal dunia dan orang lain luka-luka. Hakim Pengadilan Negeri Karanganyar memvonis terdakwa dengan hukuman penjara 1 bulan 7 hari dan membayar biaya perkara sebesar Rp. 2500,- (dua ribu lima ratus rupiah). Terdakwa mengajukan banding melalui penasehat hukumnya dan divonis bebas oleh Majelis Hakim melalui putusan Mahakamah Agung Nomor 249/Pid.B/2009/PN.Kray dengan terbukti melakukan tindak pidana tersebut namun tidak bersalah karena ada alasan pemaaf yang menghapus sifat


(50)

dihapuskan dari segala tuntuan hukum. Maka terdakwa tidak perlu mempertanggungjawabkan perbuatannya yang sebagaimana di dakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum.

Dasar pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan bebas terhadap terdakwa adalah bahwa dalam perkara ini berdasarkan pertimbangan yuridis dan non yuridis yang terdakwa lakukan bahwa dalam pertimbangan yuridis ia memang terbukti melakukan tindak pidana yang sesuai unsur Pasal 359 dan 360 ayat (2) tetapi ia tidak terbukti bersalah karena tindak pidana itu di lakukan terdakwa dalam keadaan memaksa dan oleh sebab itu maka ada alasan pemaaf yang menghapus sifat pidananya maka terdakwa lepas dari segala tuntutan hukum. Melalui dasar pertimbangan nonyuridis hakim melihat dari latar belakang terdakwa melakukan tindak pidana, akibat yang ditimbulkan dari perbuatan terdakwa, keadaan ekonomi terdakwa pada saat terjadinya perkara ini serta faktor psikologis dan sosiologis terdakwa.

B. Saran

1. Pemberian hukuman terhadap pelaku kecelakaan lalu lintas haruslah setimpal dengan perbuatannya disengaja ataupun karena kelalaiannya dan bersifat memberi efek jera bagi pelanggar yang melanggar peraturan lalu lintas.


(51)

kecelakaan namun ia di tahan melebihi vonis hukuman yang ia dapatkan oleh hakim.


(52)

Andrisman ,Tri. 2007Hukum Pidana Asas-asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia.Unila

Ashshofa , Burhan. 1996.Metode Penelitian Hukum.Rineka Cipta. Jakarta Caniago, Arman YS. 2002.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Pustaka Setia.

Bandung.

Hamzah, Andi. 2008.KUHP dan KUHAP. Rineka Cipta. Jakarta.

Kansil, C,S,T. 1984.Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukm Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta

Masri,Singarimbun, ed. Sofian,Effendi. 1987.Metode penelitian survai.LP3ES. Jakarta.

Zed, Mestika.2004.Metode Penelitian Kepustakaan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta

Muhamad,Abdulkadir.2004.Hukum dan Penelitian Hukum. PT. Citra Aditya Bakti,Bandung

Poernomo, Bambang.1982.Azas-azas Hukum Pidana Indonesia. Cet 3. Ghalia Indonesia . Yogyakarta.

Projodikoro,Wirjono. 2003.Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia. Refika Aditama. Bandung, halaman 81.

Rifai Ahmad. 2010.Penemuan Hukum oleh Hakim Dalam Persfektif Hukum Progresif.Jakarta: Sinar Grafika,

R. Subekti, Prof, sh , Tjitrosoedibio. Kamus Hukum Pidana 1973. Pradnya Paramita (Persero). Jakarta.

Soekanto, soerjono.1986.Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia Press. Jakarta.


(53)

Hukum.Mandar Maju. Bandung.

Waluyo, Bambang. 2008.Pidana dan Pemidanaan. Sinar Garfika. Jakarta Putusan Mahkamah Agung Nomor 249/Pid .B/ 2 0 09 /PN.Kray.

Tim Penyusun Kamus. 1997.Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai pustaka. Jakarta.

Universitas Lampung. 2008 .Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung Press. Bandar lampung.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan. Undang-undang nomor 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman


(54)

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP MOTTO

PERSEMBAHAN SANWACANA DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...1

B. Permasalahan dan Ruang lingkup ...8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...9

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual...10

E. Sistematika Penulisan ...17

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Petanggungjawaban Pidana ...20

B. Pengertian Kecelakaan Lalu lintas ...23

C. Pengertian Pelaku Tindak Pidana...27

D. Putusan Pengadilan ...31


(55)

A. Pendekatan Masalah ...40

B. Sumber dan Jenis Data ...41

C. Penetuan Populasi dan Sampel ...43

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data...43

E. Analisis Data ...45

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ...47

B. Pertanggungjawaban Pelaku Tindak Pidana Kecelakaan Lalu Lintas yang Menyebabkan Anggota Keluarga Pelaku Meninggal Dunia ...48

C. Dasar Pertimbangan Hukum Bagi Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Bebas terhadap Pelaku Tindak Pidana Kecelakaan Lalu Lintas yang Menyebabkan Anggota Keluarga Pelaku Meninggal dunia ...66

V. PENUTUP A. Kesimpulan ...76

B. Saran ...77

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(56)

MENINGGAL DUNIA

(Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 249/Pid.B/2009/PN.Kray)

Oleh SEPTIANA SARI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian hukum pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(57)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 15 September 1990, putri kedua dari 2 bersaudara dari pasangan Risman Muchtar dan Risnawati. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Xaverius Way Halim Bandar Lampung pada tahun 2002, Sekolah Menegah Pertama Kartika II–2 ( Persit ) Bandar lampung tahun 2005 , Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Bandar Lampung tahun 2008 . Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Lampung. Pada bulan Juli 2011 penulis melaksanakan tugasnya dari kampus untuk KKN di Kabupaten Tulang Bawang Barat selama 40 hari. Kemudian pada tahun 2012 penulis menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas lampung.


(58)

• Allah SWT yang tidak henti-hentinya memberikan karunianya • Ayahanda dan alm ibunda tercinta yang selalu memberikan dorongan

serta doa dan telah lama menantikan keberhasilanku.

• Bapak dan ibu dosen yang mendampingiku serta membekaliku dengan ilmu pengetahuan.

• Teman-temanku yang telah memberikan motivasi.

Untuk Seseorang, terima kasih atas bantuan dukungan dan waktu yang di luangkan dalam menemani penulis menyelesaikan skripsi dan menantikan kesuksesanku


(59)

Jika tak bisa mencari apa yang di inginkan untuk bahagia, maka syukurilah apa yang telah di miliki, niscaya kita akan bahagia. Maka

nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan

(G.S ar Rahman : 16 )

Yang membawa diri kita sukses dan maju bukanlah orang lain , melainkan tekad dari hati dan kemauan diri kita sendirilah yang

membuat kita mencapai kesuksesan yang kita nantikan


(60)

Assalamualaikum,wr.wb puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniannya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Analisis Pertanggungjawaban Pelaku Tindak Pidana Kecelakaan Lalu Lintas

yang Menyebabkan Anggota Keluarga Pelaku Meninggal Dunia” skripsi ini di

susun dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Pada penyusunan skripsi ini penulis dapat bimbingan, arahan, serta dukungan dari berbagai pihak sehingga penyusun skripsi ini dapat berjalan dengan baik. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, SH.,MH. Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Diah Gustiniati M, SH.,MH selaku Ketua bagian Hukum Pidana

3. Bapak Dr. Eddy Rifai selaku pembimbing I yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan masukan serta kesempatan waktu kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Tri Andrisman SH.,MH selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dengan penuh perhatian dan kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(61)

6. Bapak Budi Rizki Husin SH.,MH selaku pembahas II yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyelsaian skripsi ini.

7. Ibu Wati Rahmi Ria SH,.MH selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama ini dalam perkuliahan.

8. Ibu Sri Suharini SH.,MH Hakim Pengadilan Negeri Tajung Karang dan Bapak Rinaldy Amrullah SH.,MH Dosen Fakultas Hukum Unila selaku responden yang telah meluangkan waktu memberikan informasi pada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

9. Seluruh dosen pengajar, staf, dan karyawan Mbak Sri, Mbak Yanti , Babe Narto di Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah banyak membantu penulis dalam mengurus berkas-berkas penulis dalam menyelesaikan kuliah penulis.

10. Buat almarhum MAMA ku tercinta terima kasih telah membesarkan aku hingga aku dewasa hingga menjadi sarjana walau dirimu belum sempat melihat aku memakai toga namun restu, doamu dan kasih sayangmulah yang membawa aku sampai sekarang ini hingga ku sukses kelak. Itu semua berkat dirimu♥ you mom.

11. PAPA ku tersayang yang tidak berhenti memberikan yang terbaik untuk diriku hingga aku dapat menyelesaikan kuliahku dengan baik dengan segala kasih sayang yang engkau berikan dari hari ke hari hingga aku mendapatkan gelar SH.


(62)

membantu memberikan dukungan waktu, semangat, dan perhatian begitu banyak serta tiada hentinya mendengarkan segala keluh kesah ku dalam menyelesaikan skripsi ini dan menunggu untuk cepet wisuda.

14. Ncik Christie yang cerewet minta ampun yang selalu ada di saat dalam masalah dan ikhlasnya mendengar keluh kesahku dan janjian buat wisuda bareng.

15. Teman-temanku Waq Dira (makasih yang tiap hari nebengin gw buat ke kampus), Citra Dino (yang tiap hari kalo liat mukanya bawaanya pingin debat terus ), Ines (yang selalu ama nasehatnya), Cund Queen (si idung yang kalo orang berpakaian apa aja selalu di komentarin), Tya Cimo (yang selalu minta ramalin), Uci puyuh (kalo di inget2 pernah hampir senyolot2an gara2 dia mau ngajuin judul), mak Reza (yang selalu gupek kalo ada kesalahan dikit aja) , Gege (doi ini paling tenang setau gw jadi orang tapi kalo marah hmmm diem ah ), saat-saat di kampus adalah kenangan di antara kita.

16. Rekan-rekan di kampusku, teman sekelompokku, teman contekanku teman informasiku Selvi (setiap ada keperluan kuliah pasti nanya ama ini anak), Wirda (temen jalan-jalan setelah akhir-akhir kuliah), Silca (orang paling santai yg pernah gw tau tapi lulusnya duluan), Alana (pacarnya gege si mbak lemah lembut), Dona (temen fitnesku yang ramah tamah), Vera (makasih udah jadi moderator di setiap seminar), Agus (pacarnya Vera yang udah ngebantu banget waktu seminar 2) dan rekan-rekan angkatan 2008 khususnya


(63)

17. Buat Edo, Robin, July, Yaya, Oii, Andri, Iin, Pipin, Ajeng, Ratu, Iyai Reza, Tambun, Weni, Iqbal teman bermain yang seru terima kasih sudah berteman baik dengan ku.

18. Temen-temen SMA 10 Bandar Lampung.

19. Buat rekan-rekan KKN Menggala Emas Serly (ini orang kemana- kemana waktu kkn bareng gw), Panca (yang bahan kongekan gw terus), Nata (orang paling ngejengkelin di KKN hhaa si bos), Kirun (berantem mulu sama ini anak gara-gara cerewet banyak komentar) Fahrul (paling netral di antara yang lain-lain), Agung (sang ketua di dalem rumah)

20. Almamaterku tercinta

Akhir kata, atas bantuan dan dukungan, serta doa yang telah di berikan, penulis ucapkan terima kasih. Tak ada manusia yang sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT, begitu juga dengan penulis hanya mampu mengucapkan maaf apa bila ada salah yang terbesit selama ini dengan harapan skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan keilmuan pada umumnya dan ilmu hukum khususnya ilmu pidana.

Bandar Lampung, Juni 2012 Penulis,


(1)

KUPERSEMBAHKAN KEPADA

• Allah SWT yang tidak henti-hentinya memberikan karunianya • Ayahanda dan alm ibunda tercinta yang selalu memberikan dorongan

serta doa dan telah lama menantikan keberhasilanku.

• Bapak dan ibu dosen yang mendampingiku serta membekaliku dengan ilmu pengetahuan.

• Teman-temanku yang telah memberikan motivasi.

Untuk Seseorang, terima kasih atas bantuan dukungan dan waktu yang di luangkan dalam menemani penulis menyelesaikan skripsi dan menantikan kesuksesanku


(2)

MOTTO

Jika tak bisa mencari apa yang di inginkan untuk bahagia, maka

syukurilah apa yang telah di miliki, niscaya kita akan bahagia. Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan

(G.S ar Rahman : 16 )

Yang membawa diri kita sukses dan maju bukanlah orang lain , melainkan tekad dari hati dan kemauan diri kita sendirilah yang

membuat kita mencapai kesuksesan yang kita nantikan


(3)

SANWACANA

Assalamualaikum,wr.wb puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniannya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pertanggungjawaban Pelaku Tindak Pidana Kecelakaan Lalu Lintas yang Menyebabkan Anggota Keluarga Pelaku Meninggal Dunia” skripsi ini di susun dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Pada penyusunan skripsi ini penulis dapat bimbingan, arahan, serta dukungan dari berbagai pihak sehingga penyusun skripsi ini dapat berjalan dengan baik. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, SH.,MH. Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Diah Gustiniati M, SH.,MH selaku Ketua bagian Hukum Pidana

3. Bapak Dr. Eddy Rifai selaku pembimbing I yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan masukan serta kesempatan waktu kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Tri Andrisman SH.,MH selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dengan penuh perhatian dan kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(4)

5. Ibu Firganefi SH.,MH selaku pembahas I yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyelsaian skripsi ini.

6. Bapak Budi Rizki Husin SH.,MH selaku pembahas II yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyelsaian skripsi ini.

7. Ibu Wati Rahmi Ria SH,.MH selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama ini dalam perkuliahan.

8. Ibu Sri Suharini SH.,MH Hakim Pengadilan Negeri Tajung Karang dan Bapak Rinaldy Amrullah SH.,MH Dosen Fakultas Hukum Unila selaku responden yang telah meluangkan waktu memberikan informasi pada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

9. Seluruh dosen pengajar, staf, dan karyawan Mbak Sri, Mbak Yanti , Babe Narto di Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah banyak membantu penulis dalam mengurus berkas-berkas penulis dalam menyelesaikan kuliah penulis.

10. Buat almarhum MAMA ku tercinta terima kasih telah membesarkan aku hingga aku dewasa hingga menjadi sarjana walau dirimu belum sempat melihat aku memakai toga namun restu, doamu dan kasih sayangmulah yang membawa aku sampai sekarang ini hingga ku sukses kelak. Itu semua berkat dirimu♥ you mom.

11. PAPA ku tersayang yang tidak berhenti memberikan yang terbaik untuk diriku hingga aku dapat menyelesaikan kuliahku dengan baik dengan segala kasih sayang yang engkau berikan dari hari ke hari hingga aku mendapatkan gelar SH.


(5)

12. Seluruh saudaraku yang telah memberikan dorongan dan dukungan kepadaku. 13. Vendri Victoria si tukang koment ngeselin nyebelin tapi telah banyak membantu memberikan dukungan waktu, semangat, dan perhatian begitu banyak serta tiada hentinya mendengarkan segala keluh kesah ku dalam menyelesaikan skripsi ini dan menunggu untuk cepet wisuda.

14. Ncik Christie yang cerewet minta ampun yang selalu ada di saat dalam masalah dan ikhlasnya mendengar keluh kesahku dan janjian buat wisuda bareng.

15. Teman-temanku Waq Dira (makasih yang tiap hari nebengin gw buat ke kampus), Citra Dino (yang tiap hari kalo liat mukanya bawaanya pingin debat terus ), Ines (yang selalu ama nasehatnya), Cund Queen (si idung yang kalo orang berpakaian apa aja selalu di komentarin), Tya Cimo (yang selalu minta ramalin), Uci puyuh (kalo di inget2 pernah hampir senyolot2an gara2 dia mau ngajuin judul), mak Reza (yang selalu gupek kalo ada kesalahan dikit aja) , Gege (doi ini paling tenang setau gw jadi orang tapi kalo marah hmmm diem ah ), saat-saat di kampus adalah kenangan di antara kita.

16. Rekan-rekan di kampusku, teman sekelompokku, teman contekanku teman informasiku Selvi (setiap ada keperluan kuliah pasti nanya ama ini anak), Wirda (temen jalan-jalan setelah akhir-akhir kuliah), Silca (orang paling santai yg pernah gw tau tapi lulusnya duluan), Alana (pacarnya gege si mbak lemah lembut), Dona (temen fitnesku yang ramah tamah), Vera (makasih udah jadi moderator di setiap seminar), Agus (pacarnya Vera yang udah ngebantu banget waktu seminar 2) dan rekan-rekan angkatan 2008 khususnya


(6)

pidana yang tidak bisa ku sebutkan satu-persatu yang telah memberikan dukungannya.

17. Buat Edo, Robin, July, Yaya, Oii, Andri, Iin, Pipin, Ajeng, Ratu, Iyai Reza, Tambun, Weni, Iqbal teman bermain yang seru terima kasih sudah berteman baik dengan ku.

18. Temen-temen SMA 10 Bandar Lampung.

19. Buat rekan-rekan KKN Menggala Emas Serly (ini orang kemana- kemana waktu kkn bareng gw), Panca (yang bahan kongekan gw terus), Nata (orang paling ngejengkelin di KKN hhaa si bos), Kirun (berantem mulu sama ini anak gara-gara cerewet banyak komentar) Fahrul (paling netral di antara yang lain-lain), Agung (sang ketua di dalem rumah)

20. Almamaterku tercinta

Akhir kata, atas bantuan dan dukungan, serta doa yang telah di berikan, penulis ucapkan terima kasih. Tak ada manusia yang sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT, begitu juga dengan penulis hanya mampu mengucapkan maaf apa bila ada salah yang terbesit selama ini dengan harapan skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan keilmuan pada umumnya dan ilmu hukum khususnya ilmu pidana.

Bandar Lampung, Juni 2012 Penulis,