Ratio CN akhir Proses Pengisian Komposter

HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah karakteristik pupuk organik pada komposter aerob dan komposter anaerob yang berasal dari berbagai sampah organik rumah tangga yaitu : ratio CN akhir, temperatur, derajat keasaman pH, kadar air bahan dan rendemen. Karakteristik Pupuk Organik Proses pengomposan aerob adalah proses pengomposan dengan menggunakan oksigen O 2 , hasilnya adalah pupuk organik yang mengeluarkan CO 2 , uap air, dan panas. Sedangkan proses pengomposan anaerob adalah proses pengomposan tanpa menggunakan oksigen O 2 , hasilnya adalah Lumpur yang mengeluarkan gas metana, CO 2 dan senyawa seperti asam organik dan berbau.

1. Ratio CN akhir

Gambar 1. menunjukkan ratio CN akhir komposter aerob dan komposter anaerob pada berbagai ulangan percobaan. Ratio CN akhir yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebesar 7,86; 9,82 dan 12,14 dengan metode komposter aerob dan 17,81; 22,32 dan 29,19 dengan metode komposter anaerob. Universitas Sumatera Utara 5 10 15 20 25 30 35 KA I KA II KA III KAn I KAn II KAn III Keterangan : KA : Komposter Aerob KAn : Komposter anaerob Gambar 1. Perbandingan ratio CN pada komposter aerob dan anaerob. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pengomposan dengan komposter aerob menghasilkan kompos dengan CN akhir yang kecil dan mendekati CN tanah sebesar 12-20 sehingga sangat cocok baik digunakan untuk pupuk bagi tanaman. Sedangkan pengomposan dengan komposter anaerob nilai CN akhir rataan sebesar 23,10. Nilai CN akhir ini tidak mendekati CN tanah sehingga tidak cocok digunakan bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Damanhuri dan Padmi 2007 yang menyatakan bahwa perbandingan C dan N awal yang baik dalam bahan yang dikomposkan adalah 25-30 satuan berat n kering, sedang CN diakhir proses adalah 12-20. Harga CN tanah adalah 10-12, sehingga bahan-bahan yang mempunyai harga CN mendekati CN tanah, dapat langsung digunakan. Ratio CN akhir pada komposter anaerob lebih tinggi dibandingkan ratio CN akhir pada komposter aerob, karena waktu yang dibutuhkan untuk proses pengomposan pada komposter anaerob masih kurang, dimana pada hari ke14 pengomposan masih pada tahap thermofilik sehingga pupuk organik yang Universitas Sumatera Utara dihasilkan belum matang dan belum dapat digunakan langsung pada tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Deptan 2006 bahwa proses pengomposan secara aerob, lebih cepat dibanding anaerob dan waktu yang diperlukan tergantung rasio CN bahan kompos. Sedangkan pada pengomposan dengan komposter aerob pupuk organik yang dihasilkan sudah matang yang ditandai dengan ratio CN yang rendah yang mendekati CN tanah.

2. Perubahan suhu