Komunikasi dan Public Relations

17 13. Pendidikan publik untuk menggunakan produk atau jasa 14. Good will para customer atau para pendukung 15. Investigasi sikap berbagai kelompok terhadap perusahaan 16. Mengarahkan perubahan Tujuan kegiatan PR tersebut, pada gilirannya akan memberi manfaat terhadap organisasi. Prestise atau citra yang baik, misalnya akan memberi manfaat yang sangat besar bagi organisasi, bahkan citra dan reputasi ini sering disebut sebagai aset terbesar perusahaan. Karena itu, reputasi mendapat perhatian yang sangat besar dan manajemen reputasi merupakan salah satu bagian dari kegiatan PR yang penting. Untuk mempertahankan bahkan meningkatkan citra dan reputasi organisasi atau perusahaan dapat dilakukan salah satunya dengan melaksanakan program Corporate Social Respo nsibility CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan dalam rangkaian kegiatan public relations.

2.1.3 Komunikasi dan

Public Relations Berkomunikasi yang baik dan efektif akan menghasilkan keuntungan yang tinggi. Komunikasi dua arah yang efektif harus dipandang sebagai satu- satunya alat manajemen PR yang dimanfaatkan dalam mengembangkan organisasi. Bagi PR, umpan balik lewat opini publik yang diciptakan akan membawa perbaikan, perubahan dan perkembangan sebagai efeknya. Cara yang paling bernilai dan bermanfaat adalah adanya sikap terbuka untuk menerima umpan balik melalui pemantauan pihak-pihak yang terkait. Secara sederhana, komunikasi dikatakan efektif bila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya. Secara umum, komunikasi dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksud oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. 18 Komunikasi yang efektif adalah penerimaan pesan oleh komunikan receiver sesuai dengan pesan yang dikirim oleh komunikator sender, kemudian komunikan memberikan respon yang positif sesuai dengan yang diharapkan. Suatu komunikasi dapat dikatakan efektif apabila mencakup lima kriteria, yaitu pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang semakin baik dan tindakan Mulyana, 2002: 22. Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, Wilbur Schramm Effendy, 2000: 41 menampilkan apa yang ia sebut “the condition of success in communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki. Kondisi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan. 2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti. 3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut. 4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok di mana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki. Bagi PR, dalam melaksanakan fungsi dan kegiatannya berpusat pada komunikasi. Komunikasi memiliki peran yang besar dalam public relations Rumanti, 2002: 86, di antaranya: 1. Komunikasi dalam PR merupakan titik sentral. 2. Dalam setiap proses komunikasi, hubungan kemanusiaan merupakan proses yang menyangkut kepribadian, sikap dan tingkah laku yang terjadi pada orang-orang yang terlibat. 19 3. PR dalam fungsinya melaksanakan komunikasi persuasif dua arah di semua bidang kegiatan dengan maksud memberi motivasi kerja, bertanggung jawab dan produktif. 4. Atas dasar pengertian tersebut, terlihat bahwa komunikasi timbal balik dalam PR merupakan proses integrasi antarmanusia, bukan hanya hubungan antarmanusia human relations saja. Menurut James E. Grunig Ruslan, 2003: 103, dalam perkembangan public relations dalam konsep dan praktik dalam proses komunikasi terdapat empat model four typical ways of conceptual and practicing communication , yaitu: a. Model Publicit or Press Agentry Press agentrypublicity ditujukan untuk kepentingan propaganda. Komunikasinya satu arah. Pesannya seringkali tidak lengkap, terdistorsi, atau hanya sebagaian saja mengandung kebenaran. Press agentry sangat fokus pada publisitas yang melahirkan ungkapan any publicity is good publicity . Modelnya adalah: Sumber Penerima organization public Komunikasi dipandang sebagai mengatakan telling , bukan mendengarkan listening . Sedikit sekali riset yang dilakukan untuk model ini. Phineas T. Barnum merupakan tokoh sejarah yang menonjol selama masa kejayaan model ini sejak tahun 1850 hingga 1900. Olahraga, teater, dan promosi produk merupakan bidang-bidang utama dari praktik model tersebut di masa sekarang. 20 b. Model Public Information Tujuan utama public information adalah diseminasi atau penyebarluasan informasi. Komunikasinya satu arah, tidak perlu dengan cara persuasif. Modelnya adalah: Sumber Penerima organization public Riset, bila memang ada, tidak terbatas pada tes-tes keterbacaan readability test atau kajian-kajian tentang jumlah pembaca. Ivy Lee adalah tokoh sejarah yang terkenal selama periode perkembangan model ini di masa-masa awal, yaitu dari 1900 hingga 1920-an. Pemerintah, asosiasi-asosiasi nirlaba, dan bisnis adalah bidang praktik yang utama di masa sekarang. Sebagaimana model press agentry , model public information bersifat satu arah one-way dan hanya fokus pada output , bukan pada pencapaian outcomes . c. Model Two Way Asymmetrical Model ini ditujukan untuk persuasi secara ilmiah. Komunikasinya bersifat dua arah, dengan efek-efek tak berimbang. Modelnya adalah: Sumber Penerima Dengan feedback ke sumber Riset bersifat formatif, membantu untuk merencanakan suatu aktivitas dan memilih sasaran-sasaran, serta evaluatif, menemukan jika sasaran telah tercapai. Edward L. Bernays adalah tokoh historis terkenal selama periode model ini yang berawal di tahun 1920-an. Bisnis yang kompetitif dan perusahaan-perusahaan public relations merupakan tempat praktik di masa-masa sekarang. 21 Berdasarkan model ini public relations dalam prakteknya berupaya membujuk publik, agar mau bekerjasama, bersikap dan berfikir sesuai dengan harapan organisasi. Model ini lebih mementingkan pembelaan perusahaan dari pada mencari solusi yang terbaik bagi penyelesaian problem public relations yang muncul. d. Model Two Way Symmetrical Model ini bertujuan untuk memperoleh saling pengertian mutual understanding , sedangkan komunikasinya bersifat dua arah dengan efek-efek yang seimbang. Modelnya adalah: Group Group Dengan feedback Riset formatif digunakan terutama untuk mempelajari bagaimana publik mempersepsi organisasi dan menentukan akibat- akibat apa yang ditimbulkan organisasi. Hal ini akan membantu manajemen untuk merumuskan kembali kebijakan-kebijakan perusahaan. Riset evaluatif digunakan untuk mengukur apakah PR telah memperbaiki pemahaman publik tentang organisasi dan pemahaman manajemen atas publik-publiknya. Bernays, para pendidik, dan pemimpin profesional telah menjadi tokoh-tokoh sejarah tentang model two-way symmetric ini. Sejak 1960-an dan 1970-an model ini diikuti oleh beberapa organisasi lain. 2.2 Community Relations Definisi singkat tentang Community Relations diberikan oleh Center dan Jackson 1995:82, Community Relations sebagai fungsi Public Relations , adalah partisipasi suatu lembaga atau instansi di dalam suatu komunitas dengan terencana, aktif, dan berkelanjutan untuk menjaga dan mengembangkan lingkungan sekitarnya, untuk kepentingan lingkungan itu 22 sendiri, para karyawannya serta semua pihak yang berkepentingan dan demikian juga halnya masyarakat luas. Jerold Iriantara,2004:20 mendefinisikan community relations sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya untuk kemaslahatan bersama bagi organisasi dan komunitas. DeMartinis Iriantara,2004:20 menjelaskan community relations hanya sebagai cara berinteraksi dengan berbagai publik yang saling terkait dengan operasi organisasi. Komunitas tersebut mencakup klien, lingkungan, pejabat publik, lembaga pemerintah dan lembaga lain. Konsep DeMartinis tentang komunikasi menunjukkan bahwa sesungguhnya apa yang dinamakan publik dalam public relations itu adalah komunitas. Hubungan antara organisasi dengan komunitas bukanlah soal bertetangga belaka. Konsep komunitas telah megalami pergeseran, sehingga komunitas tidak hanya dimaknai dengan lokalitas belaka, melainkan juga dimaknai secara struktural, artinya dilihat dari aspek interaksi yang ada saat ini bisa saja berlangsung di antara individu yang berbeda lokasinya. Karena itu, hubungan antara organisasi dan komunitas lebih tepat dipandang sebagai wujud tanggung jawab sosial organisasi. Community atau komunitas dalam Public Relations adalah kelompok- kelompok para pegawai di dalam perusahaan dan lembaga, institusi, organisasi dan golongan sosial yang ada di luar perusahaan. Ke dalam perusahaan, Public Relations berkewajiban mengatur hubungan antar kelompok pegawai di satu pihak dengan lembaga perusahaannya di pihak lain. Demikian pula terhadap kelompok lain di luar perusahaan, seperti lembaga pemerintahan, instansi swasta dan masyarakat, public relations juga harus bisa menjalin hubungan yang baik. Tujuan Community Relations adalah memberikan informasi kepada masyarakat di sekitar lembaga yang bersangkutan perusahaan atau instansi, 23 produk atau jasa yang ditawarkan, serta kegiatan lembaga tersebut secara umum. Lebih lanjut tujuan Community Relations adalah meluruskan persepsi yaitu keliru di kalangan masyarakat serta mengatasi kritik dan menciptakan citra baik serta mencari dukungan masyarakat Baskin, 1997 : 276. Menurut Center dan Jackson 1995 : 84 ditinjau dari strategi yang mendasarinya, perencanaan hubungan komunitas perlu diarahkan ke tiga sasaran pokok; pertama defensif , menjaga agar tidak terjadi hal-hal yang negatif, kedua proaktif menjadi teladan dalam hal-hal yang positif yang menjadi perhatian masyarakat, ketiga pelestarian , mencari jalan untuk memelihara hubungan dengan khalayak yang saat ini belum menjadi penentu, namun dapat mempengaruhi nama baik perusahaan. Hubungan antara organisasi dan komunitas dan masyarakat secara keseluruhan berada pada kondisi yang dinamis. Hubungan tersebut tidak berdiam pada satu posisi, namun berubah sejalan dengan perubahan pada lingkungan sosial organisasi tersebut. Terkadang perusahaan dipandang wajar jika bekerja hanya mencari keuntungan karena masyarakat mendapat manfaat berupa ketersediaan barang yang diproduksi perusahaan tersebut. Namun, kadang juga perusahaan dipandang bertanggung jawab terhadap berbagai persoalan sosial yang muncul, seperti soal lingkungan hidup yang dampaknya ditanggung oleh masyarakat. Community relations bukanlah sekedar membangun hubungan baik dengan komunitas sekitar lokasi operasi perusahaan saja juga tidak lagi dilakukan untuk kepentingan organisasi bisnis semata, tetapi prinsip yang ingin dikembangkan melalui community relations adalah mengembangkan hubungan bertetangga yang baik, khususnya di lingkungan perusahaan itu berdiri. Hubungan organisasi dan komunitasnya tidak semata-mata didasarkan pada kepentingan ekonomi saja. Dalam membangun hubungan yang baik dengan komunitas, perusahaan lebih memposisikan dirinya sebagai lembaga sosial atau menjalankan fungsi dan peran sosialnya. 24 Program dalam community relations difokuskan untuk menanamkan kebanggaan karyawan, membangun kepercayaan publik, menumbuh kembangkan pendidikan, memberi respons terhadap kebutuhan komunitas dan meningkatkan citra perusahaan. Semua langkah dalam program community relations dilakukan dengan didasarkan pada nilai-nilai dasar perusahaan, yakni menghormati individu, integritas yang utuh, keterpercayaan, kredibilitas dan perbaikan berkelanjutan, pembaharuan pribadi serta pengakuan dan nama baik Iriantara, 2004: 30. Corporate Social Responsibility bisa dipandang berdasarkan dua pendekatan; Pertama, dalam konsep Public Relations lama yang memposisikan organisasi atau perusahaan sebagai pemberi donasi, maka Community Relations hanyalah bagian dari aksi dan komunikasi dalam proses Public Relations , bila berdasarkan fakta dan perumusan masalah ditemukan bahwa permasalahan yang mendesak adalah menangani masyarakat sekitar, maka dalam perencanaan akan disusun program Community relations , ini kemudian dijalankan melalui aksi dan komunikasi. Kedua, yang memposisikan komunitas sebagai mitra dan konsep komunitasnya bukan sekedar kumpulan orang yang berdiam di sekitar wilayah operasi organisasi, Community Relations dianggap sebagai program tersendiri yang merupakan wujud tanggung jawab sosial organisasi. Rencana yang baik tak akan berarti dan berdampak apapun terhadap organisasi bila tidak diimplementasikan dengan baik. Begitu juga halnya dengan program atau kegiatan PR yang berwujud program atau kegiatan community relations . Bila suatu program community relations tidak diimplementasikan dengan baik, mungkin organisasi hanya bisa “menggugurkan kewajiban” moral dan hukum belaka untuk menyelenggarakan program community relations. Namun, manfaat program itu tidak dapat dirasakan baik oleh organisasi maupun komunitas organisasi 25 tersebut. Akibatnya, tujuan community relations atau tujuan PR secara keseluruhan tidak tercapai. Hubungan antara komunitas dan organisasi lebih tepat dipandang sebagai relasi yang dikembangkan untuk membuka ruang bagi terwujudnya tanggung jawab sosial organisasi. Tanggung jawab sosial tersebut terus berevolusi sampai menemukan bentuk yang menunjukkan keseimbangan dan kesetaraan posisi antara organisasi dan komunitasnya. Sejalan dengan itu, komunitas pun tak lagi hanya dimaknai dengan lokalitas, melainkan juga sebagai struktur yang di dalamnya terjadi interaksi karena memiliki nilai-nilai dan kepentingan yang sama, serta manfaatnya bisa dirasakan kedua belah pihak. Community relations dikembangkan demi kemaslahatan organisasi dan komunitasnya dalam bentuk tanggung jawab sosial. Create Profit Inc. 2001 Iriantara, 2004: 27 menggambarkan 3 tahapan perkembangan konsep tanggung jawab sosial organisasi bisnis dalam konteks community relations . Pertama, community relations dan pemberian sumbangan sebagai respons atas kebutuhan tekanan lokal dan manajemen senior chief executive officer CEO pada tahun 1960-an dan 1970-an. Kedua, pada tahun 1980-an dan 1990-an berkembang model community relations yang dinamakan “Model Kewarganegaraan Korporat” yang didasarkan pada isu-isu etis. Ketiga, berkembang konsep aliansi strategis yang terkait erat dengan tujuan organisasi yang muncul sejak tahun 1999. Perkembangan konsep tanggung jawab sosial dan community relations menunjukkan adanya upaya untuk saling mendekati antara masyarakat dan organisasi bisnis. Masing-masing menjalin komunikasi untuk memecahkan permasalahan bersama. Masing-masing juga mau bergeser dari posisinya demi menjaga kemaslahatan bersama, tanpa menanggalkan identitas dan tujuannya masing-masing. Karena itu, program dan prakarsa dalam community relations difokuskan untuk menanamkan kebanggaan karyawan, membangun kepercayaan publik, menumbuhkembangkan pendidikan, memberi respons 26 terhadap kebutuhan komunitas dan meningkatkan citra perusahaan. Semua langkah dalam program community relations dilakukan dengan didasarkan pada nilai-nilai dasar perusahaan, yakni menghormati individu, integritas yang utuh, keterpercayaan, kredibilitas dan perbaikan berkelanjutan, pembaharuan pribadi serta pengakuan dan nama baik Iriantara, 2004: 30. 2.3 Corporate Social Responsibility CSR 2.3.1 Definisi Corporate Social Responsibility CSR CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam perkembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitik beratkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Menurut Budimantara 2008:78, peneliti ICSD Indonesia center for substainable Development , menyatakan CSR merupakan komitmen perusahaan untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik bersama dengan para pihak terkait, terutama masyarakat di sekeliling dan lingkungan sosial dimana perusahaan tersebut berada yang dilakukan terpadu dengan kegiatan usahanya dengan berkelanjutan. Susanto 2007:26 menyatakan bahwa CSR sebagai suatu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap stakeholder dan masyarakat. Dengan diperolehnya laba, perusahaan dapat memberikan deviden bagi pemegang saham, mengalokasikan sebagian laba yang diperoleh guna membiayai pertumbuhan dan perkembangan usaha di masa depan, serta membayar pajak kepada pemerintah dan melaksanakan program CSR demi kesejahteraan masyarakat. Dari pengertian beberapa sumber di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa CSR adalah komitmen untuk pembangunan berkelanjutan dan tidak 27 terbatas sebagai pemenuhan hukum saja namun kesadaran dari setiap organisasi atau perusahaan untuk bertanggung jawab secara moral kepada lingkungan dan sosial. Steiner 1994, menyebutkan tiga alasan pentingnya sebuah perusahaan melakukan kegiatan CSR Badarudin,2008:36 : 1. Perusahaan adalah makhluk masyarakat dan karenanya harus merespon permintaan masyarakat. Pergeseran harapan masyarakat terhadap fungsi perusahaan menuntut perusahaan melakukan CSR. Masyarakat pada umumnya menuntut organisasi perusahaan sebagai organisasi profit, tidak hanya berorientasi pada laba namun juga menerapkan fungsi tanggung jawab sosialnya dengan mengupayakan tanggung jawab tersebut kepada masyarakat dan lingkunganya. 2. Kepentingan bisnis dalam jangka panjang ditopang oleh semangat tanggung jawab sosial itu sendiri. Arena bisnis dan masyarakat memiliki relasi simbiotik mutualisme. Kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada upaya untuk bertanggung jawab terhadap masyarakat sebagai bagian dari aktifitas bisnisnya. Sebaliknya kesejahteraan mayarakat tergantung keuntungan yang dihasilkan dan tanggungjawab perusahaan. 3. Kegiatan CSR merupakan salah satu cara untuk mengurangi atau menghindari kritik masyarakat, dan akhirnya bermuara kepada mempengaruhi peraturan pemerintah

2.3.2 Aktivitas Corporate Social Responsibility

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Public Relations dalam Komunikasi Pemasaran Terpadu T1 362006801 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Public Relations dalam Komunikasi Pemasaran Terpadu T1 362006801 BAB II

0 0 50

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Public Relations dalam Komunikasi Pemasaran Terpadu T1 362006801 BAB IV

6 73 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Public Relations dalam Komunikasi Pemasaran Terpadu T1 362006801 BAB V

0 1 25

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Audit Komunikasi Program Corporate Social Responsibility ( Studi Peran Public Relations pada Pt.Coca-Cola Amatil Indonesia )

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Audit Komunikasi Program Corporate Social Responsibility ( Studi Peran Public Relations pada Pt.Coca-Cola Amatil Indonesia ) T1 362008027 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Audit Komunikasi Program Corporate Social Responsibility ( Studi Peran Public Relations pada Pt.Coca-Cola Amatil Indonesia ) T1 362008027 BAB IV

0 1 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Audit Komunikasi Program Corporate Social Responsibility ( Studi Peran Public Relations pada Pt.Coca-Cola Amatil Indonesia ) T1 362008027 BAB V

0 0 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Audit Komunikasi Program Corporate Social Responsibility ( Studi Peran Public Relations pada Pt.Coca-Cola Amatil Indonesia ) T1 362008027 BAB VI

1 2 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Audit Komunikasi Program Corporate Social Responsibility ( Studi Peran Public Relations pada Pt.Coca-Cola Amatil Indonesia )

1 0 39