BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Patriarkhi
Patriarkhi berasal dari bahasa Yunani, pater yang artinya bapak dan arche yang artinya kekuasaan. Ebert mendefinisikan patriarkhi sebagai organisasi dan divisi dari
semua praktek dalam pengertian dalam hal gender yang mengistimewakan salah satu jenis kelamin atas yang lain dengan kontrol laki-laki atas perempuan dalam hal
seksualitas, kesuburan dan tenaga kerja.
1
Lebih jauh mengenai patriarkhi akan dibahas dalam pandangan antropologi, sosiologi dan teologis. Teologis dibatasi dari dalam
Alkitab.
2.1.1. Patriarkhi dari Sudut Pandang Antropologi dan Sosiologi
Kehidupan sosial suatu masyarakat yang menarik tidak dapat diabaikan begitu saja sehingga kehidupan itu diamati dan dijelaskan dalam ilmu antropologi dan sosiologi.
Sikap yang umum mengenai hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat dapat dijelaskan oleh ilmu sosiologi yang fokusnya pada manusia dalam
hubungan bermasyarakat. Status perempuan dan laki-laki dalam kehidupan sosial dijelaskan oleh ilmu antropologi yang fokusnya pada manusia yang hidup dalam suatu
suku bangsa atau kebudayaan. Dalam kehidupan sosial manusia terbagi dalam kelas-kelas yang menjelaskan
keberadaan dan status seseorang dalam kehidupan masyarakat. Kelas-kelas bukan hanya terbagi dalam kelas tertinggi dengan bangsawanpemilik modal hingga kelas terendah
1
Elisabeth Scüssler Fiorenza, But She Said, Massachusetts: Beacon Press Boston, 1992, 110
dengan para hambaburuh yang lazim terjadi. Pembagian kelas-kelas ada yang berdasarkan usia dalam suatu kelompok masyarakat yang disebut masyarakat suku tipe
tak bernegara.
2
Meskipun demikian, kelas-kelas yang dimaksudkan dalam pembagian itu hanya ditujukan untuk mengelompokkan satu jenis kelamin yakni laki-laki.
3
Pembagian berdasarkan usia dapat dilihat dari suku-suku aborigin di Australia. Laki-laki berpindah dari satu tingkat usia ke tingkat lainnya selagi mereka bertumbuh.
Mereka bertransisi dari anak menjadi pemuda, dari pemuda belum menikah menjadi dewasa menikah dan akhirnya memasuki tua-tua. Tingkat usia ini sedemikian pentingnya
sehingga secara sosial ditandai dengan ritual berurutan dan secara fisik pada tubuh laki- laki dalam bentuk sayatan-sayatan pada dadanya. Semua ini sekali lagi dikhususkan
untuk laki-laki.
4
Hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan dalam kelompok masyarakat sejak sejarah dicatat selalu didominasi laki-laki. Perempuan sepertinya dipisahkan dalam
sebuah status atau kelas sendiri. Posisi perempuan dianggap dalam masyarakat tergantung pada status sosial ayah atau suaminya.
5
Perempuan kurang terwakili secara sosial dalam membuat keputusan dan diremehkan di tempat mereka berada, baik di
lingkup umum yang kenyataannya dikuasai laki-laki maupun rumah tangga yang sebenarnya tempat perempuan lebih mendominasi.
2
Peter Worsley et. al terj.Hartono Hadikusumo, Pengantar Sosiologi: Sebuah Pembanding Jilid 2, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992, 132-133
3
ibid, 135
4
ibid, 133
5
ibid, 136
Laki-laki masih memegang peran penting dalam kelompok masyarakat. Meskipun ada hubungan sosial yang terjalin antara laki-laki dan perempuan, semata-mata karena
perempuan dibagikan sedikit kebebasan oleh laki-laki terdekatnya ayah atau suami untuk berperan dalam masyarakat demi terciptanya hubungan sosial antara laki-laki dan
perempuan. Sampai kemudian hari, gerakan sosial yang dilakukan perempuan untuk menuntut hubungan sosial yang lebih setara dengan laki-laki berkembang.
Tidak berbeda jauh dari sisi sosiologi, antropologi melihat kekuasaan laki-laki mendominasi kehidupan sosial masyarakat secara keseluruhan sekarang. Budaya
patriarkhi banyak dianut suku-suku bangsa. Perempuan berada dalam kekuasaan laki- laki. Masyarakat yang tunduk pada budaya patriarkhi menempatkan perempuan dalam
sektor domestik sedangkan sektor publik sepenuhnya adalah milik laki-laki. Perempuan diberikan kuasa atas rumah tangga.
Budaya patriarkhi yang mengikat perempuan di sektor domestik menurut antropologi dikenal sesudah suatu masa. Jauh sebelumnya, masa matriarkhal berkembang
di suku-suku bangsa. Budaya yang membuat perempuan memegang kendali dan mengambil peran dalam dunia publik atau kemungkinan posisi yang setara antara laki-
laki dan perempuan, sebab meskipun garis keturunan ditelusuri melalui garis ibu perempuan, laki-laki yang masih memegang kunci dalam urusan-urusan publik.
6
Contohnya, Suku Yao di Malawi meski matrilineal, tetap memberikan kepercayaan kepada laki-laki tertua dalam garis keturunan untuk mengelola urusan-urusan kelompok
saudari-saudari. Atau peran penting yang dimainkan ibu dan saudar-saudari raja dalam
6
ibid, 137
kerajaan di Afrika dengan memegang jabatan-jabatan kunci untuk menjamin keamanan raja. Pertimbangannya, sebagai perempuan, saudari-saudari raja tidak dapat
menggulingkan raja dalam suatu perebutan kekuasaan.
7
Dari ilmu sosial, diketahui bahwa patriarkhi telah mengakar dalam kehidupan sosial dan mendarah daging dalam keturunan umat manusia sehingga menguasai seluruh
kehidupan manusia baik laki-laki maupun perempuan dalam menjalani kehidupan sosial. Baik dalam sosiologi maupun antropologi menunjukkan bahwa kekuasaan laki-laki lebih
diakui dibandingkan kekuasaan perempuan. Perempuan dipandang lemah dan patut dilindungi keberadaannya oleh laki-laki sehingga pergerakan perempuan dibatasi.
2.1.2. Patriarkhi