KESIAPAN UMKM DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 (Studi Pada UMKM Di Sentra Industri Keripik Jl. Pagar Alam Kota Bandar Lampung)

(1)

READINESS of SME’s IN DEALING of ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

(Studies in SMEs at Chips Industry Center Jl. Pagar Alam the City of Bandar Lampung)

HERI SETIAWAN ABSTRACT

ASEAN Economic Community (AEC) is formed on the basis of an agreement to create a relationship of closer cooperation between ASEAN countries. The agreement covers four strategic framework, namely the achievement of a single market and a unified production base, a competitive economic region, equitable economic growth, and is integrated with the global economy. This research is a qualitative descriptive study who aimed to identify the readiness of SMEs Facing the ASEAN Economic Community (AEC), which will begin to be realized in December 2015. Researchers took a case study on SMEs in the industrial district of chips Jl. Pagar Alam, City of Bandar Lampung by selecting informants using purposive method. The data used in this study is a combination of primary data who collected in the field at the time of the study through interviews, and secondary data who taken from various sources as reference material research writing. Data were analyzed with data reduction and validity of data using triangulation techniques. The results showed that SMEs in the center of chips Jl. Pagar Alam, Bandar Lampung has been understood the ASEAN Economic Community, SMEs at the center of chips Jl. Pagar Alam, Bandar Lampung has made various efforts in the framework of the ASEAN Economic Community, and SMEs at the center of chips Jl. Pagar Alam City of bandar lampung has been prepared for the ASEAN Economic Community.


(2)

KESIAPAN UMKM DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

(Studi Pada UMKM Di Sentra Industri Keripik Jl. Pagar Alam Kota Bandar Lampung)

HERI SETIAWAN

ABSTRAK

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dibentuk atas dasar kesepakatan untuk menciptakan hubungan kerjasama yang lebih erat antar negara-negara ASEAN. Kesepakatan tersebut meliputi empat kerangka strategis, yaitu pencapaian pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya saing, pertumbuhan ekonomi yang merata, dan terintegrasi dengan perekonomian global. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi Kesiapan UMKM Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan mulai terealisasi pada Desember 2015. Peneliti mengambil studi kasus pada UMKM di sentra industri keripik Jl. Pagar Alam Kota Bandar Lampung dengan memilih informan dengan menggunakan metode Purpossive. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah gabungan dari data primer yang diperoleh dilapangan pada saat penelitian berlangsung melalui wawancara dan data skunder yang disadur dari berbagai sumber sebagai bahan acuan penulisan penelitian. Teknik analisis data menggunakan reduksi data dan teknik keabsahan data menggunakan triangulasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa UMKM di sentra keripik Jl. Pagar Alam Kota Bandar Lampung telah memahami Masyarakat Ekonomi ASEAN, UMKM di sentra keripik Jl. Pagar Alam Kota Bandar Lampung telah melakukan berbagai upaya dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, dan UMKM di sentra keripik Jl. Pagar Alam Kota Bandar Lampung telah siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.


(3)

KESIAPAN UMKM DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

(Studi Pada UMKM Di Sentra Industri Keripik Jl. Pagar Alam Kota Bandar Lampung)

Oleh

Heri Setiawan

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ADMINISTRASI BISNIS

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

ILMU ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

KESIAPAN UMKM DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

(Studi Pada UMKM di Sentra Industri Keripik Kota Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh

Heri Setiawan

ILMU ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.3 Model Kerangka Pemikiran ... 41

Gambar 3.7 Analisis Model Interaktif ... 52

Gambar 4.1 Wilayah Administratif Kota Bandar Lampung ... 58

Gambar 4.2.1 Keripik Fino ... 71

Gambar 4.2.2 Keripik Royyan ... 73

Gambar 4.2.3 Keripik Merry ... 74

Gambar 4.2.4Keripik Rizka ... 75

Gambar 4.2.5 Keripik Nisa ... 76

Gambar 4.2.6 Keripik Aliya (Yaya) ... 77

Gambar 4.3.1 Bu Hanik sedang menjelaskan pemahamannya tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ... 84

Gambar 4.3.2 Ibu Sofia (kiri) dan karyawan (kanan) saat sedang diwawancara oleh penulis ... 85

Gambar 4.3.3 Pak Asman saat sedang diwawancara penulis ... 88

Gambar 4.3.4 Ibu Nova (tengah) berfoto bersama seusai melakukan wawancara dengan penulis ... 89

Gambar 4.3.5 Pak Asman (kiri) sedang menjelaskan upayanya mnuju MEA 2015 ... 92

Gambar 4.3.6 Dokumentasi setelah melakukan wawancara dengan Ibu Sofia (kanan) ... 97

Gambar 4.3.7 Ibu Nurjanah (kanan) saat diwawancara oleh penulis ... 98

Gambar 4.3.8 Reklame Keripik Rizka yang berlokasi disekitar Jl. Pagar Alam Kota Bandar Lampung ... 98


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 13

1.3 Tujuan Penelitian ... 13

1.4 Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ... 15

2.1.1 Pengertian UMKM ... 17

2.1.2 Peran UMKM ... 19

2.1.3 Karakteristik UMKM ... 20

2.1.4 Perkembangan UMKM ... 22

2.1.5 Kondisi UMKM di Indonesia ... 24

2.1.6 Konsep Pengembangan UMKM ... 26

2.2 Konsep Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ... 30

2.2.1 Pembentukan MEA 2015 ... 33

2.2.2 Piagam ASEAN (ASEAN Charter) ... 34

2.2.3 Jadwal Strategis MEA ... 36

2.2.4 Menuju Kawasan Bebas Aliran Barang ASEAN 2015 ... 36

2.2.4.1 Aliran Bebas Sektor Jasa ... 38

2.2.4.2 Aliran Bebas Investasi ... 38

2.2.4.3 Aliran Bebas Modal ... 39

2.3 Kerangka Pemikiran ... 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 42

3.2 Lokasi Penelitian ... 43


(7)

ii

3.4 Subjek, Sumber dan Jenis Data ... 45

3.4.1 Subjek Penelitian ... 45

3.4.2 Sumber Data ... 46

3.4.3 Jenis Data ... 47

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.6 Proses Penelitian ... 49

3.7 Teknik Analisis Data ... 50

3.8 Teknik Keabsahan Data ... 53

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ... 57

4.1.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung ... 57

4.1.1.1 Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung ... 59

4.1.1.2 Letak Gografis Kota Bandar Lampung ... 62

4.1.2 Kawasan Sentra Industri Keripik Kota Bandar Lampung ... ... 63

4.2 Gambaran Informan ... 70

4.3 Hasil Penelitian ... 81

4.3.1 Pemahaman Tentang MEA ... 81

4.3.1.1 Pemahaman Pelaku UMKM tentang MEA ... 82

4.3.1.2 Upaya Pelaku UMKM Menghadapi MEA ... 91

4.3.1.3 Kesiapan Pelaku UMKM Menghadapi MEA ... 99

4.3.2 Pembahasan ... 106

BAB V KASIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 111

5.2 Saran ... 113 DAFTAR PUSTAKA


(8)

v

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan 1. Surat Pengantar Penelitian

2. Panduan Wawancara 3. Profil Informan 4. Transkrip Wawancara

5. Tabel Triangulasi Data (Teknik Keabsahan Data) 6. Foto-foto Dokumentasi


(9)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman Tabel 1 Perkembangan UMKM dan UB 2011-2012 ... 8 Tabel 2 Perkembangan UMKM di Provinsi Lampung tahun 2012 ... 9 Tabel 3 Data UMKM Kota Bandar Lampung Bulan Desember

Perkecamatan Tahun 2014 ... 10 Tabel 4 Klasifikasi UMKM Berdasarkan UU No.20/2008 ... 19 Table 5 Data Informan ... 70


(10)

n

*<rtf"

t"""""""\"""'

1.

I i i

Tim Penguji Ketua

Penguji

MENGESAIIKAI\T

: Ahmad

Rifa'i,

S.Sos., M.Si.

:

I)r.

Nur Efe_1djr.!.Sos., M.Si.

'!..

9$693'W

*u,*"-

-%.'

''--4' ;.::#;:

Tanggal Lulus Ujim Slripsi : 03 Jnli 2015

I

:

L

#*xs

.sFxd


(11)

I I

PER}TYATAAI{

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

t.

Karya tutis saya" Sktipsi

/

faporan Akhir ini, adalah asti dan belum pemah

diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana

/

Ahli Madya), baik di

Universitas Lampung mppun pergunran tinggr lainnya.

2.

Katya tulis

ini

murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali aratran tim pembimbing.

3.

Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah di tulis atau

dipublikasikan orang lain

,

kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai

aflxm

dalam naskah dengan disebutlsan nama pengarang dan dieantumkan dalam daftar pustaka.

4-

Pernyataan

ini

saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kernudian hari terd4pat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar ywrg telah

diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sssuai dengan noilna yang berlaku di Perguruan Tinggi ini.

Bandar Lampung 03 Juti 20lS


(12)

l

I

I

l

Judul Skripsi

NarrraMahasiswa

Junrsan

Fakultas

: KESIAPAITT UMKM I}ALAM MANGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAFI 2015

(Studi pada UMKM di Sentra Industri Keripik

JL Pagar Alam Kota Bandarlampung)

z QIem

$cticrnrcn

Nomor Pokok Mahasiswa: 1116051033

: Ilmu Administrasi Bisnis : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

MEI\TYETUJT}I

l.

Komisi Pembimbing

19,7.s02M 200012 1001


(13)

“Jika ingin bermimpi, mimpilah s

esuka

hati.

Jika ingin tercapai, kejar dan

lakukanlah.

Percaya pada keajaiban namun jangan

bergantung kepadanya, maka

berusahalah!!”


(14)

Teriring rasa syukur dan cintaku kepada Sang Pencipta

yang Maha Kasih dan Pencerah Hidup yang selalu

melimpahkan kebahagiaan bagi setiap umatnya

Kupersembahkan Karyaku ini untukmu, Ayah

dan Ibuku, orang paling berjasa dan tanpa

pamrih merawatku dengan baik sampai saat

ini. Sebagai tanda baktiku, terimaksih atas

doa, motivasi, kasih sayang, pengorbanan dan

keikhlasanmu, sungguh jasamu tak ternilai

Adikku tercinta, dan semua keluarga yang


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Wira Jaya, sebuah desa yang saat ini masuk kedalam wilayah Kabupaten Mesuji, tercatat pada 28 April 1993 sebagai anak Pertama dari dua bersaudara. Penulis bangga berkesempatan hadir kedunia dari rahim wanita luar biasa, ibuku Sunarti, darinya lah penulis menemukan kebenaran filosofis dimana wanita adalah tangan dunia dan jembatan akhirat. Juga kepada ayahku Samsul Amin yang telah banyak memberi pelajaran hidup yang sarat hikmah.

Terlahir di Kabupaten Mesuji namun penulis mengarungi sebagian waktu dan perjalanan keilmuanya di Rebang Tangkas, Kabupaten Waykanan sebuah kabupaten yang terletak diujung utara Provinsi Lampung. Menamatkan Sekolah Dasar (SD) di SDN Gunung Sari, Kecamatan Rebang Tangkas yang diselesaikan pada tahun 2005, kemudian melanjutkan ketingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 1 Rebang Tangkas, Kabupaten Waykanan yang lulus pada tahun 2008, dan meneruskan pendidikan ketingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Rebang Tangkas pada program IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), Kabupaten Waykanan yang ditamatkan pada tahun 2011.


(16)

Ditahun yang sama, yaitu tahun 2011, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur Penerimaan Mahasiswa Perluasan Akses Pendidikan (PMPAP). Dalam pengabdiannya sebagai Mahasiswa pada Almamater Universitas Lampung, penulis menyelami dinamika kehidupan kampus yang berintonasi dengan mengikuti beberapa organisasi internal kampus, namun penulis memutuskan untuk mengabdi disebuah organisasi yang mewadahi Mahasiswa Jurusan Administrasi Bisnis, yaitu Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Administrasi Bisnis. Dalam keanggotaan penulis di organisasi tersebut, tercatat penulis pernah menjadi anggota Bidang Kretek (Kreativitas dan Teknis) periode 2012-2013 dan menjadi Kepala Bidang Pengkajian dan Penalaran (Kabid P&P) periode 2013-2014 Himpunan Mahasiswa Jurusan Administrasi Bisnis.

Pada tahun 2014, penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Beringin Kencana, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung selama 40 hari. Dalam kesempatan KKN tersebut penulis aktif diberbagai kegiatan kampung dan menjadi bagian dari warga setempat. Penulis mencoba mengamalkan ilmu yang telah penulis dapat dibangku kuliah dan menerapkannya di kehidupan sosial. Semoga penulis senantiasa menjadi pribadi yang selalu menuju kearah yang lebih baik, memberi energi positif bagi banyak orang, bermanfaat di masyarakat, dan berguna bagi nusa dan bangsa.


(17)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan peneitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Kesiapan UMKM Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 (Studi pada UMKM Di Sentra Industri Keripik Kota Bandar Lampung)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Administrasi Bisnis dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas lampung. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangsihnya baik sumbangan pikiran, waktu, dan tenaga serta bantuan moril maupun materiil khususnya kepada:

1. Bapak Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan FISIP Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Suripto, S.Sos., M.AB., selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis. Terima kasih atas masukan, nasehat, ilmu, dan saran-sarannya selama proses penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Ahmat Rifa’i, S.Sos., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, serta selaku pembimbing utama. Bapak telah banyak mengubah


(18)

cara pandang saya terhadap hidup, terima kasih atas kesediaan Bapak serta kesabarannya untuk memberikan bimbingan, ilmu, nasehat, kritik dan saran, serta motivasi yang membangun selama ini hingga sampai proses penyelesaian penulisan skripsi ini. Saya akan tanamkan itu semua dalam pikiran saya dan akan saya jadikan landasan berpikir untuk bertindak lebih baik lagi kedepannya. Terima kasih banyak telah memberikan bimbingan yang berarti ini di sela-sela kesibukan bapak;

4. Bapak Dr. Nur Effendi, S.Sos., M.Si., selaku penguji utama terima kasih Pak telah menyempatkan hadir untuk menguji penelitian dan penulisan skripsi saya di sela-sela agenda Bapak. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca skripsi saya, menyampaikan masukan, kritik dan saran yang sangat membantu saya dalam membangun dasar keilmuan tentang bidang yang saya teliti. Semoga Bapak senantiasa berkenan memberikan lebih banyak lagi masukan dan membagi ilmu Bapak kepada saya dikesempatan yang akan datang;

5. Bapak Suprihatin Ali, S.Sos., M.Si., selaku dosen Pembimbing Akademik (PA), terima kasih atas kesediaanya memberikan bantuan dan masukan disaat saya menghadapi kesulitasn berkaitan dengan akademis kampus, dan ilmu yang benar-benar bermanfaat selama saya kuliah, semoga canda dan tawa Bapak tak lekang terkikis oleh waktu;

6. Bu Rori, Pak Har, Pak Dian, Bu Media, Bu Damai, Bu Jeni, Pak Dedi, Pak Arif, dan seluruh Bapak/Ibu Dosen beserta staff pengajar di Jurusan ilmu Administrasi Bisnis yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih


(19)

atas ilmu yang diberikan selama saya menuntut ilmu di jurusan ini, suatu saat saya akan seperti kalian!;

7. Ibu Mertayana selaku staff Jurusan Ilmi Administrasi Bisnis FISIP Unila, terima kasih ya buk telah menjadi teman setia saya saat sedang menunggu

datangnya Pak Rifa’i untuk bimbingan, terima kasih telah mendengarkan

keluh kesah saya, dan juga terima kasih atas kemudahan serta bantuan dalam mengurus berkas kuliah ataupun skripsi selama ini;

8. Teristimewa untuk Ayah dan Ibuku tercinta, jasamu tak ternilai harganya. Luasnya latuan, tak sebanding dengan luas kasih sayangmu kepadaku. Aku tahu, aku bukanlah seorang anak yang sempurna yang mampu melakukan banyak hal. Tetapi, dengan karya kecil ini, aku akan buktikan bahwa aku layak menjadi kebanggaan mu. Inilah tiketku menuju masa depan yang indah, meski dinamis. Dengan do’amu segalanya mungkin, kasih sayangmu merubah ara, besarnya cintamu membuat semesta. Terima kasih telah merawatku dengan baik selama ini, kau perjuangkan semuanya untuk membesarkanku dan mencoba memenuhi segala kebutuhanku, meski sulit. Kaulah motivator dan inspirator yang sesungguhnya. Thanks a lot for all, I

promise you, I’ll be greatful. I will not make you dissapointed. Semoga Allah

SWT memberikan balasan dan kebahagiaan yang luar biasa indah untuk Ayah dan Ibu di dunia dan di akhirat kelak, Amin. Aku akan berjuang untukmu;

9. Buat Rindi Setiawati, adekku tersayang. Satu-satunya saudara kandungku, jangan pernah berhenti belajar, terus lakukan hal-hal baru, buat dirimu


(20)

sepintar dan secerdas mungkin agar kelak kau dapat taklukkan dunia. Makasih ya udah perhatian sama kakak, udah sayang, udah cinta, udah.. banyak lah. Jangan pacaran mulu sana-sini, berbakti sama orang tua! Dengerin kata-kata ibu sama bapak, jangan ngebantah. Kamu adik terhebat untukku;

10. Seluruh keuarga besarku di manapun berada, di seluruh Indonesia yang selama ini menanti kelulusanku. Terima kasih atas motivasi dan do’anya, semoga ini merupakan awal untuk mencapai kesuksesan, Amin;

11. Sahabat-sahabat dan rekan-rekan ABI 2011, yang sudah wisuda, yang baru mau wisuda, dan yang belum wisuda: Suhek, Eka, Zeva, William, Paksi, Balqis, Bunan, Gaol, Rohani, Fenika, Resty, Supri, Ogi, David, Isal, Bambang, Fadhil, Ratih, Bekti, Ahwa, Riko, Anas, Angga, Lailatul, Dini, Rinda, Yuki, Wili, dan semua teman-teman ABI 2011 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. You guys rock!!! Makasih udah memberi banyak tawa dan canda selama ini, kalian benar-benar Luarrr Biasza. Semangat terus, gapai mimpi-mimpi kalian;

12. Buat Bapet, Ahmat Rio Syahputra, buru dikelarin oii skripsinya jangan mondar-mandir gak jelas gitu, makin ketinggalan jauh nih sama gue, hehee malu sama adek-adek tingkat . Kurnia Ramadani, semangat pet, kita semua akan dipertemukan oleh kesuksesan dengan masing-masing kisah, jaga kringet elu biar gak dehidrasi! hahaa. Buat Desi Puspita W.S, Thanks yo des, udah jadi teman curhat selama skripsi, ngobrolin ini-itu kemana-mana gak berujung, yang sempet galau tingkat dewa ditinggal kekasih ke Malaysia,


(21)

hehee jangan pernah kalah sama keadaan, Kita bisa. Wes pokok’e Woyo-Woyo lah.. ;

13. Teman seperjuangan Esa Devi Safiani, makasih udah jadi partner terhebat selama ngurusin skripsi. Makasih udah mau berbagi suka dan duka, kritik dan saran, motivasi dan inspirasi, dan semua mimpi kita. Semoga mimpi-mimpi itu dapat terwujud seiring berjalannya waktu. God will make everything beautifull in the right place, the right time, for the best reason.

Always keep faith in God. Don’t being someone else, just be you!;

14. Teman kecil Nia Neliana (Pend. Biologi ’11), semangat ya buat gelar Sarjana Pendidikan yang sedang kau tempuh sekarang. Dari kecil sampai sekarang kita masih berteman, langgeng yaa. Terimaksih atas warna yang kau beri dari mulai kita kanak-kanak sampai sekarang  ;

15. Mbak Dora Rinova, S.AB., rekan sebimbingan yang gigih dalam berjuang, semangat buat gelar magister science-nya (M.Si.). Terima kasih sudah ngemong aku selama ngurusin skripsi, nasehat-nasehatnya, motivasinya, pokoknya semuanyalah. Akhirnya kita bisa menaklukkan Pak Rifai :v :d ;

16. Rekan-rekan lintas jurusan yang sama-sama berjuang Yudi (Sos’11), Mut

(ANE’11), Fahru (Sos’11), Fahri (Sos’11), Nadiril (ANE’12), Johan (ANE’12), Sholeh, (ANE’12), To’at (Ilkom’12), Nanang (Ilkom’11), Endah (PEM’11), Aji (ANE’11), Isma (Ilkom’12), Arif (Sos’11), Faris (IESP’11), Azies (Kimia’11), and also one and only Tika (Sos’11) Terima kasih atas sharing pengalaman dan ilmu dari bidang studi masing-masing, perbedaan


(22)

adalah pemicu persatuan. Semoga kalian sukses sesuai dengan dasar keilmuan yang kalian tekuni masing-masing (y). Tak lupa teman kosan yang

selalu ramai Haikal (Hukum’10), Kemal (TI), dan Abel (TI) thanks a lot for togetherness as long as here, you all fun :d ;

17. Kantin Uye yang selalu jadi tempat nongkrong terasyik, tempat menghabiskan waktu paling seru bareng Mbk Kiki, Mas Kliwon, Hendro, Japrak dan semua crew kantin, jaga kebersihan yaa. Pokok’e njoget!! Hahaa. Kantin Emak juga, makasih mak berkat kwetiaw buatanmu akhirnya aku bisa dapet nutrisi sehingga mampu kelarin ini skripsi, makasih juga nasehat-nasehatnya.;

18. Keluarga baruku di Desa Beringin Kencana, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan. Terima kasih telah menerima saya dengan baik selama 40 hari mengemban tugas disana, senang tiada tara saat semua menyambut dengan penuh suka cita. Mohon maaf apabila terdapat kata-kata ataupun perilaku yang kurang menyenangkan selama melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Semoga hubungan silaturahim ini dapat terjaga dengan baik sampai kapanpun. Terimakasih juga buat teman-teman satu kelompok KKN dari berbagai jurusan dan fakultas, kalian mengispirasi.;

19. Terima kasih kepada Bapak/Ibu selaku informan yang sudah membantu memberikan informasi terkait penelitian ini, yang juga turut menghantarkan penulis mencapai Gelar Sarjana Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Lampung, semoga jasa kalian dibalas oleh Tuhan YME. Mohon maaf apabila saat melakukan wawancara terdapat hal-hal yang


(23)

kurang tepat, dikarenakan penulis juga sedang menjalani proses pembelajaran.;

20. Cafe Business yang sudah menjadi tempat nongkrong sambil nunggu dosen, ngobrolin ini-itu apapun juga gak jelas kemana arahnya, haah.. harapan penulis, semoga lahir bintang-bintang besar dari tongkrongan itu. Amin.; 21. Kepada keluarga besar Himpunan Mahasiswa Jurusan Administrasi Bisnis,

terima kasih atas kebersamaan dan pengalamannya selama ini.;

22. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang turut membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.;

23. Almamaterku tercinta, Universitas Lampung yang mendewasakanku baik dari segi pemikiran dan perbuatan.;

24. Last, but not least, untuk kepingan hatiku yang masih disembunyikan Tuhan, I will find that pieces.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun harapan penulis semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin ya robbal alamin. Wassalammualaikum wr. wb.

Bandar Lampung


(24)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diawal pembentukanya pada 1967, ASEAN lebih ditunjukan pada kerjasama yang berorientasi politik guna pencapaian kedamaian dan keamanan dikawasan Asia Tenggara. Dimulai dari lima negara pendiri yaitu Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand, kini ASEAN terdiri dari sepuluh negara yang bergabung kemudian yaitu Brunei Darusalam (1984), Vietnam (1995), Myanmar dan Laos (1997), dan Kamboja (1999). Kerjasama regional ini semakin diperkuat dengan semangat stabilitas ekonomi dan sosial dikawasan Asia Tenggara, antara lain melalui percepatan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan budaya dengan tetap memperhatikan kesearaan dan kemitraan, sehingga menjadi landasan untuk tercapainya masyarakat yang sejahtera dan damai. Namun, kerjasama regional ASEAN memiliki karakteristik tersendiri antara lain tercermin dari baru dibentuknya Sekretariat ASEAN hampir 10 tahun setelah pendirianya (1976) dan

komitmen kerjasama yang lebih didasarkan pada ‘ASEAN way’ (Arifin, 2008:1).

Rencana jangka panjang pembentukan komunitas ASEAN ini terdiri dari tiga pilar, yaitu ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), ASEAN Security Community (ASC), dan ASEAN Socio-cultural Community (ASCC). Ketiga pilar tersebut saling berkaitan satu sama lain dan


(25)

2

saling memperkuat tujuan pencapaian perdamaian yang berkelanjutan, stabilitas serta pemerataan kesejahteraan di kawasan.

Dalam perkembangan realisasi konsep MEA selanjutnya,dirumuskan tujuan akhir integrasi ekonomi, yakni mewujudkan ASEAN Vision 2020 pada Deklarasi Bali Concord II, Oktober 2003 (Arifin dkk, 2008:2). Pencapaian dilakukan melalui lima pilar, yaitu; aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih bebas. Arifin dkk, (2008:3) mernjelaskan, berbagai kerjasama ekonomi dilakukan khususnya dibidang perdagangan dan investasi, dimulai dari Preferential Trade Arrangement (PTA, 1977), ASEAN Free Trade Area (AFTA, 1992), ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS, 1995) dan ASEAN Investment Area (AIA, 1998), kemudian dilengkapi dengan perumusan sektor prioritas integrasi dan kerjasama dibidang moneter lain. Semua hal tersebut merupakan perwujudan dari usaha mencapai MEA.

Langkah untuk memperkuat kerangka kerja MEA kembali bergulir di 2006 antara lain dengan formulasi blue print atau cetak biru yang berisi target dan waktu penyampaian MEA dengan jelas. Mempertimbangkan keuntungan dan kepentingan ASEAN untuk menghadapi tantangan daya saing global, diputuskan untuk mempercepat pembentukan MEA dari 2020 menjadi 2015 pada konferensi 12 ASEAN Summit, Januari 2007 (Arifin dkk, 2008:3). Keputusan ini juga menjadi political will para pemimpin ASEAN ditandai dengan ditandatangani ASEAN charter (Piagam ASEAN) yang terdiri dari cetak biru dan jadwal strategis pencapaian MEA di singapura pada 20 November 2007. Dokumen


(26)

3

tersebut berisi komitmen negara anggota atas keseriusan pencapaian MEA di mana evaluasi pencapaian MEA akan dilakukan ke masyarakat luas.

Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 membawa suatu peluang sekaligus tantangan bagi ekonomi Indonesia. Salah satu pelaku ekonomi yang saat ini kondisinya rawan terkena arus liberalisasi barang dan jasa adalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dengan diberlakukannya MEA pada akhir 2015, negara anggota ASEAN akan mengalami aliran bebas barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terdidik dari dan ke masing-masing negara. Melalui

MEA akan terjadi integrasi yang berupa “free trade area” (area perdagangan

bebas), penghilangan tarif perdagangan antar negara ASEAN, serta pasar tenaga kerja dan pasar modal yang bebas, yang akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan pembangunan ekonomi tiap negara. Ibarat pisau bermata dua manfaat dari implementasi MEA itu bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia tentu bergantung pada cara menyikapi era pasar bebas tersebut.

Budiman (2012:8) mengatakan, Indonesia memiliki tiga tantangan dalam mengimplementasikan AFTA menuju AEC (ASEAN Economic Community), yaitu Pertama, pendekatan lintas sektoral untuk meningkatkan daya saing. Kendala yang dihadapi oleh Indonesia dalam menggerakkan sektor industri dan perdagangan memunculkan tantangan bagi Indonesia dalam menghadapi MEA. Menurut Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rini Soewandi (menjabat pada 2004-2009), agar mampu bersaing dalam pasar perdagangan internasional, pemerintah harus memprioritaskan pengembangan industri yang berbasis pada bahan baku lokal. Karena itu, pemerintah dan dunia usaha perlu menyatukan visi.


(27)

4

Kedua, persiapan matang pada sektor fasilitasi perdagangan. Aspek lain yang menjadi tantangan bagi Indonesia dalam menerapkan AEC blue print adalah fasilitasi perdagangan. Fasilitasi perdagangan menjadi salah satu fokus yang diprioritaskan oleh pemerintah dalam memperlancar arus perdagangan. Berdasarkan kajian Wilson, Mann, dan Otsuki dalam Budiman (2012:9) perbaikan pada empat sektor utama yang menunjang sektor perdagangan akan dapat meningkatkan perdagangan internasional. Empat sektor itu adalah pelabuhan, kepabeanan, peraturan, dan jasa infrastruktur. Pada aspek fasilitas, Indonesia telah memiliki Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) yang secara teratur telah menerbitkan segala informasi mengenai kepabeanan. DJBC sekaligus menjadi National Single Window yang bertugas melayani segala prosedur mengenai perdagangan ke luar kawasan Indonesia. Namun, pusat informasi dan pelayanan yang mudah diakses bagi masyarakat umum belum dapat direalisasikan.

Ketiga, antisipasi persiapan dan fleksibilitas sektor sensitif atau menguasai hajat hidup orang banyak. Sebagaimana dikemukakan, bahwa sejak awal periode pembangunan hingga saat ini, produk ekspor Indonesia masih berbasis pada sumber daya alam dan produk manufaktur yang berteknologi rendah serta padat karya. Budiman (2012:15) menambahkan, karakteristik dan spesialisasi produk ekspor Indonesia untuk sektor industri didominasi produk tekstil, kayu, dan minyak kelapa sawit, merupakan produk yang minim sentuhan teknologi. Konsentrasi pada produk tersebut tidak saja karena faktor sumber daya alam yang tersedia, namun juga sesuai dengan banyaknya tenaga kerja yang ada.


(28)

5

Untuk menghadapi era pasar bebas se-Asia Tenggara tersebut, dunia usaha di Tanah Air tentu harus mengambil langkah-langkah strategis agar dapat menghadapi persaingan dengan negara ASEAN lainnya, tak terkecuali sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). UMKM merupakan salah satu bagian penting dalam perekonomian dan pembangunan nasional, karena adanya perkembangan UMKM memberikan dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja dan pengurangan jumlah kemiskinan. Melalui modal yang sedikit bisa membangun usaha kecil, teknologi yang digunakan sangat sederhana sehingga bersifat padat karya, yang memerlukan banyak tenaga kerja. Dengan penyerapan banyak tenaga kerja tersebut berarti mengurangi jumlah pengangguran, hingga pada akhirnya mampu mengurangi jumlah kemiskinan di Indonesia.

Tambunan (2013:3) mengatakan, pemberlakuan MEA 2015 memunculkan kekhawatiran di kalangan pengusaha Indonesia, terutama pengusaha yang skala usahanya Mikro Kecil Menengah (UMKM) bahwa produk asing akan secara gencar masuk ke dalam pasar dalam negeri dan berpotensi merebut pasar produk anak bangsa. Dengan kondisi demikian, pemberlakuan MEA 2015 akan menjadikan Indonesia hanya sebagai pasar berbagai produk impor. Namun, di sisi lain, sebenarnya MEA membuka peluang yang lebih besar dan lebih luas bagi produk Indonesia untuk menguasai pasar ASEAN. Jika pengusaha Indonesia mampu memproduksi barang berkualitas dan berdaya saing tinggi, maka MEA menawarkan kesempatan berharga untuk menjadikan ekonomi Indonesia berjaya.


(29)

6

Antisipasi dan persiapan perlu diadakan secara koheren dan terkait antara produk dan faktor yang mendukung seperti pendidikan, pelatihan, dan dukungan teknologi, agar sektor unggulan ini menjadi lebih siap bersaing. Pengalaman menunjukkan bahwa kurangnya persiapan dalam mengantisipasi liberalisasi perdagangan menyebabkan lemahnya daya saing Indonesia. Ekspor Indonesia menjadi industri strategis dan andalan penghasil devisa negara untuk sektor non-migas, yang menjadi sisi sensitif pada sektor ini adalah ekonomi biaya tinggi, yakni biaya bongkar muat Indonesia yang jauh lebih mahal dibandingkan biaya di Singapura, Thailand, Malaysia, dan Vietnam (Tambunan, 2013:18).

Adapun langkah-langkah antisipasi yang telah disusun Kementerian Koperasi dan UMKM untuk membantu pelaku UMKM menyongsong era pasar bebas ASEAN, antara lain peningkatan wawasan pelaku UMKM terhadap MEA, peningkatan efisiensi produksi dan manajemen usaha, peningkatan daya serap pasar produk UMKM lokal, dan penciptaan iklim usaha yang kondusif (liputan6.com, diakses oktober 2014). Kemenkop dan UMKM menyebutkan salah satu faktor hambatan utama bagi sektor UMKM untuk bersaing dalam era pasar bebas adalah kualitas sumber daya manusia (SDM), pelaku UMKM yang secara umum masih rendah. Oleh karena itu, harus dilakukan pembinaan dan pemberdayaan UMKM yang diarahkan pada peningkatan kualitas dan standar produk, agar mampu meningkatkan kinerja UMKM untuk menghasilkan produk-produk yang berdaya saing tinggi.

Kemenkop dan UMKM berupaya meningkatkan akses dan transfer teknologi untuk mengembangkan pelaku UMKM inovatif sehingga nantinya mampu


(30)

7

bersaing dengan pelaku UMKM asing. Peningkatan daya saing dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), diperlukan para pelaku UMKM di Indonesia untuk menghadapi persaingan usaha yang makin ketat, khususnya dalam menghadapi MEA. Peningkatan pemanfaatan TIK dalam kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di dalam negeri yang didorong melalui kerja sama pemerintah dengan pihak swasta, daya saing UMKM Indonesia pun makin meningkat. Dalam waktu dua tahun daya saing UMKM di Tanah Air dapat sejajar dan bahkan mengungguli Singapura dan Malaysia. Sementara itu, dari pihak Kementerian Perindustrian juga tengah melaksanakan pembinaan dan pemberdayaan terhadap sektor industri kecil menengah (IKM) yang merupakan bagian dari sektor UMKM.

Seiring berjalanya waktu, UMKM semakin berkembang pesat di Indonesia dari tahun ke tahun. Perkembangan tersebut memberikan dampak positif bagi pelaku maupun perekonomian Indonesia secara menyeluruh. UMKM juga dapat menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi jumlah pengangguran. Dari perspektif dunia, diakui bahwa usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memainkan suatu peran vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara sedang berkembang (NSB) tetapi juga di negara-negara maju (NM). Diakui secara luas bahwa UMKM sangat penting karena karakteristik-karakteristik utama mereka yang membedakan mereka dari usaha besar (UB), terutama karena UMKM adalah usaha-usaha padat karya, terdapat di semua lokasi terutama di perdesaan, lebih tergantung pada bahan-bahan baku lokal, dan penyedia utama barang-barang dan jasa kebutuhan pokok masyarakat


(31)

8

berpendapatan rendah atau miskin (Tambunan, 2013:1). Berikut data perkembangan UMKM di Indonesia yang disadur dari Kementerian Koperasi dan UKM:

Tabel 1. Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2011-2012

Indikator Satuan Tahun 2011 Tahun 2012

Perkembangan Tahun 2011-2012

Jumlah (%)

Unit Usaha ( A+B ) (Unit) 55.211.396 56.359.560 1.148.164 -

A. UMKM (Unit)

55.206.444 56.534.592 1.328.148

2,41

- Usaha Mikro

(Umi) (Unit) 54.599.969 55.856.176 1.256.207

2,38

- Usaha Kecil

(UK) (Unit) 602.195 692.418 90.223

4,52

- Usaha Menengah

(UM) (Unit) 44.280 48.997 4.717 10,65

B. Usaha Besar

( UB ) (Unit) 4.952 4.968 16 0,32

Sumber: depkop.go.id (2014)

Tabel 1 menunjukan tingkat perkembangan UMKM dan UB Tahun 2011-2012 di Indonesia berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UMKM. Dapat terlihat perkembangan UMKM Tahun 2012 cukup menggembirakan dari Tahun sebelumnya, terlebih pada unit usaha menengah yang berkembang cukup pesat yaitu diangka 10,65%. Dari tabel dapat terlihat bahwa kemakmuran masyarakat Indonesia meningkat seiring dengan perkembangan unit usaha mikro, kecil maupun menengah. Hal tersebut selain meningkatkan perekonomian juga dapat banyak menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia. Selain tabel perkembangan UMKM di Indonesia tersebut, berikut data perkembangan UMKM di Provinsi Lampung:


(32)

9

Tabel 2. Perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Privinsi Lampung Pada Tahun 2012

No. Kab/Kota Unit Usaha

Kecil Mikro Menengah Total

1 Lampung Selatan 1.685 258 143 2.086 2 Lampung Tengah 5.439 2.619 762 8.820 3 Lampung Utara 69.857 28.717 839 99.413 4 Lampung Timur 142.945 26.977 474 170.396

5 Lampung Barat 976 710 78 1.764

6 Bandar Lampung 12.632 7.462 10.884 30.978

7 Mesuji 397 163 515 1.075

8 Way Kanan 3.958 2.338 3.411 9.707

9 Metro 4.126 203 58 4.387

10 Tulang Bawang 2.847 205 35 3.087

11 Pringsewu 4.985 1.331 161 6.477

12 Tubabar 375 158 577 1.110

13 Tanggamus 258 80 15 353

14 Pesawaran 1.058 440 146 1.644

Jumlah 251.538 71.661 18.098 341.297 Sumber: Diskoperindag Provinsi Lampung (2014)

Tabel 2 menunjukan jumlah unit usaha di Provinsi Lampung di berbagai Kabupaten/Kota. Dapat terlihat total usaha dari ke-tiga unit usaha (mikro, kecil dan menengah) pada tahun 2012 adalah berjumlah 341.297 unit. Tidak hanya itu, pada dua tahun berikutnya UMKM di Kota Bandar Lampung sendiri mengalami peningkatan jumlah yang cukup besar. Hal tersebut membuat terjadinya persaingan makin beragam dan tak terelakkan diantara masing-masing pengusaha, pun sebelum menghadapi pasar bebas ASEAN dan saat sedang menghadapi pasar bebas ASEAN akhir 2015 nanti. UMKM Kota Bandar Lampung harus mampu bersaing ditengah gempuran produk-produk asing yang dengan lancarnya masuk ke Indonesia tak terkecuali menyerbu produk lokal buatan UMKM masyarakat Kota Bandar Lampung.


(33)

10

Berikut ini data UMKM Kota Bandar Lampung berdasarkan Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Diskoperidag Kota Bandar Lampung:

Tabel 3. Data UMKM Kota Bandar Lampung Bulan Desember Perkecamatan Tahun 2014

No. KECAMATAN Usaha

Mikro

Usaha Kecil

Usaha

Menengah Jumlah

1. Tanjung Karang Pusat 1.024 850 327 2.201

2. Tanjung Karang Timur 880 691 243 1.814

3. Tanjung Karang Barat 851 765 230 1.846

4. Kedaton 980 809 297 2.086

5. Rajabasa 1.000 686 263 1.949

6. Tanjung Senang 1.009 770 320 2.099

7. Sukarame 1.016 894 262 2.172

8. Sukabumi 966 650 309 1.925

9. Panjang 1.026 900 260 2.186

10. Teluk Betung Selatan 1.005 775 228 2.008

11. Teluk Betung Barat 984 636 218 1.838

12. Teluk Betung Selatan 974 620 285 1.879

13. Kemiling 1.016 812 224 2.052

14. Teluk Betung Timur 958 773 297 2.028

15. Enggal 927 920 235 2.082

16. Bumi Waras 987 662 268 1.917

17. Way Halim 998 650 258 1.906

18. Kedamaian 988 716 278 1.982

19. Labuhan Ratu 986 806 254 2.046

20. Langkapura 984 705 255 1.944

Jumlah 19.559 15.090 5.311 39.960

Jumlah UMKM 34.649

Sumber: LAKIP Diskoperindag Kota Bandar Lampung Tahun 2015

UMKM Kota Bandar Lampung mengalami peningkatan pesat jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, yaitu berjumlah 30.978 unit. Sedanglan pada tahun


(34)

11

2014 tercatat jumlah keseluruhan UMKM dari setiap kecamatan di Kota Bandar Lampung adalah 34.649 unit. Itu berarti, dalam dua tahun terakhir UMKM di Kota Bandar ampung mengalami peningkatan sebesar 3.671 unit. Hal ini cukup menggembirakan karena dengan bertambahnya jumlah UMKM di Bandar Lampung, akan menambah pula pemasukan daerah khususnya di Kota Bandar Lampung serta meningkatkan pula kesejahteraan masyarakatnya.

UMKM penting dilindungi dan dikembangkan lebih besar untuk menopang pertumbuhan ekonomi masyarakat. UMKM di Indonesia perlu mendapatkan perhatian yang baik dari pemerintah maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah untuk kedepan harus lebih kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya UMKM. Pemerintah harus meningkatkan perannya dalam memberdayakan UMKM di samping mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya.

Selain permasalahan yang diungkapkan diatas, permasalahan besar yang dihadapi UMKM menurut Tambunan (2012:51) adalah permasalahan internal, yaitu terkait organisasi, karena dari permasalahan organisasi tersebut akan bermuara pada permasalahan finansial yaitu kekurangan mendapatkan modal dan kesulitan pemasaran. Permasalahan yang termasuk dalam masalah organisasi manajemen (nonfinansial) yang dihadapi UMKM antara lain, 1) kurangnya pengetahuan atas teknologi produksi dan quality control yang disebabkan oleh minimnya kesempatan untuk mengikuti perkembangan teknologi serta kurangnya pendidikan


(35)

12

dan pelatihan, 2) kurangnya pengetahuan atas pemasaran, yang disebabkan oleh terbatasnya informasi yang dapat dijangkau oleh UMKM mengenai pasar, selain karena keterbatasan kemampuan UMKM untuk menyediakan produk/jasa yang sesuai dengan keinginan pasar, dan 3) keterbatasan sumber daya manusia (SDM) secara kurangnya sumber daya untuk mengembangkan SDM, serta kurangnya pemahaman mengenai keuangan dan akuntansi.

Pasar bebas ASEAN menjadi tantangan besar bagi Pelaku UMKM di seluruh Indonesia maupun Pelaku UMKM yang berada di daerah. Umunya, UMKM belum mampu beradaptasi dan meningkatkan keunggulan kompetitifnya. Produk yang dihasilkan akan kalah bersaing dengan produk luar negeri, apabila hal tersebut terjadi, maka UMKM yang ada di Provinsi Lampung akan semakin melemah. Dengan melemahnya UMKM secara terus menerus akan mengakibatkan perekonomian nasional juga akan melemah. Bagi para pemangku kebijakan maupun UMKM di Provinsi Lampung, hal ini menjadi tantangan untuk meningkatkan daya saing UMKM.

Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul “Kesiapan UMKM Kota Bandar Lampung Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015” dengan Studi pada Sentra Industri Keripik Jl. Pagar Alam Kota Bandar Lampung.


(36)

13

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan tersebut, maka masalah yang akan diangkat dalam penilitian ini adalah, Bagaima Kesiapan UMKM Kota Bandar Lampung dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kesiapan UMKM Kota Bandar Lampung dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, yaitu: 1. Bagi UMKM

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan, bahan pertimbangan dan rencana usulan strategi bagi UMKM dalam menghadapi era Pasar Bebas ASEAN maupun Perdagangan Internasional dalam bentuk lain.

2. Bagi Pemerintah

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan referensi pemerintah untuk menentukan kebijakan bagi kemajuan UMKM Indonesia pada umumnya dan bagi UMKM Kota Bandar Lampung khususnya ditengah gempuran globalisasi.


(37)

14

3. Bagi penelitian selanjutnya dan kalangan mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Perdagangan Bebas/Internasional, dan Kerjasama Internasional yang terjadi pada negara-negara ASEAN maupun negara-negara di dunia, untuk menjadi salah satu tinjauan referensi bagi penelitian selanjutnya.

4. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat menambah wawasan, ilmu, dan pengetahuan dalam menganalisis Pasar Bebas Dunia dan Perdagangan Internasional.


(38)

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah selalu menarik untuk dikaji, bukan hanya dari aspek ketahanan, aspek pembiayaan, perolehan pinjaman atau dari aspek manajerial usaha. Pada era globalisasi khususnya dengan adanya integrasi ekonomi di Asia Tenggara, yaitu penyatuan ekonomi (Economic Union) yang menjadikan Asia Tenggara menjadi suatu komunitas perekonomian dengan basis produksi tunggal membuat UMKM harus mampu mempertahankan eksistensinya ditengah gempuran ekonomi global.

Dalam hal ini, UMKM ditutut untuk mampu bersaing dan menciptakan produk yang dapat diterima tidak hanya oleh konsumen dalam negeri (Indonesia) tetapi juga konsumen di Asia Tenggara. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) selalu hadir karena memang diperlukan. UMKM ini selalu pula dapat membuktikan ketahanannya, terutama ketika bangsa kita dilanda badai krisis ekonomi (sejak Juli 1997). UMKM ini tampak merupakan salah satu sektor usaha penyangga utama yang dapat menyerap banyak tenaga kerja.


(39)

16

Dari Data BPS dan Kementerian Koperasi dalam Wahyudin (2013:27), dari seluruh kelas usaha menunjukkan bahwa usaha skala kecil di Indonesia menempati porsi sekitar 99%, artinya hampir seluruh usaha di Indonesia merupakan usaha kecil, hanya 1% saja usaha menengah dan besar. Perkembangan dan Pertumbuhan UMKM pun cukup bagus dari tahun ke tahun. Hampir dari setiap pemerintahan menekankan pada pemberdayaan UMKM. Pemerintah secara serius memberikan perhatian lebih pada sektor usaha ini. Alasannya, usaha kecil ini menjadi tulang punggung penyediaan tenaga kerja, karena perusahaan besar lebih menekankan penggunaan teknologi dari pada tenaga kerja manusia.

UMKM mampu menjadi stabilisator dan dinamisator perekonomian Indonesia. Sebagai negara berkembang, Indonesia sangat penting memperhatikan UMKM, disebabkan UMKM mempunyai kinerja lebih baik dalam tenaga kerja yang produktif, meningkatkan produktivitas tinggi, dan mampu hidup di sela-sela usaha besar. UMKM mampu menopang usaha besar, seperti menyediakan bahan mentah, suku cadang, dan bahan pendukung lainnya. UMKM juga mampu menjadi ujung tombak bagi usaha besar dalam menyalurkan dan menjual produk dari usaha besar ke konsumen. Kedudukan UMKM ini semakin mantap. Selain mampu menyerap tenaga kerja cukup banyak, UMKM ini bersifat lincah sehingga mampu bertahan di dalam kondisi yang tidak menguntungkan, seperti terjadinya krisis global seperti saat ini. Umumnya, UMKM memiliki strategi dengan membuat produk unik dan khusus sehingga tidak bersaing dengan produk dari usaha besar.


(40)

17

2.1.1 Pengertian UMKM

UMKM adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau Badan Usaha disemua sektor ekonomi (Tambunan, 2012:2). Pada prinsipnya, pembedaan antara Usaha Mikro (UMi), Usaha Kecil (UK), Usaha Menengah (UM) dan Usaha Besar (UB) umumnya didasarkan pada nilai asset awal (tidak termasuk tanah dan bangunan), omset rata-rata pertahun atau njumlah pekerja tetap. Namun definisi UMKM berdasarkan ketiga alat ukur ini berbeda disetiap Negara.

Karena itu, memang sulit membandingkan pentingnya atau peran UMKM antar Negara. Tidak terdapat kesepakatan umum dalam membedakan sebuah Mikro Ekonomi (MiE) dari sebuah UK atau UK dari sebuah UM, dan yang terakhir dari sebuah UB. Namun demikian, secara umum, sebuah UMi mengerjakan lima atau kurang pekerja tetap, walaupun banyak usaha dari kategori ini tidak mengerjakan pekerja yang digaji, yang didalam literature sering disebut self employment. Sedangkan sebuah UKM dapat berkisar angtara kurang dari 100 pekerja (Di Indonesia), dan 300 pekerja (Di China). Selain menggunakan jumlah pekerja, banyak Negara yang juga menggunakan nilai asset tetap (tidak termasuk gedung dan tanah) dan omset dalam mendefinisikan UMKM. Bahkan dibanyak Negara, definisi UMKM berbeda antar sector, misalnya di Thailand, India, dan China, atau bahkan berbeda antar lembaga atau departemen pemerintah, misalnya Indonesia dan Pakistan (Tambunan, 2012:3).


(41)

18

Di Indonesia, definisi UMKM diatur berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Definisi menurut UU No. 20 Tahun 2008 tersebut adalah:

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-undang.

Pada Tabel 4 akan dijelaskan mengenai klasifikasi Usaha Miko, Kecil dan Menengah berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM:


(42)

19

Tabel 4. Klasifikasi UMKM berdasarkan UU No. 20/2008

Ukuran Usaha Asset Omset

Usaha Mikro Minimal 50 Juta Maksimal 300 Juta Usaha Kecil >50 Juta – 500 Juta Maksimal 3 Miliar Usaha Menengah >500 Juta – 10 Miliar >2,5 – 50 Miliar Sumber: UU No. 20/2008

Yang dimaksud dengan kekayaan bersih adalah hasil pengurangan total nilai kekayaan usaha (asset) dengan total nilai kewajiban, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2.1.2 Peran UMKM

Sejarah perekonomian telah ditinjau kembali untuk mengkaji ulang peranan usaha skala mikro kecil dan menengah (UMKM). Beberapa kesimpulan, setidak-tidaknya hipotesis telah ditarik mengenai hal ini. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat sebagaimana terjadi di Jepang, telah dikaitkan dengan besaran sektor usaha kecil. Kedua, dalam penciptaan lapangan kerja di Amerika Serikat sejak perang dunia II, sumbangan UMKM ternyata tak bisa diabaikan (D.L. Birch, 1979 dalam Tambunan, 2013:3).

Negara-negara berkembang yang mulai mengubah orientasinya ketika melihat pengalaman-pengalaman di negara-negara tentang peranan dan sumbangsih UMKM dalam pertumbhan ekonomi. Usaha mikro kecil menengah (UMKM) memainkan peran-peran penting didalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di Negara-negara sedang berkembang (NSB), tetapi juga di


(43)

20

Negara-negara maju (NM). Di NM, UMKM sangat penting tidak hanya karena kelompok usaha tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja dibandingkan dengan usaha besar (UB). Di NSB, khususnya Asia, Afrika, dan Amerika Latin, UMKM juga berperan sangat penting khususnya dari perspektif kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi kelompok miskin, distribusi pendapatan dan pengurangan kemiskinan. Serta pembangunan ekonomi pedesaan (Tambunan, 2012:1). Tambunan menambahkan, dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan Ekspor Non-Migas, khususnya produk-produk manufaktur, dan inovasi serta pengembangan teknologi, peran UMKM di NSB relative rendah, dan ini sebenarnya perbedaan yang paling mencolok dengan UMKM di NM.

2.1.3 Karakteristik UMKM

UMKM tidak saja berbeda dengan UB, tetapi ndidalam kelompok UMKM itu sendiri terdapat perbedaan karakteristik antara UMi, UK, dan UM dalam sejumlah aspek yang mudah dilihat sehari-hari di NSB, termasuk Indonesia. Aspek-aspek tersebut termasuk orientasi pasar, profil dan pemilik usaha, sifat dari kesempatan kerja di dalam perusahaan, sistem organisasi dan manajemen yang diterapkan di dalam usaha, derajat mekanisme di dalam proses produksi, sumber-sumber dari bahan baku dan modal, lokasi tempat usaha, hubungan-hubungan eksternal, dan derajat keterlibatan perempuan sebagai pengusaha.

Selain hal-hal tersebut, menurut laporan BPS tahun 2006 dalam Tambunan (2012: 6), terdapat perbedaan antara UMi, UK, dan UM dalam latar belakang atau


(44)

21

motivasi pengusaha melakukan usaha. Perbedaan motivasin pengusaha sebenarnya harus dilihat sebagai karakteristik paling penting untuk membedakan antara UMKM dan UB, maupun antar sub-kategori di dalam kelompok UMKM itu sendiri. Menurut laporan tersebut, sebagian pengusaha mikro di Indonesia mamunyai latar belakang ekonomi, yakni ingin memperoleh perbaikan penghasilan. Ini menunjukan bahwa pengusaha mikro berinisiatif mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari. Disamping itu, latar belakang menjadi pengusaha mikro karena faktor keturunan, yaitu meneruskan usaha keluarga. Dalam hal ini, banyak faktor keluarga yang masih dominan, yakni jika orang tuanya seorang nelayan maka anaknya pun akan menjadi nelayan, dan seterusnya. Sedangkan alasan ideal pengusaha mikro adalah merasa telah dibekali keahlian tertentu. Alasan lain menjadi pengusaha mikro adalah tidak ada kesempatan untuk berkarir dibidang lain.

Selanjutnya, Tambunan (2012:8) menjelaskan, Latar belakang pengusaha kecil lebih beragam dari pada pengusaha mikro, walaupun latar belakang ekonomi juga merupakan alasan utama, tetapi sebagian lain mempunyai latar belakang lebih realistis dengan melihat prospek usaha kedepan dengan kendala modal terbatas. Sebagian besar pengusaha kecil di Indonesia mempunyai alasan berusaha karena adanya peluang bisnis dan pangsa pasar yang aman dan besar. Ada juga sejumlah pengusaha kecil beralasan bahwa itu karena faktor keturunan/warisan, dibekali keahlian dan membuka lapangan kerja baru bagi warga setempat. Meski masih terdapat sejumlah pengusaha yang beralasan karena tidak ada kesempatan dibidang lain dengan berbagai macam alasan, misalnya pendidikan formal yang


(45)

22

rendah, atau kondisi fisik yang tidak memungkinkan. Hal ini menunjukan bahwa pengusaha kecil mempunyai alasan yang lebih baik daripada UMi.

2.1.4 Perkembangan UMKM

Menurut database dari Menteri Negara Koperasi dan UKM (Menegkop & UKM) dan Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 1997 dalam Tambunan (2012:8), terdapat sekitar 39,7 juta usaha mikro kecil (UMK), dengan nilai penjualan rata-rata pertahun kurang dari Rp 1 Miliar per unit, atau sekitar 99,8 persen dari total unit usaha pada tahun itu. Pada tahun 1998, pada saat krisis ekonomi mencapai titik terburuknya dengan dampak negative yang sangat besar terhadap hampir semua sector ekonomi di Indonesia, banyak perusahaan dari berbagai skala usaha mengalami kebangkrutan atau mengurangi volume kegiatan secara drastic. Pada saat itu, Menegkop & UKIM memperkirakan hampir 3 juta UMK berhenti berusaha, dan jumlah usaha menengah (UM) dan usaha besar (UB) yang tutup usaha, masing sekitar 12,7 dan 14,2 persen dari jumlah unit masing-masing kelompok.

Lebih lanjut, Tambunan (2012:9) menjelaskan, pada tahun 2000, saat ekonomi Indonesia mulai pulih dari krisis ekonomi 1997/1998, tercatat ada sekitar 39,7 juta UMK, atau 99,85 persen dari jumlah perusahaan dari jumlah perusahaan berbagai skala di Indonesia. Pada tahun yang sama, ada sekitar 78,8 juta UM, dengan rata-rata nilai penjualan per tahun berkisar lebihy dari Rp 1 juta dan kurang dari Rp 50 miliar, atau 0,14 persen dari semua usaha yang ada. Pada tahun 2005, jumlah UMK tercatat sekitar 47 juta, sedangkan jumlah UM mencapai hampir 96 juta


(46)

23

unit. Pada tahun 2006, jumlah UMK mencapai sekitar 99,77 persen dari jumlah usaha yang ada di Indonesia, sedangkan jumlah UM dan UB, masing-masing 0,01 dan 0,22 persen. Namu demikian, laju pertumbuhan unit usaha dari kelompok UM jauh lebih tinggi dibandingkan dengan UMK. Pada tahun 2008, jumlah populasi UMK dan UM (sebut saja UMKM) mencapai sekitar 52,3 jutab unit dan bertambah lagi menjadi 52,7 juta unit pada tahun 2009, atau 99,99 persen terhadap total unit usaha di Indonesia yang berjumlah 52, 769 juta unit usaha.

Dilihat dari kesempatan kerja, pada tahun 2006, UMK mempekerjakan 80.933.384 orang, atau 91,14 persen dari jumlah angkatan kerja yang bekerja. Jumlah ini meningkat dari 70.282.178 orang pada tahun 2003, atau laju pertumbuhan sebesar 15,15 persen. Sedangkan UM dan UB, masing-masing 4.483.109 dan 3.388.462 orang. Jumlah pekerja di UM dan UB tersebut masing menurun dan meningkat dari 8.754.615 dan 438.198 orang (atau masing-masing dengan tingkat pertumbuhan secara bersamaan), UMKM mempekerjakan hampir 91 juta orang dibandingkan UB yang hanya sekitar 2,8 juta orang (Tambunan, 2012:10).

Salah satu ciri UMKM di Indonesia dan di negara berkembang lainya, adalah biasanya kelompok industri yang sama, berlokasi berdekatan satu sama lain di suatu wilayah. Pengelompokan secara geografis menurut kelompok ini, didalam literratur industry atau UMKM, disebut klaster. Di Indonesia, banyak kegiatan UMKM, khususnya UMK, yang tersebar di daerah-daerah memang sudah berlangsung turun-temurun, dan umumnya setiap daerah memiliki spesialisasi UMKM tersendiri.


(47)

24

2.1.5 Kondisi UMKM di Indonesia

Usaha Mikro Kecil dan Menengah telah tumbuh dan berkembang cepat dari waktu ke waktu. Perkembangan yang cukup pesat ini berdampak pada kompetisi yang semakin meningkat. Kompetisi yang meningkat cenderung menyebabkan tingkat keuntungan (rate of return) yang diperoleh UMKM mengarah pada keseimbangan. Bahkan pada kondisi tertentu, industri kecil yang tidak mampu berkompetisi akan tergusur dari persaingan usaha (Herawati, 2003:34).

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 lalu, yang diawali dengan krisis nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan krisis moneter telah mengakibatkan perekonomian Indonesia mengalami suatu resesi ekonomi cukup besar. Krisis ini sangat berpengaruh negatif terhadap hampir seluruh lapisan golongan masyarakat dan hampir semua kegiatan perekonomian di dalam negeri, tidak terkecuali kegiatan-kegiatan yang diakukan oleh usaha kecil dan menengah (Tambunan, 2002:11). Berkenaan dengan perubahan yang terjadi, secara fundamental penting bagi perusahaanuntuk mengevaluasi kembali strategi dan kinerjanya disesuaikan dengan kondisi yang ada, sehingga mampu membangun keunggulan kompetitifnya yang merupakan faktor kunci keberhasilan usaha untuk dapat mengikuti kemajuan dan perubahan persaingan yang terjadi dewasa ini.

Usaha mikro kecil dan menengah sering kali dipandang sebagai sebuah problem (Herawati, 2003:2). Terdapat berbagai alasan mengapa muncul pandangan seperti itu. Tinjauan pesrpektif kemampuan usaha mikro kecil dan menengah dianggap kurang berdaya. Sehingga pemerintah merasa perlu memberikan perhatian khusus.


(48)

25

Perlindungan dan bantuan usaha nampaknya menjadi suatu keharusan, mengingat jumlah tenaga kerja yang terserap dalam sektor ini cukup besar. Upaya dalam mengatasi masalah tersebut harus menjadi agenda pembangunan yang pokok, harus dilandasi oleh strategi penguatan dan pemberdayaan yang tujuannya adalah memampukan juga memandirikan lapisan pengusaha kecil.

Pandangan dari perspektif lain, usaha mikro kecil dan menengah justru memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan usaha besar. Hal tersebut dapat diketahui dari kemampuannya dalam melunasi kewajiban pembayaran hutang. Hasil laporan Badan Penyehatan Perbankkan Nasional (BPPN) tahun 2000 dalam Yuli (2005:5) menyebutkan bahwa dari 97,6 persen nasabah bank pengutang adalah tergolong pengusaha kecil dan menengah. Hal ini diketahui dari besarnya nilai pinjaman yaitu rata-rata dibawah 5 miliyar. Sementara itu, sisanya adalah pengutang dari pengusaha besar.

Kemampuan usaha mikro kecil dan menengah untuk melakukan ekspor semakin meningkat, kendatipun krisis ekonomi belum menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan. Pada tahun 2000, transaksi ekspor komoditi industri kecil diantaranya pangan, sandang, dan kerajinan mampu menjangkau sebesar 3,05 miliyar dollar AS, atau meningkat dari tahun sebelumnya. Sementara itu, hampir 60 persen dari produk domestik bruto (PDB) berasal dari kegiatan usaha mikro kecil dan menengah. Kondisi ini yang tidak jauh berbeda juga terjadi di masing-masing provinsi di Indonesia (Yuli, 2009:6).


(49)

26

2.1.6 Konsep Pengembangan UMKM

Menurut Danoko (2008:2), dalam upaya penumbuhan usaha kecil, perlu diketahui karakteristik serta permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh usaha kecil. Pada umumnya, usaha kecil mempunyai ciri sebagai berikut:

1. Berbentuk usaha perorangan dan belum berbadan hukum 2. Aspek legalitas usaha lemah

3. Struktur organisasi bersifat sederhana dengan pembagian kerja yang tidak baku 4. Kebanyakan tidak memiliki laporan keuangan dan tidak melakukan pemisahan

antara kekayaan pribadi dengan kekayaan perusahaan

5. Kualitas manajemen rendah dan jarang memiliki rencana usaha 6. Sumber utama modal adalah modal pribadi

7. Sumber daya manusia (SDM) terbatas

8. Pemilik memiliki ikatan batin yang kuat dengan perusahaan, sehingga seluruh kewajiban perusahaan juga menjadi kewajiban pemilik.

Kondisi tersebut berakibat kepada:

1. Lemahnya jaringan usaha serta keterbatasan kemampuan penetrasi dan diversifikasi pasar

2. Skala ekonomi terlalu kecil sehingga sukar menekan biaya 3. Margin keuntungan sangat tipis.

Pengembangan aliansi strategis pengusaha Indonesia menghadapi era pasar bebas dalam pembangunan ekonomi nasional sedang dan akan menghadapi berbagai perubahan fundamental yang berlangsung dengan cepat dan perlu kesiapan dari


(50)

27

pelakunya. Menurut Kartasasmita (1996:1), yang dimaksud dengan perubahan fundamental tersebut adalah:

1. Terjadi di tingkat internasional yaitu proses globalisasi dengan perdagangan bebas dunia sebagai salah satu motor penggeraknya. Perubahan ini mempunyai dampak langsung pada perekonomian nasional dan usaha kecil nasional adalah globalisasi dan liberalisasi perdagangan. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan berarti pasar dunia akan terbuka bagi produk-produk Indonesia, dan sebaliknya pasar domestik Indonesia pun akan makin terbuka pula bagi produk-produk internasional.

Di pasar domestik, globalisasi menyebabkan terjadinya proses internasionalisasi sistem budaya dengan dampak langsung terhadap perilaku knsumsi masyarakat. Pergeseran pola konsumsi ini lepas dari preferensi masyarakat baik sebagai individu maupun sebagai bangsa, akan menggeser pua permintaan akan produk-produk nasional yang tidak memiliki ciri budaya internasional. Ditinjau dari sisi permintaan, konsumen akan membutuhkan barang dan jasa yang semakin beragam serta menuntut jaminan kualitas yang tinggi. Tuntutan konsumen yang semakin tinggi tersebut mendorong para pelaku ekonomi di dunia industri manufaktur dan jasa untuk menerjemahkan selera konsumen pada satu kepaduan produk (product integrity). Sementara itu, ditinjau dari sisi penawaran, teknologi berperan makin besar, dan mengubah pola produksi, terutama dengan berkembangnya teknologi informasi yang membuka kemungkonan-kemungkinan yang belum terlihat batas-batasnya. Konsep desain manufaktur dan perakitan serta rekayasa keteknikan akan


(51)

28

mengikuti pola perkembangan yang makin terspesialisasi itu. Faktor nilai (value) aka makin dominan dan merupakan fenomena gobal karena tidak hanya menitikberatkan pada kualitas, tetapi juga pada ketersediaan waktu (time avability) dan tingkat limbah yang dihasilkan.

2. Perubahan fundamental kedua terjadi di dalam negeri, yaitu berlangsungnya transformasi struktur perekonomian nasional dan peningkatan pendapatan masyarakat yang diikuti oleh perubahan pola konsumsi masyarakat berkenaan dengan dinamika pembangunan ekonomi nasional itu sendiri, yaitu transformasi struktur perekonomian dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern, dari ekonomi agraris ke ekonomi industri. Proses industrialisasi akan menghasilkan permintaan yang meningkat akan bahan-bahan baku dan barang-barang setengah jadi, serta komponen-komponen bagi industri pada berbagai tahapannya dari hulu ke hilir. Dengan demikian, permintaan akan berbagai jenis barang bukan hanya meningkat, tetapi akan semakin beragam. Di bidang jasa, juga terjadi proses yang sama, karena proses transformasi yang sedang terjadi juga menyangkut jasa-jasa yang akan makin penting perannya dalam struktur ekonomi yang modern. Permintaan akan jasa akan semakin besar, baik volume, jenis, maupun kualitasnya.

Pembangunan ekonomi juga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, begitu pula dengan daya belinya. Hal ini berarti pasar domestik akan terus membesar dengan permintaan akan produk-produk yang makin tinggi kualitasnya, makin luas, dan makin banyak macamnya, serta makin canggih teknooginya. Perubahan-perubahan ini bersifat sangat mendasar, oleh


(52)

29

karena itu menuntut perhatian kita bersama untuk melakukan langkah-langkah strategis sehingga perubahan-perubahan yang terjadi justru menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan oleh usaha kecil, yang jumlahnya sangat besar serta menjadi sandaran hidup sebagian besar rakyat Indonesia, untuk tumbuh dan berkembang secara alamiah, institusional, dan berkelanjutan. Kedua-duanya menghasilkan hal yang sama, yaitu memberikan kesempatan kepada dunia usaha nasional untuk berkembang dengan kecepatan tinggi, karena proses globalisasi itu sendiri berkembang dengan cepat. Untuk dapat memfaatkan kesempatan tersebut, terdapat syarat yang harus dipenuhi, yaitu (Kartasasmita, 1996:3):

a. Daya Saing

Peluang yang terbuka untuk mengembangkan usaha dalam perekonomian yang makin terbuka dan terintegrasi dengan ekonomi dunia hanya bisa dimanfaatkan klau dunia usaha kita memiliki daya saing. Daya saing dihasilkan oleh produktivitas dan efisiensi serta partisipasi masyarakat yang seluas-luasnya dalam perekonomian. Produktivitas menyangkut kualitas sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi, juga pengelolaan sumber daya alam secara tepat yang menjamin bukan hanya perekonomian tetapi juga keseimbangan. Efisiensi berarti sedikitnya hambatan dan berfungsinya dengan baik ekonomi sehingga mendorong biaya-biaya produksi menjadi semakin rendah.


(53)

30

b. Kewirausahaan

Kewirausahaan memerlukan syarat-syarat pengetahuan untuk bisa berusaha dalam dunia perekonomian modern, seperti pengetahun yang minimal mengenai modal, pasar, manajemen usaha, teknologi, dan informasi.

Berdasarkan paparan pengembangan UMKM tersebut, upaya efektif menjadikan usaha kecil dan menengah tidak saja mandiri, tetapi mampu beroperasi secara menguntungkan dan memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia, tampaknya tidak cukup hanya melalui kebijakan pemeritah. Pengusaha mikro kecil dan menengah penting memahami tipe strategi yang dipandang mampu meningkatkan kinerja usahanya dalam menghadapi situasi global yang juga penuh dengan ketidak pastian.

2.2 Konsep Masyarakat Ekonomi ASEAN

Arifin, dkk (2008:1) dalam tinjauannya mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC) telah membahas mengenai konsep dari Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang merupakan suatu konsep yang digunakan dalam Declaration of ASEAN Concord II di Bali, pada Oktober 2003. MEA adalah salah satu pilar perwujudan ASEAN vision, bersama-sama dengan ASEAN Security Community (ASC) dan ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC). MEA adalah tujuan akhir integrasi ekonomi seperti dicanangkan dalam ASEAN vision 2020:


(54)

31

“to create a stabel, prosperous and highly copetitive ASEAN economic

region in which there is a free flow of goods, services, investment, skilled labor and a freer flow of capital, equitable economic development and reduced poverty and socio-economic disparaties in year 2020”.

Pembukaan MEA dilakukan melalui empat kerangka strategis, yaitu pencapaian pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya saing, pertumbuhan ekonomi yang merata, dan integrasi dengan perekonomian global. Upaya pencapaian masing-masing kerangka tersebut dilakukan melalui berbagai elemen dan strategi yang tercakup didalamnya.

Lanjut Arifin, dkk (2008:3) pencapaian MEA melalui penciptaan pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, ditujukan sebagai upaya perluasan melalui integrasi regional untuk mencapai skala ekonomis yang optimal. Langkah-langkah integrasi tersebut menjadi strategis mencapai daya saing yang tangguh dan di sisi lain akan berkontribusi positif bagi masyarakat ASEAN secara keseluruhan maupun individual negara anggota. Pembentukan MEA juga menjadikan posisi ASEAN semakin kuat dalam menghadapi negosiasi internasional, baik dalam merespon meningkatnya kecenderungan kerja sama regional, maupun dalam posisi tawar ASEAN dengan mitra dialog, seperti China, Korea, Jepang, Australia-Selandia Baru, dan India.

Melalui proses integrasi ekonomi maka ASEAN secara bertahap menjadi kawasan yang membebaskan perdagangan barang dan jasa serta aliran faktor produksi (modal dan tenaga kerja), sekaligus harmonisasi peraturan-peraturan terkait lainya. Strategi pencapaian MEA mengacu pada Vientiane Action Programme (VAP) 2004-2010 yang merupakan stratefi dan program kerja mewujudkan ASEAN vision. Berdasarkat VAP, High Level Task Force – HLTF memberikan


(55)

32

evaluasi dan rekomendasi untuk menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi (Nagel, 2013).

Nagel (2013:2) menambahkan, HLTF merekomendasikan pendekatan integrasi ekonomi melalui prosedur dan kebijakan baru untuk memperkuat implementasi beberapa inisiatif ekonomi yang sudah ada, termasuk ASEAN Free Trade Area (AFTA), ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) dan ASEAN Investment Area (AIA); mempercepat integrasi regional di sektor prioritas; memfasilitasi pergerakan tenaga kerja ahli dan bisnis; memperkuat institusi ASEAN, termasuk perbaikan lembaga ASEAN Dispute Settlement Mechanism dalam menjamin kecepatan dan kekuatan hukum apabila terjadi sengketa. Diluar itu, juga diupayakan agar integrasi ekonomi yang berlangsung memberikan manfaat bagi seluruh anggota ASEAN khususnya negara Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam (atau disebut CLMV). Dengan strategi tersebut diharapkan negara ASEAN secara bersama-sama dapat mencapai MEA pada 2015.

Pencapaian MEA memerlukan implementasi langkah-langkah liberalisasi dan kerja sama, termasuk peningkatan kerja sama dan integrasi di area-area baru antara lain; pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas, konsultasi yang lebih erat di kebijakan makro ekonomi dan keuangan, kebijakan pembiayaan perdagangan, peningkatan infrastruktur dan hubungan komunikasi, pengembangan transaksi elektronik melalui e-ASEAN, integrasi industri untuk meningkatkan sumber daya regional, serta peningkatan keterlibatan sektor swasta.


(56)

33

2.2.1 Pembentukan MEA 2015

Cebu Declaration pada 13 Januari 2007 (12th ASEAN Summit) dalam Arifin, dkk (2008:11), memutuskan untuk mempercepat pembentukan MEA menjadi 2015 guna memperkuat daya saing ASEAN dalam menghadapi kompetisi global, terutama dari China dan India. Beberapa pertimbangan yang mendasari hal tersebut adalah, (i) potensi penurunan biaya produksi di ASEAN sebesar 10-20 persen untuk barang konsumsi sebagai dampak integrasi ekonomi; (ii) meningkatkan kemampuan kawasan dengan implementasi standar dan praktik internasional, intelectual proverty rights, dan adanya persaingan. Dengan integrasi ekonomi diharapkan infrastruktur kawasan dapat lebih berkembang bersamaan dengan integrasi transportasi, telekomunikasi dan energi.

Pada saat ini juga dilakukan upaya perjanjian kerja sama perdagangan antara ASEAN dan negara mitra dagang, yaitu China, India, Jepang, Korea, Australia dan Selandia Baru. Semua perjanjian bilateral ASEAN tersebut pada saat realisasinya nanti diharapkan meningkatkan skala ekonomi ASEAN dan mendukung daya saing ASEAN di pasar global. Pada akhirnya integrasi ekonomi menjadi langkah penting bagi pencapaian masyarakat ASEAN yang kuat dan berperan di masyarakat dunia (Arifin dkk, 2008; 12).

Guna memperkuat langkah percepatan integrasi ekonomi tersebut, ASEAN melakukan transformasi cara kerja sama ekonomi dengan meletakkan sebuah kerangka hukum yang menjadi basis komitmen negara ASEAN melalui penandatanganan Piagam ASEAN (ASEAN Charter) pada KTT ASEAN ke-13,


(57)

34

20 November 2007. Arifin, dkk (2008; 13) melanjutkan, bersamaan dengan penandatanganan piagam ASEAN, cetak biru yang merupakan arah panduan MEA dan jadwal strategis tentang waktu dan tahapan pencapaian dari masing-masing pilar juga disepakati. Selanjutnya komitment tersebut menjadi arah pencapaian MEA kedepan baik bagi ASEAN secara kawasan maupun oleh individu negara anggota. Masing-masing negara berkewajiban menjaga komitmen tersebut sehingga kredibilitas ASEAN semakin baik dimasa depan. Secara teknis, monitoring pencapaian MEA dilakukan melalui ASEAN Baseline Report. Beberapa kelengkapan tersebut menjadikan komitmen ASEAN tidak lagi bersifat persaudaraan tetapi mempunyai kekuatan hukum.

2.2.2 Piagam ASEAN (ASEAN Charter)

Setelah 40 tahun berdirinya ASEAN, bentuk kerja sama regional semakin diperkuat dan bertransformasi dengan ditandatanganinya Piagam ASEAN oleh para pemimpin negara ASEAN pada KTT ASEAN ke-13, 20 November 2007. Penandatanganan Piagam ASEAN menjadi prasasti hasil evolusi dari kerja sama yang bersifat persaudaraan menjadi organisasi yang berdasarkan suatu kerangka yang lebih kohesif berlandaskan rule based framework (Budiman, 2012). Dengan kejelasan visi, tujuan, perbaikan struktur organisasi, pengambilan keputusan dan mekanisme dispute settlement serta peningkatan peran dan mandat Sekretariat ASEAN, diharapkan dapat lebih menjamin implementasi kesepakatan-kesepakatan ASEAN yang telah dicapai.


(1)

112

Tenggara sebut saja Brunei Darusalam, Malaysia, Singapura, dan Thailand yang merupakan empat negara yang memiliki tingkat kesejahteraan tinggi serta memiliki pendapatan perkapita lebih tinggi dari Indonesia. Sementara negara-negara Asia Tenggara lain seperti Kamboja, Laos, Myanmar, Philippines, Timor Leste, dan Vietnam berada dibawah Indonesia namun tidak menutup kemungkinan akan mengungguli Indonesia dikarenakan selisih dari masing-masing negara tersebut tidak terpaut jauh.

Setelah penulis mengkaji antara latar belakang yang melandasi penelitian ini dengan hasil temuan dilapangan dan dari hasil pembahasan penulis sebelumnya pada Bab IV, kemudian penulis analisis menggunakan metode reduksi data dan menggunakan metode triangulasi dengan mengajukan berbagai variasi pertanyaan kepada responden tentang tema yang diankat pada penelitian ini, serta memilih lokasi penelitian di Sentra Keripik Jl. Pagar Alam Kota Bandar Lampung, maka kesimpulan yang dapat dirumuskan mengenai Pemahaman UMKM tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah sebagai berikut:

1. UMKM di Sentra Industri Keripik Jl. Pagar Alam Kota Bandar Lampung telah memahami Masyarakat Ekonomi ASEAN.

2. UMKM di Sentra Industri Keripik Jl. Pagar Alam Kota Bandar Lampung telah melakukan berbagai upaya dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.


(2)

113

3. UMKM di Sentra Industri Keripik Jl. Pagar Alam Kota Bandar Lampung telah siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil temuan penelitian dilapangan, pembahasan, dan kesimpulan yang telah dikemukakan, saran yang dapat diberikan oleh penulis yaitu sebagai berikut:

1. UMKM adalah unit usaha yang padat karya, untuk itu UMKM harus lebih kreatif dalam menciptakan produk, seperti memperbanyak variasi rasa produk olahan keripik dan memberi kemasan yang unik serta menarik.

2. Perekonomian yang semakin global membuat pelaku usaha bersaing makin ketat demi mempertahankan eksistensi usahanya. Pemerintah terkait wajib memberikan perhatian khusus kepada UMKM seperti kemudahan akses sarana dan prasarana, bantuan modal, pelatihan kemanajerialan, dan sosialisasi tentang isu perekonomian terbaru layaknya MEA secara lebih intensif supaya UMKM dapat lebih komprehensif dan melakukan persiapan lebih matang dalam menghadapi komunitas ekonomi tersebut.

3. Bagi penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian tentang Pengaruh Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan Integrasi Ekonomi Terhadap UMKM di Sentra Industri Keripik Jl. Pagar Alam Kota Bandar Lampung untuk mengetahui lebih lanjut dampak yang terjadi setelah terealisasinya masyarakat ekonomi asean sebagai wujud implikasi umkm di perekonomian nasional.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Achsani, Noer Azam. Integrasi Ekonomi ASEAN+3; Antara Peluang dan Ancaman. The Brighten Institute. http://PPbrighten.or.id

Arifin, Samsul. 2008. Bangkitnya Ekonomi Asia Timur: Satu Dekade Setelah Krisis. Jakarta: Kompas Gramedia – Bank Indonesia.

Arifin, Samsul., Djaafara, Rizal A., dan Budiman, Aida S. 2008. Masyarakat Ekonomi ASEAN: Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Global. PT Elex Media Komputindo: Jakarta.

Arifin, Samsul. 2010. Integrasi Keuangan dan Moneter di Asia Timur; Peluang dan Tantangan Bagi Indonesia. Gramedia: Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Edisi Revisi. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi IV. PT Rineka Cipta: Jakarta.

Aslem, Muhamed. 2012. The Impact Of ASEAN-China Free Trade Area Agreement On ASEAN’s Manufacturing Industry. International Journal of China Studies, University of Malaya.

Bakhri, Boy S. 2015. Kesiapan Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Dari Perspektif Daya Saing Nasional. ISEI Cabang Pekanbaru Koordinator Provinsi Riau.

Bandarlampung.go.id. 2015 Wilayah Administratif Kota Bandar Lampung. bandarlampungkota.go.id/?page_id=42. Diakses 24 Mei 2015.

Bank Indonesia. 2009. Kajian Mengenai Standar Minimum Laporan Keuangan dan Business Plan untuk UMKM: Persiapan Bank Indonesia Dalam Menhadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Penerbit: Direktorat Kredit, BPR dan UMKM.

Budiman, Aida S. 2004. The role of external factors, the volatility analysis and the impact of the crisis on varioustypes of flows in Asian countries. Claremont Graduate University.


(4)

Budiman, Aida S. 2012. Masyarakat Ekonomi ASEAN: Konsep Masyarakat Ekonomi ASEAN. Work Paper Direktorat Internasional, Jakarta.

Danoko, Florence. 2008. Strategi Pengembangan Usaha Kecil. Universitas Kristen Krida Wacana. Jakarta.

Dermoredjo, Saktyanu Kristyantoadi. 2012. Analisis Dampak Perdagangan Bebas Asean Terhadap Pengembangan Komoditas Pangan Utama Indonesia. Penerbit: Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Depkop.go.id. 2014. Perkembangan Data Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). http://www.depkop.go.id/pochadownload/data-umkm-sandingan-data-umkm-2011-2012.pdf. Diakses tanggal 19 Januari 2015. Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung.

2013. Informasi Umum Masyarakat Ekonomi ASEAN. Bandar Lampung. Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian

untuk Penulisan Skripsi, Tesis, dan Desertasi. CV Indoprint: Semarang. Hew, Denis (Ed.). 2005. Roadmap to an ASEAN Economic Community. ISEAS,

Singapore.

Jogiyanto. 2009. Metode Penelitian Bisnis Salah Kaprah dan Pengalaman. Edisi Pertama. BPFE, Yogyakarta.

Kartasasmita, Ginandjar. 1996. Strategi Pengembangan Usaha Kecil: “Kesempatan dan Tantangan dalam Proses Transformasi Global dan Nasional”. Seminar Nasional, HUT HIPPI. Jakarta.

Khaslampung.com. 2013. Oleh-Oleh Khas Lampung. Khaslampunggeh.blogspot.com/2013/03/sentra-keripik-pisang-oleh-oleh-khas.html. Diakses 25 Mei 2015.

Kompas. 2014. Biya Ekspor Indonesia. http://www.kompas.com/tag/biaya-ekspor-indonesia. Diakses oktober 2014.

LAKIP Diskoperindag. 2015. Data UMKM Kota Bandar Lampung Bulan Desember Perkecamatan Tahun 2014. Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan. Bandar Lampung.

Liputan 6. 2014. Kesiapan Dunia Usaha Indonesia Hadapi MEA. http://www.liputan6.com/tag/kesiapan-dunia-usaha-indonesia-hadapi-mea. Diakses oktober 2014.

Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya: Bandung.


(5)

Nagel, Julius F. 2013. Peluang dan Tantangan UKM Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Lembaga penerbit Universitas Unika Widya Mandala, Surabaya.

Pangestu, Mari Elka. 2009. Competitiveness Towards ASEAN Economic Community. Journal of Indonesian Economy and Business Volume 24, Number 1, 2009, 22 – 32.

Rifa’i, Ahmad. 2010. Peran UMKM Dalam Pembangunan Daerah: Fakta Di Provinsi Lampung. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.1, No.2, Juli-Desember 2010. Lembaga Penerbit Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Saputra, Rahmat Dwi. 2008. Aliran Bebas Investasi Menuju MEA 2015, Masyarakat Ekonomi Asean 2015, ed. Sjamsul Arifin, Rizal A. Djaa fara, Aida S. Budiman, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008), hal. 173-182.

Singarimbun., Masri & Efendi., dan Sofian. 1997. Metode Penelitian Survei. PT Pustaka LP3ES, Jakarta.

Soesastro, Hadi. 2005. Accelerating ASEAN Economic Integration: Moving Beyond AFTA, CSIS Working Paper Series (WPE), Maret.

Suatma, Jasa. 2012. Kesiapan Indonesia Dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015. Jurnal STIE Semarang, Vol 4, No 1, Edisi Februari 2012 (Issn : 2252-7826).

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta: Bandung.

Sugiyono, J. 2003. Metode Riset: Aplikasinya dan Pemasaran. PT Rineka Cipta: Jakarta.

Tanbunan, Tulus T.H. 2002. Usaha Kecil dan Menengah Indonesia. Salemba Empat, Jakarta.

Tambunan, Tulus T.H. 2013. Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) 2015: Peluang dan Tantangan Bagi UMKM Indonesia. Penerbit: Active Team Indonesia (Tim Aktif Kadin Indonesia), Jakarta. Tambunan, T.H Tulus. 2012. Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia:

Isu-isu Penting. LP3ES, Jakarta.

Tribun Lampung. 2014. Siapkah Dunia Usaha Provinsi Lampung Hadapi MEA 2015?. Tribun Lampung, diakses oktober 2014.


(6)

United Nation Conference on Trade and Development (UNCTAD). 2006. Investment Provision in Economic Integration Agreements, UN, New York and Geneva.

Yuli, Sribudi Cantika. 2009. Analisis Tipe Strategi Industri Kecil dan Menengah (Studi pada Industri Rokok di Kabupaten Malang). Jurnal. Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Malang.

Wahyudin, Dian. 2013. Peluang atau Tantangan Indonesia Menuju ASEAN Economic Community 2015. Lembaga Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Wattanapruttipaisan, Thitapha. 2006. A Brief on ASEAN Economic Integraion. BEIF Studies Unit, Bangkok Thailand.


Dokumen yang terkait

POLA KEMITRAAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG DENGAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) (Studi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada PengrajinKeripik di Sentra Industri Keripik Jalan Pagar Alam Bandar Lampung)

4 59 154

Pengaruh Entrepreneur Skill dan Strategi Terhadap Daya Saing UMKM (Study Pada Sentra Usaha keripik Bandar Lampung).

16 83 76

Pembangunan Kapasitas (Capacity Building) Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Umkm) di Kota Bandar Lampung dalam Rangka Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

4 44 141

Manajemen Mutu Dan Kesiapan Umkm Alas Kaki/Kulit Dan Konveksi Bogor Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015

1 6 39

Kesiapan Konsumen Muda Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015

0 4 69

Analisis Kesiapan Kota Medan Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (Mea)

0 5 72

ANALISIS KESIAPAN INDUSTRI KONVEKSI KAIN PERCA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 Analisis Kesiapan Industri Konveksi Kain Perca dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015 (Studi Kasus: Kelurahan Tipes Kecamatan Serengan, Surakarta).

0 2 14

STRATEGI GENERIK PORTER BAGI UMKM DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) (Studi Kasus: Pada UMKM Di Kabupaten Deli Serdang)

0 0 15

ANALISIS PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN OMSET PENJUALAN KERIPIK PISANG PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada UMKM Keripik Pisang Jl. Pagar Alam Gang PU Kelurahan Segala Mider, Kota Bandar Lampung) - Raden Intan Repository

0 1 127

ANALISIS PERANAN PELATIHAN PROGRAM KAMPUNG UKM DIGITAL TERHADAP PERKEMBANGAN UMKM DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada KUB Telo Rezeki Sentra Industri Keripik Kota Bandar Lampung) - Raden Intan Repository

0 2 133