Pembangunan Kapasitas (Capacity Building) Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Umkm) di Kota Bandar Lampung dalam Rangka Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

(1)

PEMBANGUNAN KAPASITAS (CAPACITY BUILDING) USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM RANGKA MENGHADAPI

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 Oleh:

ESA DEVI SAFIANI

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan diberlakukan pada akhir tahun 2015, dimana arus barang dan jasa akan menjadi lebih bebas. Masih banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh UMKM di Kota Bandar Lampung tentu memunculkan kekhawatiran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya penguatan UMKM di Kota Bandar Lampung dalam rangka menghadapi MEA 2015. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan dokumentasi. Penguatan organisasi UMKM di Kota Bandar Lampung dilihat dari 3 (tiga) aspek yaitu pemanfaatan personel, aspek manajerial dan pengembangan jaringan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemanfaatan personel yang dilakukan oleh Diskoperindag, dilakukan dengan memberikan pelatihan kewirausahaan dan pelatihan teknis. Aspek manajerial dengan melakukan penyuluhan teknologi tepat guna, pelatihan manajemen keuangan dan manajemen produksi. Pengembangan jaringan bagi UMKM dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan BUMN yang ada di Kota Bandar Lampung, BUMD, instansi lintas sektoral dan mengikutsertakan para pelaku UMKM dalam ajang promosi dan pameran baik pada tingkat lokal maupun nasional, selain itu upaya pengembangan jaringan juga dilakukan dengan pelaksanaan OVOP (one village one product). Namun jumlah peserta yang mendapat pelatihan dan bantuan masih sangat terbatas. Selain itu, sosialisasi MEA yang dilakukan Diskoperindag hanya pada saat pelatihan akibatnya masih banyak pelaku UMKM yang tidak mengetahui informasi tersebut.

Diskoperindag Kota Bandar Lampung harus lebih menggencarkan sosialisasi tentang MEA, meningkatkan intensitas pendidikan dan pelatihan kewirausahaan bagi pelaku UMKM, menjalin kerjasama dengan pasar modern, melindungi produk lokal dan memperbanyak jumlah pelaku UMKM yang mendapatkan bantukan modal dan peralatan usaha.


(2)

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

Oleh Esa Devi Safiani

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU ADMINISTRASI

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

CAPACITY BUILDING OF MICRO, SMALL AND MEDIUM ENTERPRISES (UMKM) IN BANDAR LAMPUNG CITY IN ORDER TO

FACE ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 By:

ESA DEVI SAFIANI

Asean economic community will begin at the end of the year 2015, where the trade of goods and services will be more free. Meanwhile there are many problems faced by UMKM in the Bandar Lampung city. The aim of this research is to find out the strategy to strengthen UMKM in the Bandar Lampung city to face asean economic community 2015. This research uses a qualitative approach. Meanwhile data collection was done through deepth interviews and documentations.

The strengthening of the organization of UMKM in the city of Bandar Lampung are seen from three aspect, which are ; the use of personnel, managerial aspects and the development of network. The results show that the aspect of the use of personel conducted by giving enterpreneurship and technical training from Diskoperindag. As for managerial aspects, Diskoperindag conducted socialization about information technology, financial management training and management production training and for development of network aspect, Diskoperindag built a cooperation with local state enterprises (BUMD), state enterprises (BUMN) other institutions. In addition to that Diskoperindag also invites UMKM to join an exhibition either at local level and at national level. Moreover the development of OVOP (one village one product) has established in order to develop the network. But the number of participants who received training and assistance is very limited. Socialization about the Asean economic community itself only done during the training so that there are still many UMKM that don’t know about it. Diskoperindag of the city of Bandar Lampung should be more intens to do a socialization about Asean Economi Community, increasing the intensity of education and training on entrepreneurship for UMKM, building a network with modern market, protecting local products and increasing the number of UMKM which get the capital subsidize and equipment for production.


(4)

1. Tim Penguji .

Ketua :

tahayu,Sullstlovatl,'

S.Sos.,

!l.Sl.

a

Sekretaris

:

Dewle

Brlmn,Atlka,

S.IP.,

!I.Sl.

Iladtauan, !f.Sl.

198605 1 002

Penguji

'

.

nukan Pembimbing :

Fleillyana,

$.1P., FI.A.

2. Dekan Fakultas llmu Sosial dan

llmu

Politik


(5)

Hama Mahasisura

lbmor

Pgkok Mahasiswa Jurusan

Fhkultas

IIIENENGAIT (tIFtIflT}

DI KOIA

BANDAR UTilPUIIG DALITU RATIGITA ITTDIIGIIADAPI IIIASYANAIIAT EKONOITII ASEIIN

2015

(Ds4

(Deri

Soflo"t

1116@1026

Ilmu Administrasi f{egara Ilmu Sosial dan

llmu

Politik

Bahayu

NtP

t97tot22 t99'Lz

2 001

FTET{IETUJUI

1. Komisi Pembimbing

$.S(ts., M.Sl.

Dewle Brlma

Atlka,

S.fP., l[.S1.

NrP 19821212 200,BOL 2

At7

2. Ketua Jurusan llmu Administrasi Negara


(6)

De-ngaaini

saya

bahwa:

1.

Kaya hrlis saya" Skripsi/t-4oran aktrir ini adalah asli dan belum pernah

"

Univelsitas diajutF.n untuk Lmprmg me.ndapatkm gelar akad€mik (Sarjana/Ahli Madya), baik

mauprm di prguruan tingF lainnya.

2.

Karya ttrlis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak laiq kecuali arahan Tim Pembimbing.

3.

Dalam karya tulis ini tidak terdapat kuya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain" kecuali secffia tertulis dengan jelas

dicantumkan

s€hgai

aclran dalarn naskah dengan disebrilkan nama pengarangnya dan dicantumkan dalam daftar pustaka

4.

Pernyataan

ini

saya buat dengan senmgguhnya dan apabila dikemudian

hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini

maka saya bercedia menerima sanksi akademik benrpa pencabutan gelar

yang

telah

dari karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan nonnayang berlaku di Perguruan Tinggr ini.

Bandar

Ianpung

17 Juoi 2015

Yang membuat pernyataan,

Esa Devi Safiani


(7)

Penulis bernama lengkap Esa Devi Safiani, terlahir di keluarga yang sederhana sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Sarwaji dan Ibu Winarni. Penulis dilahirkan pada hari senin tanggal 27 Desember 1993 di desa Tambah Mulyo Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. Pada tahun 1998, penulis memulai pendidikan dasar di SD N 3 Wates. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Gadingrejo dan pada akhirnya penulis mengakhiri proses wajib belajar sembilan tahun di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pringsewu. Semua penulis selesaikan tepat pada waktunya.

Pada tahun 2011 berkat ridho Allah SWT penulis lulus dalam seleksi SNMPTN Undangan di Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung, sebagai salah satu penerima beasiswa bidik misi. Sebuah rezeki yang insyaallah merupakan awal dari kesuksesan penullis sendiri, amiin.

Selama menimba ilmu di Kampus Hijau penulis tercatat aktif dalam beberapa organisasi kemahasiswaan diantaranya: Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Lampung (BEM-UNILA) pada periode 2011-2012 sebagai Korps Muda, dan


(8)

Perwakilan Mahasiswa Universitas Lampung (DPM-UNILA) periode 2013-2014 sebagai anggota Komisi II (Hukum dan Perundang-udangan), dan Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara (HIMAGARA) periode 2013-2014 sebagai Sekretaris Bidang Kajian Pengembangan Keilmuwan.

Singkat kata sampai karya ini penulis buat, sudah cukup puas rasanya penulis menjadi bagian dari “Kampus Hijau” Universitas Lampung. Walaupun kata “cukup” sebenarnya tidak pernah ada, namun penulis rasa sudah saatnya mengatakan selamat tinggal pada dunia kampus dan memulai babak baru yang mungkin sejatinya merupakan awal dari apa yang dinamakan “Hidup”. Penulis yakin, bahwa apa yang sudah kita dapat di dunia kampus selama menjadi mahasiswa, baik itu dalam proses belajar atau berorganisasi bisa diambil manfaat, setidaknya membuat penulis mempunyai bekal awal untuk melangkah pada kehidupan selanjutnya.


(9)

Jika saat ini kamu merasa hidup yang kamu lalui terlalu

sulit, jangan pernah menyerah dan berkecil hati, yakinlah

bahwa tidak ada kesuksesan yang diperoleh dengan mudah

dan biarkan kesulitan yang kamu hadapi saat ini menjadi

sejarah yang bisa kamu

ceritakan ketika kamu sukses nanti

(Esa Devi Safiani)

Banyak KEGAGALAN dalam hidup ini dikarenakan

orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan

keberhasilan saat mereka

menyerah.

(Thomas Alva Edison)

Suks

es itu diperoleh dari 99% kerja keras, dan 1 %

kepintaran


(10)

Maha suci Allah dengan segala puji untuk-Nya, sejumlah

Makhluk-Nya, Keridhaan-

Nya, perhiasan ‘Arsy

-Nya dan

sebanyak tinta kalimah-Nya

Untuk-Nya yang tidak pernah tidur dan lupa akan

Makhluknya. Sang penguasa alam semesta beserta isinya

Sebuah karya kecil bernama skripsi ini kupersembahkan

untuk mereka yang menjadi muara kasih sayang tempatku

berteduh,

Ayah-ku Sarwaji, sosok luar biasa yang menguatkan ku dalam

setiap kesulitan yang kuhadapi dengan segala nasihatmu

yang menenangkan jiwa dan mengembalikan semangatku,

ayah memang bukan malaikat tapi ayah adalah yang terhebat

Ibundaku Winarni, arsitek kasih sayang nomor satu yang

paling setia menyayangiku dengan caranya yang sederhana

namun sangat menyentuh hatiku

Adik-adikku, Ali Hamdana dan Iga Ramadhan

Kita semua punya cita-cita yang satu dan kita tahu akan hal

itu, saat ini kita sedang berusaha mencapainya.

FISIPOL UNILA

ALMATER TERCINTA


(11)

Alhamdulillahirrabil’alamin segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Atas segala kehendak dan kuasa Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Pembangunan Kapasitas (Capacity Building) Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Kota Bandar Lampung dalam Rangka Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Negara (SAN) pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang peneliti miliki. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini antara lain :

1. Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Republik Indonesia periode 2004-2014, terima kasih banyak atas program yang bapak canangkan sehingga dengan bidik misi saya bisa lebih dekat dengan mimpi yang dulu tak pernah berani untuk saya bayangkan.

2. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.


(12)

4. Ibu Rahayu Sulistiowati, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing utama. Teriterima kasih banyak atas saran, masukan, motivasi dan bimbingannya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dewie Brima Atika, S.A.N, M.PA. selaku dosen pembimbing kedua penulis. Teriterima kasih banyak atas arahan, saran, masukan, waktu, kesabaran dan bimbingannya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Meiliyana, S.IP. M.A selaku dosen pembahas. Terima kasih ibu atas arahan, saran, masukan, waktu, kesabaran yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara, teriterima kasih atas segala ilmu yang telah peneliti peroleh selama proses perkuliahan semoga dapat menjadi bekal yang berharga dalam kehidupan peneliti ke depannya.

8. Ibu Nur selaku Staf Administrasi yang banyak membantu kelancaran adminstrasi skripsi ini

9. Pihak Diskoperindag Kota Bandar Lampung yang telah memberikan izin melakukan penelitian, dan UMKM-UMKM yang telah bersedia menjadi informan peneliti, terima kasih atas kerjasamanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

10. Keluargaku tercinta yang selalu mendoakan dan mendukungku. Bapak dan Ibu yang tak pernah lelah memberikan doa, semangat, motivasi dan kerja kerasnya untuk membiayai anaknya agar menjadi lebih baik. Terima kasih atas didikan yang kalian berikan selama ini. Doakan slalu anakmu, insya allah saya akan sukses dan dapat dibanggakan.

11. Adik- adikku Ali Hamdana dan Iga Ramadhan, tak terasa sekarang kalian sudah beranjak dewasa, tetap semangat untuk belajar yah dik dan yakinlah suatu saat kesuksesan akan ada digenggaman kita.

12. Teriterima kasih untuk sahabat-sahabat ku sewaktu SMA, Iza Radeska, Elsa Stella Nova, Firda Agustina, Dythia Mustika, Eka Ratna Sari, Septianingsih, Sabrina Aulia Rahma, Teteh Elis, Mb Defa, Dara, Ela, Tugar dan seluruh


(13)

disini dan seperti ini.

13. Teruntuk sabahat-sahabatku Syilvia Afista, Amelia Zahra, Watik Astunik, Jenny Tumanggor, Intan PP Sitorus dan Leni Roza Lena, terima kasih atas semua ke”alay’annya yang telah memberi warna dalam perkuliahan ku. 14. Terima kasih untuk keluarga ku di Asrama Astrid A, Nurhikma Harahap,

Puji, Erlin Arisca, Moryana Dewi, Marlina, Mb Ning, Nisa Toriqi, Mbok Martini, Ida, Rere, Siti dan Vika, Terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya.

15. Sahabatku Endah Hapsari Terima kasih dukungan dan bantuannya dalam mencari data untuk kelengkapan skripsi ini.

16. Heri Setiawan dan Yudi Apriansyah terima kasih untuk persainggannya, akhirnya kita berhasil menaklukkan MEA.

17. Teman-teman seperjuangan, senasib, sepenanggungan. Saudara terdekatku di dunia Kampus, semua angkatan ANE 011 Faizal, Ria, Riza, Lisa Sagita, Okta, Octa, Ahmed, Akbar, Ririn, Andi, Astri, Kartika, Hesty, Seza, Eka, Deo, Ibnu, Kristi, Tiwi, Rendy, Ciko, Rinanda, Iid, Ade, Laras, Cindy, Lili,, Raras, Farah Anisa, Ninda, Wulan, Nisa, Tria, Iis, Bulan, Rio, Iksan, Widi, David, Devin, Menceng, Frendy, Fredy, Kiyo, Leli, Juzna, Ayu, Fatma, Mut, Fitri, Manda, Popo, panggo, Rosyid, Wahyu, Sigit, Novi Nurkholis, Toto, Rano, Yori, Novilia, Rere, Danisa, Farrah M, Rosyid, M. Rizky, Alisa Ludfiana, Novia, Ratu, Tami, Pebie, Febby, Eky, Dede, Filardis terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya.

18. Teman-teman seperjuangan dari lintas jurusan, Eka, Zeva, david, Feni, Rohani, Suheria, Ade, selamat atas gelar S,AB nya. Mb Jul, Resti, Gustia selamat untuk gelar S.E nya (nanti hehe). Juga teman-teman KKN, Dita, Eko, Hendra (papa bear), Dewi (mama bear), Putri, Epol, Mb Desi dan Pawe. 19. Terima kasih untuk keluarga besar DPM-Unila periode 2013/2014, Kak Vian,

Mb Andar, Mb Sibas, Mb Oki, Mb Yessi, Mb Ina, Mb Nurul, Mb Ratna, Kak Yose, Kak Adi, Kak Yudi, Kak Taufik, Kak Gusman, Kak Amin. Belajar


(14)

20. Terima kasih untuk keluarga BEM Unila, Marelita, Riko, Bambang, Maya, Ani, dan keluarga kementrian kebijakan publik, terima kasih Kak Qyoko Atas Pengalaman berharganya, Kak Hendi, Johansyah, Evi, Kak Andika, Diah, Lintang, terima kasih atas kebersamaannya.

21. Teriterima kasih untuk temen-temen 2009 Bang Hendi Renaldo, Bang Fahmi, Bang Guruh, Bang Angga, Mb Lita, Mb Kartika. Temen-Temen 2010 Bang Fadri, Bang Desmon, Bang Begg, Bang Pandu, Mba Erisa, Mba Sari, Mba Astria, Mba Rahma, Mba Bunga Mayang Sari, Mba Bunga Janati, Mba Nurul, Bang Woro, Bang Uyung, Bang Ali, Bang Satria, Bang Aden, Bang Loy.

22. Temen-Temen 2012 Bery, Annisa, Novita, Yeen, Eko, Nyum, Endry, Firdaus, Akbar, Nadiril, Johansyah, Rezky, Sherly, Suci, Iyaji, Erna, Dwini, Dewi, Ikhwan, Dara, Purnama, Putri, terima kasih Dukungannya. Teman-teman 2013 (Alas Menara) dan Teman-teman-Teman-teman 2014 (Gelas Antik).

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi sedikit harapan semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.


(15)

Halaman ABSTRAK

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP

MOTTO

PERSEMBAHAN SANWACANA

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR BAGAN ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 14

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 14

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pembangunan Kapasitas (Capacity Building) ... 15

1. Pengertian Pembangunan Kapasitas (capacity building) ... 15

2. Tujuan Pembangunan Kapasitas (capacity building) ... 17

3. Dimensi Pembangunan Kapasitas (capacity building) ... 18

4. Penguatan organisasi ... 24

B. Tinjauan UMKM ... 27

1. Pengertian UMKM ... 27

2. Azas-azas UMKM ... 29

C. Tinjauan MEA ... 31

1. Sejarah ASEAN dan Percepatan Pembentukan MEA ... 31

2. Arah kebijakan MEA ... 32


(16)

ii

B. Fokus Penelitian ... 39

C. Lokasi Penelitian ... 41

D. Teknik Pengumpulan Data ... 41

E. Teknik Analisis Data ... 43

F. Teknik Keabsahan Data ... 45

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Administratif Kota Bandar Lampung ... 48

B. Letak Strategis Kota Bandar Lampung ... 50

C. Visi Kota Bandar Lampung ... 52

D. Misi Kota Bandar Lampung dalam Perekonomian Daerah ... 55

E. Produk Unggulan Kota Bandar Lampung ... 58

F. Sebaran Jumlah UMKM di Kota Bandar Lampung ... 60

G. Pelaksana Teknis Urusan Pemerintahan Daerah Kota Bandar Lampung dalam Bidang Ekonomi Kerakyatan ... 62

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pemanfaatan Personel ... 71

2. Aspek Manajerial ... 79

3. Pengembangan Jaringan ... 83

B. Pembahasan 1. Pemanfaatan Personel ... 105

2. Aspek Manajerial ... 109

3. Pengembangan Jaringan ... 111

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 116

B. Saran ... 117 DAFTAR PUSTAKA


(17)

iii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1.1 ASEAN Macroeconomic Database 2013 ... 3

Tabel 1.2 Hubungan Intra-Trade Indonesia dengan Anggota ASEAN (dalam milyar USD) ... 3

Tabel 1.3 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) Republik Indonesia tahun 2011-2012 ... 8

Tabel 1.4 Perkembangan UMKM di Provinsi Lampung Tahun 2011-2012 ... 9

Tabel 2.1 Dimensi Pembangunan Kapasitas ... 19

Tabel 2.2 Klasifikasi UMKM ... 28

Tabel 3.1 Data Informan ... 42

Tabel 3.2 Daftar Dokumen-Dokumen yang Berkaitan dengan Penelitian ... 43

Tabel 4.1 Nama Kecamatan dan Kelurahan di Kota Bandar Lampung ... 49

Tabel 4.2 Data UMKM Kota Bandar Lampung Tahun 2013 Perkecamatan ... 61

Tabel 4.3 Data perkembangan UMKM Kota Bandar Lampung tahun 2012-2014 ... 62

Tabel 5.1 Pelaksanaan Penyuluhan ... 81

Tabel 5.2 Penyuluhan Untuk Mengembangkan Jaringan Usaha ... 85

Tabel 5.3 Jumlah Penerima Kredit Ekor (Ekonomi Kerakyatan) Tahun 2006 S/D Desember Tahun 2014 ... 90

Tabel 5.4 Daftar Penerima Sertifikat P-IRT Tahun 2014 ... 93

Tabel 5.5 Sertifikat Halal Bagi UKM di Kota Bandar Lampung Tahun 2014 ... 93


(18)

iv DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Pikir ... 37 Bagan 5.1 Mekanisme Penyaluran Kredit EKOR ... 89


(19)

v DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 5.1 Tema Pelatihan Kewirausahaan oleh Diskoperindag

Kota Bandar Lampung ... 74

Gambar 5.2 Suasana Pelatihan Sulam Usus ... 77

Gambar 5.3 Pelatihan Teknis Jahit Menjahit ... 77

Gambar 5.4 Suasana Pelatihan Teknis Kain Tapis ... 78

Gambar 5.5 Sertifikat Halal dan Produksi Pangan Industri Rumah Tangga yang dimiliki oleh Keripik Pisang Alinda ... 94


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara seperti halnya individu sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk melangsungkan kehidupannya. Sebuah negara tidak bisa berdiri sendiri dan memenuhi kebutuhannya sendiri. Dengan kata lain negara-negara di dunia saling melengkapi satu sama lain karena suatu negara juga membutuhkan bantuan dalam membangun negara. Sebagai negara yang sedang membangun, Indonesia menjalin kerjasama dengan berbagai negara dan bergabung dalam beberapa organisasi internasional. Salah satu organisasi Internasional yang diikuti Indonesia adalah ASEAN (Association of South East Asian Nations/Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara). Indonesia menjadi salah satu dari 5 negara pendiri ASEAN dan kini anggota ASEAN telah berjumlah 10 negara.

Diawal pembentukannya pada 1967, ASEAN lebih ditujukan pada kerjasama yang berorientasi politik guna pencapaian kedamaian dan keamanan dikawasan Asia Tenggara. Seiring berjalannya waktu kerjasama regional ini semakin diperkuat dengan semangat stabilitas ekonomi dan sosial dikawasan Asia Tenggara, antara lain melalui percepatan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan budaya dengan tetap memperhatikan kesetaraan dan kemitraan, sehingga menjadi landasan untuk tercapainya masyarakat yang sejahtera dan damai.


(21)

Dengan mempertimbangkan keuntungan dan kepentingan ASEAN untuk menghadapi tantangan daya saing global, para pemimpin ASEAN berkomitmen untuk mewujudkan masyarakat ASEAN. Masyarakat ASEAN adalah sebuah komunitas yang dibentuk dengan beranggotakan negara anggota ASEAN yang diharapkan mampu mempertahankan stabilitas keamanan, mengatasi masalah ekonomi/keuangan dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang dinamis antar sesama negara anggotanya. Pada tahun 2007 para pemimpin ASEAN menegaskan komitmen kuat mereka untuk mewujudkan masyarakat ASEAN dan mempercepat target waktunya yang awalnya 2020 menjadi tahun 2015 (Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, 2014:5).

Pembentukan Masyarakat ASEAN terdiri dari tiga pilar yaitu Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC) ; Masyarakat Politik Keamanan ASEAN atau ASEAN Security Community (ASC); dan Masyarakat Sosial Budaya ASEAN atau ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC). Ketiga pilar tersebut saling berkaitan satu sama lain dan saling memperkuat tujuan pencapaian perdamaian yang berkelanjutan, stabilitas serta pemerataan kesejahteraan di kawasan Asia Tenggara.

Pada akhir tahun 2015 MEA akan mulai diberlakukan. MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya sistem perdagangan bebas antara negara anggota ASEAN. MEA akan membentuk ASEAN sebagai pasar dan basis produksi tunggal yang akan membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif. Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian MEA atau ASEAN Economic Community (AEC), dengan demikian


(22)

negara anggota ASEAN akan mengalami integrasi pasar yaitu berupa “free trade area” (area perdagangan bebas) yang meliputi, penghilangan tarif perdagangan antar negara ASEAN, pasar tenaga kerja dan pasar modal yang bebas yang akan sangat berpengaruh pada perekonomian tiap negara anggota.

Antara peluang dan tantangan dari implementasi MEA bagi pertumbuhan ekonomi negara anggota ASEAN tentu tergantung pada cara menyikapi dan kesiapan menghadapi era pasar bebas tersebut. Bagi Indonesia sendiri, disatu sisi MEA memberikan peluang yang berharga untuk bisa berkompetisi dan meningkatkan pangsa pasar, namun disisi lain menjadi tantangan karena masih banyak permasalahan yang harus dibenahi. Jika yang menjadi pertanyaan “Sudah siapkah Indonesia menghadapi MEA di tahun 2015 mendatang?” maka hanya ada 1 (satu) jawaban, “Siap tidak siap Indonesia harus menghadapi MEA”. Dalam hal ini kesiapan Indonesia dalam menghadapi MEA akan menjadi pertaruhan kredibilitas bangsa Indonesia di dunia internasional.

Apabila dilihat dari struktur wilayah, jumlah penduduk dan pendapatan per-capita anggota ASEAN, Indonesia merupakan negara yang paling besar dan paling banyak penduduknya namun pendapatan per-capita masih dibawah rerata ASEAN, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.1 : ASEAN Macroeconomic Database 2013 Country Total Land

Area (sq km)

Total Population (thousand)

Gross Domestic Product (GDP At current prices Per capita

(USS Mn) (USS)

Brunei Darussalam 5,769 400 16,970 42,445

Cambodia 181,035 14,741 14,411 978

Indonesia 1,860,360 244,776 878,223 3,588

Lao PDR 236,800 6,514 9,083 1,394

Malaysia 330,290 29,337 305,154 10,338


(23)

Philippines 300,000 97,691 250,534 2,565

Singapore 716 5,312 276,610 52,069

Thailand 513,120 67,912 366,127 5,391

Viet Nam 330,958 88,773 141,669 1,596

ASEAN 4,435,958 616,614 2,311,315 3,748

Sumber: Direktorat Jendral Perdagangan Luar negeri RI, 2013

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa Indonesia merupakan negara terbesar di ASEAN dengan jumlah penduduk yang mencapai 244,776 juta jiwa, atau sekitar 40% dari total seluruh penduduk anggota ASEAN. Sedangkan dalam hal hubungan perdagangan antar Indonesia dengan anggota ASEAN lainnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.2 Hubungan Intra-Trade Indonesia dengan Anggota ASEAN (dalam milyar USD) No Trade Indonesia Dengan Negara Tujuan Total Ekspor 2013 Ekspor Jan-Jun Total Impor 2013 Impor Jan-Jun Neraca Perdagangan 2013 Neraca Jan-Jun

2013 2014 2013 2014 2013 2014

Dunia 182.55 91.08 88.83 186.63 94.41 89.98 -4.08 -3.33 -1.16

ASEAN 40.64 20.49 19.98 53.84 26.81 25.73 -13.20 -6.30 -5.65

1 Singapore 16.69 8.45 8.66 25.58 12.68 12.72 -8.90 -4.23 -4.06 2 Malaysia 10.67 5.33 5.02 13.32 6.32 5.31 -2.66 -0.99 -0.29 3 Thailand 6.06 3.19 2.92 10.70 5.79 4.99 -4.64 -2.60 -2.08 4 Philippines 3.82 1.86 1.87 2.72 0.40 0.36 1.09 1.46 1.52 5 Vietnam 2.40 1.11 1.01 0.78 1.30 1.72 1.62 -0.19 -0.62 6 Myanmar 0.56 0.33 0.25 0.65 0.04 0.08 -0.09 0.29 0.17 7 Cambodia 0.31 0.15 0.20 0.02 0.01 0.01 0.24 0.15 0.19 8 Brunei

Darussalam 0.12 0.07 0.05 0.65 0.27 0.50 -0.52 -0.19 -0.45 9 Laos PDR 0.006 0.003 0.002 0.008 0.004 0.036 -0.010 -0.002 -0.034

Sumber: Direktorat Jendral Perdagangan Luar Negeri RI, 2014

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, konstribusi ekspor Indonesia ke negara ASEAN mencapai 22% terhadap total ekspor Indonesia, sedangkan kontribusi impor dari negara ASEAN mencapai 28% terhadap total impor Indonesia. Hal ini menunjukkan tingginya hubungan intra-trade Indonesia dengan anggota ASEAN, dimana Indonesia dengan populasi 240 juta jiwa merupakan pasar yang sangat potensial. Selain itu, masyarakat Indonesia dikenal lebih senang


(24)

memakai produk luar negeri ketimbang produk dalam negeri sehingga Indonesia menjadi incaran pemasaran bagi negara pesaing.

Untuk menghadapi era pasar bebas se-Asia Tenggara tersebut, dunia usaha di Tanah Air dan pemerintah tentu harus mengambil langkah-langkah strategis, agar dapat menghadapi persaingan dengan negara anggota ASEAN lainnya, tak terkecuali sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Namun, UMKM di Indonesia masih mengalami berbagai permasalahan yang mengakibatkan rendahnya daya saing bila dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya. Permasalahan yang umum dihadapi UMKM di negara sedang berkembang menurut Tambunan (2012:51) diantaranya, keterbatasan modal kerja maupun investasi, kesulitan-kesulitan dalam pemasaran, distribusi dan pengadaan bahan baku, keterbatasan akses ke informasi mengenai peluang besar dan lainnya, keterbatasan pekerja dengan keahlian tinggi (kualitas SDM rendah) dan kemampuan teknologi, biaya transportasi dan energi yang tinggi, keterbatasan komunikasi, dan ketidakpastian akibat peraturan dan kebijaksanaan ekonomi yang tidak jelas.

Menurut dosen universitas Brawijaya Malang Akhmad Erani Yustika, sektor UKM Indonesia masih kalah jauh efisiensinya dibandingkan dengan sektor yang sama di Malaysia dan Thailand, misalnya saja tempe kebersihan dan teknologi yang digunakan Indonesia masih kalah dengan kedua negara tersebut (http://www.nu.or.id/a,public-m,d Indonesia Perlu Tingkatkan Efisiensi UKM Hadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN-.phpx. diakses pada 23 Juni 2015). Sedangkan, UKM di Myanmar tampak masih terhambat dengan keterbatasan tenaga kerja terampil,


(25)

dana dan kendala teknis lainnya. Di Malaysia sendiri yang menjadi prioritas utama pembangunan di Malaysia salah satunya adalah penguatan UMKM disertai dengan upaya proteksi produk domestik. Struktur ekonomi Malaysia yang memusatkan pada ekspor yang membuat ekonomi Malaysia berkembang pesat sejak 20 tahun terakhir bila dibandingkan dengan Indonesia. Sebagai negara berkembang, permasalahan yang yang disebutkan Tambunan (2012:51) juga dialami oleh Filiphina. Pemerintah Filipina melalui Department of Trade and Industry (DTI), menyebutkan sektor UKM di Filipina mencapai lebih dari 99% atas seluruh jumlah perusahaan di Filipina dan berkontribusi terhadap sekitar 65% lapangan pekerjaan. Salah satu isu yang menjadi keprihatinan bagi banyak pelaku UMKM adalah sulitnya mendapatkan bantuan modal usaha meskipun pemerintah telah mendorong sektor perbankan untuk UMKM, namun pemerintah Fhilipina telah mendorong UMKM di Filiphina dalam hal perluasan pasar hingga mampu menembus pasar Jepang (Buletin Komunitas ASEAN edisi 5 Agustus 2014).

Bagi negara Indonesia dan negara ASEAN lainnya, UMKM merupakan salah satu bagian penting dalam perekonomian dan pembangunan nasional, karena adanya perkembangan UMKM memberikan dampak positif. Melalui modal yang sedikit bisa membangun usaha kecil, teknologi yang digunakan sangat sederhana sehingga bersifat padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja. Dengan penyerapan banyak tenaga kerja tersebut berarti mengurangi jumlah pengangguran hingga pada akhirnya mampu mengurangi jumlah kemiskinan secara nasional.


(26)

Said dan Wijaya dalam Taloren (2014:5) mengemukakan bahwa terdapat tiga alasan pokok UMKM di Indonesia perlu mendapatakan perhatian khusus. Pertama, sebagian besar pelaku ekonomi adalah UMKM. Kedua, UMKM adalah kekuatan rakyat yang efektif untuk menanggulangi kemiskinan. Ketiga, isu UMKM adalah isu global, bukan nasional apalagi lokal. Pentingnya UMKM juga didukung oleh pendapat Rifai (2007:176), menurutnya peran penting UMKM dapat ditinjau dari beberapa aspek. Pertama, besarnya jumlah unit usaha, penyerapan tenaga kerja, dan sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Aspek kedua peran penting UMKM yaitu, UMKM memiliki keunggulan dalam fleksibilitas untuk bertahan terutama dalam krisis ekonomi, fleksibilitas terhadap bahan baku, tenaga kerja, mesin, produk dan harga.

Ketiga, UMKM merupakan sumber konsumsi murah bagi konsumen, terutama pada saat krisis, karena mempergunakan bahan baku lokal. Keempat, UMKM dapat berperan sebagai sumber penghasilan terakhir bagi keluarga karena sebagai familiy firm (usaha keluarga), sehingga dapat mengurangi kemiskinan misalnya melalui peningkatan income per-capita masyarakat, dan aspek kelima, keberadaan UMKM khususnya di negara-negara sedang berkembang sering dikaitkan sebagai salah satu reaksi dan solusi terhadap masalah-masalah ekonomi seperti adanya ketimpangan distribusi pendapatan, pengangguran yang besar, proses pembangunan yang tidak merata antara perkotaan dengan pedesaan, masalah urbanisasi dan tingkat kemiskinan yang tinggi.

Peran penting UMKM dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari berbagai data yang mendukung bahwa eksistensi UMKM cukup dominan. Pertama, jumlah


(27)

industrinya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi. Berdasarkan data Kementrian Koperasi dan UMKM tahun 2012, jumlah UMKM tercatat 56,5 juta unit atau 99,9% dari total unit usaha. Kedua, potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Setiap unit investasi pada sektor UMKM dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja jika dibandingkan dengan investasi yang sama pada usaha besar. Sektor UMKM menyerap 110,8 juta tenaga kerja atau 97,16% dari total angkatan kerja yang bekerja. Ketiga, kontribusi UMKM dalam pembentukan PDB cukup signifikan, yakni sebesar 59,08% dari total PDB, data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.3 : Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) di Indonesia tahun 2011-2012

No Indikator Satuan Tahun 2011 Tahun 2012

Jumlah Pangsa Jumlah Pangsa

1 Unit usaha (a+b) 55.211.396 56.539.560

A. (UMKM) (Unit) 55.206.444 99,99 56.534.592 99,99

- Usaha Mikro (UMi) (Unit) 54.559.969 98,82 55.856.176 98,79 - Usaha Kecil (UK) (Unit) 602.195 1,09 629.418 1,11 - Usaha Menengah(UM) (Unit) 44.280 0,08 48.997 0,09

B. Usaha Besar (UB) (Unit) 4.952 0,01 4.968 0,01

2 Tenaga kerja 104.613.681 110.808.154

A. (UMKM) (Orang) 101.722.458 97,24 107.657.509 97,16

- Usaha Mikro (UMi) (Orang) 94.957.797 90,77 99.859.517 90,12 - Usaha Kecil (UK) (Orang) 3.919.992 3,75 4.535.970 4,09 - Usaha Menengah(UM) (Orang) 2.844.669 2,72 3.262.023 2,94

B. Usaha Besar (UB) (Orang) 2.891.224 2,76 3.150.645 2,84 3 PDB Atas Dasar Harga

Berlaku (A+B)

7.445.344,6 8.241.864,3

A. (UMKM) (Rp. Milyar) 4.321.830,0 58,05 4.869.568,1 59,08

- Usaha Mikro (UMi) (Rp. Milyar) 2.579.388,4 34,64 2.951.120,6 35,81 - Usaha Kecil (UK) (Rp. Milyar) 740.271,3 9,94 798.122,2 9,68 - Usaha Menengah(UM) (Rp. Milyar) 1.002.170,3 13,46 1.120.325,3 13,59

B. Usaha Besar (UB) (Rp. Milyar) 3.123.514,6 41,95 3.372.296,1 40,92 4 Total Ekspor Non Migas

(A+B)

1.140.451,1 1.185.391,0

A. (UMKM) (Rp. Milyar) 187.441,8 16,44 166.626,5 14,06

- Usaha Mikro (UMi) (Rp. Milyar) 17.249,3 1,51 15.235,2 1,29 - Usaha Kecil (UK) (Rp. Milyar) 39.311,7 3,45 32.508,8 2,74 - Usaha Menengah(UM) (Rp. Milyar) 130.880,8 11,48 118.882,4 10,03

B. Usaha Besar (UB) (Rp. Milyar) 953.009,3 83,56 1.018.764,5 85,94 Sumber: Kementerian Koperasi dan UMKM RI, 2014


(28)

UMKM di Indonesia terus berkembang disetiap daerah di Indonesia, termasuk di Provinsi Lampung. Berdasarkan data dari Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Lampung, sebaran UMKM di Provinsi Lampung tahun 2012 berjumlah 341.297 unit usaha tersebar pada 14 kabupaten/kota. Jumlah usaha mikro di provinsi Lampung yakni berjumlah 251.538 unit, jumlah usaha kecil sebanyak 71.661 unit, sedangkan jumlah jenis usaha menengah di Provinsi Lampung sebanyak 18.098 unit, jumlah tersebut mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, lihat tabel dibawah ini:

Tabel 1.4 : Perkembangan UMKM di Provinsi Lampung Tahun 2011-2012 No Kabupaten/Kota

Jumlah unit usaha

2011 2012

Mikro Kecil Menengah Mikro Kecil Menengah

1 Lampung Selatan 1.532 235 130 1.685 258 143

2 Lampung Tengah 4.945 2.381 693 5.439 2.619 762

3 Lampung Utara 63.507 26.107 763 69.857 28.717 839

4 Lampung Timur 129.950 24.525 431 142.945 26.977 474

5 Lampung Barat 132 646 - 976 710 78

6 Bandar Lampung 11.484 6.784 9.895 12.632 7.462 10.884

7 Mesuji 361 149 469 397 163 515

8 Way Kanan 3.599 2.126 3.101 3.958 2.338 3.411

9 Metro 3.751 22 - 4.126 203 58

10 Tulang Bawang 2.589 187 32 2.847 205 35

11 Pringsewu 4.532 1.210 147 4.985 1.331 161

12 Tubabar 341 144 525 375 158 577

13 Tanggamus - 72 11 258 80 15

14 Pesawaran 962 400 133 1.058 440 146

TOTAL 227.684 64.989 16.328 251.538 71.661 18.098

Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Lampung 2013, diolah peneliti Salah satu kota di Provinsi Lampung yang juga memiliki kontribusi penyebaran pelaku UMKM yakni Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung dan merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan dan juga sebagai pusat perekonomian di Provinsi Lampung. Secara geografis Provinsi Lampung memiliki letak yang strategis karena merupakan pintu gerbang antara Pulau


(29)

Sumatera dengan Pulau Jawa. Sebagai ibukota provinsi, Bandar Lampung memiliki keuntungan karena setiap kegiatan, baik dari pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan dan perekonomian, lebih cepat bertumbuh dibandingkan dengan kota dan kabupaten lain di Provinsi Lampung.

UMKM di Kota Bandar Lampung bergerak di beberapa sektor yakni sektor industri, sektor perdagangan dan sektor jasa. Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 1.3 jumlah UMKM di Kota Bandar Lampung pada tahun 2012 sebanyak 30.978 unit, jumlah tersebut terbagi kedalam usaha mikro sebanyak 12.632 unit, usaha kecil sebanyak 7.462 unit dan usaha menengah sebanyak 10.884 unit usaha. Perkembangan jumlah UMKM di Kota Bandar Lampung pada tahun 2012 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 9,9% untuk seluruh jumlah UMKM yang ada. Meskipun dari segi kuantitas pertumbuhan UMKM di Kota Bandar Lampung terus menunjukan peningkatan, namun persaingan produk di Indonesia saat ini sangat ketat bukan lagi mengukur dari kuantitasnya tapi lebih menekankan pada kualitas produksinya.

Pada akhir tahun 2015 para pelaku UMKM di Indonesia termasuk pelaku UMKM Kota Bandar Lampung selain harus bersaing dengan produk lokal, mereka juga harus bersaingan dengan produk-produk luar negeri terutama dari negara anggota ASEAN. Para pelaku usaha dituntut untuk memproduksi barang yang berstandar tinggi karena untuk menembus pasar luar negeri tidaklah mudah, dibutuhkan kualitas produk dengan standar yang tinggi, sedangkan kualitas produk UMKM di Bandar Lampung belum cukup mampu bersaing dengan negara di kawasan ASEAN. Hal ini diketahui dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Bapak Guntari selaku Kepala Bidang UKM Diskoperindag Kota Bandar Lampung


(30)

yang menyatakan bahwa UMKM di Kota Bandar Lampung belum ada yang eksport, pemasaran mereka baru sebatas luar kota salah satunya yaitu usaha kripik pisang “ANDI” yang berlokasi di Kemiling (Pra riset pada selasa 17 Maret 2015).

Rendahnya daya saing tersebut disebabkan karena masih banyaknya permasalahan. UMKM di Kota Bandar Lampung menghadapi berbagai permasalahan yang masih menurunkan daya saing. Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Publik (LAKIP) tahun 2013 Diskoperindag Kota Bandar Lampung mengidentifikasikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi UMKM di Kota Bandar Lampung diantaranya: keterbatasan modal usaha, terbatasnya keterampilan dan penguasaan teknologi tepat guna para pengrajin industri kecil, sehingga sulit mengembangkan usahanya.

Dalam hal pengembangan usaha, modal menjadi salah satu faktor penentu keberlanjutan suatu usaha. Besar kecilnya suatu modal yang dimiliki pelaku usaha menjadi kunci arah perkembangan usahanya. Selanjutnya, permasalahan keterbatasan keterampilan dan penguasaan teknologi. Kurangnya pengetahuan atas teknologi produksi dan quality control yang disebabkan oleh minimnya kesempatan untuk mengikuti perkembangan teknologi serta kurangnya pendidikan dan pelatihan. Beberapa UMKM masih belum mampu mengotimalkan teknologi yang ada, contohnya internet dan unsur teknologi lain yang berkaitan. Keterbatasan sumber daya manusia (SDM), kurangnya sumber daya untuk mengembangkan SDM, serta kurangnya pemahaman mengenai keuangan dan akuntansi (Nagel, 2013:97). Sehingga berdampak pada kesulitan mengakses modal. Kelemahan terbesar adalah bagaimana mengakses perbankan, mengakses


(31)

finansial di UMKM. Pembiayaan usaha mikro kecil dan menengah di Indonesia baru mencapai seperlima atau sekitar 20 % dari kredit yang disalurkan perbankan (http://www.pikiran-rakyat.com/node/281009, diakses pada 18 Maret 2015).

Dari data pra riset yang diperoleh oleh peneliti, selain permasalahan diatas permasalahan lain yang dihadapi pelaku UMKM adalah minimnya kemampuan pemasaran (pra riset penelitian tanggal 23 Maret 2015 pada usaha keripik pisang “Alinda” dan “Karya Mandiri”). Kurangnya pengetahuan atas pemasaran salah satunya disebabkan oleh terbatasnya informasi yang dapat dijangkau oleh UMKM mengenai pasar, selain karena keterbatasan kemampuan UMKM untuk menyediakan barang/jasa yang sesuai dengan keinginan pasar. Cara pemasaran UMKM masih dinilai konvensional, padahal dengan memanfaatkan teknologi seperti internet UMKM bisa memperluas jaringan pemasaran produknya.

Dalam rangka menghadapi era pasar bebas dari pemberlakuan MEA pada akhir tahun 2015 mendatang UMKM penting dilindungi dan dikembangkan lebih besar untuk menopang pertumbuhan ekonomi masyarakat. UMKM di Kota Bandar Lampung perlu mendapat perhatian yang baik untuk ditingkatkan daya saingnya supaya tidak tergerus oleh liberalisasi perdagangan yang tidak terelakkan. Kemajuan UMKM di Kota Bandar Lampung sangat ditentukan keberpihakan pemerintah. Pemerintah Daerah melalui Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Bandar Lampung mempunyai tanggungjawab teknis dalam pengembangan sektor UMKM. Strategi yang dipersiapkan akan sangat menentukan nasib UMKM yang ada. Tentunya, implementasi MEA menjadi wahana penting untuk mempromosikan sektor ini,


(32)

namun harus ditunjang dengan kesiapan dari berbagai pihak. Jika pelaku usaha di Kota Bandar Lampung mampu memproduksi barang berkualitas dan berdaya saing tinggi, maka MEA menawarkan kesempatan berharga untuk menjadikan ekonomi Kota Bandar Lampung berjaya.

Demi menjaga daya saing UMKM, peningkatan pembangunan kapasitas (capacity building) UMKM menjadi sangat penting. Secara umum capacity building merupakan upaya yang dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai macam strategi untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan responsivitas dari kinerja. Menurut Grindle dalam Keban (2008:201) capacity building meliputi tiga dimensi yaitu sumber daya manusia, organisasi dan reformasi kelembagaan. Pada era sekarang ini penguatan organisasi menjadi tema yang sangat penting mengingat dalam pertumbuhannya, organisasi menghadapi tuntutan-tuntutan baik internal maupun eksternal yang timbul sejalan dengan keberadaannya. Oleh karena itu, organisasi dihadapkan pada kenyataan bahwa ia harus meningkatkan kemampuan yang selaras dengan tuntutan perubahan tersebut. Dengan demikian penguatan organisasi menjadi penting untuk membangun UMKM yang memiliki daya saing secara nasional maupun internasional. Dengan penguatan organisasi tersebut diharapkan UMKM di Kota Bandar Lampung mampu meningkatkan produktivitasnya sehingga mampu bersaing dalam arus liberalisai dari pemberlakuan MEA.

Berdasarkan permasalahan diatas penulis tertarik mengangat tema capacity building UMKM di Kota Bandar Lampung dalam menghadapi MEA 2015 dengan fokus penguatan organisasi UMKM. Agar hasil penelitian ini menjadi


(33)

rekomendasi bagi pemerintah Kota Bandar Lampung maupun stakeholder lain dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan UMKM dalam menghadapi arus liberalisasi barang/jasa, dan menjadi rekomendasi pula untuk UMKM di Kota Bandar Lampung agar mampu bersaing dalam menghadapi MEA di akhir tahun 2015.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah upaya penguatan organisasi UMKM di Kota Bandar Lampung dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir tahun 2015?

C. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Mendeskripsikan dan menganalisis upaya penguatan organisasi UMKM di Kota Bandar Lampung dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir tahun 2015.

D. Manfaat penelitian

Adapun kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan referensi bagi Kajian

Ilmu Administrasi Negara khususnya pada mata kuliah Pengembangan Organisasi. 2. Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan dan keputusan utamanya bagi Pemerintah dan stakeholders lain yang terkait.


(34)

A. Tinjauan Pembangunan Kapasitas (Capacity Building) 1. Pengertian Pembangunan Kapasitas (Capacity Building)

Secara alamiah, organisasi selalu berusaha mencapai tujuan, memenuhi visi dan misinya melalui program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang ditengah arus perubahan lingkungan yang sangat dinamis. Sehubungan dengan dinamika perubahan lingkungan tersebut, organisasi harus memiliki kemampuan untuk beradaptasi terhadap lingkungan. Adaptasi memastikan organisasi tetap dalam koridor pencapaian visi dan misinya dan terlebih lagi untuk mempertahankan eksistensinya. Pembangunan kapasitas (capacity building) merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghadapi perubahan sesuai dengan tuntutan zaman.

Millen dalam laporan Tim Peneliti STIA LAN Makasar (2012:19) menyatakan bahwa kapasitas adalah kemampuan individu, organisasi atau sistem untuk menjalankan fungsi sebagaimana mestinya secara efektif, efisisen dan terus menerus. Lebih lanjut, Millen melihat capacity building sebagai tugas khusus, karena tugas tersebut berhubungan dengan faktor-faktor dalam suatu organisasi atau sistem tertentu pada suatu waktu tertentu.


(35)

Pembangunan kapasitas merupakan upaya yang dimaksudkan untuk mengembangkan suatu ragam strategi meningkatkan efficiency, effectiveness dan responsiveness kinerja organisasi. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Grindle dalam Haryono,dkk (2012:39):

“capacity building is intended to encompass a variety of strategies that have to do with increasing the efficiency, effectiveness, and responsiveness of government performance”(pembangunan kapasitas merupakan upaya yang dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai macam strategi yang dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas dan responsivitas dari kinerja pemerintah).

Morrison dalam Whardani (2013:19) melihat capacity building sebagai suatu proses untuk melakukan sesuatu atau serangkaian gerakan, perubahan multilevel didalam individu, kelompok-kelompok, organisasi-organisasi dan sistem-sistem dalam rangka untuk memperkuat kemampuan penyesuaian individu dan organisasi sehingga dapat tanggap terhadap perubahan lingkungan yang ada.

Pengertian lain mengenai pembangunan kapasitas juga dikemukakan oleh Sensions dalam Haryono,dkk (2012:39) yang memberikan definisi:

“capacity building usually is understood to mean helping government, communities and individuals to develop the skills and expertise needed to achieve their goals. capacity building program often designed to strengthen participant’s abilityes to evaluated their policy choices and implement decisions effectivelly, may include education and training, institutional and legal reforms as well as scientific, technological and financial assistance” (Pembangunan kapasitas biasanya dipahami sebagai alat untuk membantu pemerintah , komunitas dan individu –individu dalam mengembangkan kemampuan dan pengetahuannya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Program pembangunan kapasitas , dapat didesain untuk memperkuat kemampuan partisipan dalam mengevaluasi pilihan kebijakan dan implementasi kebijakan secara efektif, termasuk pendidikan dan pelatihan, embaga dan reformasi kebijakan, begitu juga pengetahuan, tegnologi, dan membantu perekonomian).


(36)

Sedangkan Rosalyn dalam Haryono,dkk (2012:40) mengatakan bahwa:

“capacity building has been defined as both capabilities (connolly and lukas, 2002) and actions (blumenthal,2004) to strengthen on organization’s ability to achieve its vision and to sustain itself. The end result of capacity building is improved organizational health and overall effectiveness, resulting in increased impacts and outcomes (linnell,2003;newborn,2008) (pembangunan kapasitas didefinisikan sebagai gabungan dari kemampuan dan tindakan untuk memperkuat kemampuan organisasi dalam pencapaian visi dan untuk menopang organisasi itu sendiri. Hasil akhir dari pembangunan kapasitas adalah meningkatkan kesehatan organisasi dan keefektifan secara menyeluruh, yang kemudian menghasilkan hasil dan dampak).

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa capacity building adalah proses atau kegiatan memperbaiki kemampuan seseorang, kelompok, organisasi atau sistem agar tercipta kinerja yang lebih baik dan tanggap terhadap perubahan lingkungan sehingga dapat mencapai tujuan. Hal ini sejalan dengan adanya tuntutan-tuntutan dari luar dan dalam sehingga organisasi perlu secara terus menerus harus menentukan sikap yang kondusif untuk menghadapi tantangan yang menggetarkan eksistensinya. Dengan demikian peningkatan kapasitas diarahkan untuk memperkokoh kemampuan adaptasinya demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Tujuan Pembangunan Kapasitas (Capacity Building)

Adapun tujuan dari capacity building (pembangunan kapasitas) dapat dibagi menjadi dua (Keban, 2008:7) yaitu:

a. Secara umum diidentikkan pada perwujudan sustainabilitas (keberlanjutan) suatu sistem.

b. Secara khusus ditujukan untuk mewujudkan kinerja yang lebih baik dilihat dari aspek:


(37)

1) Efisiensi dalam hal waktu dan sumber daya yang dibutuhkan guna mencapai suatu outcome.

2) Efektifitas berupa kepantasan usaha yang dilakukan demi hasil yang diinginkan.

3) Responsifitas yakni bagaimana mensinkronkan antara kebutuhan dan kemampuan untuk maksud tersebut.

4) Pembelajaran yang terindikasi pada kinerja individu, grup, organisasi dan sistem.

Dapat kita ketahui bahwa tujuan sebenarnya capacity building merupakan upaya yang dilakukan untuk keberlanjutan suatu organisasi untuk meningkatkan daya tanggap individu, organisasi atau sistem terhadap perubahan lingkungan sehingga mampu beradaptasi dengan tuntutan perubahan zaman. Upaya tersebut dibangun dari potensi yang sudah ada kemudian diproses agar lebih meningkatkan kualitas individu, organisasi serta sistem agar dapat bertahan ditengah perubahan lingkungan.

3. Dimensi Pembangunan Kapasitas (Capacity Building)

Dalam pembangunan kapasitas terdapat beberapa elemen mendasar yang menjadi perhatian. Elemen-elemen tersebut harus dilihat sebagai suatu kesatuan, dimana apabila dibenahi yang satu maka dapat mempengaruhi yang lain. Bila dicermati, elemen-elemen ini menyangkut kemampuan, proses dan lingkungan, hal ini diperkuat dengan pernyataan Brown dalam Haryono,dkk (2012: 43)

“common to all characterizations of capacity building is the assumption that capacity is linked to performance. A need for capacity building is often identified when performance is inadequate of falters. Moreover, capacity building is only perceived as effective if it contributes to better performance.” ( persamaan dari seluruh karakteristik pembangunan kapasitas adalah asumsi bahwa kapasitas berhubungan dengan kinerja. Kebutuhan akan perlunya pembangunan kapasitas dapat diidentifikasikan


(38)

ketika kinerja seseorang atau organisasi dirasa kurang atau melemah. Selain itu, pembangunan kapasitas dapat dikatakan efektif jika berkontribusi dalam peningkatan kinerja yang lebih baik). Dapat diambil pemahaman bahwa pembangunan kapasitas dapat diorientasikan pada beberapa hal yang berbeda yaitu kapasitas individu (sumber daya manusia), organisasi dan pengembangan kapasitas yang diorientasikan pada kapasitas kelembagaan.

Dalam pengembangan kapasitas memiliki dimensi, fokus dan tipe kegiatan. Dimensi, fokus dan tipe kegiatan tersebut menurut Grindle dalam Haryono,dkk (2012:46) adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 : Dimensi Pembangunan Kapasitas Dimensions Focus Type Of Activities

Human Resource

(pengembangan SDM)

Supply of profesional and technical personel (kesediaan tenaga teknis dan profesional)

Training, salaries, conditions of work, recruitment (pelatihan, gaji, kondisi kerja dan rekrutmen)

Organizational strengthening

(penguatan organisasi)

Manajemen system to improve performance of specific taks and functions; and

microstructures (sistem manajemen dalam

mengembangkan performasi tugas-tugas khusus dan fungsi; struktur mikro)

Incentive system, utilizationnof personel , leadership,

organizational culture, communications, manajerial structures ( sistem insentif, pemanfaatan personil,

kepemimpinan, budaya organisasi, komunikasi dan struktur

manajerial).

Institutional reform

(reformasi kelembagaan)

Institusions and system , macrostructures (lembaga dan sistem; struktur makro)

Rules of the game for economic and politicalregimes,policy and legal change, constitutional reform ( aturan permainan untuk rezim politik dan perubahan kebijakan, reformasi konstitusi)

Sumber: Grindle dalam Haryono,dkk (2012:46)

Dari tabel 2.1 dapat dijelaskan bahwa dimensi pembangunan kapasitas meliputi: pertama, dimensi pengembangan sumber daya manusia dengan fokus pada kesediaan tenaga teknis dan profesional, sedangkan jenis aktivitasnya meliputi, pelatihan, gaji, kondisi kerja dan rekrutmen. Kedua, dimensi penguatan organisasi, dengan fokus pada sistem manajemen dalam mengembangkan performasi tugas-tugas khusus dan fungsi; struktur mikro; sedangkan jenis aktivitasnya meliputi, sistem insentif, pemanfaatan personil, kepemimpinan,


(39)

budaya organisasi, komunikasi dan struktur manajerial. Ketiga dimensi reformasi kelembagaan dengan fokus lembaga dan sistem; struktur makro, sedangkan jenis aktivitasnya meliputi, aturan permainan untuk rezim politik dan perubahan kebijakan, reformasi konstitusi.

Sementara itu Keban (2008:201) mengumpulkan berbagai pendapat yang menggambarkan pemahaman mereka tentang capacity building. Misalnya World Bank menekankan perhatian pembangunan kapasitas pada:

a) Pengembangan sumber daya manusia, khususnya training, rekrutmen, pemanfaatan dan pemberhentian tenaga profesional, manajerial dan teknis. b) Organisasi, yaitu pengaturan struktur, proses, sumber daya dan gaya

manajemen.

c) Jaringan kerja interaksi organisasi, yaitu koordinasi kegiatan-kegiatan organisasi, fungsi jaringan kerja, dan interaksi formal dan informal.

d) Lingkungan organisasi, yaitu aturan dan perundang-undangan yang mengatur pelayanan publik, tanggungjawab dan kekuasaan antar lembaga, kebijakan yang menghambat tugas-tugas pembangunan dan dukungan keuangan dan anggaran.

e) Lingkungan kegiatan yang luas, yaitu mencakup faktor politik, ekonomi dan kondisi –kondisi yang berpengaruh terhadap kinerja.

United Nations Development Programme (UNDP) memfokuskan pada tiga dimensi yaitu:

a) Tenaga kerja (dimensi sumber daya manusia) yaitu kualitas SDM dan cara SDM dimanfaatkan.


(40)

b) Modal (dimensi phisik) menyangkut peralatan, bahan-bahan yang diperlukan dan gedung.

c) Teknologi yaitu organisasi dan gaya manajemen, fungsi perencanaan , pembuat keputusan, pengendalian dan evaluasi serta sistem informasi manajemen.

Dalam penelitian jurnal sosial-politika vol 13. No.2 Desember 2006 yang dilakukan oleh Djumadi (2006:153) menyatakan dalam pengembangan kapasitas harus dilakukan secara efektif dengan melakukan tiga tingkatan yaitu:

a) Tingkatan sistem, seperti kerangka kerja yang berhubungan dengan pengaturan, kebijakan-kebijakan, dan kondisi dasar yang mendukung pencapaian objektivitas kebijakan tertentu.

b) Tingkat institusional atau keseluruhan satuan, contoh: struktur organisasi, proses pengambilan keputusan di dalam organisasi-organisasi, prosedur dan mekanisme-mekanisme pekerjaan, pengaturan sarana dan prasarana, hubungan-hubungan dan jaringan-jaringan organisasi.

c) Tingkat individu, contohnya pengembangan keterampilan individu dan persyaratan-persyaratan, pengetahuan, tingkah laku, pengelompokan pekerjaan, dan motivasi-motivasi dari pekerjaan oran-orang didalamnya.

Dalam konteks pengembangan SDM, perhatian diberikan kepada pengadaan atau penyediaan personel yang profesional dan teknis. Kegiatan yang dilakukan antara lain training, pemberian upah, pengaturan kondisi dan lingkungan kerja dan sistim rekruitmen yang tepat. Dalam kaitannya dengan penguatan organisasi, pusat perhatian ditujukan kepada sistim manajemen untuk memperbaiki kinerja dari fungsi-fungsi dan tugas-tugas yang ada dan pengaruran struktur mikro. Aktivitas yang harus dilakukan adalah menata sistim insentif, pemanfaatan personel yang


(41)

ada, kepemimpinan, komunikasi, dan struktur manajerial. Dan berkenaan dengan reformasi kelembagaan, perlu diberi perhatian terhadap perubahan sistem dan institusi-institusi yang ada, serta pengaruh struktur makro. Dalam hal ini aktivitas yang perlu dilakukan adalah melakukan perubahan “aturan main” dari sistim ekonomi dan politik yang ada, perubahan kebijakan dan aturan hukum, serta reformasi sistim kelembagaan yang dapat mendorong pasar dan berkembangnya masyarakat madani.

Haryono,dkk (2012:47) merangkum berbagai pendapat ahli tentang dimensi pembangunan kapasitas, yaitu meliputi tiga dimensi diantaraya: pengembangan sumber daya manusia, penguatan organisasi serta reformasi kelembagaan.

a) Mengembangkan Human Resource (SDM)

Sumber daya manusia adalah faktor sentral dalam organisasi. apapun bentuk serta tujuannya, organisasi dibuat berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan manusia dan dalam pelaksanaan misinya dikelola dan diurus oleh manusia. Mengenai pengertian kapasitas sumber daya manusia , Grindle dalam Haryono (2012:48) menyatakan bahwa “initiatives to develop human resource generally seek the capacity of individuals to carry out their profesional and technical responsibilities” (inisiatif untuk mengembangkan SDM secara umum berusaha untuk meningkatkan kapasitas individu untuk menjalankan tanggung jawabnya secara profesional dan meninkatkan kemampuan teknisnya). Dalam konteks pengembangan sumber daya manusia, pendidikan dan pelatihan adalah merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia.


(42)

b) Strengthening organization (penguatan organisasi)

Sebagai salah satu bentuk kehidupan, organisais terikat dalam proses keberadaan, pertumbuhan dan perkembangan. Dalam pertumbuhannya itu, organisasi menghadapi tuntutan-tuntutan baik internal maupun eksternal yang timbul sejalan dengan keberadaannya. Oleh karena itu organisasi secara terus menerus dihadapkan dengan kenyataan bahwa ia harus meningkatkan kemampuannya yang selaras dengan tuntuan-tuntutan perubahan. Dengan demikian peningkatan tersebut diarahkan untuk memperkokoh kemampuan adaptasinya. Dalam konteks ini pengembangan organisasi atau pembaharuan organisasi sangat diperlukan.

c) Institutional reform (reformasi kelembagaan)

Berkaitan dengan pemahaman akan institusioanl capacity, Willems dalam Haryono,dkk (2012:82) menyatakan

Institutional capacity is often considered as a vague, fuzzy concept/ actually, as we will see, this nation refers to quite spesific features. However, it is indeed difficult to determine the most important aspect of capacity, bacause they all seem important. Why is it so? One way to explain this is to say that a country’s capacity stems, rather than from particular elements of that system. There has been an increasing focus on this systematic aspect of capacity in recent years. This aspect can be further ilustrated in the following subsections, which describe respectively the different levels of capacity, which area interdependent, and the different phases of the policy process, which are also interconnected. (kapasitas kelembagaan sering dipertimbangkan sebagai konsep yang kabur, samar dan ini menimbulkan kesulitam untuk menetukan aspek-aspek yang paling penting dari kapasitas karena semua aspek-aspek tersebut terlihat sama pentingnya. Kondisi ini terjadi karena kapasitas lebih menunjukan hubungan atau keterkaitan diantara aspek daripada lemen-elemen yang terbagi-bagi. Aspek-aspek tersebut menggambarkan perbedaan tingkatan-tingkatan dari kapasitas yang saling bergantung dan perbedaan dari proses kebijakan yang saling berhubungan).


(43)

Konsep institutional capacity merupakan konsep yang terus berkembang. Hal ini juga ditegaskan oleh Segnestam dalam Haryono,dkk (2012:83)

“konsep kapasitas kelembagaan telah berevolusi selama bertahun-tahun dan merupakan sasaran yang terus berubah dari fokus pada pengembangan dan penguatan individu, organisasi dan penyediaan teknik dan manajemen pelatihan guna mendukung perencanaan yang integral dan proses pembuatan keputusan antar institusi. Fokus ini tengah berkembang lebihluas menyangkut juga pemberdayaan, modal sosial, perkembangan lingkungan sesuai dengan budaya, nilai dan relasi kekuasaan yang mempengaruhi”.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa konsep kapasitas kelembagaan mendasar pada kajian kelembagaan yang dipandang tidak hanya sebagai organisasi yang terbatas tetapi juga lebih luas yakni merupakan tatanan atau seperangkat aturan, praktek dan proses yang menganjurkan peran perilaku untuk aktor-aktor, kendala aktivitas dan harapan. Reformasi kelembagaan pada intinya menunjuk kepada pengembangan iklim dan budaya yang kondusif bagi penyelenggaraan usaha menuju realisasi tujuan yang diinginkan.

Berdasarkan hal yang telah dipaparkan para ahli diatas maka, dalam penelitian ini peneliti memilih berfokus pada salah satu dimensi capacity building yaitu penguatan organisasi. Alasan peneliti memfokuskan pada penguatan organisasi karena mengingat pentingnya eksistensi sebuah organisasi untuk menjalin networking dan memperluas pangsa pasar; selain itu untuk mewujudkan UMKM yang mandiri dan berdaya saing harus dibarengi dengan kelembagaan yang kuat.

4. Penguatan Organisasi

Sebagai salah satu bentuk kehidupan, organisasi terikat dalam suatu proses keberadaan, pertumbuhan dan perkembangan. Dalam pertumbuhannya itu,


(44)

organisasi menghadapi tuntutan-tuntutan besar yang timbul sejalan dengan keberadaannya. Tuntutan-tuntutan tersebut dapat berupa tuntutan internal ataupun tuntutan eksternal. Tuntutan eksternal berasal dari perkembangan lingkungan yang semakin hari semakin pesat. Adapun tuntutan internal merupakan tuntutan yang berkembang dari dalam organisasi itu sendiri yakni suatu tuntutan perubahan yang timbul sebagai konsekuensi logis adanya desakan tuntutan dari luar. Semua organisasi baik publik maupun privat harus senantiasa beradaptasi dengan lingkungannya untuk tetap mempertahankan eksistensinya.Semua organisasi baik itu publik maupun privat harus tetap mengembangkan kapasitasnya seiring dengan perubahan lingkungan yang tidak menentu.

Fokus perhatian dalam penguatan organisasi menurut Haryono,dkk (2012:47) terletak pada persoalan pemanfaatan personil, bagaimana mendesain struktur manajerial dan persoalan pengembangan jaringan-jaringan atau network.

1) Pemanfaatan personel

Salah satu unsur dalam penguatan organisasi adalah pendayagunaan aparatur atau biasa disebut dengan pemanfaatan personel, yaitu menempatkan pegawai sesuai dengan kompetensinya atau istilah lainnya the right man on the right place. Dengan menerapkan prinsip ini maka akan menciptakan pegawai yang memiliki kompetensi yang tepat atau menciptakan aparatur yang profesional dalam bidangnya. Pada penelitian ini konsep pemanfaatan personel dipahami sebagi upaya yang dilakukan oleh sebuah instansi dalam memanfaatkan pelaku UMKM agar memiliki keprofesionalan bekerja. Sesuai dengan tujuan dari penerapan prinsip ini adalah menciptakan pegawai yang memiliki kompetensi yang tepat atau menciptakan pegawai yang profesional dalam


(45)

bidangnya. Sedarmayanti dalam Haryono, dkk (2012:70) mengemukakakn bahwa, profesional adalah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidangnya, keahlian dalam bidang tertentu diperoleh dari hasil pendidikan, pelatihan atau hasil mengikuti program atau pengalaman khusus dalam pekerjaan/bidang tertentu. Haryono, dkk (2012:72) menjelaskan bahwa upaya pemanfaatan personel menjadi penting untuk mewujudkan sumber daya manusia yang profesional yang pada akhirnya mampu melahirkan sumber daya manusia yang mampu menjadi motor penggerak bagi terwujudnya organisasi yang dinamis, inovatif, adaptif dan responsif terhadap tuntutan perubahan dan perkembangan lingkungan.

Pelatihan merupakan instrumen yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pengetahuan, keahlian, perubahan sikap dan perilaku dan koreksi terhadap kinerja. Tujuan pelatihan itu sendiri adalah untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas SDM baik pada tingkatan individu maupun organisasi (Haryono, dkk: 2012:260).

2) Aspek manajerial

Aspek manajerial menyangkut bagaimana pengelolaan organisasi menggunakan prinsip-prinsip manajemen yang baik. prinsip-prinsip manajemen pada umumnya yaitu planning, organizing, actuating and controling (POAC) sehingga pelaksanaan suatu program atau suatu proyek dapat dilaksanakan dengan baik. salah satu aspek terpenting yang merupakan bagin dari penguatan organisasi adalah penerapan aspek manajerial, pada penelitian ini dipahami bahwa penerapan aspek manajerial adalah bagimana


(46)

Diskoperindag sebagai salah satu instansi pemerintahan meningkatkan kemampuan manajerial dan permodalan bagi pelaku UMKM.

3) Jejaring kerjasama (network)

Dalam upaya pengembangan jaringan atau network yang merupakan basis dari interaksi sosial dan sah di dalam organisasi. Kemampuan membentuk network atau kerjasama antara organisasi, menuntut adanya kemampuan khusus dari organisasi. Terdapat beberapa faktor yang terlihat kritis atas kinerja network seperti: kemampuan memastikan partisipasi dari aktor-aktor kunci, kemampuan dari aturan prosedur dan penyediaan keuangan untuk jaringan itu sendiri, alokasi yang tepat tentang tanggungjawab, kewenangan organisasi dalam menunjang koordinasi dan juga yang terpenting adalah stabilitas dari susunan institutional. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menunjang jaringan kerjasama adalah sebagai berikut:

a) Jaringan kerjasama yang dibangun harus didasarkan pada prinsip saling menguntungkan, dengan menghindari ketergantungan dan eksploitasi. b) Jaringan kerjasama harus menjaga kesinambungan kegiatan dalam jangka

waktu yang panjang untuk kepentingan bersama.

B. Tinjauan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 1. Pengertian UMKM

Ada beberapa pengertian UMKM menurut para ahli atau pihak langsung yang berhubungan dengan UMKM. UMKM diatur berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Pengertian mengenai UMKM berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2008 adalah sebagai berikut:


(47)

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-undang.

Tabel 2.2 Klasifikasi UMKM

Ukuran Usaha Aset Omset

Usaha Mikro Minimal 50 Juta Maksimal 300 Juta Usaha Kecil >50 Juta – 500 Juta Maksimal 3 Miliar Usaha Menengah >500 Juta-10 Miliar >2,5 – 50 Miliar Sumber: Undang-undang No 20 tahun 2008 tentang UMKM

Tabel 2.2 menjelaskan mengenai klasifikasi Usaha Miko, Kecil dan Menengah berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, yang dimaksud dengan kekayaan bersih adalah hasil pengurangan total nilai kekayaan usaha (asset) dengan total nilai kewajiban, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.


(48)

Pendapat lain dikemukakan oleh Badan Pusat Statistik yang memberikan definisi UMKM berdasarkan kunatitas tenaga kerja, kriteria usaha adalah sebagai berikut : a) Usaha mikro : 1 - 4 orang tenaga kerja

b) Usaha kecil : 5 - 19 orang tenaga kerja c) Usaha menengah : 20 - 99 orang tenaga kerja d) Usaha besar : di atas 99 orang tenaga kerja.

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian UMKM dilihat dari berbagai aspek, baik dari segi kekayaan yang dimiliki oleh pelaku, jumlah tenaga kerja yang dimiliki atau dari jumlah omzet yang didapat pelaku.

2. Azas-Azas Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM pasal 3, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan. Perbedaan UKM dengan perusahaan yang berskala besar salah satunya dari asas. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah berasaskan, sebagai berikut:

a. Kekeluargaan; adalah asas yang melandasi upaya pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagai bagian dari perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

b. Demokrasi ekonomi; adalah pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah diselenggarakan sebagai kesatuan dari pembangunan perekonomian


(49)

nasional untuk mewujudkan kemakmuran rakyat.

c. Kebersamaan; adalah asas yang mendorong peran seluruh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dan Dunia Usaha secara bersama-sama dalam kegiatannya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

d. Efisiensi berkeadilan; adalah asas yang mendasari pelaksanaan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.

e. Berkelanjutan; adalah asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangungan melalui pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang dilakukan secara berkesinambungan sehingga terbentuk perekonomian yang tangguh dan mandiri.

f. Berwawasan lingkungan; adalah asas pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.

g. Kemandirian; adalah asas pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang dilakukan dengan tetap menjaga dan mengedepankan potensi, kemampuan, dan kemandirian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

h. Keseimbangan kemajuan; adalah asas pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonomi nasional.

i. Kesatuan ekonomi nasional; adalah asas pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang merupakan bagian dari pembangunan kesatuan ekonomi nasional.


(50)

C. Tinjauan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 1. Sejarah ASEAN dan Percepatan Pembentukan MEA

Association of South East Asian Nations (Assosiasi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara) atau yang dikenal dengan ASEAN didirikan pada tanggal 8 agustus 1967 di Bangkok Thailand, oleh para pendiri ASEAN yaitu Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura dan Thailand. Kemudian bergabung Brunei Darusalam (1984), Vietnam (1995), Myanmar dan Laos (1997), dan Kamboja (1999), dan saat ini ASEAN beranggotakan 10 Negara (Liflet MEA 2015 diterbitkan oleh Direktorat Jendral Kerjasama Perdagangan Internasional, 2014).

Diawal pembentukanya pada 1967, ASEAN lebih ditunjukan pada kerjasama yang berorientasi politik guna pencapaian kedamaian dan keamanan dikawasan Asia Tenggara. Kerjasama regional ini semakin diperkuat dengan semangat stabilitas ekonomi dan sosial dikawasan Asia Tenggara, antara lain melalui percepatan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan budaya dengan tetap memperhatikan kesearaan dan kemitraan, sehingga menjadi landasan untuk tercapainya masyarakat yang sejahtera dan damai. Rencana jangka panjang pembentukan komunitas ASEAN ini terdiri dari tiga pilar, yaitu ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), ASEAN Security Community (ASC), dan ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC). Ketiga pilar tersebut saling berkaitan satu sama lain dan saling memperkuat tujuan pencapaian perdamaian yang berkelanjutan, stabilitas serta pemerataan kesejahteraan di kawasan. (Informasi Umum MEA diterbitkan oleh Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, 2014:5)


(51)

Dalam perkembangan realisasi konsep MEA selanjutnya,dirumuskan tujuan akhir integrasi ekonomi, yakni mewujudkan ASEAN Vision 2020 Pada Deklarasi Bali Concord II, Oktober 2003. Pencapaian dilakukan melalui lima pilar, yaitu: aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih bebas. Berbagai kerjasama ekonomi dilakukan khususnya dibidang perdagangan dan investasi, dimulai dari Preferential Trade Arrangement (PTA, 1977), ASEAN Free Trade Area (AFTA, 1992), ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS, 1995) dan ASEAN Investment Area (AIA, 1998), kemudian dilengkapi dengan perumusan sektor prioritas integrasi dan kerjasama dibidang moneter lain. Semua hal tersebut merupakan perwujudan dari usaha mencapai MEA.

Langkah untuk memperkuat kerangka kerja MEA kembali bergulir di 2006 antara lain dengan formulasi blue print atau cetak biru yang berisi target dan waktu penyampaian MEA dengan jelas. Mempertimbangkan keuntungan dan kepentingan ASEAN untuk menghadapi tantangan daya saing global, diputuskan untuk mempercepat pembentukan MEA dari 2020 menjadi 2015. Keputusan ini juga menjadi political will para pemimpin ASEAN ditandai dengan ditandatangani ASEAN charter (Piagam ASEAN) yang terdiri dari cetak biru dan jadwal strategis pencapaian MEA di singapura pada 20 November 2007. Dokumen tersebut berisi komitmen negara anggota atas keseriusan pencapaian MEA di mana evaluasi pencapaian MEA akan dilakukan ke masyarakat luas.

2. Arah Kebijakan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Indonesia akan menuju masyarakat ekonomi ASEAN pada 2015 mendatang. MEA adalah perwujudan integrasi ekonomi dikawasan ASEAN yang kompetitif


(1)

117

dengan pelaksanaan OVOP (one village one product). Upaya-upaya tersebut dimaksudkan agar pelaku UMKM memiliki daya saing untuk menghadapi MEA.

Dari hasil temuan dilapangan semua pembinaan yang dilakukan oleh Diskoperindag baik itu pelatihan, penyuluhan ataupun pemberian bantuan disesuaikan dengan kebutuhan UMKM itu sendiri, namun jumlah peserta yang mendapat pelatihan dan bantuan masih sangat terbatas. Selain itu pemilihan tema dan penyampaian materi dalam pelatihan untuk meningkatkan keprofesionalan pelaku UMKM, kurang efektif sehingga menyebabkan tidak diterapkannya hasil dari pelatihan tersebut. temuan dilapangan juga mengungkapkan bahwa dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN dimana sosialisasi menjadi penting, namun sosialisasi yang dilakukan Diskoperindag hanya pada saat pelatihan akibatnya masih banyak pelaku UMKM yang tidak mengetahui informasi tersebut.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, saran dalam penelitian ini adalah:

1. Disarankan kepada Diskoperindag Kota Bandar Lampung agar sosialisasi tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan dilaksanakan pada akhir tahun 2015, tidak hanya disampaikan pada pelatihan saja sebaiknya didukung dengan pemasangan spanduk, pemberitaan dimedia cetak lain dan juga pada media elektronik seperti Radio dan Televisi Lokal.

2. Untuk meningkatkan keprofesionalan bagi pelaku UMKM yang ada di Kota Bandar Lampung, materi yang disampaikan harus lebih bervariasi bila perlu


(2)

118

disertai dengan praktek langsung dan untuk memastikan penyampaian pelatihan diterima dengan baik, Diskoperindag perlu melakukan evaluasi rutin. 3. Disarankan kepada Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan

Kota Bandar Lampung untuk meningkatkan intensitas pendidikan dan pelatihan kewirausahaan bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah, dengan cara membuat jadwal khusus pada setiap kecamatan dan kelurahan. Hal ini penting dilakukan agar pada masa yang akan datang semua pelaku usaha di seluruh kelurahan dan kecamatan memperoleh pendidikan dan pelatihan kewirausahaan.

4. Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung agar terus memperbanyak jumlah kelompok usaha mikro, kecil dan menengah yang mendapatkan bantukan modal dan peralatan usaha, sehingga bisa dimanfaatkan secara optimal dan sesuai dengan peruntukannya.

5. Dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir 2015 mendatang para pelaku UMKM di Kota Bandar Lampung harus senantiasa meningkatkan pengetahuannya mengenai pasar global, dan melakukan analisis biaya dengan baik agar pelaku UMKM mampu menetapkan harga yang sesuai dan meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan, memperbaiki kemasan produk dan meningkatkan variasi produk agar UMKM di Kota Bandar Lampung memiliki perbedaan yang bisa menjadi keunggulan dalam bersaing pada pemberlakuan MEA sehingga nantinya tidak kalah bersaing dengan produk yang dipasarkan oleh negara lain di ASEAN, melalui Diskoperindag dengan memberikan pelatihan tentang manajemen secara lebih intensif dan rutin.


(3)

119

6. Dalam meningkatkan akses pemasaran bagi UMKM di Kota Bandar Lampung sebaiknya Diskoperindag menjalin kerjasama dengan pasar modern yang ada di Kota Bandar Lampung dengan memberikan ruang bagi UMKM untuk ikut memasarkan hasil produksinya di pasar modern tersebut dengan biaya sewa yang terjangkau.

7. Pemerintah Kota Bandar Lampung selain berupaya meningkatkan kapasitas UMKM juga harus melindungi produk lokal dengan kebijakan yang membatasi import pada barang tertentu dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mencintai dan menggunakan produk dalam daerah. Upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tersebut dapat dilakukan melalui pemasangan spanduk, ataupun sosialisasi secara langsung.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Haryono, Bambang Santoso, dkk. 2012. Capacity Building.Malang: Universitas Brawijaya Press.

Herdiansyah, Haris.2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Keban, Yeremias. 2008. Enam Dimensi Administrasi Publik, Konsep, Teori dan Isu. Jogyakarta: Gava Media.

Miles, Matthew B. dan A, Michael Hubberman. 1992. Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: Univeritas Indonesia Press.

Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.

Tambunan. 2012. Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia: Isu-isu Penting. Jakarta:LP3ES.

Jurnal dan skripsi:

Djumadi.2006. Pengembangan Kapasitas Pemerintah Daerah Menuju Tatatnan Pemerintahan yang baik. Samarinda : Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Mulawarman (Jurnal Sosial-Politik)

Nagel, Julius F. 2013. Peluang dan Tantangan UKM Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Lembaga penerbit Universitas Unika Widya Mandala, Surabaya.


(5)

Rifa’i,Ahmad. 2007. Arah Dan Kebijakan Pengembangan Usaha Kecil Di Bandar Lampung. Lampung: Universitas Lampung; Administratio, Jurnal ilmiah administrasi publik dan pembangunan. Vol 1 nomor 2. Januari-juni 2007. ISSN:1410-8429.

Taloren, Sahara. 2014. Strategi dinas koperasi umkm perindustrian dan perdagangan kota metro dalam pengembangan UMKM. Bandar lampung: universitas lampung (Skripsi)

Tim Peneliti STIA LAN Makasar. 2012. Capacity Building Birokrasi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia. Makasar: STIA LAN. (laporan penelitian).

Whardani, Nurvita Kusuma. Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga. Studi Eksplanatif Tentang Pengaruh Pengembangan Kapasitas Usaha Terhadap Tingkat Kesejahteraan Ekonomi Pengusaha di Sentra Industri Kecil Alas Kaki Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X Volume 1, Nomor 1, Januari 2013.

Dokumen:

Badan Pusat Statistik. Kota Bandar Lampung dalam Angka 2014.

Buletin Komunitas ASEAN edisi 5 Agustus 2014. Geliat Bisnis di ASEAN. Media Publikasi Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI. Jakarta.

Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Lampung. Data perkembangan UMKM Provinsi Lampung tahun 2013.

Direktorat Jendral Kerjasama Perdagangan Internasional.2014. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Digandakan oleh Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung dalam bentuk liflet. Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri RI. 2009. Cetak

Biru Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community). Jakarta. Kementerian Koperasi dan UMKM Republik Indonesia. Data perkembangan


(6)

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2014. Informasi Umum Masyarakat Ekonomi ASEAN edisi 2013. Digandakan oleh Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

Keputuasan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 40/KMK.06/2003

Tentang Pendanaan Kredit Usaha Mikro Dan Kecil.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Internet:

BPS RI 2014. http://www.bps.go.id/indonesia_dalam_angka_2013. Diakses pada 20 Januari 2015

Koneksi Indonesia. http://koneksi-indonesia.org/2014/globalisasi-perdagangan-bebas-dan-nasib-umkm/. Diakses pada 22 Januari 2015.

Pikiran Rakyat. http://www.pikiran-rakyat.com/node/281009. Diakses pada 18 Maret 2015

Nadhatul Ulama. http://www.nu.or.id/a,public-m,d Indonesia Perlu Tingkatkan Efisiensi UKM Hadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN-.phpx. Diakses pada 23 Juni 2015